Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN

KEGAWATDARURATAN NEONATAL PADA BY. NY. I DENGAN


ASFIKSIA RINGAN DI PMB SITI SAIDAH BANJARMASIN
TAHUN 2021

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Kebidanan III (PKK III)
Dosen Pembimbing : Hj. Isnaniah, M.Pd

Oleh:
Amanda Maryana Suhendar
P07124118165

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Kebidanan

Kegawatdaruratan Neonatal Pada By. Ny I Dengan Asfiksia Ringan

Di PMB Siti Saidah Banjarmasin Tahun 2021

Telah di konsultasikan dan disetujui untuk dibuat dokumentasi asuhan


kebidanan kegawatdarutan neonatal dengan asfiksia ringan di PMB Siti Saidah
Banjarmasin , dengan :

Nama : By. Ny. I

Lahir : Senin, 22 Maret 2021

Alamat : Puji Rahayu RT 12/RW 04

Lembar pengesahan ini dibuat untuk mememenuhi tugas pembuatan dokumentasi


asuhan kebidanan Praktik Klinik Kebidanan III (PKK III) bagi mahasiswi
poltekkes banjarmasin jurusan Kebidanan semester IV. Telah di konsultasikan dan
disetujui oleh dosen pembimbing.

Banjarbaru, April 2021

Menyetujui,

Pembimbing Praktik Klinik Kebidanan III Mahasiswa

Hj. Isnaniah, M.Pd Amanda Maryana S.


NIP.196604101993022001 NIM : P07124118165

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


rahmat dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Asuhan kebidanan
yang berjudul “Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Neonatal Pada By. Ny. I
Dengan Asfiksia Ringan Di PMB Siti Saidah Banjarmasin“

Terima kasih saya ucapkan kepada dosen pembimbing Hj. Isnaniah, M.Pd
yang telah membantu kami baik secara moral maupun materi.Terima kasih juga
saya ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung kami
sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Saya menyadari, bahwa saya buat ini masih jauh dari kata sempurna baik
segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna
menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Semoga Asuhan Kebidanan ini bisa menambah wawasan para pembaca


dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Banjarmasin, Mei 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Tujuan...........................................................................................................2

C. Manfaat.........................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4

A. Asfiksia Neonatorum....................................................................................4

BAB III ASUHAN KEBIDANAN........................................................................12

BAB IV PENUTUP...............................................................................................16

A. Kesimpulan.................................................................................................16

B. Saran............................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................17

LEMBAR KONSULTASI ASUHAN KEBIDANAN.......................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang
mengalami gagal bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir,
sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat
mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya. Salah satu faktor kegagalan
pernapasan dapat disebabkan oleh adanya gangguan sirkulasi dari ibu ke janin
karena ketuban telah pecah atau ketuban pecah dini. Rahman & Lidya, (2014
hal: 34).
Menurut World Health Organization (WHO) 2012, setiap tahunnya 120
juta bayi lahir di dunia, Kira-kira 3,6 juta (3%) dari 120 juta bayi mengalami
asfiksia neonatorum, hampir 1 juta (27,78%) bayi ini meninggal . Di
Indonesia, Asfiksia pada pada bayi baru lahir menjadi penyebab kematian
19% dari 5 juta kematian bayi baru lahir setiap tahun. World Health
Organization (WHO) menyatakan bahwa angka kematian bayi sebagian besar
disebabkan oleh asfiksia (20-60%), infeksi (25-30%), bayi dengan berat lahir
rendah (25-30%), dan trauma persalinan (5-10%) di kawasan Asia Tenggara
menempati urutan kedua yang paling tinggi yaitu sebesar 142 kematian per
1000 kelahiran setelah Afrika. Indonesia merupakan negara dengan AKB
dengan asfiksia tertinggi kelima untuk negara ASEAN pada tahun 2011 yaitu
35 kematian per 1000 kelahiran, dimana Myanmar 48 kematian per 1000
kelahiran, Laos dan Timor Laste 48 kematian per 1000 kelahiran, Kamboja
36 kematian per 1000 kelahiran (Maryunani 2013). Data tersebut
mengungkapkan bahwa kira-kira 10% bayi baru lahir membutuhkan bantuan
untuk mulai bernafas, dari bantuan ringan sampai resusitasi lanjut yang
ekstensif, 5% bayi pada saat lahir membutuhkan tindakan resusitasi yang
ringan seperti stimulasi untuk bernafas, antara 1% sampai 10% bayi baru lahir

1
dirumah sakit membutuhkan bantuan ventilasi dan sedikit saja yang
membutuhkan intubasi dan kompresi dada. Saifudin (2012, hal: 72).
Asfiksia dapat menyebabkan kerusakan organ berat dan berakibat fatal
pada bayi baru lahir. Redistribusi sirkulasi yang ditemukan pada pasien
hipoksia dan iskemia akut telah memberikan gambaran yang jelas mengapa
terjadi disfungsi berbagai organ tubuh pada bayi asfiksia. Gangguan fungsi
berbagai organ pada bayi asfiksia tergantung pada lamanya asfiksia terjadi
dan kecepatan penanganan. Berdasarkan hasil penelitian lanjut Riskesdas,
asfiksia merupakan penyebab kematian kedua pada bayi setelah infeksi.
Opitasari (2015, hal:111).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum

Mampu melakukan asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan


Asfiksia Ringan di PMB Siti Saidah Banjarmasin.

2. Tujuan khusus

Mampu melakukan:

a. Mampu melakukan pengkajian data subjektif pada By. Ny. I Bayi


Baru Lahir dengan Asfiksia Ringan Di PMB Siti Saidah
Banjarmasin.
b. Mampu melakukan pengkajian data objektif pada By Ny. I Bayi
Baru Lahir dengan Asfiksia Ringan di PMB Siti Saidah
Banjarmasin.
c. Mampu menetapkan hasil analisa pada By. Ny. I Bayi Baru Lahir
dengan Asfiksia Ringan Di PMB Siti Saidah Banjarmasin.
d. Mampu melakukan penatalaksanaan pada By. Ny. I Bayi Baru Lahir
dengan Asfiksia ringan di PMB Siti Saidah Banjarmasin.
e. Mampu melakukan evaluasi pada By. Ny. I dengan Bayi Baru Lahir
dengan Asfiksia Ringan di PMB Siti Saidah Banjarmasin.

2
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Asuhan kebidanan ini diharapkan dapat menambah keilmuan dalam
melakukan mengenai asuhan kebidanan dengan menggunakan metode
SOAP.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis
Lebih mahir, dan mampu memberikan asuhan kebidanan dengan
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa lain untuk
meningkatan proses pembelajaran dan data dasar untuk asuhan
kebidanan selanjutnya.
c. Bagi klien
Klien mendapatkan asuhan kebidanan yang sesuai dengan standar
pelayanan kebidanan. Serta mendapat pengetahuan dan
pemahaman mengenai bayi baru lahir dengan asfiksia.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asfiksia Neonatorum
1. Pengertian
Menurut Manuaba, (2012, hal:421) asfiksia adalah keadaan bayi yang
tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O 2
dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam
kehidupan lebih lanjut.

2. Penyebab Asfiksia
Menurut Manuaba, (2012, hal:421) penyebab asfiksia atau depresi
pernapasan bayi baru lahir, yaitu:
a. Asfiksia Intrauterin.
b. Bayi Premature (kurang bulan).
c. Penyakit atau Cacat Bawaan Bayi.
d. Hipoksia Intrauterin.
e. Obat-obatan yang menekan spontanitas napas.
Menurut Sondakh, (2013, hal:177) menyatakan ada beberapa
penyebab tertentu diketahui dapat menyebabkan terjadinya asfiksia pada
bayi baru lahir. Diantaranya adalah faktor ibu, faktor tali pusat, dan
faktor bayi sebagai berikut:
a. Faktor Ibu
Preeklampsia dan eklampsia. Perdarahan abnormal (plasenta previa
atau solusio plasenta), partus lama atau partus macet, demam selama
persalinan, infeksi berat (malaria, sifilis, TBCHIV) atau kehamilan
lewat waktu (sesudah 42 minggu kehamilannya).

b. Faktor Tali Pusat

4
Lilitan tali pusat, tali pusat pendek, simpul tali pusat atau prolapsus
tali pusat.
c. Faktor Bayi
Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan), persalinan dengan
tindakan (sungsang bayi kembar, distosia bahu, etraksi vakum, etraksi
forsep), kelainan bawaan (konginetal), air ketuban bercampur
mekonium (warna kehijauan).

3. Tanda dan Gejala


Menurut Sondakh (2013, hal:176) tanda dan Gejala asfiksia menurut
adalah:
a. Tidak bernafas atau nafas megap-megap atau pernafasan lambat
(kurang dari 30x/menit).
b. Pernafasan tidak teratur, dengkuran atau retraksi.
c. Tangisan lemah dan merintih.
d. Warna kulit pucat atau biru.
e. Tonus otot lemas atau ekstremitas lunglai.
f. Denyut jantung tidak ada atau lambat (bradikardia/ kurang dari
100x/menit).

4. Diagnosa
Menurut Mochtar (2013, hal:292), Setelah bayi lahir:
a. Bayi tampak pucat dan kebiruan serta tidak bernafas atau menetapkan
nilai APGAR
b. Kalau sudah mengalami perdarahan diotak maka ada gejala
neorologik seperti kejang, mistagmus dan menangis kurang baik/tidak
menangis.
Selain itu, diagnosa dapat dibuat dengan menilai skor APGAR pada
menit ke-1.

Tingkat/derajat asfiksia yang dialami bayi adalah sebagai berikut:

5
Tanda 0 1 2
Apperance Pucat/biru Tubuh merah, Seluruh tubuh
(Warna seluruh tubuh ekstremitas biru kemerahan
Kulit)
Pulse Tidak ada < 100x/menit >100x/menit
(Denyut
Jantung)
Grimace Tidak ada Ekstremitas Menangis,
(Tonus Otot) sedikit fleksi batuk, bersin
Activity Tidak ada Sedikit gerak Gerakan aktif
(Aktivitas)
Respiration Tidak ada Lemah/tidak Teratur,
(Pernapasan) teratur menangis kuat,
pernapasan baik
dan teratur

Jumlah Skor Interpretasi Catatan


7-10 Asfiksia
ringan/Normal
4-6 Asfiksia sedang Memerlukan tindakan
medis segera seperti
penyedotan lendir
yang menyumbat
jalan napas, atau
pemberian oksigen
untuk membantu
bernapas.
0-3 Asfiksia berat Memerlukan tindakan
medis

6
a. Skor Down

No Hal yang dinilai Skor


1 Frekuensi Nafas
<60x/menit 0
60-80x/menit 1
>80x/menit 2
2 Retraksi
Tidak ada 0
Ringan 1
Berat 2
3 Sianosis
Tidak ada 0
Hilang dengan pemberian O2 1
Menetap walaupun diberi O2 2
4 Air Entry 0
Udara masuk 1
Penurunan ringan udara masuk 2
Tidak ada udara masuk
5 Merintih
Tidak merintih 0
Dapat didengar dengan stetoskop 1
Dapat didengar tanpa alat bantu 2

Evaluasi gawat nafas dengan menggunakan skor down yaitu:


1) Skor <4 : Tidak ada gawat nafas
2) Skor 4-5 : Gawat nafas
3) Skor ≥ 6 : Ancaman gawat nafas (harus dilakukan pemeriksaan
gas darah)

5. Prognosa

7
Menurut Vivian (2010, hal:102) menyatakan prognosa penanganan
asfiksia adalah sebagai berikut:
a. Asfiksia ringan/normal prognosanya baik
b. Asfiksia sedang tergantung kecepatan penatalaksanaan bila cepat,
prognosa baik.
Asfiksia berat dapat menimbulkan kematian pada hari-hari pertama atau
kelainan syaraf permanen, asfiksia dengan ph 6,9 dapat menyebabkan
kejang, koma dan kelainan neurologis yang permanen, misalnya
palsicerebral, rectaldimental.

6. Langkah – Langkah Resusitasi


Menurut Sondakh, (2013, hal:180) langkah-langkah resusitasi yang
sering disebut resusitasi ABC.
a. Memastikan jalan napas bebas terbuka.
1) Letakkan bayi sedemikian rupa sehingga jalan napasnya bebas.
2) Bersihkan mulut, hidung, dan kalau perlu trakea.
3) Jika diperlukan, masukkan selang endotrakeal sehingga jalan
napas dapat dipastikan terbuka.
b. Memulai pernapasan
1) Lakukan rangsangan taktil, kaki, dan tangan sehingga pernapasan
mulai.
2) Jika perlu, lakukan/gunakan ventilasi dengan tekanan posif (VTP)
disertai penggunaan sungkup/balon atau pipa ET dan balonnya.
c. Mempertahankan sirkulasi darah
1) Lakukan kompresi dada
2) Pasang infuse atau tambahan obat-obatan
Untuk memulai langkah pertama (awal) resusitasi, perlumenjawab
pertanyaan berikut tentang bagaimana keadaan bayi saat lahir.
1) Apakah air ketuban bercampur mekonium.
2) Apakah segera menangis atau bernapas.
3) Apakah tonus ototnya baik.

8
4) Bagaimana warna ulitnya, apakah merah muda.
5) Apakah kehamilan cukup bulan.
Apabila semuanya baik, resusitasi tidak diperlukan. Bila “TIDAK”,
resusitasi diperlukan. Resusitasi dapat dijabarkan menjadi tiga langkah
utama menurut anuaba, dkk (2012), yaitu sebagai berikut:
1) Awal:
a) Mencegah hilangnya panas tubuh bayi.
b) Membuka jalan napas sehingga aliran udara menjadi longgar.
c) Menilai bayi dalam hal pernapasan, frekuensi jantung, dan
warna kulit.
2) Pemberian Oksigen
a) Pada bayi dengan sianosis, segera beri oksigen bahkan dengan
tekanan.
b) Bila warna kulit berubah menjadi merah, pemberian oksigen
diturunkan perlahan.
c) Bila sianosis kembali, oksigen ditambah bahkan dengan
tekanan.
3) Ventilasi tekanan positif
a) Bayi dengan napas gasping (megap-megap)
b) Frekuensi jantung kurang dari 100/menit
c) Terdapat sianosis menetap walaupun frekuensi jantung lebih
dari 100/menit dan napasnya masih berat
d) Pemberian oksigen 100 % diteruskan
e) Bayi premature langsung ventilasi dan intubasi
f) Pada pompa ventilator diperlukan frekuensi ventilasi 40-
60x/menit dan bila terjadi perubahan warna kulit menjadi
merah, ventilasi dapat ditunda perlahan.
Setelah resusitasi berhasil, masih diperlukan tindak lanjut menurut
Manuaba, dk (2012) sebagai berikut:
1) Perawatan rutin:

9
a) Sebagian bayi besar adalah well born baby, tidak memerlukan
perawatan khusus setelah tindakan awal resusitasi sederhana
dan bayi langsung menangis.
b) Untuk mempertahankan panas tubuh, diperlukan langkah
membersihkan jalan napas dan membersihkan bayi kemudian
membedong dengan linen kering.
c) Kini bayi mulai langsung didekapkan pada dada ibunya,
sambil diizinkan menghisap puting susu ibu. Rangsangan
puting susu akan mempercepat lepasnya plasenta dan kontraksi
otot rahim.
d) Observasi dilakukan terhadap pernapasan, frekuensi jantung
bayi, atau warna kulitnya.
e) Bila terjadi penurunan keadaan, langsung dilakukan resusitasi.
2) Perawatan penunjang (sportif). Lakukan evaluasi awal bayi
dengan metode nilai APGAR yang rendah memerlukn tindak
lanjut resusitasi, sesuai dengan tahap yang lazim dilakukan.
3) Perawatan lanjut. Jika hasil resusitasi belum memuaskan, bayi
dengan resiko tinggi sebaiknya diletakkan dalam incubator,
dengan segala bentuk pemantauan. Masih diperlukan pengawasan
lebih lanjut dan pemberian obat-obatan.

7. Penatalaksanaan
Menurut Sondakh, (2013, hal:180) penatalaksanaan pada asfiksia
neonatorum adalah sebagai berikut.
a. Pemantauan gas darah, denyut nadi, fungsi sistem jantung dan paru
dengan melakukan resusitasi, memberikan oksigen yang cukup, serta
memantau parfusi jaringan 2-4 jam.
b. Mempertahankan jalan nafas agar tetap baik, sehingga proses oksigen
cukup agar sirkulasi darah tetap baik.

10
Cara mengatasi asfiksia adalah sebagai berikut:
a. Asfiksia sedikit Asfiksia APGAR skor (7-9)
1) Bayi dibungkus dengan kain hangat.
2) Bersihkan jalan nafas dengan menghisap lendir pada hidung
kemudian mulut.
3) Bersihkan badan dan tali pusat.
4) Lakukan observasi tanda vital, pantau APGAR skor, dan
masukkan ke dalam incubator.
b. Asfiksia ringan sedang APGAR skor (4-6)
Cara mengatasinya adalah sebagai berikut:
1) Bersihkan jalan nafas.
2) Berikan oksigen 2 liter per menit.
3) Rangsang pernafasan dengan menepuk telapak kaki. Apabila
belum ada reaksi, bantu pernafasan dengan masker (ambubag).
4) Bila bayi sudah mulai bernafas tetapi masih sianosis, berikan
nitrium bikarbonat 7,5%sebanyak 6 cc. Dekstrosa 40% sebanyak
4cc disutikkan melalui vena umbilicus secara perlahan-lahan
untuk mencegah tekanan intracranial meningkat.
c. Asfiksia berat APGAR skor (0-3)
Cara mengatasinya adalah sebagai berikut:
1) Bersihkan jalan n afas sambil pompa melalui ambubag.
2) Bersihkan oksigen 4-5 liter per menit.
3) Bila tidak berhasil, lakukan pemasangan ETT (endotracheal tube).
4) Bersihkan jalan nafas melalui ETT.
5) Apabila bayi sudah mulai bernafas tetapi masih sianosis berikan
natrium bikarbonat 7,5% sebanyak 6 cc. Selanjutnya berikan
dekstosa 40% sebanyak 4 cc.

11
BAB III

ASUHAN KEBIDANAN

KEGAWATDARURATAN NEONATAL PADA BY. NY. I DENGAN


ASFIKSIA RINGAN DI PMB SITI SAIDAH BANJARMASIN
TAHUN 2021

PENGKAJIAN
Hari/ Tanggal : Senin, 22 Maret 2021
Pukul : 11.28 WITA

IDENTITAS ANAK
Nama Anak : By. Ny. I
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 22 Maret 2021
Anak ke : 1 (pertama)

IDENTITAS ORANG TUA

Ibu Ayah
Nama Ny. I Tn. M
Umur 25 Tahun 29 Tahun
Agama Islam Islam
Suku/Bangsa Banjar/Indonesia Banjar/Indonesia
Pendidikan S1 S1
Pekerjaan PNS Honorer
Alamat Jl. Puji Rahayu RT 04 RW 04

PROLOG

12
Ny. I PMB Siti Saidah Banjarmasin dengan Asfiksia Ringan. Bayi lahir cukup
bulan (40 minggu), bayi lahir berjenis kelamin laki-laki pada pukul 11.28 WITA,
spontan belakang kepala, tidak langsung menangis, tidak bergerak aktif, tali pusat
layu, air ketuban hijau campur mekonium, ada merintih, eksatremitas biru,
APGAR score 5'6'7

SUBJEKTIF
-

OBJEKTIF
KU bayi tampak lemah, warna kulit pucat, ekstremitas tampak kebiruan, tidak
langsung menangis, napas tidak teratur, tonus otot kurang, retraksi ringan,
merintih, udara masuk buruk dan menurun), tidak ada kelainan konginetal, tali
pusat layu tidak ada perdarahan, anus (+), cacat (-). N: 110 x/menit, R: 50
x/menit, T: 35,1oC , BB: 2600 gram, PB: 49 cm, LK: 30 cm, LD 32 cm, anus (+),
cacat (-), tali pusat tidak ada perdarahan, reflek hisap lemah, BAB (+), BAK (+)
APGAR score 5'6'7

ANALISA
Bayi baru lahir dengan Asfiksia Ringan

PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan kepada ibu dan keluarga bahwa kondisi bayi dalam keadaan
gawat darurat yaitu bayi tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur.
(Keluarga mengetahui)
2. Menjelaskan informed consent pada tindakan yang akan dilakukan. (Keluarga
mengetahui dan menyetaujuinya)
3. Pada pukul 12.28 WITA menjaga kehangatan bayi dengan menyelimuti bayi,
dan memindahkan bayi yang telah diselimuti kain ke-1 ke atas kain ke-2 yang
telah digelar di tempat resusitasi, kemudian tetap menjaga kehangatan bayi
dengan wajah dan dada terbuka dan dibawah pemancar panas.

13
a. Mengatur posisi bayi dengan membaringkan bayi terlentang dengan
kepala di dekat penolong dan kepala bayi sedikit ekstensi dengan
mengganjal bahu
b. Menghisap lendir dengan menggunakan DeLee dengan menhisap mulai
dari mulut terlebih dahulu kemudian dari hidung.
c. Mengeringkan dan memberikan rangsangan taktil.
1) Mengeringkan bayi dengan menggunakan kain ke-1 mulai dari muka,
kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit memberikan tekanan
karena dengan memberikan tekanan dapat merangsang BBL untuk
bernapas.
2) Memberikan rangsangan taktil dengan menepuk/menyentil telapak
kaki atau menggosok punggung bayi dengan menggunakan telapak
tangan
d. Kemudian mengganti kain ke-1 yang telah basah dengan kain ke-2 yang
kering di bawahnya dan selimuti bayi dengan kain kering tersebut, dan
jangan menutupi muka dan dada bayi agar dapat memantau pernapasan
bayi.
e. Mengatur kembali posisi kepala bayi dengan sedikit ekstensi dan lakukan
penilaian apakah bayi dapat bernapas dengan normal, tidak bernapas, atau
megap-megap. (Bayi masih megap-megap)
f. Memperlancar jalan nafas dengan cara mengatur posisi bayi, bayi
diletakkan dibawah pemancar panas (Infant warmer) yang datar dan bayi
diletakkan dengan kepala sedikit fleksi dengan memberikan ganjalan pada
punggung bagian atas.
g. Membersihkan lender pada mulut dan hidung bayi sehingga jalan nafas
bebas dari cairan ketuban, lender atau darah dengan menggunakan
suction.
h. Memberikan rangsangan taktil dengan menggosok punggung bayi atau
menepuk dan menyentil kaki bayi dengan lembut. Jaga kehangatan bayi
dengan cara menyelimuti bayi dengan lampin yang bersih dan kering.
Memberikan oksigen 5 liter/menit atau CPAP.

14
i. Melakukan observasi terhadap keadaan bayi seperti memonitor kebutuhan
O2
4. Melakukan perawatan tali pusat dengan membiarkan tali pusat tanpa
diberikan apapun dan di bukus menggunakan kassa agar terhindar dari
bakteri.
5. Melakukan pemeriksaan fisik pada bayi: BB: 2600 gram, PB: 49 cm, LK: 30
cm, LD 32 cm
6. Memberikan suntikan vitamin K1 1 mg intra muscular di paha kiri, untuk
mencegah perdarahan pada bayi.(Vitamin K1 tekah diberikan)
7. Memberikan tetes mata antibiotika pada bayi.(Tetes mata telah diberikan)
8. Memberikan imunisasi Hepatitis B 0,5 mL intramuscular di paha kanan, 1
jam setelah pemberian vitamin K1. (Imunisasi Hepatitis B telah diberikan)
9. Memakaikan kembali baju dan membedong bayi. (Bayi telah menggunakan
baju dan telah dibedong)
10. Memindahkan ke box bayi yang telah diberikan alas serta menyelimuti bayi
dan memberikan lampu agar tetap terjaga kehangantannya.

BAB IV

15
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hasil pemeriksaan yang dilakukan pada hari Senin di PMB Siti Saidah
Banjarmasin pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia Ringan dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Pengkajian pada tanggal 22 Maret 2021 pada pukul 11.28 WITA,
diperoleh data KU bayi tampak lemah, warna kulit pucat, ekstremitas
tampak kebiruan, tidak langsung menangis, napas tidak teratur, tonus otot
kurang, retraksi ringan, merintih, tidak ada kelainan konginetal, tali pusat
layu tidak ada perdarahan, anus (+), cacat (-). N: 110 x/menit, R: 50
x/menit, T: 35,1oC , BB: 2600 gram, PB: 49 cm, LK: 30 cm, LD 32 cm,
anus (+), cacat (-), tali pusat tidak ada perdarahan, reflek hisap lemah,
BAB (+), BAK (+) APGAR score 5,6,7
2. Analisa diagnose data adalah Bayi Baru lahir dengan Asfiksia Ringan.
3. Penatalaksanaan yang dilakukan yaitu dengan membersihkan jalan nafas
bayi dan memberikan bayi oksigen.

D. Saran
Saran untuk ibu agar lebih memperhatikan kehangatan bayi nya dan tetap
memberikan ASI untuk bayinya dan saran untuk bidan agar dapat
memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan Bayi Baru Lahir
dengan Asfiksia di rumah agar kedepannya ibu dapat merawat anaknya
dengan baik.

16
DAFTAR PUSTAKA

Mochtar, Rustam. (2013). Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

Prawirohardjo, Sarwono. (2013). Buku Acuan Nasional dan Neonatal. Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka

Pantiawati dan Saryono. (2010). Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Yogyakarta:


Nuha Medika

Rukiyah, Ai Yeyeh. (2010). Asuhan Neonatus, Bayi, Anak Balita. Jakarta: Trans
Info Medika

Saifuddin, Abdul Bari. (2013). Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.


Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Manuaba, dkk. 2012. Buku Ajar Patologi Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan.
Jakarta: EGC

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

Vivian, Nani. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:EGC

17
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
Jalan Haji MistarCokrokusumo No. 1A Banjarbaru 70714
Telp. (0511) 4773267 - 4780516 - 4781619 Fax (0511) 4772288
e-mail : poltekkes_banjarmasin@yahoo.co.id, kepeg_poltekesbjm@yahoo.co.id
JurusanKesling (0511) 4781131 ; Keperawatan (0511) 4772517 ; Kebidanan (0511) 3268018 ;
Gizi (0511) 4368621 : Kesehatan Gigi (0511) 4772721 ; AnalisKesehatan (0511) 4772718
LEMBAR KONSULTASI ASUHAN KEBIDANAN

Nama : Amanda Maryana Suhendar


NIM : P07124218165
Pembimbing II : Hj. Isnaniah, M.Pd
Judul Asbid : Laporan Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Neonatal Pada By. Ny. I
Dengan Asfiksia Ringan Di PMB Siti Saidah Banjarmasin Tahun 2021
Tanda Tangan
No Hari/Tanggal Materi Konsultasi Saran Pembimbing
Pembimbing Mahasiswa

Pembimbing II

Hj. Isnaniah, M.Pd

18
NIP.196604101993022001

19

Anda mungkin juga menyukai