Anda di halaman 1dari 55

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL NY.

“R” G6P5A0H5 USIA


KEHAMILAN 35-36 MINGGU DENGAN HEPATITIS

(Mata kuliah Asuhan Kebidanan Kehamilan)

Dosen : Eka Maulana Nurzannah S.SiT., M.KM

Disusun oleh :

1. Aal Suningsih 21506006


2. Restu Familia 21506009
3. Putri Terang Merdeka 21506012
4. Satriani Saleh 21506015
5. Niasari Asih 21506016
6. Shani Anggraini 21506022

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

STIKES MITRA RIA HUSADA


JAKARTA
2022/2023
DAFTAR ISI

PERNYATAAN PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR
ISI............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................
3
1.3 Tujuan.........................................................................................................
3
1.2.1 Tujuan Umum.............................. ...............................................3
1.2.2 Tujuan Khusus.............................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Hepatitis....................................................................................6
2.2 Rumusan
Masalah.......................................................................................6
2.3 Klasifikasi dan Pengobatan
Hepatitis.........................................................6
2.4 Hepatitis dalam masa
kehamilan................................................................7
BAB III TINJAUAN KASUS
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 langkah pertama : pengkajian data.........................................................
4.2 langkah kedua : interprestasi data..........................................................
4.3 langkah ketiga : diagnosa potensial.......................................................
4.4 langkah keempat : tindakan segera dan kolaborasi....................................
4.5 langkah kelima : perencanaan.................................................
4.6 langkah keenam : pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan............................
4.7 langkah ketujuh : evaluasi
BAB V PENUTUP
5.1 kesimpulan...............................................................................
5.2 saran............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................

BAB I

PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang

Kehamilan adalah suatu fenomena fisiologis yang dimulai dengan


pembuahan dan diakhiri dengan proses persalinan (Mansjoer, 2001). Selama masa
kehamilan, ibu dan janin adalah unit fungsi yang tak terpisahkan. Selama
kehamilan normal, saluran cerna dan organ-organ penunjangnya mengalami
perubahan, baik secara anatomis maupun fungsional, yang dapat mengubah secara
bermakna kriteria untuk diagnosis dan terapi untuk beberapa penyakit.

Hepatitis bermasalah di Indonesia, pertama oleh karena carrier-nya


tergolong banyak, Kedua, imunisasi Hepatitis pada bayi (Universal Immunization)
di Indonesia baru dimulai beberapa tahun lampau (1996). Hal ketiga, belum
semua orang berisiko tinggi kena Hepatitis patuh meminta vaksinasi. Dengan
kondisi seperti itu, berarti masyarakat yang telanjur tertular Hepatitis sudah sekian
banyak, dan kian tak terkontrol pula.
Masih banyak masyarakat kita yang belum tahu, bahwa hubungan seks
bebas juga bisa menjadi sumber penularan Hepatitis. Sembarang melacur, lalu
seorang suami tanpa disadarinya sebab mungkin tidak tahu, menularkan
penyakitnya kepada istrinya, lalu kepada anak-anaknya lewat cemaran cairan
tubuh antar-anggota keluarga, atau persalinan bayi.

Penyakit ini biasanya jarang terjadi pada wanita hamil. Namun, apabila
timbul ikterus (gejala kuning) pada kehamilan, maka penyebabnya yang paling
sering adalah hepatitis virus.

Pada wanita hamil kemungkinan untuk terjangkit hepatitis virus adalah sama
dengan wanita tidak hamil pada usia yang sama. Di negara sedang berkembang,
wanita hamil lebih mudah terkena hepatitis virus. Hal ini erat hubungannya
dengan keadaan nutrisi dan higiene sanitasi yang kurang baik. Hepatitis virus
dapat timbul pada ketiga trimester kehamilan dengan angka kejadian yang
sama. Menurut sebuah penelitian, 9.5 persen hepatitis virus terjadi pada trimester
I, 32 persen terjadi pada trimester II, dan 58.5 persen terjadi pada trimester III.
Indonesia menjadi negara dengan penderita Hepatitis B ketiga terbanyak didunia
setelah China dan India dengan jumlah penderita 13 juta orang, sementara di
Jakarta diperkirakan satu dari 20 penduduk menderita penyakit Hepatitis B.
Sebagian besar penduduk kawasan ini terinfeksi Virus Hepatitis B (VHB) sejak
usia kanak-kanak. Sejumlah Negara di Asia, 8-10% populasi orang menderita
Hepatitis B kronik (Sulaiman, 2013).Infeksi Hepatitis B masih tinggi kejadiannya
4% - 30% pada orang normal, sedangkan pada penyakit hati menahun angka
kejadiannya 20% - 40%. Pada ibu hamil prevalensinya sebesar 4% dan penularan
ibu hamil yang mengidap Hepatitis ke bayinya sebesar 45,9% (Harahap, 2009).
Sedangkan di Kota Medan sendiri didapat 6,05% dari 314 pasien (survei nasional
untuk prevalensi Hepatitis B/C pada pasien hemodialisis) (Lukman, 2013).

1.2 Tujuan

  1.2.1 Tujuan umum


a. Agar mahasiswa mengetahui dan mampu melakukan
penapisan pada bumil khususnya Kehamilan dengan
Hepatitis.

  1.2. 2 Tujuan khusus

a. Agar mengetahui pengertian dan macam – macam penyakit


dalam kehamilan, khususnya pada kasus ibu hamil dengan
hepatitis.
b. Agar   dapat melakukan manajemen pengkajian data.
c. Agar dapat melakukan diagnosis dari pengkajian data.
1.3 manfaat penelitian
Setelah melakukan seminar kasus diharapkan makalah ini bermanfaan bagi :
1.3.1 penulis
a. Penulis dapat mengerti,memahami dan menerapkan asuhan pada ibu hamil
dengan hepatitis
b. Menambahkan pengetahuan dan pengalaman khusus tentang ibu hamil
dengan hepatitis.

1.3.2 institusi pendidikan


Sebagai bahan masukan atau pertimbangan bagi rekan-rekan mahasswa STIKes
MERCUBAKTIJAYA PADANG program study D-III kebidanan dalam
penerapan asuhan kebidanan
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian hepatitis

     Penyakit Hepatitis adalah peradangan pada hati karena toxin, sepertikimia,


obat atau agen penyebab infeksi. Penyakit ini disebabkan oleh beberapa jenis
virus yang menyerang dan menyebabkan peradangan serta merusak sel-sel organ
hati manusia. Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan disebut hepatitis
akut, hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut hepatitis kronis.
Hepatitis diketegorikan dalam beberapa golongan, diantaranya hepatitis A,
hepatitis B, hepatitis C, hepatitis D, hepatitis E, dan hepatitis  G.

2.2. rumusan masalah

       Hepatitis  diisebabkan oleh beberapa jenis virus  yang diketegorikan dalam


beberapa golongan, diantaranya hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, hepatitis D,
hepatitis E, dan hepatitis  G. Hepatitis juga terjadi karena infeksi virus lainnya,
seperti mononukleosis itinfeksiosa, demam kuning  dan infeksi Virus
Mumps, Virus Rubella, Virus Cytomegalovirus, Virus Epstein-Barr, Virus
Herpes. Penyebab hepatitis non – virus yang utama adalah alkohol dan obat-
obatan.

Penyebab-penyebab tersebut antara lain :

a. Infeksi virus; hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, hepatitis D, 


                             hepatitis E, hepatitis F, hepatitis G.
b. Non virus ; Komplikasi dari penyakit lain, Alkohol, Obat-obatan  kimia
atau zat kimia, Penyakit autoimun. 

2.3 Klasifikasi dan pengobatan Penyakit Hepatitis

       A. HEPATITIS A

1.Definisi

       Penyakit Hepatitis A adalah golongan penyakit Hepatitis yang ringan dan
jarang sekali menyebabkan kematian, Virus Hepatitis A (VHA=Virus Hepatitis
A).  Penyakit Hepatitis A disebabkan oleh virus yang disebarkan oleh kotoran /
tinja penderita biasanya dengan penularan  melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi (fecal – oral), bukan melalui aktivitas seksual atau melalui darah.
Hepatitis A paling ringan dibanding hepatitis jenis lain (B dan C). Penyebaran
melalui tinja / kotoran terjadi akibat buruknya tingkat kebersihan. Di negara-
negara berkembang sering terjadi wabah yang penyebarannya terjadi melalui air
dan makanan. Sebagai contoh, ikan atau kerang yang berasal dari kawasan air
yang dicemari oleh kotoran manusia penderita.

2.Masa inkubasi

       Penyakit Hepatitis A memiliki masa inkubasi 2 sampai 6 minggu sejak waktu
terkespos atau terpapar terjadi, kemudian penderita menunjukkan beberapa tanda
dan gejala terserang penyakit Hepatitis A.

3.Tanda dan Gejala

       Penderita akan mengalami gejala – gejala subyektif dan obyektif (berdasarkan
pemeriksaan klinis).

 Gejala – gejala subyektif berupa  lemah, letih, lesu, hilang nafsu makan,
seringkali terjadi mual dan muntah yang terus menerus sehingga
menyebabkan seluruh badan terasa lemas.
 Gejala – gejala obyektif yang ditemukan setelah pemeriksaan adalah
Demam  ( suhu tubuh di atas 37,20C), mata dan kulit menjadi kuning, urin
berwarna  tua dan pekat, dan tinja pucat. Demam yang terjadi adalah
demam yang terus menerus, tidak seperti demam yang lainnya yaitu pada
demam berdarah, tbc, thypus.

Berdasarkan stadium yang diderita Hepatitis A dibagi menjadi 3 stadium:

(1)  Pendahuluan (prodromal) dengan gejala letih, lesu, demam, kehilangan selera


makan dan mual;

(2)  Stadium dengan gejala kuning (stadium ikterik); dan

(3)  Stadium kesembuhan (konvalesensi). Gejala kuning tidak selalu ditemukan.


Untuk memastikan diagnosis dilakukan pemeriksaan enzim hati, SGPT, SGOT
karena pada hepatitis A bisa terjadi radang saluran empedu, maka pemeriksaan
gama – GT dan alkali fosfatase dapat dilakukan di samping kadar bilirubin.

4.Masa Pengasingan yang disarankan

       Selama 2 minggu setelah gejala pertama atau 1 minggu setelah penyakit
kuning muncul. Pasien juga diharapkan menjaga kebersihan.

5.Pencegahan

       Sebagai usaha pencegahan, menjaga kebersihan perorangan seperti mencuci


tangan dengan teliti dan menggunakan prinsip 6 langkah diperlukan untuk
meminimalisasi penyebaran mata rantai penyakit Hepatitis A. Jenis imunisasi
hepatitis A dibagi menjadi :

a. Imunisasi Hepatitis A bisa dilakukan dalam bentuk sendiri


(Havrix)
b. Kombinasi dengan vaksin Hepatitis B (Twinrix).

       Imunisasi hepatitis A dilakukan dua kali, yaitu vaksinasi dasar dan booster
yang dilakukan 6 – 12 bulan kemudian. Imunisasi hepatitis A dianjurkan bagi
orang yang potensial terinfeksi seperti penghuni asrama dan mereka yang sering
jajan di luar rumah.

6.Pengobatan

       Penderita yang menunjukkan gejala Hepatitis A seperti minggu pertama


munculnya yang disebut penyakit kuning, letih dan sebagainya , diharapkan tidak
banyak beraktivitas serta segera mengunjungi fasilitas pelayan kesehatan terdekat
untuk mendapatkan pengobatan dari gejala yang timbul
seperti paracetamol sebagai penurun demam dan pusing,vitamin untuk
meningkatkan daya tahan tubuh dan nafsu makan dan obat mual.       

                               
1. HEPATITIS B

1.Definisi

       Hepatitis B merupakan salah satu penyakit menular yang tergolong berbahaya
di dunia, Penyakit ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB), suatu
anggota famili Hepadnavirus pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi
sirosis hati atau kanker hati yang menyerang hati dan menyebabkan peradangan
hati akut atau menahun. Seperti halnya Hepatitis C, kedua penyakit ini dapat
menjadi kronis dan akhirnya menjadi kanker hati.

 Penyebab Hepatitis ternyata tak semata-mata virus. Keracunan obat, dan


paparan berbagaimacam zatkimia seperti
karbon tetraklorida,chlorpromazine,chloroform, arsen, fosfor, dan zat-zat lain
yang digunakan sebagai obat dalam industri modern, bisa menyebabkan Hepatitis.
Zat-zat kimia ini mungkin saja tertelan, terhirup atau diserap
melalui kulitpenderita. Menetralkan suatu racun yang beredar di dalam darah
adalah pekerjaan hati. Jika banyak sekali zat kimia beracun yang masuk ke dalam
tubuh, hati bisa saja rusak sehingga tidak dapat lagi menetralkan racun-racun lain.

       Di daerah Timur dan Afrika, beberapa kasus hepatitis B berkembang menjadi
hepatitis menahun, sirosis dan kanker hati. Mula-mula dikenal sebagai serum
hepatitis dan telah
menjadi epidemi padasebagian Asia danAfrika.HepatitisBtelahmenjadi endemik d
i Tiongkok dan berbagai negaraAsia.

2. Proses Penularan

       Proses penularan Hepatitis B yaitu melalui pertukaran cairan tubuh atau
kontak dengan darah dari orang yang terinfeksi Hepatitis B. Penularannya tidak
semudah virus hepatitis A. Virus hepatitis B ditularkan melalui darah atau produk
darah. Hepatitis B dapat menyerang siapa saja, tetapi umumnya bagi mereka yang
berusia produktif akan lebih berisiko terkena penyakit.
Proses penularan penyakit Hepatitis B dibedakan menjadi dua :

a. Secara vertikal, cara penularan vertikal terjadi dari Ibu yang


mengidap virus Hepatitis B kepada bayi yang dilahirkan yaitu pada
saat persalinan atau segera setelah persalinan.
b. Secara horizontal, terjadi akibat penggunaan alat suntik yang
tercemar, tindik telinga, tusuk jarum, transfusi darah, penggunaan
pisau cukur dan sikat gigi secara bersama-sama (jika penderita
memiliki penyakit mulut (sariawan, gusi berdarah) atau luka yang
mengeluarkan darah) serta hubungan seksual dengan penderita atau
mitra seksual (baik heteroseksual maupun pria homoseksual).

       Sebagai antisipasi, biasanya terhadap darah-darah yang diterima dari


pendonor akan di tes terlebih dulu apakah darah yang diterima reaktif
terhadap Hepatitis, Sipilis dan HIV.   

3.Tanda dan Gejala

        Secara khusus tanda dan gejala terserangnya hepatitis B adalah demam, sakit
perut dan bagian tubuh tertentu bewarna kuning (terutama pada area mata yang
putih / sklera). Penderita hepatitis B kronik cenderung tampak tanda-tanda
tersebut, sehingga penularan kepada orang lain menjadi lebih berisiko.

       Pada umumnya, gejala penyakit Hepatitis B ringan. Memiliki gejala berupa


selera makan hilang, rasa tidak enak di perut, mual sampai muntah, demam
ringan, kadang-kadang disertai nyeri sendi dan bengkak pada perut kanan atas.
Setelah satu minggu akan timbul gejala utama seperti bagian putih pada mata
tampak kuning, kulit seluruh tubuh tampak kuning dan air seni berwarna seperti
teh.

4.Diagnosa
       Hepatitis B kronis merupakan penyakit nekroinflamasi kronis hati yang
disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis B persisten. Hepatitis B kronis ditandai
dengan HBsAg positif (> 6 bulan) di dalam serum, tingginya kadar HBV DNA
dan berlangsungnya proses nekroinflamasi kronis hati. CarrierHBsAg inaktif
diartikan sebagai infeksi HBV persisten hati tanpa nekroinflamasi.

       Sedangkan Hepatitis B kronis eksaserbasi adalah keadaan klinis yang ditandai
dengan peningkatan intermiten ALT>10 kali batas atas nilai normal (BANN).
Diagnosis infeksi Hepatitis B kronis didasarkan pada pemeriksaan serologi,
petanda virologi, biokimiawi dan histologi.

       Secara serologi, pemeriksaan yang dianjurkan untuk diagnosis dan


evaluasi infeksi Hepatitis B kronis adalah : HBsAg, HBeAg, anti HBe dan HBV
DNA (4,5). Pemeriksaan virologi, dilakukan untuk mengukur jumlah HBV DNA
serum sangat penting karena dapat menggambarkan tingkat replikasi virus.
Pemeriksaan biokimiawi yang penting untuk menentukan keputusan terapi adalah
kadar ALT. Peningkatan kadar ALT menggambarkan adanya aktivitas
kroinflamasi.

       Oleh karena itu pemeriksaan ini dipertimbangkan sebagai prediksi gambaran
histologi. Pasien dengan kadar ALT yang menunjukkan proses nekroinflamasi
yang lebih berat dibandingkan pada ALT yang normal. Pasien dengan kadar ALT
normal memiliki respon serologi yang k urang baik pada terapi antiviral.

       Oleh sebab itu pasien dengan kadar ALT normal dipertimbangkan untuk tidak
diterapi, kecuali bila hasil pemeriksaan histologi menunjukkan proses
nekroinflamasi aktif. Tujuan pemeriksaan histologi adalah untuk menilai tingkat
kerusakan hati, menyisihkan diagnosis penyakit hati lain, prognosis dan
menentukan manajemen anti viral.

5.Pencegahan
       Langkah-langkah pencegahan agar terhindar dari penyakit Hepatitis B adalah
pemberian vaksin atau   imunisasi hepatitis B dilakukan tiga kali, yaitu dasar, satu
bulan dan 6 bulan kemudian. Hal ini ditujukan terutama pada orang-orang yang
berisiko tinggi terkena virus ini, seperti mereka yang berprilaku sex kurang baik
(ganti-ganti pasangan / homosexual), pekerja kesehatan (perawat dan dokter) dan
mereka yang berada di daerah rentan banyak kasus Hepatitis B.

6.Pengobatan

       Penderita yang diduga Hepatitis B, untuk kepastian diagnosa yang ditegakkan
maka akan dilakukan periksaan darah. Setelah diagnosa ditegakkan sebagai
Hepatitis B, maka ada cara pengobatan untuk hepatitis B, yaitu pengobatan telan
(oral) dan secara injeksi.

a.Pengobatan oral yang terkenal adalah

1. Pemberian obat Lamivudine dari kelompok nukleosida analog,


yang dikenal dengan nama 3TC. Obat ini digunakan bagi dewasa
maupun anak-anak, Pemakaian obat ini cenderung meningkatkan
enzyme hati (ALT) untuk itu penderita akan mendapat monitor
bersinambungan dari dokter.
2. Pemberian obat Adefovir dipivoxil (Hepsera). Pemberian secara
oral akan lebih efektif, tetapi pemberian dengan dosis yang tinggi
akan berpengaruh buruk terhadap fungsi ginjal.
3. Pemberian obat Baraclude (Entecavir). Obat ini diberikan pada
penderita Hepatitis B kronik, efek samping dari pemakaian obat ini
adalah sakit kepala, pusing, letih, mual dan terjadi peningkatan
enzyme hati. Tingkat keoptimalan dan kestabilan pemberian obat
ini belum dikatakan stabil.

b.Pengobatan dengan injeksi / suntikan adalah


1. Pemberian suntikan Microsphere yang mengandung partikel
radioaktif pemancar sinar ß yang akan menghancurkan sel kanker
hati tanpa merusak jaringan sehat di sekitarnya.
2. Injeksi Alfa Interferon (dengan nama cabang INTRON A,
INFERGEN, ROFERON) diberikan secara subcutan dengan skala
pemberian 3 kali dalam seminggu selama 12-16 minggu atau lebih.
Efek samping pemberian obat ini adalah depresi, terutama pada
penderita yang memilki riwayat depresi sebelumnya. Efek lainnya
adalah terasa sakit pada otot-otot, cepat letih dan sedikit
menimbulkan demam yang hal ini dapat dihilangkan dengan
pemberian paracetamol.
3. Selain itu, pengobatan tradisional dapat dilakukan. Tumbuhan obat
atauherbal yang dapat digunakan untuk mencegah dan membantu
pengobatan Hepatitis diantaranya mempunyai efek sebagai
hepatoprotektor, yaitu melindungi hati dari pengaruh zat
toksik yang dapat merusak sel hati, juga bersifat anti radang,
kolagogum dan khloretik, yaitu meningkatkan produksi empedu
oleh hati.
4. Beberapa jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk
pengobatan Hepatitis, antara lain yaitu
a. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza),
b. Kunyit (Curcuma longa),
c. Sambiloto (Andrographis paniculata),
d. Meniran (Phyllanthus urinaria),
e. Daun Serut/mirten,
f. Jamur Kayu/lingzhi (Ganoderma lucidum),
g. Akar alang-alang (Imperata cyllindrica),
h. Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa),
i. Pegagan (Centella asiatica),
j. Buah Kacapiring (Gardenia augusta),
k. Buah Mengkudu (Morinda citrifolia),
l. Jombang (Taraxacum officinale).
5. Selain itu juga ada pengobatan alternatif lain Hepatitis B seperti
hijamah / bekam yang bisa menyembuhkan segala penyakit
hepatitis, asal dilakukan dengan benar dan juga dengan standar
medis.

7.Hasil Akhir Perawatan

       Ada 3 kemungkinan tanggapan kekebalan yang diberikan oleh tubuh terhadap
virus Hepatitis B pasca periode akut.

1.   Kemungkinan pertama, jika tanggapan kekebalan tubuh adekuat maka akan


terjadi pembersihan virus, pasien sembuh.

2.   Kedua,jika tanggapan kekebalan tubuh lemah maka pasien tersebut akan


menjadi carrier inaktif.

3.   Ketiga,jika tanggapan tubuh bersifat intermediate (antara dua hal di atas)


maka penyakit terus berkembang menjadi hepatitis B kronis.

1. HEPATITIS C

1.Definisi

       Hepatitis C adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis


C(VHC). Infeksi virus ini menyebabkan peradangan hati atau hepatitis yang
biasanya asimtomatik, tetapi hepatitis kronik yang berlanjut dapat
menyebabkan sirosis dan kanker hati.

2.Proses Penularan

       Proses penularan penyakit  Hepatitis C sebanyak 80 % akibat transfusi darah


dan jarum suntik yang terkontaminasi. Virus hepatitis C ditularkan melalui
pemakai obat yang menggunakan jarum bersama-sama. Jarang terjadi penularan
melalui hubungan seksual. Untuk alasan yang masih belum jelas, penderita
penyakit hati alkoholik seringkali menderita hepatitis C.Proses penularannya
dapat pula melalui kontak darah serangga yang menggiti penderita lalu mengigit
orang lain di sekitarnya. Hepatitis C adalah akibat dari transplantasi
hati di Amerika Serikat.

3.Tanda dan Gejala

       Penderita Hepatitis C kadang tidak menampakkan gejala yang jelas, tetapi
pada penderita Hepatitis C kronik menyebabkan kerusakan / kematian sel-sel hati
dan terdeteksi sebagai kanker (cancer) hati. Penderita Hepatitis C sering kali
orang yang menderita Hepatitis C tidak menunjukkan gejala, walaupun infeksi
telah terjadi bertahun-tahun lamanya. Namun beberapa gejala yang samar
diantaranya adalah  Lelah, Hilang selera makan, Sakit perut, Urin menjadi gelap
dan Kulit atau mata menjadi kuning yang disebutjaundice (jarang terjadi).     

        Pada beberapa kasus dapat ditemukan peningkatan enzyme hati pada
pemeriksaan urine, namun demikian pada penderita Hepatitis C justru terkadang
enzyme hati fluktuasi bahkan normal.Sejumlah 85% dari kasus, infeksi Hepatitis
C menjadi kronis dan secara perlahan merusak hati bertahun-tahun.

4.Pencegahan

Sebagai usaha pencegahan, menjaga kebersihan perorangan seperti mencuci


tangan dengan teliti dan menggunakan prinsip 6 langkah diperlukan untuk
meminimalisasi penyebaran mata rantai penyakit Hepatitis C.

5. Pengobatan

       Saat ini pengobatan Hepatitis C dilakukan dengan pemberian obat


seperti Interferon alfa, Pegylated interferon alfa dan Ribavirin. Adapun tujuan
pengobatan dari Hepatitis C adalah menghilangkan virus dari tubuh anda sedini
mungkin untuk mencegah perkembangan yang memburuk dan stadium akhir
penyakit hati. Pengobatan pada penderita Hepatitis C memerlukan waktu yang
cukup lama bahkan pada penderita tertentu hal ini tidak dapat menolong, untuk itu
perlu penanganan pada stadium awalnya.

1. HEPATITIS D

       Hanya terjadi sebagai rekan-infeksi dari virus hepatitis B dan virus hepatitis


D ini menyebabkan infeksi hepatitis B menjadi lebih berat. Yang memiliki risiko
tinggi terhadap virus ini adalah pecandu obat. Hepatitis D menular melalui darah
yang terinfeksi. Penyakit ini hanya timbul pada orang-orang yang telah terinfeksi
dengan hepatitis B sebelumnya.

       Orang-orang yang berisiko terkena hepatitis D adalah pengguna obat-obatan


yang sering memakai jarum suntik bersama-sama. Penderita hepatitis B juga
berisiko terkena jika berhubungan seks dengan orang yang terinfeksi hepatitis D,
atau jika mereka tinggal dengan orang yang terinfeksi.        Untuk mencegahnya
adalah dengan mencegah terkena hepatitis B, yaitu dengan imunisasi hepatitis B;
selain itu dengan menghindari terkena darah yang terinfeksi, jarum yang
terkontaminasi, atau barang-barang pribadi penderita (sikat gigi, pisau cukur,
gunting kuku). Hepatitis D kronik diterapi dengan interferon alfa.

1. HEPATITIS E

1. Defenisi       

Virus hepatitis E kadang menyebabkan wabah yang menyerupai hepatitis


A, yang hanya terjadi di negara – negara terbelakang. Hepatitis E adalah virus
hepatitis (peradangan hati) yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis E (HEV).
HEV memiliki rute transmisi fecal-oral (kotoran ke mulut). Infeksi dengan virus
ini pertama kali didokumentasikan pada tahun 1955 selama wabah di New Delhi,
India.
  2.Epidemiologi      
            Insiden hepatitis E tertinggi terdapat pada remaja dan orang dewasa
berusia antara 15 – 40 tahun. Meskipun anak-anak sering terkena infeksi ini juga,
namun mereka jarang menunjukkan gejala. Tingkat kematian umumnya rendah,
Hepatitis E biasanya akan hilang dengan sendirinya dan pasien sembuh. Namun
selama durasi infeksi (biasanya beberapa minggu), penyakit ini sangat
mengganggu aktivitas keseharian. Hepatitis E kadang-kadang berkembang
menjadi sebuah penyakit hati akut yang parah, dan fatal pada sekitar 2% dari
semua kasus. Secara klinis, penyakit ini sebanding dengan hepatitis A, tetapi pada
wanita hamil penyakit ini lebih sering parah dan berhubungan dengan sindrom
klinis yang disebut kegagalan hati fulminan. Wanita hamil, terutama pada
trimester ketiga, mengalami tingkat kematian tinggi dari penyakit ini (sekitar
20%).

Meskipun ada satu serotipe virus ini, empat genotipe yang berbeda telah
dilaporkan. Genotipe 1 dan 2 hanya terbatas pada manusia dan sering dikaitkan
dengan wabah besar dan epidemi di negara-negara berkembang dengan kondisi
sanitasi yang buruk. Genotipe 3 dan 4 menginfeksi manusia, babi dan spesies
hewan lainnya dan telah bertanggung jawab untuk kasus-kasus sporadis hepatitis
E di negara-negara berkembang dan industri.

    3.Penyebaran        
           Hepatitis E adalah lazim di kebanyakan negara berkembang, dan umum di
negara manapun dengan iklim panas. Hal ini meluas di Asia Tenggara, Afrika
bagian utara dan tengah, India, dan Amerika Tengah. Ini menyebar terutama
melalui kontaminasi tinja pada pasokan air atau makanan; transmisi orang-ke-
orang jarang ditemukan, namun bisa terjadi saat berhubungan seks oral-anus
(misalnya menjilat anus). Wabah epidemi Hepatitis E paling sering terjadi setelah
hujan lebat dan musim hujan karena gangguan pasokan air.

Hewan peliharaan telah dilaporkan sebagai reservoir untuk virus hepatitis


E, dengan beberapa survei menunjukkan angka infeksi melebihi 95% yang
diantaranya berasal dari babi. Kemungkinan Ini berlaku juga jika seseorang
mengkonsumsi daging babi hutan dan daging rusa mentah. Namun, tingkat
penularan pada manusia melalui rute ini masih diperdebatkan para ahli.

Sejumlah mamalia kecil lainnya telah diidentifikasi sebagai reservoir


potensial: tikus Bandicoot lebih rendah (Bandicota bengalensis), tikus hitam
(Rattus rattus brunneusculus) dan cecurut rumah Asia (Suncus murinus).

Sebuah virus flu burung telah digambarkan terkait dengan gejala Hepatitis-
Splenomegaly pada ayam. Virus ini secara genetis dan antigenically terkait
dengan HEV mamalia dan mungkin merupakan sebuah genus baru.

replikasi virus telah ditemukan dalam usus kecil, kelenjar getah bening, usus besar
serta hati babi yang terinfeksi.

    4.Pencegahan       
      Perbaikan sanitasi adalah ukuran paling penting, yang terdiri dari perawatan
kebersihan pada pembuangan limbah manusia; juga penting standar yang lebih
tinggi untuk persediaan air masyarakat, baik prosedur kebersihan pribadi maupun
persiapan makanan sanitasi.

Sebuah vaksin, berdasarkan protein-protein virus yang di-re-kombinasi,telah


dikembangkan dan baru-baru ini diuji dalam suatu populasi berisiko tinggi
(personil militer dari negara berkembang). Vaksin tampak efektif dan aman,
namun penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menilai perlindungan vaksin
jangka panjang dan efektifitas biaya vaksinasi hepatitis E.

1. HEPATITIS G

  1.Definisi
       Hepatitis G adalah penyakit inflamasi hati yang baru ditemukan.
  2.Penyebab
       Disebabkan oleh hepatitis G virus (HGV), yang mirip dengan virus hepatitis
C. Kontak dengan darah yang terinfeksi HGV.

  3.Gejala
       Kebanyakan orang tidak memiliki gejala akut. Sebanyak 20 % dari penderita
hepatitis C juga menderita hepatitis ini.

  4.Diagnosa
       Metode yang digunakan untuk mendeteksi HGV sangat komplek untuk
mengetahui adanya antibodi HGV. Namun ketika antibodi telah ditemukan, virus
itu sendiri telah menghilang.

  5.Pengobatan
         Tidak ada perawatan spesifik untuk penyakit hepatitis akut ini. Penderita
harus banyak istirahat, menghindari alkohol dan makan makanan bergizi.

  6.Pencegahan
      Hepatitis G ditularkan melalui infeksi melalui darah. Pencegahannya dengan
menghindari kontak dengan darah yang terkontaminasi. Jangan gunakan jarum
suntik atau peralatan lain secara bersamaan.

2.4 Hepatitis Dalam Masa Kehamilan

Pada wanita hamil kemungkinan terjangkit virus Hepatitis dengan wanita tidak
hamil pada wanita yang tidak hamil namun memiliki klasifikasi usia yang sama.
Kelainan hepar yang mempunyai hubungan langsung dengan peristiwa kehamilan
ialah

1. Acute fatty liver of pregnancy (Obstetric acute yellow-atrophy)


2. Recurrent intra-hepatic cholestasis of pregnancy.

       Infeksi hepatitis virus pada kehamilan tidak berhubungan langsung dengan
peristiwa kehamilan, namun tetap memerlukan penanganan khusus, mengingat
penyulit-penyulit yang mungkin timbul baik untuk ibu maupun janin.

a. Hepar dalam Kehamilan

       Pada kehamilan, hepar ternyata tidak mengalami pembesaran. Hal ini
bertentangan dengan penelitian pada binatang yang menunjukkan bahwa hepar
membesar pada waktu kehamilan. Bila kehamilan sudah mencapai trimester ke
III, sukar untuk melakukan palpasi pada hepar, karena hepar tertutup oleh
pembesaran rahim.

       Oleh karena itu bila pada kehamilan trimester ke III hepar dapat dengan
mudah diraba, berarti sudah terdapat kelainan-kelainan yang sangat bermakna.
Perubahan-perubahan mikroskopik pada hepar akibat kehamilan adalah tidak
khas. Pengaliran darah ke dalam hepar tidak mengalami perubahan, meskipun
terjadi perubahan yang sangat menyolok pada sistem kardio vaskuler.

       Wanita hamil sering menunjukkan tanda-tanda mirip adanya penyakit –


penyakit hepar, misalnya : spider naevi dan palmarerythema, yang wajar pada
kehamilan, akibat meningkatnya kadar estrogen. Semua protein serum yang
disintesis dalam hepar mengalami perubahan pada waktu kehamilan. Jumlah
protein serum menurun sekitar 20% pada trimester II, akibat penurunan kadar
albumin secara menyolok, sedangkan fibrinogen justru mengalami kenaikan.

b. Pengaruh Hepatitis Pada Kehamilan dan Janin


      Bila hepatitis terjadi pada trimester I atau permulaan trimeseter II maka gejala-
gejala nya akan sama dengan gejala hepatitis pada wanita tidak hamil. Meskipun
gejala-gejala yang timbul relatip lebih ringan dibanding dengan gejala-gejala yang
timbul pada trimester III, namun penderita hendaknya tetap dirawat di rumah
sakit.

       Hepatitis terjadi pada trimester III menimbulkan gejala-gejala yang lebih
berat dan penderita umumnya menunjukkan gejala-gejala fulminant. Pada fase
inilah acute hepatic necrosis sering terjadi, dengan menimbulkan mortalitas Ibu
yang sangat tinggi. Pada trimester III, adanya defisiensi faktor lipo tropik disertai
kebutuhan janin yang meningkat akan nutrisi, menyebabkan penderita mudah
jatuh dalam acute hepatic necrosis. Tampaknya keadaan gizi ibu hamil sangat
menentukan prognose.

       Berat ringan gejala hepatitis virus pada kehamilan sangat tergantung dari
keadaan gizi Ibu hamil. Gizi buruk khususnya defisiensi protein, ditambah pula
meningkatnya kebutuhan protein untuk pertumbuhan janin, menyebabkan infeksi
hepatitis pada kehamilan memberi gejala-gejala yang jauh lebih berat.

       Pada wanita hamil, secara fisiologik terjadi perubahan-perubahan dalam


proses pembekuan darah, yaitu dengan ke-naikan faktor-faktor pembekuan dan
penurunan aktivitas fibrinolitik, sehingga pada kehamilan mudah terjadiDIC
(Disseminated Intra Vascular Coagulation). Penularan virus ini pada janin terjadi
dengan beberapa cara, yaitu:

a. Melewati placenta
b. Kontaminasi dengan darah dan tinja Ibu pada waktu persalinan
c. Kontak langsung bayi baru lahir dengan Ibunya
d. Melewati Air Susu Ibu, pada masa laktasi.

5.  Baik virus A maupun virus B dapat menembus placenta, sehingga terjadi


hepatitis virus in utero dengan akibat janin lahir mati, atau janin mati pada periode
neonatal. Jenis virus yang lebih banyak dilaporkan dapat menembus placenta,
ialah virus type B.

       Beberapa bukti, bahwa virus hepatitis dapat menembus placenta ialah
ditemukannya hepatitis antigen dalam tubuh janin in utero atau pada janin
barulahir. Selain itu telah dilakukan pula autopsy pada janin-janin yang mati pada
periode neonatal akibat infeksi hepatitisvirus. Hasil autopsy menunjukkan adanya
perubahan-perubahan pada hepar, mulai dari nekrosis sel-sel hepar sampai
suatubentuk cirrhosis.

       Perubahan-perubahan yang lanjut pada hepar ini, mungkin terjadi bila infeksi
sudah mulai terjadi sejak janin dalam rahim. Kelainan yang ditemukan pada hepar
janin, lebih banyak terpusat pada lobus kiri. Hal ini membuktikan, bahwa
penyebaran virus hepatitis dari Ibu ke janin dapat terjadi secarahematogen.Angka
kejadian penularan virus hepatitis dari Ibu ke janin atau bayinya, tergantung dari
tenggang waktu antara timbulnya infeksi pada Ibu dengan saat persalinan. Ibu
hamil yang menderita hepatitis B dengan gejala-gejala klinik yang jelas, akan
menimbulkan penularan jauh lebih besar kepada janinnya dibandingkan dengan
Ibu-Ibu hamil yang hanya merupakan carrier tanpa gejala klinik.

       Ibu hamil yang mengalami hepatitis B, dengan gejala yang jelas, 48% dari
bayinya terjangkit hepatitis, sedang pada Ibu-lbu hamil yang hanya sebagai carrier
Hepatitis Virus B antigen, hanya 5% dari bayinya mengalami virus B
antigenemia. Meskipun hepatitis virus, belum jelas pengaruhnya terhadap
kelangsungan kehamilan, namun dilaporkan bahwa kelahiran prematur terjadi
pada 66% kehamilan yang disertai hepatitisvirus B. Adanya icterus pada Ibu
hamil tidak akan menimbulkan kern-icterus pada janin. Kem icterus terjadi akibat
adanya unconjugated bilirubin yang melewati placenta dari Ibu-Ibu hamil yang
mengalami hemolitik jaundice.

       Bila penularan hepatitis virus pada janin terjadi pada waktu persalinan maka
gejala-gejalanya baru akan nampak dua sampai tiga bulan kemudian. Sampai
sekarang belum dapat dibuktikan, bahwa hepatitis pada Ibu hamil dapat
menimbulkan kelainan kongenital janinnya. Pada pemeriksaan placenta, dari
kehamilan yang disertai hepatitis, tidak dijumpai perubahan-perubahan yang
menyolok, hanya ditemukan bercak-bercak bilirubin. Bila terjadi penularan virus
B in utero, maka keadaan ini tidak memberikan kekebalan pada janin dengan
kehamilan berikutnya.

a. Pencegahan

     Semua Ibu hamil yang mengalami kontak langsung dengan penderita hepatitis
virus A hendaknya diberi immuno globulin sejumlah 0,1 cc/kg berat badan.
Gamma globulin tidak efektif untuk mencegah hepatitis virus B. Gizi Ibu hamil
hendaknya dipertahankan seoptimal mungkin, karena gizi yang buruk
mempermudah penularan hepatitis. Untuk kehamilan berikutnya diberi jarak
sekurang – kurangnya enam bulan setelah persalinan, dengan syarat setelah 6
bulan tersebut semua gejala dan pemeriksaan laboratorium telah kembali normal.
Setelah persalinan, pada penderita hendaknya tetap dilakukan pemeriksaan
laboratorium dalam waktu dua bulan, empat bulan dan enam bulan kemudian.

b. Pengobatan

       Pengobatan infeksi hepatitis pada kehamilan tidak berbeda dengan wanita
tidak hamil. Penderita harus istirahat di rumah sakit sampai gejala icterus hilang
dan bilirubin dalam serum menjadi normal. Makanan diberikan dengan sedikit
mengandung lemak tetapitinggi protein dan karbohydrat. Pemakaian obat-obatan
hepatotoxic hendaknya dihindari. Kortison baru diberikan bila terjadi penyulit.
Perlu diingat pada hepatitis virus yang aktif dan cukup berat, mempunyai resiko
untuk terjadinya perdarahan post-partum, karena menurunnya kadar vitamin K.
Janin baru lahir hendaknya tetap diikuti sampai periode post natal dengan
dilakukan pemeriksaan transaminase serum dan pemeriksaan hepatitis virus
antigen secara periodik. Janin baru lahir tidak perlu diberi pengobatan khusus bila
tidak mengalami penyulit-penyulit lain.
c. Penanganan Khusus
1. Rawat inap dan tirah baring
2. Isolasi pasien, lakukan pemeriksaan serologik
3. Diet rendah lemak, tinggi karbohidrat dan protein
4. Rehidrasi apabila terjadi defisit cairan akibat muntah yang
d. berlebihan dan demam
1. Berikan vitamin K, glukosa dan kurkuma rhizoma
2. Evaluasi profil biofisik atau kondisi janin
3. Penatalaksanaan neonatal
4. Evaluasi sistem pembekuan darah

2.4 Kondep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Pasien Hipertensi


2.4.1 Pengertian
Manajemen kebidanan adalah suatu proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan
teori-teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian tahapan
yang logis untuk suatu pengambilan keputusan yang berfokus kepada klien
(Varney, 2011).

2.4.2 Proses Asuhan Manajemen Kebidanan


Manajemen kebidana menurut Varney terdiri dari 7 langkah yaitu
pengumpulan data dasar, interpretasi data, mengidentifikasi diagnosa atau
masalah potensial, identifikasi kebutuhan tindakan segera dan atau kolaborasi,
merencanakan asuhan yang menyeluruh, melaksanakan perencana dan evaluasi.
A. Langkah Pertama : Pengumpulan data dasar
Bidan harus mencari dan menggali data maupun fakta baik yang berasal
dari pasien, keluarga maupun kesehatan lainnya dan hasil pemeriksaan yang
dilakukan oleh bidan sendiri, pengumpulan data mencakup subjektif dan objektif.
Data subjektif dan objektif merupakan data fokus yang dibutuhkan untuk menilai
keadaan ibu sesuai dengan kondisinya, menggunakan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan laboratorium.
1. Data subyektif (anamnesa)
Data subyektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu
pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Data tersebut tidak dapat
ditentukan oleh bidan secara independen tetapi melalui suatu interaksi atau
komunikasi (Nursalam, 2009)
a. Identitas pasien (suami/istri) meliputi :
1. Nama : Nama jelas dan lengkap, jika perlu menggunakan nama
panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan
penanganan.
2. Umur : Untuk mengetahui ibu termasuk resiko tinggi atau tidak
(umur reproduksi sehat adalah 20-35 tahun) Usia yang aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah usia 20 - 35 tahun. Komplikasi
maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20
tahun ternyata 2 - 5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal
yang terjadi pada usia 20 – 35 tahun. Dampak dari usia yang
kurang, dapat menimbulkan komplikasi selama kehamilan. Setiap
remaja primigravida mempunyai resiko yang lebih besar
mengalami hipertensi dalam kehamilan dan meningkat lagi saat
usia diatas 35 tahun. (Manuaba, 2010)
3. Suku bangsa : Berpengaruh pada adat istiadat dan kebiasaan
sehari-hari.
4. Agama : Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa sesuai
dengan keyakinannya.
5. Pendidikan : Berpengaruh dalam memberikan tindakan kebidanan
dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya,
pendidikan ibu menengah karna hanya tamatan SMA sehingga
bidan dapat memberikan kongseling sesuai dengan pendidikannya.
6. Pekerjaan : Untuk mengetahui tingkat perkerjaan ibu, ibu
dikatakan dalam kategori tingkat perkejaan, ringan, sedang atau
berat. Pekerjaan dapat mempengaruhi kehamilan ini, berdasarkan
hasil penelitian (Esti Nugraheny, Khlaudi Prabandani) karakteristik
pekerjaan yang ditemui peneliti sebagian besar yang mengalami
hipertensi yaitu ibu dengan pekerjaan sedang. Hal ini
dimungkinkan walaupun pasien tidak memiliki aktivitas berat
melainkan hanya aktivitas sedang tapi disertai adanya stress atau
beban psikologis dapat menyebabkan peningkatan angka kejadian
hipertensi (Dalimartha, 2008)
7. Alamat : Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan.
b. Keluhan utama : merupakan alasan utama klien untuk datang ke
pelayanan kesehatan dan apa-apa saja keluhan yang dirasakan ibu
(Furwasyih dian, 2016). Pada kasus dengan hipertensi yang dikeluhkan
meliputi sakit kepala yang menetap (Pudiastuti, 2012). Didapatkan
pada kasus keluhan ibu sakit kepala dan pandangan agak kabur.
c. Riwayat Menstruasi
Yang perlu ditanyakan atau di kaji adalah menarche sejak umur
berapa, biasanya mulai usai 12-16 tahun, siklus normal berlangsung
selama beberapa hari, lamanya beberapa hari, banyaknya berapa kali
mengganti duk dalam sehari, dan adanya disminorhoe atau tidak
bertujuan untuk mengetahui apakah siklus menstruasi pasien normal
atau tidak (Purwasih dian,2016).
d. Riwayat Kehamilan dan nifas yang lalu
Yang perlu dikaji adalah fisiologi jarak kehamilan dengan persalinan
yang minimal 2 tahun, usia kehamilan aterm 37-40 minggu, jenis
persalinan yang bertujuan untuk menentukan ukuran panggul dan
adanya riwayat persalinan dengan tindakan, sehingga menunjukkan
bahwa power, passage, passenger telah berkeja sama dengan baik,
penyulit bertujuan untuk mengetahui penyulit persalinan yang pernah
dialami oleh ibu, nifas yang lalu memungkinkan adanya keadaan
lochea, laktasi berjalan dengan normal atau tidak serta keadaan anak
sekarang.
e. Riwayat Kontrasepsi
Untuk mengetahui apakah pasien pernah menggunakan alat kontasepsi
atau tidak, apa jenis kontrasepsi yang digunakan, berapa lama
penggunaan kontrasepsi dan apakah ada keluhan selama pemakaian
alat kontrasepsi atau tidak. Gunanya untuk mengetahui apakah alat
kontrasepsi yang digunakan cocok atau tidak digunakan pasien. Jika
alat kontrasepsi yang lama cocok dengan ibu, maka ibu dapat
memakainya kembali setelah proses persalinan ibu selesai.
f. Riwayat kehamilan ibu sekarang
Riwayat kehamilan sekarang menurut (Purwasyih dian,2016)
meliputi :
1. HPHT (hari pertama haid terakhir) untuk menentukan usia
kehamilan dan TP.
2. Keluhan-keluhan umum yang terjadi pada saat kehamilan TM III.
Menurut sulistyawati (2009) adalah : sering BAK, hemoroid,
sembelit, sesak napas, nyeri ligamentum rotundum, perut
kembung, pusing, sakit punggung atas dan bawah, dan varises pada
kaki.
3. Pergerakan janin : Pada primipara biasnya sudah terasa dalam
kehamilan 20 minggu dan pada multipara pada usia 16 minggu.
Gunanya untuk meng-kroscek dengan HPHT ibu.
4. Keluhan-keluhan yang pernah dirasakan : pengkajian ini bertujuan
untuk mendeteksi kemungkinan adanya tanda-tanda bahaya pada
ibu hamil seperti 5 L (lesu, lemah, letih, lelah, lunglai), mual dan
muntah yang terus menerus, nyeri perut, demam tinggi, sakit
kepala berat, penglihatan kabur, rasa nyeri atau panas waktu BAK,
rasa gatal pada vulva, vagina, dan sekitarnya, pengeluaran
pervagianam, nyeri dan kemerahan pada tungkai dan bengkak pada
wajah, tangan dan kaki. Pada kasus ibu dengan hipertensi biasanya
megatakan keluhan seperti penglihatan kabur, sakit kepala hebat
dan bengkak pada wajah, tangan , dan kaki.
5. Imunisasi : untuk mengetahui apakah imunisasi ibu lengkap ataub
tidak, jika ibu tidak pernah diberikan imunisasi TT maka ibu harus
diberikan paling sedikit 2 kali selama kehamilan dimulai TM II dan
TM III.
g. Riwayat kesehatan ibu
1. Riwayat penyakit yang pernah diderita
a. Jantung : Untuk mengethaui apakah ibu pernah menderita
penyakit jantung atau tidak. Pada ibu penderita penyakit
jantung, ia tidak mampu memompa darah guna mencukupi
kebutuhan tubuh. Padahal seiring pertambahan usia kehamilan,
ibu hamil yang menderita penyakit jantung akan cepat merasa
lelah meskipun istihatnya cukup. Akibatnya beban kerja
jantung meningkat pada saat kontraksi rahim. Resiko yang
terjadi dapat berupa serangan jantung, stroke dan hipertensi.
b. Hipertensi : Untuk mengetahui apakah ibu pernah mengidap
penyakit hipertensi atau tidak sebelum kehamilan. Riwayat
hipertensi kronis yang dialami selama kahamilan dapat
meningkatkan resiko terjadinya hipertensi dalam kehamilan,
dimana komplikasi tersebut dapat mengakibatkan superimpose
preeclampsia dan hipertensi kronis dalam kehamilan
(Manuaba, 2010)
c. Ginjal : Untuk mengetahui apakah ibu mengidap penyakit
ginjal atau tidak. Penyakit ginjal seperti gagal ginjal akut yang
diderita pada ibu hamil dapat menyebabkan hipertensi dalalm
kehamilan. Hal tersebut berhubungan dengan kerusakan
glomerulus yang menimbulkan gangguan filtrasi dan
vasokontriksi pembuluh darah (Mulihan FA, 2012).
d. DM : Untuk mengetahui apakah ibu memilki riwayat penyakit
DM atau tidak. Preeklamsia cenderung terjadi pada wanita
yang menderita diabetes militus karena diabetes merupakan
penyakit yang dapat menjadi faktor pencetus terjadinya
preeklamsia (Manuaba, 2010). Hal ini terjadi karena saat hamil,
plasenta berperan untuk memenuhi semua kebutuhan janin.
Pertumbuhan janin dibantu oleh hormon dari plasenta, namun
hormone-hormon ini juga mencegah kerja insulin dalam tubuh
ibu hamil.Hal ini disebut denganresistensi insulin atau kebal
insulin. Resistensi insulin mermbuat tubuh ibu hamil sulit
mengatur kadar gula darah sehingga glukosa tidak dapat diubah
menjadi energy dan menumpuk di dalam darah keadaan ini
menyebabkan kadar gula dalam darah menjadi tinngi.
Preeklamsia yang terjadi pada ibu dengan diabetes melitus
terjadi karena adanya peningkatan produksi deosikortikosteron
(DOC) yang dihasilkan dari progesteron didalam plasma dan
meningkat tajam selama trimester ketiga. Ibu dengan diabetes
kehamilan terdapat peningkatan insiden hipertensi dan
preeklamsia yang akan memperburuk perjalanan persalinan
serta meningkatkan resiko diabetes tipe II dikemudian hari
(Jurnal Kesehatan Holistik Volume 9, Nomor 3, 2015)
e. Asma : untuk mengetahui apakah ibu pernah mengidap
penyakit asma atau tidak. Asma pada kehamilan yang tidak
terkontrol dapat mengakibatkan penurunan asupan oksigen ibu,
sehinnga berefek negative bagi janin. Asma yang tidak
terkontrol pada kehamilan menyebabkan komplikasi baik bagi
ibu maupun janin. (OSUMC, 2005). Asma yang tidak
terkontrol dapat menyebabkan stress yang berlebihan bagi ibu.
komplikasi asma yang tidak terkontrol bagi ibu termasuk
preeklamsia, hipertensi kehamilan, hyperemesis gravidarum
dan perdarahan pervaginam induksi kehamilan (OSUMC,
2005)
f. TBC : untuk mengetahui apakah ibu memiliki riwayat penyakit
TBC sembelum hamil atau tidak.
g. Epilepsi : untuk mengetahui apakah ibu memilki riwayat
penyakit epilepsi atau tidak.
h. PMS/IMS : Untuk mengetahui apakah ibu mengalami penyakit
melular seksual atau infeksi menular sesksual atau tidak.
2. Riwayat Alergi
a. Makanan : untuk mengetahui apakah ibu memiliki riwayat
alergi pada makanan atau tidak .
b. Obat-obatan : untuk mengetahui apakah ibu memiliki riwayat
alergi pada obat-obatan atau tidak, tujuan agar dalam
pemberian obat nanti bisa sesuai dengan tubuh ibu.
3. Riwayat operasi dinding rahim : untuk mengetahui apakah ibu
memiliki riwayat operasi dinding rahim sebelumnya atau tidak.
Sebab jika ibu pernah mengalami oprerasi dinding rahim
sebelumnya maka kemungkin besar untuk melahirkan anak
berikutnya harus di operasi lagi.
h. Riwayat kesehatan keluarga
a. Riwayat penyakit keturunan
1. Jantung : Untuk mengetahui apakah keluarga ibu memiliki
penyakit keturunan jantung atau tidak. Sebab jika ibu memilki
riwayat keluarga yang mengidap penyakit jantung, maka
berkemungkinan ibu bisa mengalami penyakit yang sama.
2. Hipertensi : untuk mengetahui apakah keluarga ibu ada riwayat
hipertensi atau tidak. Jika pada keluarga ibu ada yang
mengidap penyakit hipertensi maka berkemungkinan pula ibu
bisa mengalami penyakit hipertensi kerna faktor genetik.
3. DM : untuk mrngetahui apakah keluarga ibu memiliki riwayat
penyakit diabetes melitus atau tidak. Jika didalam keluarga ibu
ada yang mengidap penyakit diabetes melitus maka ibu
berkemungkinan menagalami penyakit yang sama. Pada ibu
hamil jika ada keluarga yang mengidap penyakit diabetes
melitus maka ibu disarankan untuk memeriksakan kadar
guladarahnya. Sebab jika ibu dikatakan positif diabetes melitus
maka ibu akan mendapatkan komplikasi selama kehamilan
berupa hipertensi.
i. Riwayat Psikososial
1. Kehamilan direncanakan/tidak :Data ini diperlukan untuk
mengetahui apakah kehamilan yang ada pada ibu ini direncanakan
atau tidak, karena jika kehamilan ini tidak direncanakan maka ini
akan menjadi masalah pada ibu sebab jika ini kehamilan yang tidak
diinginkan maka ibu tidak akan peduli dengan kehamilannya
bahkan dengan janin yang sedang ia kandung.
2. Respon ibu, suami dan keluarga terhadap kehamilan: data ini
diperlukan untuk mengatahui apakah ibu, suami, dan keluarga
menerima kahamilan ini atau tidak. Sebab jika ibu, suami dan
keluarga tidak peduli akan kehamilan ibu maka tidak ada yang
akan memperhatikan ibu dalam pemenuhan nutrisinya. Ibu hamil
dengan pola kebiasaan makanan yang salah maka akan dapat
memicu ibu untuk mengalami hipertensi.
3. Kekhawatiran-kekhawatiran khusus : data ini diperlukan untuk
mengetahui apakah ibu memiliki rasa takut atau khawatir pada
kehamilan yang sekarang. Sebab jika ibu terlalu stress akan
kehamilannya maka itu akan memicu terjadinya hipertensi.
Bagaimana hubungan pasien dengan lingkungan sekitarnya apakah
baik atau tidak serta apakah ibu mengalami kekhawatiran ibu
dalam menghadapi persalinannya.
j. Riwayat Pernikahan
Data ini diperlukan untuk mengetahui pada umur berapa ibu menikah
dan lamanya ibu baru hamil setelah menikah, yang bertujuan apakah
ibu memiliki factor resiko dalam kehamilannya yang sekarang atau
tidak.
k. Kebiasaan hidup sehari-hari
1. Pola makan dan minum : untuk mengetahui apakah ada peubahan
pola makan ibu pada saat sebelum hamil dan setelah hamil.
Biasanya pada kehamilan trimester III ibu mengalami kesulitan
untuk makan. Ibu cepat kenyang walaupun hanya makan sedikit.
Hal ini disebabkan oleh pembesaran perut yang semakin besar
sesuai dengan usia kehamilannya.
2. Pola eliminasi : untuk mengetahui apakah ada kelainan atau tidak.
Biasanya pada kehamilan trimester III ibu mengalami sering
kencing. Hal ini disebabkan oleh penekan pada kandung kemih
oleh kepala janin sehingga ibu merasa ingin selalu berkemih.
3. Pola istirahat : Pola istirahat/tidur yang cukup ialah 8 jam/hari.
Siang hari 1-2 jam dan malam hari 6-7 jam. Gunanya untuk
mengetahui apakah pola istirahat ibu sudah benar dan cukup atau
tidak. Biasanya pada kehamilan TM III ibu mengalami kesulitan
tidur karna ibu susah untuk menentukan posisi yang nyaman bagi
ibu.
4. Hubungan seksual : Untuk mengetahui pasien mengalami
gangguan seperti nyeri dan keluar cairan pervaginam dalam
hubungan atau tidak selama kehamilan.
2. Data Objektif
Menurut (Sulistyawati 2009) untuk melengkapi data dalam menegakkan
diagnosis, kita harus melakukan pengkajian data objektif melalui
pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi yang secara
berurutan. Langkah pemeriksaannya adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : untuk mengetahui keadaan umum ibu tampak
sehat atau tidak.
b. Kesadaran : untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu,
composmentis (sadar penuh), apatis (sadar tetapi kurang
memberikan respon), somnolen (keadaan mengantuk), spoor (tidak
sadar total).
c. Tekanan darah : untuk mengatahui factor resiko hipertensi atau
hipotensi. Batas normal 120/80 - ≤ 140/90 mmHg (Prawirohardjo,
2008). Pada kasus ibu hamil dikatakan bila tekanan darah tinggi
140/90 mmHg di ukur sekurang-kurangnya dua kali dengan
perbedaan 6 jam (Manuaba, 2008)
d. Suhu : untuk mengetahui suhu badan apakah ada peningkatan atau
tidak. Batas suhu normal tubuh yaitu 36,5◦ - 37,5◦.
e. Nadi : untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam menit.
Batas normal berkisar 60 - 100 x/menit.
f. Respirasi : untuk mengetahui frekuensi pernapasan yang dihitung
dalam menit, respirasi normal dewasa 16-24 kali/menit.
g. Tinggi badan : untuk mengetahui tinggi badan ibu hamil, kurang
dari 145 cm atau tidak, termasuk resti atau tidak.
h. Berat badan : penambahan berat badan rata-ratab 2 kg tiap bulan
sesudah kehamilan 20 minggu da nada penurunan berat badan
dalam bulan terakhir dianggap sebagai suatu tanda yang baik
(Wiknjosastro 2007).
i. LILA : untuk mengetahui lingkar lengan atas ibu 23,5 atau tidak.
2. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
Insfeksi adalah proses pengamatan dilakukan untuk menilai
pembesaran perut sesuai atau tidaknya dengan usia kehamilan,
bentuk perut membesar kedepan atau kesamping (Alimul, 2008)
1. Kepala : untuk mengetahui bagaimana keadaan kulit kepala
rambut untuk menilai warna kelembaban dan krateristik
lainnya.
2. Rambut : untuk mengetahui apakah bersih, tidak rontok dan
tidak berketombe.
3. Muka : untuk mengetahui keadaan muka pucat atau tidak, ada
oedema atau tidak. Pada kasus terlihat muka tidak pucat dan
tidak ada oedema (Manuaba, 2010)
4. Mata : untuk mengetahui konjungtiva berwarna merah muda
atau tidak, sklera berwarna putih atau tidak.
5. Mulut : untuk mengetahui bersih atau tidak, ada stomatitis atau
tidak
6. Gigi : untuk mengetahui ada caries atau tidak
7. Leher : untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar
limfe dan pembesaran kelenjar tyroid.
8. Payudara : untuk mengetahui payudara semetris atau tidak,
areola mamae mengalami hiperpigmentasi atau tidak, papilla
mamae menonjol atau tidak,kolostrum sudah keluar atau tidak.
9. Abdomen : untuk mengetahui apakah ada bekas luka operasi,
pembesaran perut sesui dengan usia kehamilan atau tidak striae
dan linea alba ada atau tidak.
10. Genetalia : untuk mengetahui apakah ada kemerahan atau tidak,
ada pembengkakan atau tidak, ada verises atau tidak, ada
oedema atau tidak.
11. Ekstremitas : untuk mengetahui oedema atau tidak, varises atau
tidak, reflek patella untuk mengetahui reflek saraf kaki +/- ,
betis merah, lembek atau keras (Saifuddin, 2010). Pada kasus
hipertensi faktor terjadinya hipertensi adalah karena bendungan
vena akibat multigravida akibat infeksi (Manuaba, 2010).
b. Palpasi
Palpasi dilakukan untuk menetukan besarnya rahim dengan
menetukan usia kehamilan serta menetukan letak anak dalam
rahim. Pemeriksaan secara palpasi dilakukan dengan mengunakan
metode leopold (Manuaba, 2010).
Leopold I : untuk menentukan TFU dan apa yang terdapat dibagian
fundus dan kemungkinan teraba kepala,bokong, atau lainnya,
normalnya fundus teraba agak bundar, tidak melenting, lunak yang
kemungkinan adalah bokong janin.
Leopold II : untuk menentukan dimana letak punggung janin dan
bagian-bagian kecilnya. Pada dinding perut ibu sebelah kiri
maupun kanan kemungkinan teraba punggung, anggota gerak,
bokong atau kepala.
Leopold III : untuk menentukan apa yang terdapat dibagian bawah
perut ibu dan apakah bagian terbawah janin sudah masuk PAP atau
belum, dan normalnya pada bagian bawah perut ibu adalah kepala.
Pada kehamilan TM III pada ibu multipara pada bagian bawah
perut ibu teraba bulat, keras dan kepala masih dapat digoyangkan
yang artinya kepala masih belum masuk PAP. Sedangkan, pada ibu
primipara kepala sebagian kecil sudah masuk PAP.
Leopold IV : untuk menentukan seberapa jauh masuknya bagian
terbawah janin ke dalam rongga panggul dan dilakukan pelimaan
untuk menentukan seberapa masuknya ke PAP, sedangkan ibu
primipara kepala sebagian kecil sudah msuak PAP.
c. Auskultasi
Untuk mendengarkan DJJ dengan frekuensi normal 120-160
kali/menit, irama teratur atau tidak, intensitas kuat, sedang, atau
lemah.
d. Perkusi
Untuk mengetahui reflek patella kira dan kanan positif atau tidak,
yang berkaitan dengan kurangnya vitamin b atau penyakit saraf.
e. Pemeriksaan TBBJ
Dengan menggunakan rumus (TFU dalam cm- n) x 155 yang
bertujuan untuk mengetahui tafsiran berat badan janin normal atau
tidak. N = posisi kepala berada di bawah panggul bagian mana.
Bila kepala diatas atau pada spina iskiadika maka n= 13. Bila
kepala sudah berada dispina iskiadika maka n= 12. Bila kepala
sudah berada dibawah spina iskiadika maka n=11.
f. Pemeriksaan panggul luar
Yang diukur adalah distansia spinarum : jarak antara kedua spina
iliaka kiri dan kanan: 24-26 cm. Distansia cristarum : jarak antara
kedua crista iliaka kiri dan kanan : 28-30 cm. conjugate eksterna :
18-20 cm. lingkaran panggul :80-90 cm. pada ibu multipara ukuran
panggul luar dikatakan normal menurut persalinan yang lalu jika,
ibu melahirkan secara normal/pervaginam, anak dengan berat ≥
3000 gr, usia kehamilan aterm, melahirkan anak hidup, dan ibu
tidak mengalami kesulitan dalam proses persalinan terdahulunya.
g. Pemeriksaan penunjang
1. Menurut (manuaba 2007) tingkatan kadar HB normal pada ibu
hamil adalah :
Hb ≥ 11 gr% : tidak anemia
Hb ≥ 9-10 gr% : anemia ringan
Hb ≥ 7-8 gr% : anemia sedang
Hb ≤ 7 gr% : anemia sedang
2. Urine, untuk mengetahui apakah ada protein urine dan glukosa
urine.

B. Langkah Kedua : Interpretasi Data


Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah
berdasarkan interpretasi yang benar diatas data yang telah dikumpulkan yaitu
dengan diagnose kebidanan. Pada ibu hamil dengan hipertensi adalah sebagai
berikut: (Salmah, 2010) Diagnose, (menurut Salmah 2010) diagnose yang
ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar
nomenklatur diagnose kebidanan.
1. Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnose yang ditegakkan dalam lingkup
praktek kebidanan dan memenuhi nomenklatur diagnosa kebidanan
(Salmah, 2006)
Ny.. G..P..A..H.. usia kehamilan…minggu, janin hidup/mati
tunggal/kembar, intra/ekstra uteri, letak memanjang/melintang,
presentasi kepala/bokong, keadaan jalan lahir, KU ibu dan janin..
dengan hipertensi.
Data dasar :
a. Data Subyektif
Data subyektif adalah data yang didapat dari pasien sebagai suatu
pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian, data tersebut tidak
dapat ditentukan oleh tenaga kesehatan secara independen tetapi
melalui suatu interaksi atau komunikasi (Nursalam, 2008).
Data subyektif pada ibu hamil dengan hipertensi menurut
(Rukiyah, 2010) :
a) HPHT (hari pertama haid terakhir)
b) Ibu mengatakan ini kehamilan yang ke…
c) Ibu mengatakan sering pusing
d) Ibu mengatakan pandangan kabur
b. Data Objektif
Data objektif adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi
dan dilihat oleh tenaga kesehatan (Nursalam, 2009)
Data objektif pada ibu hamil dengan hipertensi meliputi :
a) HPL ( hari perkiraan lahir)
b) Keadaan umum ibu dan vital (tekanan darah, nadi, suhu,
respirasi)
c) Leopold I : untuk mengetahui TFU dan bagian apakah yang
terdapat di fundus.
d) Leopold II : untuk mengetahui bagian punggung janin berada
disebelah kanan atau kiri perut ibu.
e) Leopold III : untuk mengetahui bagian terbawah perut ibu.
f) Leopold IV : untuk menentukan seberapa jauh kepala janin
masuk PAP.

2. Masalah
Hal – hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan
dari hasil pengkajian yang menyertai diagnosa. Masalah yang terjadi
pada ibu hamil dengan hipertensi meliputi : pandangan mata kabur dan
sering pusing (Dian, 2012)
3. Kebutuhan
merupakan hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum teridentifikasi di
dalam diagnose dan masalah. Kebutuhan pada ibu hamil dengan
hipertensi adalah diet tinggi protein dan rendah garam Dian, 2012)
menpenjelasan tentang penyebab terjadinya hipertensi tujuannya agar
ibu tidak cemas dan memberikan perencanaan untuk mengurangi
kecemasan dan ketidaknyamanan ibu tersebut.

C. Langkah Ketiga : Diagnosa potensial


Pada langkah ini mengidentikasi masalah potensial dan diagnose potensial
berdasarkan diagnose atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Pada
langkah ini bidan dituntut untuk mampu mengatasi masalah potensial tidak hanya
merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan
tindakan antisipasi agar masalah atau diagnose potensial tidak terjadi. Diagnosa
yang mengkin terjadi pada ibu hamil dengan hipertensi adalah pertumbuhan janin
terhambat (IUGR), kematian janin, persalinan prematur, solusio plasenta dan pre
eklamsia . Pre eklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, oedema,
dan proteinuria yang timbul karena kehamilan.

D. Langkah Keempat : Antisipasi Tindakan Segera


Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan. Pada
tahap ini bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, melakukan
konsultasi, kolaborasi, dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien.
Tindakan segera untuk ibu dengan hipertensi melakukan kolaborasi dengan dokter
obgyn untuk memberikan terapi obat antihipertensi (Puji, 2012)
E. Langkah Kelima : Perencanaan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh oleh langkah-
langkah sebelumnya atau diagnose yang telah diidentifikasi atau indikasi.
Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnose
yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.
Pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai
dengan hasil pembahasan asuhan bersama klien kemudian membuat kesepakatan
bersama sebelum melaksanakannya.
1. Kolaborasi dengan dokter Sp.OG
2. Memberitahu keluarga pasien bahwa akan dilaksanakan tindakan operasi
3. Memberikan dukungan sepenuhnya pada ibu dan keluarga
4. Melakukan persiapan pre operasi
5. Pemantauan TTV dan DJJ

F. Langkah Keenam : Implementasi


Pada langkah ini dilakukan pelaksanaan asuhan langsung secara efisien
dan aman. Rencana asuhan menyeluruh seperti apa yang telah direncanakan,
dilaksanakan secara efisien dan aman biasanya dilaksanakan oleh bidan, sebagian
lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya.
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
2. Kolaborasi dengan dokter Sp.OG tentang tindakan SC
3. Memberitahukan keluarga pasien bahwa akan dilaksanakan tindakan
operasi dan meminta keluarga untuk menandatangani surat persetujuan
tindakan medis sebelum dilakukannya tindakan operasi.
4. Melakukan dukungan sepenuhnya pada ibu dan keluarga dengan cara
meyakinkan ibu dan keluarga bahwa perawatan medis yang ditangani oleh
dokter akan lebih baik karena peralatan dan sarana dan prasarana yang
tersedia juga komplit dan memadai sehingga komplikasi yang mungkin
akan terjadi pada ibu dan janin dapat di tangani, selain itu menyarankan
keluarga untuk tetap tenang dan selalu mendukung ibu dengan cara
berdoa.
5. Melakukan persiapan pre operasi
a. Pasien dipuasakan
b. Mencukur rambut kemaluan (vibriding)
c. Memasang infus RL 20 tetes/menit
d. Ceftriaxsone 2x1 gr IV (Skin test)
e. Nifedipine 3x10 gram
f. Pasang kateter
g. Persiapan bersalin seperti kain, softek dan gurita ibu
6. Pemantauan TTV dan DJJ

G. Langkah Ketujuh : Evaluasi


Evaluasi merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang telah
dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan, ulangi
kembali manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah
dilaksanakan tapi belum efektif atau merencanakan kembali yang belum
terlaksana (Sulistyawati, 2009)
BAB III

TIJAUAN KASUS

MANAGEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL NY. “R” G6P5A0H5


USIA KEHAMILAN 35-36 MINGGU DENGAN HEPATITIS

DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN

PENGKAJIAN
Tanggal masuk : 06 Agustus 2022
Jam masuk : 11.00 WIB

A. DATA SUBJEKTIF

1. IDENTITAS / BIODATA
Nama ibu : Ny. R Nama suami : Tn. M
Umur : 37 tahun Umur : 35 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Minang Suku : Minang
Bangsa : Indonesia Bangsa : Indonesia
Pendidikan: SMA Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : PNS
Alamat : nanggalo siteba padang Alamat : nanggalo siteba
padang
No. HP : 08238356xxxx No. HP : 08127788xxxx

Keluarga terdekat yang bisa dihubungi :


Nama : Ny. P
Umur : 42 tahun
Alamat : nanggalo siteba padang
No. HP : 08238562xxxx
2. Keluhan utama
Ny R datang kepuskesmas inggin memeriksakan kehamilannya,ibu
mengatakan ini kehamilan yang ke enam dan inggin kontrol ulang
kehamilan

3. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : 14 tahun
b. Haid : Teratur : Ya
Siklus : 28 hari
c. Disminorea : Tidak ada
d. Warna : Merah kehitaman
e. Bentuk perdarahan/haid : Encer
f. Flour albus : Tidak ada

4. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu


No Tgl Usia Jenis Tem Komplikasi Penol Bayi Nifas
lahir keha persal pat Ibu Bayi ong PB/ Kea Loche Laktasi
/um milan inan pers BB/JK daan a
ur alina
n
1. 10 th Aterm Spont BPS Tdk Tdk Bidan 50cm/ Baik Baik Lancar
an ada ada 3800gr/
P

2. 6 th aterm sponta BPS Tdk Tdk Dokte 49cm/ Baik Baik Lancar
n ada ada r 3500gr/
P

3. 4 th aterm sponta BPS Tdk Tdk Bidan 49cm/ Baik Baik Lancar
n ada ada 3500gr/
LK
4 3 th aterm sponta BPS Tdk Tdk Bidan 50cm/ Baik Baik Lancar
n ada ada 3400gr/
p
5 2th aterm sponta BPS Tdk Tdk Bidan 49cm/ Baik Baik Lancar
n ada ada 3600gr/
p
6 ini

5. Riwayat kontrasepsi yang pernah digunakan : Pil


Keluhan : Tidak ada

6. Riwayat kehamilan sekarang


a. HPHT : 23-01-2018
b. TP : 30-10-2018
c. Keluhan – keluhan :
Trimester Keluhan / masalah Tindakan / terapi
Trimester 1 Mual muntah Makan sedikit tapi sering
Trimester 2 Tidak ada Tidak ada
Trimester 3 Tidak ada Tidak ada
d. Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir : ±24 kali/menit
e. Riwayat ANC
Kunjungan : 10 kali
Tempat Pelayanan : Puskesmas

7. Riwayat Kesehatan Ibu


a. Riwayat penyakit yang pernah diderita : Tidak ada
b. Riwayat alergi
Jenis makanan : Tidak ada
Jenis obatan : Tidak ada
c. Riwayat transfusi darah : Tidak ada
d. Riwayat operasi yang pernah dialami : Ada
e. Riwayat pernah mengalami gangguan jiwa : Tidak ada

8. Riwayat kesehatan keluarga


a. Riwayat penyakit menular : Tidak ada
b. Riwayat keturunan kembar : Tidak ada

9. Riwayat perkawinan
Status perkawinan : Kawin
Menikah umur : 22 tahun
Lama menikah : 10 tahun
Setelah menikah berapa lama baru hamil : 3 bulan

10. Kebiasaan hidup sehari – hari


a. Makan dan minum terakhir
Makan : 25-09-2018 Minum : 25-09-2018
Pukul : 08.00 WIB Pukul : 08.00 WIB
Macam : Nasi Macam : Air
mineral
Jumlah : 1 Piring Jumlah : 2 gelas
Keluhan : Tidak ada Keluhan : Tidak ada
b. Eliminasi terakhir
BAK : 25-09-2018 BAB : 25-09-2018
Pukul : 10.00 WIB Pukul : 06.00 WIB
Warna : Kuning jernih Warna : Kuning coklat
Jumlah : ± 100 cc Konsistensi : Lembek
c. Istirahat dan tidur
Istirahat siang : ± 2 jam
Istirahat malam : ± 7-8 jam

B. DATA OBJEKTIF
1. PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum : Baik
Berat Badan Sebelum Hamil : 49 kg
Berat Badan Sekarang : 59 kg
Tinggi Badan : 154 cm
Lingkar Lengan Atas (LILA) : 26 cm

2. TANDA – TANDA VITAL


Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 88 kali/menit
Pernafasan : 20 kali/menit
Suhu : 36,6 ºC
3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Wajah : Tidak pucat
b. Chloasma Gravidarum : Tidak ada
c. Kelopak Mata : Tidak oedema
d. Konjungtiva : Merah muda
e. Sclera : Ikterik
f. Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar
limfe dan kelenjar tyroid
g. Dada dan Payudara : Simetris
h. Colostrum : Ada

4. PEMERIKSAAN ABDOMEN
a. INSPEKSI
Linea alba : Ada
Striae : Tidak Ada
Bekas Luka Operasi : Ada
b. PEMESARAN PERUT : Sesuai usia kehamilan
c. TERLIHAT GERAKAN ANAK : Ya
d. PALPASI
Leopold I : TFU setinggi PX, bagian fundus
teraba bundar, lunak dan tidak
melenting kemungkinan bokong
janin.
Leopold II : Pada perut ibu sebelah kanan teraba
keras, memapan dan memanjang
kemungkinan punggung janin.
Bagian kiri perut ibu teraba tonjolan-
tonjolan kecil kemungkinan
ekstremitas janin
Leopold III : Bagian bawah perut ibu teraba
bulat, keras dan masih bisa
digoyangkan kemungkinan kepala
janin, kepala belum masuk PAP.
Leopold IV : belum dilakukan
Mc. Donald : 32 cm
TBBJ : 2.945 gram
e. AUSKULTASI
DJJ : Positif (+)
Frekuensi : 145 kali/menit
Intensitas : Kuat

5. EKSTREMITAS ATAS DAN BAWAH


Oedema Tangan dan Jari : Tidak ada
Oedema Tibia / Kaki : Tidak ada
Betis Merah/ Lembek/ Keras : Tidak ada
Varises Tungkai : Tidak ada
Reflek : Ada

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. LABORATORIUM :
HB : 10,5 gram %
Protein Urine : Negatif (-)
Glukosa Urine : Negatif (-)
HBsAG : Positif
b. USG/CTG : Ada
c. RADIOLOGI : Tidak dilakukan

C. ANALISA
Asuhan kebidanan pada Ny. “R” G6P5A0H5 usia kehamilan 35-36 minggu
dengan hepatitis
Data Dasar :
1. Data Subyektif :
a. Ny R datang kepuskesmas inggin memeriksakan kehamilannya,ibu
mengatakan ini kehamilan yang ke enam dan inggin kontrol ulang
kehamilan
b. Ny R mengatakan haid terakhirnya 23-01-2018
2. Data Obyektif :
a. Tanda – tanda vital : Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 88 kali/menit
Pernafasan : 20 kali/menit
Suhu : 36,6 ºC
b. Pemeriksaan sklera terdapat ikterik
c. Pemeriksaan penunjang laboratarium didapatkan hasil HBsAg (+)
positif

D. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 06 Agustus 2022
1. Memberitahukan kepada ibu hasil pemeriksaan dan mengenai hepatitis
pada ibu hamil adalah suatu infeksi hati atau liver dengan ciri
penguningan pada kuku, mata, dan kulit pada ibu hamil dan
kemungkinan dapat menular pada bayinya.
Evaluasi : Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan dan ibu sudah paham
mengenai hepatitis
2. Menganjurkan ibu untuk diit hepatitis yaitu dengan mengkonsumsi
makanan tinggi karbohidrat, lemak sedang dan protein, cukup vitamin
dan mineral, rendah garam
Evaluasi : Ibu sudah paham apa saja yang di konsumsi
3. Memberikan dukungan sepenuhnya pada ibu dan keluarga agar ibu lebih
bersabar atas atas keadaannya
Evaluasi : Ibu sudah menerima keadaannya saat ini
4. Menjelaskan ibu bahwa Ibu hamil dengan hebatitis harus dirujuk ke RS
Evaluasi : Ibu bersedia dirujuk kerumah sakit
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang kesenjangan yang terjadi
antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus dalam penerapan manajemen asuhan
kebidanan pada ibu bersalin Ny “R“ umur 37 tahun dengan Hepatitis. Pembahasan
ini disusun berdasarkan teori dari asuhan yang nyata dengan asuhan kebidanan
yang terdiri dari 7 langkah Varney :

4.1 Pengumpulan Data


Hepatitis dapat dipengaruhi oleh faktor perilaku yang beresiko,sejumlah
perilaku tertentu dapat menjadi faktor resiko hepatitis meliputi jarum suntik
dengan orang lain bisa membuat ibu terpapar darah yang terinfksi,mendrita HIV
juga menjadi salah satu faktor terjadinya penyakit hepatitis (Diman Angsar. 2014)
Pada teori riwayat kesehatan ibu, penyakit yang harus ditanya seperti hepatitis,
diabetes militus, jantung dan ginjal. Riwayat hepatitis kronis yang dialami selama
kahamilan dapat meningkatkan resiko terjadinya hepatitis dalam kehamilan,
dimana komplikasi tersebut dapat mengakibatkan dampak yang besar saat hamil
baik itu pada kesehatan ibu dan janin (Diman Angsar. 2014)
Ibu hamil yang menderita penyakit ginjal dapat menyebabkan hipertensi
dalam kehamilan. Hal tersebut berhubungan dengan kerusakan glomerulus yang
menimbulkan gangguan filtrasi dan vasokontriksi pembuluh darah (Mulihan FA,
2012). Sementara pada kasus Ny “Y” ibu mengatakan tidak ada memiliki
riwayat penyakit seperti hipertensi, jantung, ginjal, dan diabetes melitus, dimana
dari riwayat kesehatan ibu, ibu tidak berisiko mengalami hipertensi.
Menurut teori pada ibu hamil status gravida harus ditanya apakah ibu
primigravida atau multigravida. Pada ibu primigravida sering mengalami stress
dalam menghadapi persalinan. Stress emosi yang terjadi pada primigravida
menyebabkan peningkatan pelepasan corticotropic-releasing hormone (CHS) oleh
hipotalamus, yang kemudian meyebabkan peningkatan kotisol. Efek kotisol
adalah mempersiapkan tubuh untuk berespon terhadap semua stressor dengan
meningkatkan respon simpatis, termasuk respon yang ditujukan untuk
meningkatkan tekanan darah (Cormin, 2010). Hipertensi pada kehamilan terjadi
akibat kombinasi peningkatan curah jantung dan resistensi perifer drastis.
Sementara pada kasus Ny “R” ibu mengatakan ini adalah kehamilan ketiga,
berdasarkan dari tinjauan teori dapat disimpulkan bahwa ibu tidak berisiko
mengalami hipertensi.
Pada kasus Ny D mengalami keluhan pusing dan penglihatan kabur.
Menurut (Mansjoer, 2010) Ketidakseimbangan atau disequilibrium, yang juga
disebut ketidakmantapan, ketidakstabilan, dan inkoordinasi, tanpa vertigo
merupakan ‘dizziness’. Pasien sering mengeluh pusing untuk menyatakan pasien
tidak seimbang sewaktu berdiri atau berjalan. Pusing merupakan menifestasi
berbagai gangguan atau penyakit. Oleh sebab itu pusing harus dievaluasi secara
sistematis dan komprehensif atau mencari penyebab yang mendasarinya yang
disebabkan oleh anemia, hipotensi, hipertensi dan lain sebagainya. Hipertensi
menyebabkan penyempitan arteriol fokal dan rusaknya sawar darah retina yang
menyebabkan munculnya tanda kebocoran vaskuler. Ini terutama terlihat bila
hipertensi bukan disebabkan oleh penyakit ginjal. Pasien sering mengeluh
penglihatan kabur dan hilangnya penglihatan temporer (James, 2006).
4.2 Interpretasi Data
Pada kasus ibu G6P5A1H4.usia kehamilan 35-36 minggu, janin hidup,
tunggal, intra uterin, let-kep, keadaan jalan lahir normal, KU ibu dan janin baik
dengan hepatitis. Dasar ditegakkan diagnosa adalah sebagai berikut : hidup atau
tidak, untuk menjawab pertanyaan ini kita perlu mencari tanda-tanda pasti hamil
antara lain : mendengar bunyi jantung janin, melihat, meraba, dan mendengar
pergerakan janin oleh pemeriksa.
Tuanya kehamilan dapat diduga dari HPHT, dan tinggi fundus uteri, dari
besarnya janin, dan saat mulai terasa pergerakan janin, normal berdasarkan
persalinan yang lalu, dari saat mulainya terdengar bunyi jantung janin. letak
intrauterin atau ekstrauterin, tanda-tanda bahwa anak ada didalam rahim adalah
waktu meraba janin uterus berkontraksi.
Letak janin dalam rahim, letak janin sangat penting berhubungan dengan
prognosa persalinan. Beberapa letak seperti letak lintang dan letak sungsang tidak
dapat lahir spontan. Hepatitis untuk menjawab pertanyaan ini dilakukan dengan
cara melakukan pemeriksaan HBsAG, apabila hasil yang didapatkan positif. Nilai
tersebut diukur sekurang-kurangnya 2 kali dengan perbedaan waktu 6 bulan dari
waktu pemeriksaan pertama.hal ini dilakukan untuk menentukan infeksi sudah
sembuh atau malah bersifat kronis.tetapi jika pad (Manuaba, 2008). 6 bulan
berikutnya hasil pemeriksaan negatif maka ia dinyatakan sembuh.

4.3 Diagnosa Potensial


Pada teori ditemukan diagnosa potensial pada ibu hamil dengan hepatitis
yaitu Preeklamsia. J.Whitridge Williams,1930 melaporkan dan mengemukakan
hipotesis tentang hepatitis pada kehamilan yang menyatakan bahwa terdapat
“toksin” yang menyebabkan terjadinya gejala hepatitis
Berdasarkan dari kasus Ny “R” tidak ditemukan diagnosa potensial karena
penulis telah melakukan asuhan yang adekuat pada Ny “R”.

4.4 Tindakan Segera


Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan
tenaga kesehatan dikonsultasikan tau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan
kesinambungan dari proses manejemen kebidanan. Jadi manejemen bukan hanya
asuhan primer periodik atau kunjungan prinatal saja tapi selama wanita tersebut
bersama bidan terus-menerus misalnya, pada waktu wanita dalam persalinan. Pada
kasus Ny ”R” untuk tindakan segera pada kasus dilakukan kolaborasi oleh bidan
dengan dokter. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa antara tinjauan teori
dan tinjaun kasus tidak ada kesenjangan.

4.5 Perencanaan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh
langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manejemen
terhadap masalah atau diagnose yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada
data ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang
menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien
dan dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman
antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi
berikutnya.
Dengan kata lain asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencangkupi
semua hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan kesehatan. Setiap rencana
asuhan haruslah disetujui oleh kedua pihak, yaitu oleh bidan dan klien agar dapat
dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan asuhan
kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya. Semua keputusan yang
dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid
berdasarkan pengetahuan dari teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi
tentang apa yang akan dilakukan klien.
1. Memberitahukan kepada ibu hasil pemeriksaan dan mengenai hepatitis pada
ibu hamil adalah suatu infeksi hati atau liver dengan ciri penguningan pada
kuku, mata, dan kulit pada ibu hamil dan kemungkinan dapat menular pada
bayinya.
2. Menganjurkan ibu untuk diit hepatitis yaitu dengan mengkonsumsi makanan
tinggi karbohidrat, lemak sedang dan protein, cukup vitamin dan mineral,
rendah garam
3. Memberikan dukungan sepenuhnya pada ibu dan keluarga agar ibu lebih
bersabar atas atas keadaannya
4. Menjelaskan ibu bahwa Ibu hamil dengan hebatitis harus dirujuk ke RS
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tinjauan teori dan tinjauan kasus
tidak terdapat kesenjangan.

4.6 Penatalaksanaan
Rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah di uraikan pada langkah
kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanan ini bisa dilakukan
seluruh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim lainnya. Walaupun
bidan tidak melakukan sendiri bidan tetap bertanggungjawab untuk mengarahkan
pelaksanaannya, misalnya memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar
terlaksana.
1. Memberitahukan kepada ibu hasil pemeriksaan dan mengenai hepatitis pada
ibu hamil adalah suatu infeksi hati atau liver dengan ciri penguningan pada
kuku, mata, dan kulit pada ibu hamil dan kemungkinan dapat menular pada
bayinya.
5. Menjelaskan kepada ibu untuk diit hepatitis yaitu dengan mengkonsumsi
makanan tinggi karbohidrat, lemak sedang dan protein, cukup vitamin dan
mineral, rendah garam
2. Melakukan kolaborasi denga dokter dan tenaga medis lainnya, dalam
memberikan terapi tindakan dan pemeriksaan loboratorium ulang.

Pada kasus rencana tindakan yang sudah dibuat pada Ny ”R” sudah
dilaksanakan seluruhnya dengan demikian apa yang dijelaskan di tinjaun teori dan
yang ditemukan di studi kasus tidak ada kesenjangan.

4.7 Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar
terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnose dan
masalah. Rencana tersebut dianggap efektif jika memang benar dalam
pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif dan
sebagian belum efektif. Mengingat bahwa proses menajemen asuhan ini
merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan maka perlu mengulang lagi
dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui manejemen yang tidak efektif
serta melakukan penyesuaian terhadap rencana asuhan tersebut.
Pada kasus Ny ”R” hasil evaluasi yang penulis dapatkan tercapai seluruh
perencanaan tindakan dengan demikian apa yang dijelaskan pada tinjauan teori
dan yang ditemukan di studi kasus tidak ada kesenjangan.
BAB V

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

  Hepatitis di sebabkan oleh virus dan merupakan penyakit hati yang paling
sering di jumpai dalam kehamilan. Pada wanita hamil, peniyebab hepatitis
terutama oleh virus hepatitis B walau kemungkinan juga dapat karena virus
hepatitis A atau C . hepatitis juga dapat terjadi pula setiap saat kehamilan dan
mempunyai pengaruh buruk pada janin maupun ibunya. Hepatitis yang
berlangsung kurang dari 6 bulan disebut hepatitis akut, hepatitis yang berlangsung
lebih dari 6 bulan disebut hepatitis kronis.

Pada trimester I dapat terjadi keguguran pada trimester II dan III sering
terjadi premature . adapun beberapa jenis virus hepatitis A, B, C, D, E, dan G.

4.2 Saran

1. Penulis

 Diharapkan menjadi koreksi diri dan juga bisa menjadi koreksi tentang
pembuatan makalah yang benar

2. Pembaca

   Diharapkan pembaca memahami tentang penyakit hepatitis pada ibu hamil


dan persalinan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Marmi, dkk.2013, Asuhan kebidanan patologi, 2012. Yogyakarta.Pustaka


Pelajar
2. Diman Angsar. 2014. Hepatitis virus pada kehamilan. Jakarta : Cermin Dania
Kedokteran.
3. Hans Tandra, Widawati Soemarto. 2013. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta :
Penerbit buku kedokteran EGC.
4. Oswari, 2015. Penyakit Dan Cara Penanggulangannya. Jakarta: Gaya Baru.

Anda mungkin juga menyukai