Oleh :
SRILEJARING TIYAS
NIM. 202108112
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Lejar Kota Malang telah disetujui oleh pembimbing penyusunan Asuhan pada :
Mahasiswa
Srilejaring Tiyas
Mengetahui
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan, atas rahmat dan bimbingan-
Nya, sehingga dapat membuat laporan praktik asuhan kebidanan Holistik dengan
bagi mahasiswa Prodi Pendidikan Profesi Bidan STIKES Karya Husada Kediri
menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami
mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan karya tulis ini. Harapan
semua pihak.
Srilejaring Tiyas
iii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL...................................................................................……….i
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................viii
BAB 1......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................4
1.3. Tujuan......................................................................................................5
1.4. Manfaat....................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................7
2.1. Konsep Dasar Kesehatan Reproduksi...................................................7
2.2. Calon Pengantin......................................................................................9
2.3. Pengertian Kie.........................................................................................9
2.4. Persiapan Pranikah dan prakonsepsi..................................................11
2.5. Hasil Penelitian berdasarkan Jurnal...................................................29
2.6. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan.......................................................40
BAB 3....................................................................................................................44
TINJAUAN KASUS.............................................................................................44
3.1. Data Subjektif........................................................................................44
3.2 Data Objektif.........................................................................................47
3.3. Analisa / Diagnosa :...............................................................................49
3.4. Intervensi :.............................................................................................49
3.5. Penatalaksanaan....................................................................................50
3.6. Evaluasi..................................................................................................50
BAB 4....................................................................................................................52
PEMBAHASAN...................................................................................................52
iv
4.1. Asuhan kebidanan.................................................................................52
BAB 5....................................................................................................................58
KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................58
5.1 Kesimpulan............................................................................................58
5.2 Saran.......................................................................................................58
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................60
LAMPIRAN..........................................................................................................61
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
segera hidup bersama dalam mahligai rumah tangga dan membentuk keluarga
dalam ikatan pernikahan (Kemenag, 2009). Masalah pra nikah dapat dikaitkan
dengan masa prakonsepsi, karena setelah menikah akan segera menjalani proses
konsepsi. Kualitas seorang generasi penerus akan ditentukan oleh kondisi sejak
Proses kehamilan yang direncanakan dengan baik akan berdampak positif pada
kondisi janin dan adaptasi fisik, serta psikologis ibu pada kehamilan menjadi lebih
baik. Pengaturan gizi yang baik juga sangat berperan dalam proses pembentukan
sperma dan sel telur yang sehat. Status gizi yang baik dapat mencegah masalah
gizi pada saat kehamilan seperti anemia, KEK, pencegahan infeksi dan komplikasi
Anemia dan KEK merupakan masalah yang sering terjadi pada kelompok
usia dewasa terutama pada wanita hamil. Berdasarkan dari data World Health
Organization (WHO) pada tahun 2008, prevalensi anemia ibu hamil di Negara
2
berkembang meningkat dari 35% menjadi 75%. Keadaan anemia ditandai dengan
penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit dan jumlah eritrosit dibawah nilai
normal yaitu <11 ml/dl, sedangkan KEK (kekurangan energi kronik) keadaan
kekurangan energi dalam waktu yang panjang dan dapat menggambarkan keadaan
gizi masa lampau, ditandai dengan lingkar lengan atas ≤ 23,5 cm (Supariasa et al,
2012).
wanita saja, akan tetapi status gizi laki-laki juga sangat berpengaruh pada proses
kehamilan istri. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ahsan, et al. (2010 ) laki
keterlambatan konsepsi. Berat badan obesitas di tandai dengan IMT > 25 kg/m2.
Hasil analisis bivariat dengan odds ratio (OR) terhadap obesitas didapatkan OR
lain yang berhubungan dengan masalah gizi pra hamil adalah rendahnya
pemilihan makanan dan memiliki peran dalam masalah gizi. Tingkat pengetahuan
seseorang. Pendidikan gizi suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan gizi
Hasil penelitian yang telah dilakukan di KUA kebon Jeruk Jakarta Barat
didapatkan tingkat pengetahuan masalah gizi pada calon pengantin wanita yang
baik yaitu 38,5% (Yulisawati, 2017). Hal ini menunjukkan bahwa masih
Oleh karena itu berdasarkan data dan teori di atas maka peneliti tertarik untuk
meneliti pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan dan sikap gizi pra
kehamilan pada calon pengantin di Jakarta Barat. Masalah gizi yang terjadi
menunjukkan, tujuh juta wanita mengalami kekurangan gizi akibat gangguan pola
makan. Kekurangan gizi yang dialami oleh wanita di Indonesia juga telah
mengakibatkan wanita yang berusia 20-40 tahun sebesar 17,2% nya memiliki
berat badan kurang, dan indeks massa tubuh 18,5 kg/m2. Wanita ini beresiko
tinggi untuk melahirkan berat badan lahir rendah (BBLR) dan prematur. Namun
masalah gizi pra hamil bukan hanya pada wanita saja, menurut penelitian (Ahsan
et al., 2010) laki-laki yang obesitas dapat mempengaruhi kejadian infertilitas pada
laki-laki, selain obesitas keterbiasaan konsumsi alcohol pada laki-laki juga dapat
Penyuluhan gizi merupakan suatu prinsip pemasaran yang bersifat edukatif untuk
memperbaiki kesadaran gizi yang bertujuan sebagai salah satu cara dalam
pada balita, ibu hamil, ibu menyusui, remaja serta pencegahan penyakit tertentu.
kesehatan dan asupan makannya memerlukan upaya yang tidak hanya bisa
dilakukan dalam waktu singkat, namun perlu perjalanan waktu yang merubahnya,
terutama pada calon pengantin pra nikah, dalam mengajak dan mensosialisasikan
kepada mereka membutuhkan waktu dan media yang tepat. Upaya yang dapat
diri menjadi seorang ibu dan ayah dimasa yang akan datang.
Pendokumentasian “SOAP”
5
1.3. Tujuan
komprehensif.
PMB “L”
PMB “L”
1.4. Manfaat
yang sudah ada serta mutu pelayanan kesehatan yang lebih efektif.
calon pengantin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
sosial secara utuh tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan
(WHO).
kelemahan, dalam segala hal yang berkaitan dengan system reproduksi dan
kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan
sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang
yang sah, mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan material yang layak,
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, spiritual yang memiliki hubungan
yang serasi, selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan antara
dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan sebelum dan
usia subur yang telah menikah, kehamilan dan persalinan, tetapi mencakup
dukung oleh status kesehatan yang optimal. Hal ini tentu saja dapat
(BKKBN, 2011).
pikiran atau keterangan dalam rangka menciptakan rasa saling mengerti dan
10
dua orang atau lebih. Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis
merupakan salah satu kompetensi yang dituntut dari tenaga kesehatan, karena
bertanggung jawab.
adanya.
dipahami.
2.3.4 Menggunakan alat peraga yang menarik dan mengambil contoh dari
kehidupan sehari-hari.
dimiliki ibu.
tahun 1974 pasal 7 ayat 1 pernikahan hanya diziinkan apabila pihak pria
mencapai usia 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai usia 16 tahun.
kesehatan kedua belah pihak, termasuk soal genetik, penyakit kronis, hingga
12
(Permadi, 2011).
keluarga calon mempelai pria dan wanita. Misalnya ada tidaknya penyakit
kelainan darah seperti thalassemia dan hemofilia. Kedua penyakit itu bisa
dalam riwayat keluarga kedua atau salah satu calon mempelai, dapat dilihat
kemungkinan cacat bawaan (kongenital) jika kelak memiliki anak. Dari sini,
calon pasangan suami istri (pasutri) akan punya pemahaman bahwa bila orang
tua atau garis keturunannya mengidap penyakit genetik, anak yang akan lahir
cytomegalovirus, Herpes virus I dan Herpes virus II. Kelompok penyakit ini
sering kali menyebabkan masalah pada ibu hamil (sering keguguran), bahkan
13
infeksi itu diketahui sejak awal, dapat diobati sebelum terjadinya kehamilan.
(PMS) juga penting untuk diketahui karena sebagian besar PMS termasuk
janin. Bila salah satu pasangan sebelumnya terdeteksi pernah melakukan seks
melangsungkan pernikahan.
demi tercapainya relasi perkawinan yang stabil dan memuaskan kedua belah
meledak dalam konteks pertengkaran yang hebat dan parah yang bisa
berakibat fatal. Dalam hal ini, kedua pasangan harus belajar bahwa mengatasi
masalah menjadi lebih besar dan lebih besar lagi. Jadi melalui konseling
lebih berisi data diri calon mempelai, seperti nama, tempat tanggal lahir, usia,
berat dan tinggi badan, dan tekanan darah. Serta ditambah dengan pernyataan
mempersiapkan diri dari segala aspek yaitu fisik, jiwa, sosial ekonomi.
Terutama bagi calon pengantin wanita berupa gizi, jiwa, kesehatan reproduksi
adalah waktu keluarnya darah haid yang berkisar 20-60 ml per hari.
hanyaterdapat pada 2/3 wanita dewasa, sedangkan pada usia reproduksi yang
menopause) lebih banyak mengalami siklus yang tidak teratur atau siklus
yang tidak mengandung sel telur. Siklus mentruasi ini melibatkan kompleks
menjadi 2 segmen yaitu, siklus ovarium (indung telur) dan siklus uterus
(rahim). Siklus indung telur terbagi lagi menjadi 2 bagian, yaitu siklus
folikular dan siklus luteal, sedangkan siklus uterus dibagi menjadi masa
dan 1/3 bagian terdalamnya disebut sebagai desidua basalis. Pada setiap
menjadi lebih dari 1, dan folikel tersebut berkembang menjadi folikel de graaf
dan LH) yang baik akan menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang
yang akan menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh hormon LH dan LTH
a. Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu
b. Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah
perlekatan janin. Pada fase ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari
ke-12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung telur (disebut
ovulasi).
Siklus ovarium :
1. Fase Flow ( Menstruasi ) Fase menstruasi adalah tahap pertama dari siklus
haid setiap bulannya. Fase ini dimulai ketika sel telur yang dikeluarkan
ovarium dari siklus sebelumnya tidak dibuahi. Hal ini membuat kadar
Akhirnya lapisan rahim ini luruh dan keluar dalam bentuk darah yang
2. Fase folikular. Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel
telur yang berasal dari 1 folikel kemudian matang pada pertengahan siklus
dan siap untuk proses ovulasi (pengeluaran sel telur dari indung telur).
Waktu rata-rata fase folikular pada manusia berkisar 10-14 hari, dan
3. Fase luteal. Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan
(FSH, LH) berada pada level yang rendah dan sudah menurun
lapisan endometrium.
bifasik).
progesterone.
f. Kadar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum
pranikah yang secara khusus bertujuan mencegah segala kesulitan yang akan
pihak, termasuk soal genetik, penyakit kronis, hingga penyakit infeksi yang
Pada saat persiapan Pra Nikah Konseling yang dapat diberikan diantaranya :
2.4.2 Nutrisi
21
saluran saraf lainnya (Varney, 2007). Konseling nutrisi pada calon ibu
memenuhi kebutuhan ibu dan janin yang dikandung. Pola makan yang
gizi antara lain anemia, pertambahan berat badan yang kurang pada
ibu hamil dan gangguan pertumbuhan janin. 1 Salah satu masalah gizi
yang banyak terjadi pada ibu hamil adalah anemia gizi, yang
dunia. Anemia disebabkan karena defisiensi zat besi dalam darah. Zat
22
terdiri dari Fe (zat besi), protoporfirin, dan globin (1/3 berat Hb terdiri
dan nabati. Kebutuhan Fe/Zat Besi dan Suplementasi Zat Besi Pada
90 hari maka total zat besi yang diabsropsi adalah sebesar 720 mg dan
180 mg dari konsumsi harian ibu. Masukan zat besi setiap hari
diperlukan untuk mengganti zat besi yang hilang melalui tinja, air
23
badan per hari atau hampir sarna dengan 0,9 mg zat besi pada laki-laki
dewasa dan 0,8 mg bagi wanita dewasa. 5,9 Kebutuhan zat besi pada
naik dari 0,8 mg/hari, menjadi 6,3 mg/hari pada trimester III.
demikian kebutuhan zat besi pada trimester II dan III tidak dapat
baik kualitasnya dan bioavailabilitas zat besi tinggi, namun zat besi
juga harus disuplai dari sumber lain agar supaya cukup. 7,9
simpanan zat besi dan peningkatan adaptif persentase zat besi yang
diserap. Tetapi bila simpanan zat besi rendah atau tidak ada sama
sekali dan zat besi yang diserap dari makanan sangat sedikit maka,
berbagai garam fero seperti fero sulfat, fero glukonat, dan fero
Indonesia, pil besi yang umum digunakan dalam suplementasi zat besi
folat untuk profilaksis anemia. Dosis zat besi yang paling tepat untuk
dosis terendah dari zat besi untuk pencegahan defisiensi besi dan
besi pada 90% perempuan dan anemia kekurangan zat besi pada
wanita dan dapat menyebabkan wanita tersebut tidak mau minum Fe.
sebagian orang, seperti rasa tidak enak di ulu hati, mual, muntah dan
diare. Frekuensi efek samping ini berkaitan langsung dengan dosis zat
besi. Tidak tergantung senyawa zat besi yang digunakan, tak satupun
senyawa yang ditolelir lebih baik daripada senyawa yang lain. Zat besi
yang akan lahir nanti pun berisiko mengidap penyakit yang sama
(Permadi, 2011).
penyakit ini sering kali menyebabkan masalah pada ibu hamil (sering
pada anak. Jika penyakit infeksi itu diketahui sejak awal, dapat diobati
masalah lain dan meledak dalam konteks pertengkaran yang hebat dan
parah yang bisa berakibat fatal. Dalam hal ini, kedua pasangan harus
sekitar 40 persen kematian bayi terjadi pada masa neonatal. Salah satu
tahunnya. Pada tahun 2002, cakupan imunisasi TT1 ibu hamil secara
nasional mencapai 78,5 persen dan TT2 mencapai 71,6 persen. Tetapi,
pada tahun 2003 cakupan imunisasi TT1 ibu hamil menurun menjadi
rata-rata cakupan imunisasi TT1 pada wanita usia subur sebesar 8,84
pada ibu hamil, untuk TT1 sebesar 40,5 persen dan TT2 sebesar 37,7
Pada penelitian ini status gizi calon pengantin dilihat dari hasil
proporsi catin dengan status gizi kurang ada 55,6 % yang mengalami
dengan uji exact fisher, diperoleh nilai p-value (> 0,05), yaitu 0,07 hal
bahwa tidak ada hubungan antara status gizi calon pengantin dengan
kadar hemoglobin ibu hamil. Bila dilihat dari hasil uji independent t
test, yaitu pada responden tidak dan dengan risiko KEK memiliki
menunjukkan proporsi ibu hamil dengan status gizi ibu kurang (dilihat
31
dari LLA) dan mengalami anemia ada 57 %, namun hasil uji statistik
menunjukkan pvalue (> 0,05) 0,097, yang berarti tidak ada hubungan
antara status gizi ibu hamil dengan kadar hemoglobin ibu hamil. Hal
antara status gizi dengan kejadian anemia pada ibu hamil dengan nilai
anemia ringan, dan sisanya dengan anemia sedang dan berat (13,6 %)
sedangkan dari 11 ibu hamil dengan status gizi kurang, sebesar 54,4 %
pada ibu hamil. Menurut Badriah, status gizi adalah salah satu faktor
subur yang sebelum hamilnya memiliki status nutrisi yang baik, lebih
KEK dan anemia. Status nutrisi kurang yang dimiliki ibu pada saat
nutrisi kurang pada wanita usia subur di Indonesia adalah anemia dan
berdampak pada status gizi Ibu saat hamil. Kondisi yang kurang baik
yang terjadi pada ibu hamil antara lain anemia. Ibu hamil yang
ibu hamil, hal ini disebabkan karena adanya faktorfaktor lain yang
hemoglobin ibu hamil tidak mutlak dipengaruhi oleh status gizi saat
oleh tiga faktor, yaitu faktor dasar, faktor langsung dan tidak
hemoglobin ibu hamil yaitu konsumsi tablet Fe, penyakit infeksi dan
signifikan antara pendidikan (p= 0,002), umur ibu saat hamil (p=
dan kepatuhan ibu mengonsumsi tablet Fe, dengan anemia pada ibu
orang (90,3 %), tingkat pendidikan SMA 18 orang (58,1 %), pekerjaan
IRT sebanyak 13 orang (41,9 %). Status gizi calon pengantin tidak
risiko KEK sebanyak 22 orang (70,9 %). Kadar hemoglobin ibu hamil
sebagian besar non anemia 22 orang (80.6 %). Hubungan status gizi
calon pengantin dengan kadar hemoglobin ibu hamil dengan uji Fisher
0,64 artinya tidak ada hubungan status gizi calon pengantin dengan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada bab ini akan
sebagai berikut :
gizi, pola hidup sehat, sumber informasi. Selain hal -hal tersebut
pengantin putri yang kurang baik. Jika hanya pasif saja, maka
2. Status Gizi
36
besar terhadap berat badan dan panjang badan bayi baru lahir.
Status gizi pra hamil berpengaruh 88% terhadap berat badan bayi
dan 76% terhadap panjang badan bayi baru lahir. (Ningrum, 2018)
yang matang. Menurut Anne (2010) pola hidup sehat adalah suatu
olahraga. Pola makan, pola istirahat dan pola olahraga juga sangat
saat hamil nanti apabila pola hidup tidak sehat tetap terjaga maka
akan sangat banyak resiko terjadi baik pada ibu maupun calon
kehamilan yang baik juga harus didukung oleh pola hidup yang
sehat, maka dari itu merubah pola hidup menjadi sehat sejak masa
hamil akan terbiasa dan membuat calon ibu serta bayi yang
internet. (Taufiq,2017)
keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang
dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. Berikut
VIII/2007:
budaya)
penunjang)
secara komprehensif.
keluarga.
rujukan. Kriteria:
42
spiritual-kultural.
berkesinambungan.
sesuai.
atau keluarga.
Kebidanan:
KIA).
2. Alasan datang
KUA
3. Keluhan Utama
4. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun
Lama : 1 - 5 hari.
Disminorrhae : Kadang-kadang
Jenis penyakit :-
Jenis penyakit :-
nasi sayur lauk seperti tahu, tempe, telur, daging ayam kadang
daging)
bekerja.
e. Perilaku Kesehatan
f. Personal Hygiene
Kesadaran : Composmentis
TD :110/70 mmhg
Suhu : 36.5 oC
Nadi : 82x/menit
RR : 20x/menit
BB sekarang : 55 kg
TB : 155 cm
LILA : 25 cm
a. INSPEKSI
Conjungtiva : Normal
Kebersihan : bersih
49
Varises : (-)
b. PALPASI
Keluaran :-
c. AUSKULTASI:
d. PERKUSI
Hb : 12.5 gr/dl
50
Golda : AB
Albuminuria :-
Reduksi urine :-
Hbsag :-
HIV :-
Pasangan usia subur Nn. V Usia 20 tahun dan Sdr. S usia 25 tahun calon
3.4. Intervensi :
anemia.
keterangan sudah TT
3.5. Penatalaksanaan
51
3.6. Evaluasi
diberikan tadi.
PEMBAHASAN
pernikahan sesuai dengan teori bahwa tipe bimbingan dan konseling pranikah
yang diberikan disini adalah secara individu atau pasangan dengan cara
pengkajian data subyektif diperoleh bahwa Nn. V berusia 20 tahun dan Sdr.S
berusia 25 tahun. Menurut BKKBN (2017), umur ideal yang matang secara
tahun bagi pria. Sehingga Nn. V dan Sdr.S termasuk pasangan dengan usia
yang sudah sangat matang atau terbilang sudah berumur untuk menikah.
kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Hal ini dikarenakan pada usia
<20 tahun secara fisik dan mental ibu belum kuat yang memungkinkan
persalinan prematur. Sedangkan pada usia ≥35 tahun kondisi fisik mulai
persalinan, dan masa nifas. Begitupun pria, disarankan untuk menikah pada
usia kurang dari 40 tahun, karena di atas usia tersebut motilitas, konsentrasi,
mental untuk menikah dan tidak menunda kehamilan setelah menikah, bahkan
ingin segera memiliki anak. Keputusan yang dibuat oleh kedua calon
pengantin sudah tepat, karena usia Nn.V yang telah memasuki usia 20 tahun
tidak mngetahui dan lupa kapan siklus menstruasi, oleh karena itu diperlukan
wanita normal berkisar antara 21-32 hari dan hanya 10-15% yang memiliki
selama 3-5 hari dan ada juga yang 7-8 hari. Dengan demikian tidak ada
menstruasi, baik siklus, lama menstruasi, nyeri haid berlebihan, maka dapat
Adapun fluor albus yang kadang- kadang dialami Nn. V memiliki sifat
bening, sebelum dan setelah menstruasi, tidak gatal, tidak berbau merupakan
bahwa keputihan normal adalah tidak berbau, berwarna putih, dan tidak gatal
alat genital.
55
dan sayur, sehingga pada pola eliminasi didapatkan kebiasaan BAB Nn. V
umum yaitu 10,5 g/hari (Depkes 2008). Nilai ini hanya mencapai setengah
berdasarkan Angka Kecukupan Gizi untuk orang dewasa usia 19—29 tahun
membuat volume feses menjadi lebih besar dan akan merangsang saraf pada
feses lebih mudah dieliminir. Pengaruh nyata yang telah dibuktikan adalah
adalah asupan air. Air memiliki banyak fungsi, salah satu fungsi air adalah
dan saluran cerna yang memerlukan media air (Santoso, dkk. 2011).
terutama air minum, yang harus dikonsumsi untuk orang dewasa adalah 2
liter atau setara 8 gelas setiap hari. Hal ini disebebakan karena proses defekasi
dapat berjalan dengan lancar apabila minimal mengonsumsi air putih 2 liter
56
per hari (Ambarita, dkk, 2014). Pada kasus diperoleh bahwa kebiasaan
minum Nn.V adalah 8-9 gelas/hari, sehingga kebutuhan cairan Nn.V telah
terpenuhi dan bukan menjadi penyebab frekuensi BAB yang tidak teratur.
yang termasuk dalam kategori normal. IMT normal ialah 18,5 – 25 kg/m2
(Depkes, 2011). Sedangkan, ambang batas LLA WUS dengan risiko KEK di
Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila LLA < 23,5 cm atau IMT < 18,5 kg/m2 ,
artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK atau gizi kurang, dan
diperoleh hasil Hb Nn. V 12,5 g/dL Menurut kriteria WHO anemia adalah
bawah 12 g% pada wanita. Kriteria ini digunakan untuk evaluasi anemia pada
dilakukan analisis terhadap Nn. V dan Sdr. S yaitu pasangan usia subur
dengan persiapan pernikahan dalam kondisi cukup umur dan siap untuk
kehamilan sangatlah penting. Karena masa subur adalah suatu masa dalam
siklus menstruasi perempuan di mana terdapat sel ovum yang siap dibuah,
ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus. Pemberian imunisasi tetanus toxoid
subur memiliki kekebalan penuh. Dalam hal status imunisasi belum mencapai
5.1 Kesimpulan
kasus ini berdasarkan hasil pengkajian data subjektif dan objektif pada Nn. V
dan Sdr.S sebagai calon pasangan pengantin, yaitu pasangan usia subur
kehamilan, masa subur, dengan tata laksana yang sesuai diharapkan apat
segera memperoleh keturunan yang sehat atau generasi platinum dalam ikatan
5.2 Saran
Deti Mega Purnamasari "Ini Isi Materi Bimbingan Pernikahan untuk Calon
Pengantin",Klikuntukbaca: https://nasional.kompas.com/read/2019/11/19/
22290271/ini-isi-materi-bimbingan-pernikahan-untuk-calon-pengantin.
Prawirohardjo, S., 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono
Varney, Helen, Jan M.kriebs, Carolyn L.Gegor. 2007. Buku Ajar Asuhan
kebidanan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Soetjiningsih, 2011. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta :
CV SagungSeto
Rosa, Valentina.2012. Persepsi Tentang Konseling Pranikah Pada Mahasiswa
Tingkat Akhir. UI. Jakarta
BKKBN, 2009. Pedoman KIE Program KB Nasional. Jakarta
Paratmanitya, ., Hadi, H., & Susetyowati. ( 2012 ) Citra Tubuh, Asupan Makan
dan Status Gizi Wanita Usia Subur Pranikah. Jurnal Gizi Klinik
Indonesia,8(3), 126 – 134.
Notoatmodjo, S.,(2010) Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Departemen Kesehatan RI. (2011). Pedoman Praktis Memantau Status Gizi
Orang Dewasa. Retrieved April 03, 2018, from gizi.depkes.go.id/wp-
content/uploads/2011/10/ped-praktis-stat-gizi-dewasa.doc
Effendi, F., & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan
Praktek Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
LAMPIRAN
1. Dokumentasi Kegiatan
63
2. Leaflet
64