Anda di halaman 1dari 37

MANAGEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL DENGAN

HEPATITIS DIPUSKESMAS MUARA BUNGO II


TANGGAL 12 MEI 2022

Disusun Oleh:

LOLA SUSANTI
PO71241210194

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN ALIH


JENJANG POLTEKKES KEMENKES JAMBI
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunianya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“KEHAMILAN DENGAN HEPATITIS”, sebagai salah satu tugas mata kuliah
Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Alih Jenjang Poltekkes Kemenkes
Jambi.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
telah diberikan dan semoga makalah ini berguna baik bagi penulis maupun pihak
yang memanfaatkannya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. oleh
karena itu saran dari pembaca sangat penulis harapkan demi perbaikan makalah
ini kedepannya.

Jambi, Mei 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................3
1.3 Tujuan.........................................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum..............................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus.............................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Hepatitis....................................................................................6
2.2 Rumusan Masalah........................................................................................6
2.3 Klasifikasi dan Pengobatan Hepatitis.........................................................6
2.4 Hepatitis dalam masa kehamilan................................................................7
2.5 Tinjauan kasus............................................................................................22
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pembahasan Kasus.....................................................................................29
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan................................................................................................32
4.2 Saran..........................................................................................................32
BAB V DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan adalah suatu fenomena fisiologis yang dimulai dengan


pembuahan dan diakhiri dengan proses persalinan (Mansjoer, 2001). Selama masa
kehamilan, ibu dan janin adalah unit fungsi yang tak terpisahkan. Selama
kehamilan normal, saluran cerna dan organ- organ penunjangnya mengalami
perubahan, baik secara anatomis maupun fungsional, yang dapat mengubah secara
bermakna kriteria untuk diagnosis dan terapi untuk beberapa penyakit.

Hepatitis bermasalah di Indonesia, pertama oleh karena carrier-nya


tergolong banyak, Kedua, imunisasi Hepatitis pada bayi (Universal
Immunization) di Indonesia baru dimulai beberapa tahun lampau (1996). Hal
ketiga, belum semua orang berisiko tinggi kena Hepatitis patuh meminta
vaksinasi. Dengan kondisi seperti itu, berarti masyarakat yang telanjur tertular
Hepatitis sudah sekian banyak, dan kian tak terkontrol pula.

Masih banyak masyarakat kita yang belum tahu, bahwa hubungan seks
bebas juga bisa menjadi sumber penularan Hepatitis. Sembarang melacur, lalu
seorang suami tanpa disadarinya sebab mungkin tidak tahu, menularkan
penyakitnya kepada istrinya, lalu kepada anak-anaknya lewat cemaran cairan
tubuh antar-anggota keluarga, atau persalinan bayi.

Penyakit ini biasanya jarang terjadi pada wanita hamil. Namun, apabila
timbul ikterus (gejala kuning) pada kehamilan, maka penyebabnya yang paling
sering adalah hepatitis virus.

Pada wanita hamil kemungkinan untuk terjangkit hepatitis virus adalah


sama dengan wanita tidak hamil pada usia yang sama. Di negara sedang
berkembang, wanita hamil lebih mudah terkena hepatitis virus. Hal ini erat
hubungannya dengan keadaan nutrisi dan higiene sanitasi yang kurang baik.
Hepatitis virus dapat timbul pada ketiga trimester kehamilan dengan angka
kejadian yang sama. Menurut sebuah penelitian, 9.5 persen hepatitis virus terjadi
pada trimester I, 32 persen terjadi pada trimester II, dan 58.5 persen terjadi
pada trimester III. Indonesia menjadi negara dengan penderita Hepatitis B ketiga
terbanyak didunia setelah China dan India dengan jumlah penderita 13 juta
orang, sementara di Jakarta diperkirakan satu dari 20 penduduk menderita
penyakit Hepatitis B. Sebagian besar penduduk kawasan ini terinfeksi Virus
Hepatitis B (VHB) sejak usia kanak-kanak. Sejumlah Negara di Asia, 8- 10%
populasi orang menderita Hepatitis B kronik (Sulaiman, 2013).Infeksi Hepatitis B
masih tinggi kejadiannya 4% - 30% pada orang normal, sedangkan pada penyakit
hati menahun angka kejadiannya 20% - 40%. Pada ibu hamil prevalensinya
sebesar 4% dan penularan ibu hamil yang mengidap Hepatitis ke bayinya sebesar
45,9% (Harahap, 2009). Sedangkan di Kota Medan sendiri didapat 6,05% dari
314 pasien (survei nasional untuk prevalensi Hepatitis B/C pada pasien
hemodialisis) (Lukman, 2013).

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari penyakit hepatitis?


2. Apa rumusan masalah penyakitan hepatitis pada ibu hamil dan
persalinan ?
3. Apa saja klasifikasi dan pengobatan dari penyakit hepatitis pada ibu
hamil dan persalinan?

1.3. Tujuan
1. Tujuan umum
a. Agar mahasiswa mengetahui dan mampu melakukan penapisan pada
bumil khususnya Kehamilan dengan Hepatitis.

2. Tujuan khusus
a. Agar mengetahui pengertian dan macam–macam penyakit dalam
kehamilan, khususnya pada kasus ibu hamil dengan hepatitis.
b. Agar dapat melakukan manajemen pengkajian data.
c. Agar dapat melakukan diagnosis dari pengkajian data.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Pengertian Hepatitis

Penyakit Hepatitis adalah peradangan pada hati karena toxin, sepertikimia,


obat atau agen penyebab infeksi. Penyakit ini disebabkan oleh beberapa jenis
virus yang menyerang dan menyebabkan peradangan serta merusak sel-sel organ
hati manusia. Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan disebut hepatitis
akut, hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut hepatitis kronis.
Hepatitis diketegorikan dalam beberapa golongan, diantaranya hepatitis A,
hepatitis B, hepatitis C, hepatitis D, hepatitis E, dan hepatitis G.

2.2. Rumusan Masalah

Hepatitis diisebabkan oleh beberapa jenis virus yang diketegorikan dalam


beberapa golongan, diantaranya hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, hepatitis D,
hepatitis E, dan hepatitis G. Hepatitis juga terjadi karena infeksi virus lainnya,
seperti mononukleosis itinfeksiosa, demam kuning dan infeksi Virus Mumps,
Virus Rubella, Virus Cytomegalovirus, Virus Epstein-Barr, Virus Herpes.
Penyebab hepatitis non – virus yang utama adalah alkohol dan obat-obatan.
Penyebab-penyebab tersebut antara lain :

a. Infeksi virus; hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C,


hepatitis D, hepatitis E,
hepatitis F, hepatitis G.
b. Non virus ; Komplikasi dari penyakit lain, Alkohol, Obat-obatan kimia
atau zat kimia, Penyakit autoimun.

2.3 Klasifikasi dan pengobatan Penyakit Hepatitis


A. HEPATITIS A
1. Definisi
Penyakit Hepatitis A adalah golongan penyakit Hepatitis yang ringan dan
jarang sekali menyebabkan kematian, Virus Hepatitis A (VHA=Virus
Hepatitis A). Penyakit Hepatitis A

disebabkan oleh virus yang disebarkan oleh kotoran / tinja penderita biasanya
dengan penularan melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (fecal
– oral), bukan melalui aktivitas seksual atau melalui darah.

Hepatitis A paling ringan dibanding hepatitis jenis lain (B dan C).


Penyebaran melalui tinja / kotoran terjadi akibat buruknya tingkat kebersihan.
Di negara-negara berkembang sering terjadi wabah yang penyebarannya
terjadi melalui air dan makanan. Sebagai contoh, ikan atau kerang yang
berasal dari kawasan air yang dicemari oleh kotoran manusia penderita.

2. Masa inkubasi

Penyakit Hepatitis A memiliki masa inkubasi 2 sampai 6 minggu sejak


waktu terkespos atau terpapar terjadi, kemudian penderita menunjukkan
beberapa tanda dan gejala terserang penyakit Hepatitis A.

3. Tanda dan Gejala

Penderita akan mengalami gejala – gejala subyektif dan obyektif


(berdasarkan pemeriksaan klinis).

 Gejala – gejala subyektif berupa lemah, letih, lesu, hilang nafsu


makan, seringkali terjadi mual dan muntah yang terus menerus
sehingga menyebabkan seluruh badan terasa lemas.
 Gejala – gejala obyektif yang ditemukan setelah pemeriksaan adalah
Demam ( suhu tubuh di atas 37,20C), mata dan kulit menjadi kuning,
urin berwarna tua dan pekat, dan tinja pucat. Demam yang terjadi
adalah demam yang terus menerus, tidak seperti demam yang lainnya
yaitu pada demam berdarah, tbc, thypus.

Berdasarkan stadium yang diderita Hepatitis A dibagi menjadi 3 stadium:


(1) Pendahuluan (prodromal) dengan gejala letih, lesu, demam, kehilangan
selera makan dan mual;

(2) Stadium dengan gejala kuning (stadium ikterik); dan

(3) Stadium kesembuhan (konvalesensi). Gejala kuning tidak selalu


ditemukan. Untuk memastikan diagnosis dilakukan pemeriksaan enzim
hati, SGPT, SGOT karena pada

hepatitis A bisa terjadi radang saluran empedu, maka pemeriksaan gama –


GT dan alkali fosfatase dapat dilakukan di samping kadar bilirubin.

4. Masa Pengasingan yang disarankan

Selama 2 minggu setelah gejala pertama atau 1 minggu setelah penyakit


kuning muncul.
Pasien juga diharapkan

menjaga kebersihan.

5.Pencegahan

Sebagai usaha pencegahan, menjaga kebersihan perorangan seperti


mencuci tangan dengan teliti dan menggunakan prinsip 6 langkah diperlukan
untuk meminimalisasi penyebaran mata rantai penyakit Hepatitis A. Jenis
imunisasi hepatitis A dibagi menjadi :

a. Imunisasi Hepatitis A bisa dilakukan dalam bentuk sendiri (Havrix)


b. Kombinasi dengan vaksin Hepatitis B (Twinrix).

Imunisasi hepatitis A dilakukan dua kali, yaitu vaksinasi dasar dan


booster yang dilakukan 6 – 12 bulan kemudian. Imunisasi hepatitis A
dianjurkan bagi orang yang potensial terinfeksi seperti penghuni asrama dan
mereka yang sering jajan di luar rumah.

6. Pengobatan
Penderita yang menunjukkan gejala Hepatitis A seperti minggu pertama
munculnya yang disebut penyakit kuning, letih dan sebagainya , diharapkan
tidak banyak beraktivitas serta segera mengunjungi fasilitas pelayan kesehatan
terdekat untuk mendapatkan pengobatan dari gejala yang timbul seperti
paracetamol sebagai penurun demam dan pusing,vitamin untuk meningkatkan
daya tahan tubuh dan nafsu makan dan obat mual.

1. HEPATITIS B
a. Definisi
Hepatitis B merupakan salah satu penyakit menular yang tergolong
berbahaya di dunia, Penyakit ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B
(VHB), suatu anggota famili Hepadnavirus pada sebagian kecil kasus
dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati yang menyerang hati
dan menyebabkan peradangan hati akut atau menahun. Seperti halnya
Hepatitis C, kedua penyakit ini dapat menjadi kronis dan akhirnya menjadi
kanker hati.

Penyebab Hepatitis ternyata tak semata-mata virus. Keracunan obat, dan


paparan berbagaimacam zatkimia seperti karbon
tetraklorida,chlorpromazine,chloroform, arsen, f osfor, dan zat-zat lain yang
digunakan sebagai obat dalam industri modern, bisa menyebabkan Hepatitis.
Zat-zat kimia ini mungkin saja tertelan, terhirup atau diserap melalui
kulitpenderita. Menetralkan suatu racun yang beredar di dalam darah adalah
pekerjaan hati. Jika banyak sekali zat kimia beracun yang masuk ke dalam
tubuh, hati bisa saja rusak sehingga tidak dapat lagi menetralkan racun-racun
lain.

Di daerah Timur dan Afrika, beberapa kasus hepatitis B berkembang


menjadi hepatitis menahun, sirosis dan kanker hati. Mula-mula dikenal
sebagai serum hepatitis dan telah menjadi epidemi padasebagian Asia
danAfrika. Hepatitis B telah menjadi endemik di Tiongko k dan berbagai
negaraAsia.

b. Proses Penularan

Proses penularan Hepatitis B yaitu melalui pertukaran cairan tubuh atau


kontak dengan darah dari orang yang terinfeksi Hepatitis B. Penularannya
tidak semudah virus hepatitis A. Virus hepatitis B ditularkan melalui darah
atau produk darah. Hepatitis B dapat menyerang siapa saja, tetapi umumnya
bagi mereka yang berusia produktif akan lebih berisiko terkena penyakit.

Proses penularan penyakit Hepatitis B dibedakan menjadi dua :

a. Secara vertikal, cara penularan vertikal terjadi dari Ibu yang mengidap
virus Hepatitis B kepada bayi yang dilahirkan yaitu pada saat persalinan
atau segera setelah persalinan.
b. Secara horizontal, terjadi akibat penggunaan alat suntik yang tercemar,
tindik telinga, tusuk jarum, transfusi darah, penggunaan pisau cukur dan
sikat gigi secara bersama-sama (jika penderita memiliki penyakit mulut
(sariawan, gusi berdarah) atau luka yang mengeluarkan darah) serta
hubungan seksual dengan penderita atau mitra seksual (baik
heteroseksual maupun pria homoseksual). Sebagai antisipasi, biasanya terhadap
darah-darah yang diterima dari pendonor akan di tes terlebih dulu apakah darah
yang diterima reaktif terhadap Hepatitis, Sipilis dan HIV.
c. Tanda dan Gejala
Secara khusus tanda dan gejala terserangnya hepatitis B yang akut adalah
demam, sakit perut dan kuning (terutama pada area mata yang putih / sklera).
Penderita hepatitis B kronik cenderung tidak tampak tanda-tanda tersebut,
sehingga penularan kepada orang lain menjadi lebih berisiko.

Pada umumnya, gejala penyakit Hepatitis B ringan. Gejala tersebut berupa


selera makan hilang, rasa tidak enak di perut, mual sampai muntah, demam
ringan, kadang-kadang disertai nyeri sendi dan bengkak pada perut kanan atas.
Setelah satu minggu akan timbul gejala utama seperti bagian putih pada mata
tampak kuning, kulit seluruh tubuh tampak kuning dan air seni berwarna seperti
teh.

d. Diagnosa

Hepatitis B kronis merupakan penyakit nekroinflamasi kronis hati yang


disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis B persisten. Hepatitis B kronis
ditandai dengan HBsAg positif (> 6 bulan) di dalam serum, tingginya kadar
HBV DNA dan berlangsungnya proses nekroinflamasi kronis hati.
CarrierHBsAg inaktif diartikan sebagai infeksi HBV persisten hati tanpa
nekroinflamasi.

Sedangkan Hepatitis B kronis eksaserbasi adalah keadaan klinis yang


ditandai dengan peningkatan intermiten ALT>10 kali batas atas nilai normal
(BANN). Diagnosis infeksi Hepatitis B kronis didasarkan pada pemeriksaan
serologi, petanda virologi, biokimiawi dan histologi.

Secara serologi, pemeriksaan yang dianjurkan untuk


diagnosis dan evaluasi infeksi Hepatitis B kronis adalah : HBsAg, HBeAg,
anti HBe dan HBV DNA (4,5). Pemeriksaan virologi, dilakukan untuk
mengukur jumlah HBV DNA serum sangat penting karena dapat
menggambarkan tingkat replikasi virus. Pemeriksaan biokimiawi yang
penting untuk menentukan keputusan terapi adalah kadar ALT.
Peningkatan kadar ALT menggambarkan adanya aktivitas
kroinflamasi.

Oleh karena itu pemeriksaan ini dipertimbangkan sebagai prediksi


gambaran histologi. Pasien dengan kadar ALT yang menunjukkan proses
nekroinflamasi yang lebih berat dibandingkan pada ALT yang normal. Pasien
dengan kadar ALT normal memiliki respon serologi yang k urang baik pada
terapi antiviral.

Oleh sebab itu pasien dengan kadar ALT normal dipertimbangkan untuk
tidak diterapi, kecuali bila hasil pemeriksaan histologi menunjukkan proses
nekroinflamasi aktif. Tujuan pemeriksaan histologi adalah untuk menilai
tingkat kerusakan hati, menyisihkan diagnosis penyakit hati lain, prognosis
dan menentukan manajemen anti viral.

e. Pencegahan

Langkah-langkah pencegahan agar terhindar dari penyakit Hepatitis B


adalah pemberian vaksin atau imunisasi hepatitis B dilakukan tiga kali, yaitu
dasar, satu bulan dan 6 bulan kemudian. Hal ini ditujukan terutama pada
orang-orang yang berisiko tinggi terkena virus ini, seperti mereka yang
berprilaku sex kurang baik (ganti-ganti pasangan / homosexual), pekerja
kesehatan (perawat dan dokter) dan mereka yang berada di daerah rentan
banyak kasus Hepatitis B.

f. Pengobatan

Penderita yang diduga Hepatitis B, untuk kepastian diagnosa yang


ditegakkan maka akan dilakukan periksaan darah. Setelah diagnosa
ditegakkan sebagai Hepatitis B, maka ada cara pengobatan untuk hepatitis B,
yaitu pengobatan telan (oral) dan secara injeksi.

a. Pengobatan oral yang terkenal adalah

1. Pemberian obat Lamivudine dari kelompok nukleosida analog,


yang dikenal dengan nama 3TC. Obat ini digunakan bagi
dewasa maupun anak-anak, Pemakaian obat ini cenderung
meningkatkan enzyme hati (ALT) untuk itu penderita akan
mendapat monitor bersinambungan dari dokter.

2. Pemberian obat Adefovir dipivoxil (Hepsera). Pemberian


secara oral akan lebih efektif, tetapi pemberian dengan dosis
yang tinggi akan berpengaruh buruk terhadap fungsi ginjal.
3. Pemberian obat Baraclude (Entecavir). Obat ini diberikan pada
penderita Hepatitis B kronik, efek samping dari pemakaian
obat ini adalah sakit kepala, pusing, letih, mual dan terjadi
peningkatan enzyme hati. Tingkat keoptimalan dan kestabilan
pemberian obat ini belum dikatakan stabil.

b. Pengobatan dengan injeksi / suntikan adalah

1. Pemberian suntikan Microsphere yang mengandung partikel


radioaktif pemancar sinar ß yang akan menghancurkan sel
kanker hati tanpa merusak jaringan sehat di sekitarnya.
2. Injeksi Alfa Interferon (dengan nama cabang INTRON A,
INFERGEN, ROFERON) diberikan secara subcutan dengan
skala pemberian 3 kali dalam seminggu selama 12-16 minggu
atau lebih. Efek samping pemberian obat ini adalah depresi,
terutama pada penderita yang memilki riwayat depresi
sebelumnya. Efek lainnya adalah terasa sakit pada otot-otot,
cepat letih dan sedikit menimbulkan demam yang hal ini dapat
dihilangkan dengan pemberian paracetamol.
3. Selain itu, pengobatan tradisional dapat dilakukan. Tumbuhan
obat atauherbal yang dapat digunakan untuk mencegah dan
membantu pengobatan Hepatitis diantaranya mempunyai efek
sebagai hepatoprotektor, yaitu melindungi hati dari pengaruh
zat toksik yang dapat merusak sel hati, juga bersifat anti
radang, kolagogum dan khloretik, yaitu meningkatkan produksi
empedu oleh hati.
4. Beberapa jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk
pengobatan Hepatitis, antara lain yaitu
a. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza),
b. Kunyit (Curcuma longa),
c. Sambiloto (Andrographis paniculata),
d. Meniran (Phyllanthus urinaria),
e. Daun Serut/mirten,
f. Jamur Kayu/lingzhi (Ganoderma lucidum),
g. Akar alang-alang (Imperata cyllindrica),
h. Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa),
i. Pegagan (Centella asiatica),
j. Buah Kacapiring (Gardenia augusta),
k. Buah Mengkudu (Morinda citrifolia),
l. Jombang (Taraxacum officinale).
5. Selain itu juga ada pengobatan alternatif lain Hepatitis B
seperti hijamah / bekam yang bisa menyembuhkan segala
penyakit hepatitis, asal dilakukan dengan benar dan juga
dengan standar medis.

g. Hasil Akhir Perawatan

Ada 3 kemungkinan tanggapan kekebalan yang diberikan oleh tubuh


terhadap virus Hepatitis B pasca periode akut.

1. Kemungkinan pertama, jika tanggapan kekebalan tubuh adekuat maka


akan terjadi pembersihan virus, pasien sembuh.

2. Kedua,jika tanggapan kekebalan tubuh lemah maka pasien


tersebut akan menjadi carrier inaktif.

3. Ketiga,jika tanggapan tubuh bersifat intermediate (antara dua


hal di atas) maka penyakit terus berkembang menjadi
hepatitis B kronis.

1. HEPATITIS C

1. Definisi

Hepatitis C adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis


C(VHC). Infeksi virus ini menyebabkan peradangan hati atau hepatitis yang
biasanya asimtomatik, tetapi hepatitis kronik yang berlanjut dapat
menyebabkan sirosis dan kanker hati.
2. Proses Penularan

Proses penularan penyakit Hepatitis C sebanyak 80 % akibat transfusi


darah dan jarum suntik yang terkontaminasi. Virus hepatitis C ditularkan
melalui pemakai obat yang menggunakan jarum bersama-sama. Jarang
terjadi penularan melalui hubungan seksual.

Untuk alasan yang masih belum jelas, penderita penyakit hati alkoholik
seringkali menderita hepatitis C.Proses penularannya dapat pula melalui
kontak darah serangga yang menggiti penderita lalu mengigit orang lain di
sekitarnya. Hepatitis C adalah akibat dari transplantasi hati di Amerika
Serikat.

3. Tanda dan Gejala

Penderita Hepatitis C kadang tidak menampakkan gejala yang jelas,


tetapi pada penderita Hepatitis C kronik menyebabkan kerusakan / kematian
sel-sel hati dan terdeteksi sebagai kanker (cancer) hati. Penderita Hepatitis C
sering kali orang yang menderita Hepatitis C tidak menunjukkan gejala,
walaupun infeksi telah terjadi bertahun-tahun lamanya. Namun beberapa
gejala yang samar diantaranya adalah Lelah, Hilang selera makan, Sakit
perut, Urin menjadi gelap dan Kulit atau mata menjadi kuning yang
disebutjaundice (jarang terjadi).

Pada beberapa kasus dapat ditemukan peningkatan enzyme hati pada


pemeriksaan urine, namun demikian pada penderita Hepatitis C justru
terkadang enzyme hati fluktuasi bahkan normal.Sejumlah 85% dari kasus,
infeksi Hepatitis C menjadi kronis dan secara perlahan merusak hati bertahun-
tahun.

4. Pencegahan

Sebagai usaha pencegahan, menjaga kebersihan perorangan seperti mencuci


tangan dengan teliti dan menggunakan prinsip 6 langkah diperlukan untuk
meminimalisasi penyebaran mata rantai penyakit Hepatitis C.
5. Pengobatan

Saat ini pengobatan Hepatitis C dilakukan dengan pemberian obat seperti


Interferon alfa, Pegylated interferon alfa dan Ribavirin. Adapun tujuan
pengobatan dari Hepatitis C adalah menghilangkan virus dari tubuh anda
sedini mungkin untuk mencegah perkembangan yang memburuk dan stadium
akhir penyakit hati. Pengobatan pada penderita Hepatitis C memerlukan waktu
yang cukup lama bahkan pada penderita tertentu hal ini tidak dapat
menolong, untuk itu perlu penanganan pada stadium awalnya.

1. HEPATITIS D
Hanya terjadi sebagai rekan-infeksi dari virus hepatitis B dan virus
hepatitis D ini menyebabkan infeksi hepatitis B menjadi lebih berat. Yang
memiliki risiko tinggi terhadap virus ini adalah pecandu obat. Hepatitis D
menular melalui darah yang terinfeksi. Penyakit ini hanya timbul pada orang-
orang yang telah terinfeksi dengan hepatitis B sebelumnya.

Orang-orang yang berisiko terkena hepatitis D adalah pengguna obat-


obatan yang sering memakai jarum suntik bersama-sama. Penderita hepatitis
B juga berisiko terkena jika berhubungan seks dengan orang yang terinfeksi
hepatitis D, atau jika mereka tinggal dengan orang yang terinfeksi. Untuk
mencegahnya adalah dengan mencegah terkena hepatitis B, yaitu dengan
imunisasi hepatitis B; selain itu dengan menghindari terkena darah yang
terinfeksi, jarum yang terkontaminasi, atau barang-barang pribadi penderita
(sikat gigi, pisau cukur, gunting kuku). Hepatitis D kronik diterapi dengan
interferon alfa.

1. HEPATITIS E

1. Defenisi

Virus hepatitis E kadang menyebabkan wabah yang menyerupai


hepatitis A, yang hanya terjadi di negara – negara terbelakang. Hepatitis E
adalah virus hepatitis (peradangan hati) yang disebabkan oleh infeksi virus
hepatitis E (HEV). HEV memiliki rute transmisi fecal-oral (kotoran ke mulut).
Infeksi dengan virus ini pertama kali didokumentasikan pada tahun 1955
selama wabah di New Delhi, India.

2.Epidemiologi
Insiden hepatitis E tertinggi terdapat pada remaja dan orang dewasa
berusia antara 15 – 40 tahun. Meskipun anak-anak sering terkena infeksi ini
juga, namun mereka jarang menunjukkan gejala. Tingkat kematian umumnya
rendah, Hepatitis E biasanya akan hilang dengan sendirinya dan pasien
sembuh. Namun selama durasi infeksi (biasanya beberapa minggu), penyakit
ini sangat mengganggu aktivitas keseharian. Hepatitis E kadang-kadang
berkembang menjadi sebuah penyakit hati akut yang parah, dan fatal pada
sekitar 2% dari semua kasus. Secara klinis, penyakit ini sebanding dengan
hepatitis A, tetapi pada wanita hamil penyakit ini lebih sering parah dan
berhubungan dengan sindrom klinis yang disebut kegagalan hati fulminan.
Wanita hamil, terutama pada trimester ketiga, mengalami tingkat kematian
tinggi dari penyakit ini (sekitar 20%).

Meskipun ada satu serotipe virus ini, empat genotipe yang berbeda
telah dilaporkan. Genotipe 1 dan 2 hanya terbatas pada manusia dan sering
dikaitkan dengan wabah besar dan epidemi di negara-negara berkembang
dengan kondisi sanitasi yang buruk. Genotipe 3 dan 4 menginfeksi manusia,
babi dan spesies hewan lainnya dan telah bertanggung jawab untuk kasus-
kasus sporadis hepatitis E di negara-negara berkembang dan industri.

3.Penyebaran
Hepatitis E adalah lazim di kebanyakan negara berkembang, dan
umum di negara manapun dengan iklim panas. Hal ini meluas di Asia
Tenggara, Afrika bagian utara dan tengah, India, dan Amerika Tengah. Ini
menyebar terutama melalui kontaminasi tinja pada pasokan air atau makanan;
transmisi orang-ke-orang jarang ditemukan, namun bisa terjadi saat
berhubungan seks oral-anus (misalnya menjilat anus). Wabah epidemi
Hepatitis E paling sering terjadi setelah hujan lebat dan musim hujan karena
gangguan pasokan air.
Hewan peliharaan telah dilaporkan sebagai reservoir untuk virus
hepatitis E, dengan beberapa survei menunjukkan angka infeksi melebihi 95%
yang diantaranya berasal dari babi. Kemungkinan Ini berlaku juga jika
seseorang mengkonsumsi daging babi hutan dan daging rusa mentah. Namun,
tingkat penularan pada manusia melalui rute ini masih diperdebatkan para
ahli.

Sejumlah mamalia kecil lainnya telah diidentifikasi sebagai reservoir


potensial: tikus Bandicoot lebih rendah (Bandicota bengalensis), tikus hitam
(Rattus rattus brunneusculus) dan cecurut rumah Asia (Suncus murinus).

Sebuah virus flu burung telah digambarkan terkait dengan gejala Hepatitis-
Splenomegaly pada ayam. Virus ini secara genetis dan antigenically terkait
dengan HEV mamalia dan mungkin merupakan sebuah genus baru.

replikasi virus telah ditemukan dalam usus kecil, kelenjar getah bening, usus
besar serta hati babi yang terinfeksi.

4.Pencegahan
Perbaikan sanitasi adalah ukuran paling penting, yang terdiri dari
perawatan kebersihan pada pembuangan limbah manusia; juga penting standar
yang lebih tinggi untuk persediaan air masyarakat, baik prosedur kebersihan
pribadi maupun persiapan makanan sanitasi.

Sebuah vaksin, berdasarkan protein-protein virus yang di-re-


kombinasi,telah dikembangkan dan baru-baru ini diuji dalam suatu populasi
berisiko tinggi (personil militer dari negara berkembang). Vaksin tampak
efektif dan aman, namun penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menilai
perlindungan vaksin jangka panjang dan efektifitas biaya vaksinasi hepatitis
E.

1. HEPATITIS G

1. Definisi
Hepatitis G adalah penyakit inflamasi hati yang baru ditemukan.

2. Penyebab
Disebabkan oleh hepatitis G virus (HGV), yang mirip dengan virus
hepatitis C. Kontak dengan darah yang terinfeksi HGV.

3. Gejala
Kebanyakan orang tidak memiliki gejala akut. Sebanyak 20 % dari
penderita hepatitis C juga menderita hepatitis ini.

4. Diagnosa
Metode yang digunakan untuk mendeteksi HGV sangat komplek untuk
mengetahui adanya antibodi HGV. Namun ketika antibodi telah ditemukan,
virus itu sendiri telah menghilang.

5. Pengobatan
Tidak ada perawatan spesifik untuk penyakit hepatitis akut ini. Penderita
harus banyak istirahat, menghindari alkohol dan makan makanan bergizi.

6. Pencegahan
Hepatitis G ditularkan melalui infeksi melalui darah. Pencegahannya
dengan menghindari kontak dengan darah yang terkontaminasi. Jangan
gunakan jarum suntik atau peralatan lain secara bersamaan.

2.4 Hepatitis Dalam Masa Kehamilan


Pada wanita hamil kemungkinan terjangkit virus Hepatitis dengan wanita
tidak hamil pada wanita yang tidak hamil namun memiliki klasifikasi usia
yang sama. Kelainan hepar yang mempunyai hubungan langsung dengan
peristiwa kehamilan ialah

1. Acute fatty liver of pregnancy (Obstetric acute yellow-atrophy)


2. Recurrent intra-hepatic cholestasis of pregnancy.

Infeksi hepatitis virus pada kehamilan tidak berhubungan langsung


dengan peristiwa kehamilan, namun tetap memerlukan penanganan khusus,
mengingat penyulit-penyulit yang mungkin timbul baik untuk ibu maupun
janin.

a. Hepar dalam Kehamilan

Pada kehamilan, hepar ternyata tidak mengalami pembesaran. Hal ini


bertentangan dengan penelitian pada binatang yang menunjukkan bahwa
hepar membesar pada waktu kehamilan. Bila kehamilan sudah mencapai
trimester ke III, sukar untuk melakukan palpasi pada hepar, karena hepar
tertutup oleh pembesaran rahim.

Oleh karena itu bila pada kehamilan trimester ke III hepar dapat dengan
mudah diraba, berarti sudah terdapat kelainan-kelainan yang sangat bermakna.
Perubahan-perubahan mikroskopik pada hepar akibat kehamilan adalah tidak
khas. Pengaliran darah ke dalam hepar tidak mengalami perubahan, meskipun
terjadi perubahan yang sangat menyolok pada sistem kardio vaskuler.

Wanita hamil sering menunjukkan tanda-tanda mirip adanya penyakit –


penyakit hepar, misalnya : spider naevi dan palmarerythema, yang wajar pada
kehamilan, akibat meningkatnya kadar estrogen. Semua protein serum yang
disintesis dalam hepar mengalami perubahan pada waktu kehamilan. Jumlah
protein serum menurun sekitar 20% pada trimester II, akibat penurunan kadar
albumin secara menyolok, sedangkan fibrinogen justru mengalami kenaikan.

b. Pengaruh Hepatitis Pada Kehamilan dan Janin


Bila hepatitis terjadi pada trimester I atau permulaan trimeseter II maka
gejala-gejala nya akan sama dengan gejala hepatitis pada wanita tidak hamil.
Meskipun gejala-gejala yang timbul relatip lebih ringan dibanding dengan
gejala-gejala yang timbul pada trimester III, namun penderita hendaknya tetap
dirawat di rumah sakit.

Hepatitis terjadi pada trimester III menimbulkan gejala-gejala yang lebih


berat dan penderita umumnya menunjukkan gejala-gejala fulminant. Pada fase
inilah acute hepatic necrosis sering terjadi, dengan menimbulkan mortalitas
Ibu yang sangat tinggi. Pada trimester III, adanya defisiensi faktor lipo tropik
disertai kebutuhan janin yang meningkat akan nutrisi, menyebabkan penderita
mudah jatuh dalam acute hepatic necrosis. Tampaknya keadaan gizi ibu hamil
sangat menentukan prognose.

Berat ringan gejala hepatitis virus pada kehamilan sangat tergantung dari
keadaan gizi Ibu hamil. Gizi buruk khususnya defisiensi protein, ditambah
pula meningkatnya kebutuhan protein untuk pertumbuhan janin, menyebabkan
infeksi hepatitis pada kehamilan memberi gejala-gejala yang jauh lebih berat.

Pada wanita hamil, secara fisiologik terjadi perubahan-perubahan dalam


proses pembekuan darah, yaitu dengan ke-naikan faktor-faktor pembekuan
dan penurunan aktivitas fibrinolitik, sehingga pada kehamilan mudah
terjadiDIC (Disseminated Intra Vascular Coagulation). Penularan virus ini
pada janin terjadi dengan beberapa cara, yaitu:

a. Melewati placenta
b. Kontaminasi dengan darah dan tinja Ibu pada waktu persalinan
c. Kontak langsung bayi baru lahir dengan Ibunya
d. Melewati Air Susu Ibu, pada masa laktasi.

5. Baik virus A maupun virus B dapat menembus placenta, sehingga terjadi


hepatitis virus in utero dengan akibat janin lahir mati, atau janin mati pada
periode neonatal. Jenis virus yang lebih banyak dilaporkan dapat menembus
placenta, ialah virus type B.

Beberapa bukti, bahwa virus hepatitis dapat menembus placenta ialah


ditemukannya hepatitis antigen dalam tubuh janin in utero atau pada janin
barulahir. Selain itu telah dilakukan pula autopsy pada janin-janin yang
mati pada periode neonatal akibat infeksi
hepatitisvirus. Hasil autopsy menunjukkan adanya perubahan-perubahan pada
hepar, mulai dari nekrosis sel-sel hepar sampai suatubentuk cirrhosis.

Perubahan-perubahan yang lanjut pada hepar ini, mungkin terjadi bila


infeksi sudah mulai terjadi sejak janin dalam rahim. Kelainan yang ditemukan
pada hepar janin, lebih banyak terpusat pada lobus kiri. Hal ini membuktikan,
bahwa penyebaran virus hepatitis dari Ibu ke janin dapat terjadi
secarahematogen.Angka kejadian penularan virus hepatitis dari Ibu ke janin
atau bayinya, tergantung dari tenggang waktu antara timbulnya infeksi pada
Ibu dengan saat persalinan. Ibu hamil yang menderita hepatitis B dengan
gejala-gejala klinik yang jelas, akan menimbulkan penularan pada janinnya
jauh lebih besar dibandingkan dengan Ibu-Ibu hamil yang hanya merupakan
carrier tanpa gejala klinik.

Ibu hamil yang mengalami hepatitis B, dengan gejala yang jelas, 48%
dari bayinya terjangkit hepatitis, sedang pada Ibu-lbu hamil yang hanya
sebagai carrier Hepatitis Virus B antigen, hanya 5% dari bayinya mengalami
virus B antigenemia. Meskipun hepatitis virus, belum jelas pengaruhnya
terhadap kelangsungan kehamilan, namun dilaporkan bahwa kelahiran
prematur terjadi pada 66% kehamilan yang disertai hepatitisvirus B. Adanya
icterus pada Ibu hamil tidak akan menimbulkan kern-icterus pada janin. Kem
icterus terjadi akibat adanya unconjugated bilirubin yang melewati placenta
dari Ibu-Ibu hamil yang mengalami hemolitik jaundice.

Bila penularan hepatitis virus pada janin terjadi pada waktu persalinan
maka gejala- gejalanya baru akan nampak dua sampai tiga bulan kemudian.
Sampai sekarang belum dapat dibuktikan, bahwa hepatitis pada Ibu hamil
dapat menimbulkan kelainan kongenital janinnya. Pada pemeriksaan placenta,
dari kehamilan yang disertai hepatitis, tidak dijumpai perubahan-perubahan
yang menyolok, hanya ditemukan bercak-bercak bilirubin. Bila terjadi
penularan virus B in utero, maka keadaan ini tidak memberikan kekebalan
pada janin dengan kehamilan berikutnya.
a. Pencegahan

Semua Ibu hamil yang mengalami kontak langsung dengan penderita


hepatitis virus A hendaknya diberi immuno globulin sejumlah 0,1 cc/kg berat
badan. Gamma globulin tidak efektif untuk mencegah hepatitis virus B. Gizi
Ibu hamil hendaknya dipertahankan seoptimal mungkin, karena gizi yang
buruk mempermudah penularan hepatitis. Untuk kehamilan berikutnya
diberi jarak sekurang – kurangnya enam bulan setelah persalinan, dengan
syarat setelah 6 bulan tersebut semua gejala dan pemeriksaan laboratorium
telah kembali normal. Setelah persalinan, pada penderita hendaknya tetap
dilakukan pemeriksaan laboratorium dalam waktu dua bulan, empat bulan dan
enam bulan kemudian.

b. Pengobatan

Pengobatan infeksi hepatitis pada kehamilan tidak berbeda dengan wanita


tidak hamil. Penderita harus tirah baring di rumah sakit sampai gejala icterus
hilang dan bilirubin dalam serum menjadi normal. Makanan diberikan dengan
sedikit mengandung lemak tetapitinggi protein dan karbohydrat. Pemakaian
obat-obatan hepatotoxic hendaknya dihindari. Kortison baru diberikan bila
terjadi penyulit. Perlu diingat pada hepatitis virus yang aktif dan cukup berat,
mempunyai risiko untuk terjadi perdarahan post-partum, karena menurunnya
kadar vitamin K. Janin baru lahir hendaknya tetap diikuti sampai periode post
natal dengan dilakukan pemeriksaan transaminase serum dan pemeriksaan
hepatitis virus antigen secara periodik. Janin baru lahir tidak perlu diberi
pengobatan khusus bila tidak mengalami penyulit-penyulit lain.

c. Penanganan Khusus
1. Rawat inap dan tirah baring
2. Isolasi pasien, lakukan pemeriksaan serologik
3. Diet rendah lemak, tinggi karbohidrat dan protein
4. Rehidrasi apabila terjadi defisit cairan akibat muntah
yang
d. berlebihan dan demam
1. Berikan vitamin K, glukosa dan kurkuma rhizoma
2. Evaluasi profil biofisik atau kondisi janin
3. Penatalaksanaan neonatal
4. Evaluasi sistem pembekuan darah
TINJAUAN KASUS

Langkah – Langkah Manajemen

Asuhan Kebidanan Langkah 1:

pengkajian

Data subjektif

1. Biodata atau identitas klien dan suami.

Yang perlu di kaji : nama. umur, agama, suku, pendidikan, pekerjaan dan

alamat. Maksud pernyataan ini adalah untuk mengidentifikasikan

(mengenal) klien.

2. Keluhan utama

Merupakan alasan utama klien untuk datang ke RS dan apa-apa saja yang
di rasa kan klien.

Kemungkinan yang ditemui:klien lemas, cepat lelah dan tampak kuning pada
ekstermitas bagian atas dan bawah.

3. Riwayat perkawinan

Kemungkinan diketahui status perkawinan, umur waktu kawin, berapa


lama kawin baru hamil.

4. Riwayat mentruasi

Yang di nyatakan adalah HPHT untuk menentuksn tapsiran persalinan,


siklus, lama, banyaknya, bau, warna, ada apakah nyeri saat haid, serta kapan
mendapatkan haid pertama kalinya.
5. Riwayat obstetric

a. Kehamilan yang lalu kemungkinan klien pernah mengalami mual


dan muntah, perdarahan.
b. Persalinan yang lalu,kemungkinan klien mengalami persalinan spontan.
c. Lactasi berjalan dengan normal.

6. Riwayat kehamilan sekarang

a. Kemungkinan klien merasa mual dan muntah.


b. Kemungkinan klien merasakan lemas,cepat lelah.
c. Kemungkinan klien merasakan nyeri abdomen.
d. kemungkinan apakah ada pemeriksaan kehamilan pada tenaga
kesehatan,mendapatkan imunisasi TT dan tablet fe.

7. Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan yang lalu: kemungkinan klien mengalami


penyaki jantung, hipertensi, DM dan mengalami operasi dinding rahim.
b. Riwayat kesehatan sekarang: kemungkinan klien mengalami penyakit
jantung.
c. Kemungkinan ada anggota keluarga yang mengalami penyakit
keturunan,penyakit menular,riwayat kehamilan kembar atau riwayat
kehamilan post-term.

8. Riwayat kontrasepsi

a. Kemungkinan klien pernah menggunakan alat kontrasepsi atau tidak.

9. Riwayat seksualitas
a. Kemungkinan klien mengalami apakah aktifitas nya normal atau ada
gangguan.

1. Riwayat sosial,ekonomi,dan budaya

Kemungkinan hubungan klien dengan suami,keluarga dan masyarakat


baik,kemungkinan ekonomi yang kurang mencukupi,adanya kebudayaan klien
yang mempengaruhi kesehatan kehamilan dan persalinannya.

a) Riwayat spiritual

Kemungkinan klien melakukan ibadah agama & kepercayaan nya dengan


baik
b) Riwayat psikologis

Kemungkinan adanya tanggapan klien dan keluarga yang baik terhadap


kehamilan dan persalinan ini. Kemungkinan klien dan suami nya
mengharapkan dan senang dengan kehamilan ini.atau kemungkinan klien
cemas dan gelisah dengan kehamilannya.

c) Kebutuhan dasar

Kemungkinan pemenuhan kebutuhan bio-psiko yang meliputi pemenuhan


nutrusi,proses eliminasi,aktifitas sehari-hari,istirahat,personal hygiene dan
kebiasaan- kebiasaan yang dapat mempengaruhi kesehatan saat hamil dan
bersalin.

2. Data objektif.

Data dikumpulkan melalui pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus:

1. Pemeriksaan umum

Secara teoritis kemungkinan di temukan gambaran keadaan umum klien


baik,yang mencakup kesadaran ,tekanan
darah,nadi,nafas,suhu,TB,BB,dan keadaan umum.

2. Pemeriksaan khusus

a) Secara inspeksi yaitu pemeriksaan pandang yang di mulai dari kepala


sampai kaki.

Yang dinilai adalah kemungkinan bentuk tubuh normal, kebersihan


kulit, rambut, muka kuning pucat, conjungtiva anemis , sklera ikterik,
hidung dan telinga, mulut apakah ada caries, stomatitis, karang gigi,
leher apakah ada pembesaran kelenjer gondok, payudara apakah
simetris kiri dan kanan, keadaan puting susu menonjol atau tidak,
kolostrum ada atau tidak, perut membesar

sesuai dengan usia kehamilan, apakah ada bekas luka operasi, vulva
apakah bersih, ada varises atau tidak, oedema dan pengeluaran dari
vagina. Anus apakah ada haemoroid, ekstremitas atas dan bawah
kuning

b) Secara palpasi dengan menggunakan cara leopold kemungkinan

ditemukan ialah : Leopold I : TFU dalam cm, pada fundus

kemungkinan teraba bagian kepala, bokong atau lainnya.

Leopold II : Pada dinding perut klien sebelah kiri atau

kanan kemungkinan teraba punggung,

anggota gerak atau bokong, kepala

Leopold III: Pada bagian terbawah kemungkinan

teraba kepala, bokong ataupun yg lainnya.

Leopold IV: Kemungkinan bagian terbawah janin telah

masuk PAP dan seberapa masuknya

dihitung dengan perlimaan jari.

c) Secara auskultasi kemungkinan dapat terdengar bunyi jantung janin,


frekuensinya, teratur atau tidak

d) Secar perkusia kemungkinan reflek patella kiri dan kanan positif


e) Pemeriksaan ukuran panggul kemungkinan normal dengan
pengukuran jangka panggul

f) Pemeriksaan tafsiran berat janin normal

3. Pemeriksaan penunjang

a) Laboratorium

1. Darah : Hb, Haematokrit, golongan darah


2. Urine : kemungkinan ditemukan urine berwarna kuning tua

Langkah II : Interprestasi Data

Berdasarkan kasus ini,maka kemungkinan interprestasi data yang timbula


adalah ;
1. Diagnosa kebidanan

Mis : G6P5A0H5 dengan hepatitis,janin hidup

tunggal,intrauterin. Dasar :

1. Ibu mengatakan ini kehamilan ke enam


2. Dari hasil pemeriksaan di dapat kan warna urin ibu kuning
tua, ekstermitas atas dan bawah terlihat kuning atau pucat.
3. Hasil labor hbsAg positif

2. Masalah

Kemungkinan masalah yang timbul adalah gangguan fungsi hati.

3. Kebutuhan
a. Nutrisi
b. Istirahat
Langkah III : mengidentifikasi diagnosa atau
masalah potensial.

Kemungkinan diagnosa atau masalah potensial yang


timbul adalah:

1. Abortus
2. Perdarahan pasca persalinan

Langkah IV : identifikasi kebutuhan yang memerlukan


penanganan segera.

Kemungkinan tindakan segera pada kasus ini adalah kolaborasi dengan


dokter SpOG dan dokter spesialis penyakit dalam.

Langkah V : merencanakan asuhan yang menyeluruh.

Perencanaan tindakan yang mungkin di lakukan antara lain :

1. Beri tahu ibu hasil pemeriksaan, bahwa saat ini secara umum ibu
dalam keadaan baik.

2. Beri tahu ibu untuk makan makanan yang bergizi,banyak


mengkonsumsi sayuran, dan makanan tinggi protein dan rendah
lemak.
3. Anjurkan ibu untuk tidak minum kopi dan tidak minum-minuman yang
beralkohol.
4. Berikan ibu tablet fe serta waktu dan cara mengkonsumsi nya.
5. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup,yaitu pada malam 8 jam dan
siang hari 2 jam agar kondisi ibu tidak bertambah buruk.
6. Anjurkan ibu untuk mencegah penularan penyakit kepada anggota
keluarga yang lain dengan mengkhususkan peralatan makanan,dan
minuman ataupun barang habis pakai.
7. Berikan ibu motivasi dan semangat pada ibu bahwa ibu akan baik –
baik saja selama ibu sering memeriksakan diri.
8. Kolaborasi dengan spesialis penyakit dalam dan dokter kandungan
untuk dapat memberikan penanganan dan pencegahan komplikasi
kehamilan.
9. Beri tahu ibu kunjungan ulang satu minggu kemudian untuk
mengetahui perkembangan ibu dan janin.
10. Dokumentasikan hasil pemeriksaan.

Langkah VI : melaksanakan perencanaan asuhan yang


menyeluruh.

Pelaksanaan tindakan yang dapat di lakukan antara lain :

1. Memberi tahu ibu hasil pemeriksaan,bahwa saat ini secara umum ibu
dalam keadaan baik.
2. Memberi tahu ibu untuk makan makanan yang bergizi,banyak
mengkonsumsi sayuran, dan makanan tinggi protein dan rendah
lemak.
3. Menganjurkan ibu untuk tidak minum kopi dan tidak minum-
minuman yang beralkohol.
4. Memberikan ibu tablet fe serta waktu dan cara mengkonsumsi nya.
5. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup,yaitu pada malam 8 jam
dan siang hari 2 jam agar kondisi ibu tidak bertambah buruk.
6. Menganjurkan ibu untuk mencegah penularan penyakit kepada
anggota keluarga yang lain dengan mengkhususkan peralatan
makanan,dan minuman ataupun barang habis pakai.
7. Memberikan ibu motivasi dan semangat pada ibu bahwa ibu akan baik
– baik saja selama ibu sering memeriksakan diri.

8. Berkolaborasi dengan spesialis penyakit dalam dan dokter


kandungan untuk dapat memberikan penanganan dan pencegahan
komplikasi kehamilan.
9. Memberi tahu ibu kunjungan ulang satu minggu kemudian
untuk mengetahui perkembangan ibu dan janin.
10. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan.

Langkah VII : Evaluasi

Hasil evaluasi yang ditemukan :

1. Ibu mengerti hasil pemeriksaan, bahwa saat ini secara umum ibu
dalam keadaan baik.
2. Ibu mau untuk makan makanan yang bergizi, banyak mengkonsumsi
sayuran, dan makanan tinggi protein dan rendah lemak.
3. Ibu mau untuk tidak minum kopi dan tidak minum-minuman yang
beralkohol.
4. Ibu mau mengkonsumsi tablet fe serta waktu dan cara mengkonsumsi
nya.
5. Ibu mau untuk istirahat yang cukup,yaitu pada malam 8 jam dan siang
hari 2 jam agar kondisi ibu tidak bertambah buruk.
6. Ibu mau untuk mencegah penularan penyakit kepada anggota keluarga
yang lain dengan mengkhususkan peralatan makanan,dan minuman
ataupun barang habis pakai.
7. Ibu sudah termotivasi dan merasa baik – baik saja selama ibu sering
memeriksakan diri.
8. Berkolaborasi dengan spesialis penyakit dalam dan dokter kandungan
untuk dapat memberikan penanganan dan pencegahan komplikasi
kehamilan.
9. Ibu akan datang pada kunjungan ulang satu minggu kemudian untuk
mengetahui perkembangan ibu dan janin.
10. Hasil pemeriksaan ibu sudah didokumentasikan.
BAB III

PEMBAHASAN KASUS

Data subjektif

Tanggal : 25 April 2022

Pukul : 10.20

Ny R datang ke puskesmas ingin memeriksakan kehamilannya, ibu mengatak

1. Ini kehamilan yang ke 6


2. HPHT

Data objektif
Kontrol ulang kehamilan Keadaan

umum Kesadaran : CMC

-Ttv

- Td : 110/ 70mmhg

-N : 88 x/ menit

-S : 36,6°

-P : 20x/ menit

- BB sebelum hamil : 49 kg

- BB setelah hamil : 59 kg

- TB : 154 cm

- Lila : 26 cm

-Inspeksi
Pemeriksaan head to-toe dalam batas normal

-Palpasi

Leopold 1 : Tfu 3 jari dibawah px, difundus teraba bulat, lembek dan tidak
melenting kemungkinan bokong janin

Leopold 2 : Pada perut ibu sebelah kanan teraba keras, memanjang dan
memapan, kmungkinan punggung janin, pada perut ibu sebelah kiri teraba
tonjolan-tonjolan kecil kemungkinan ekstremitas janin.

Leopold 3 : Pada perut ibu bagian bawah teraba keras, bulat dan melenting
kemungkinan kepala janin dan masih bisa digoyangkan.

Leopold 4 : belum dilakukan, karna bagian terbawah janin belum

masuk PAP Mc. Donald : 32 cm

TBBJ : 2.945 gram

Auskultasi :

- DJJ : positif

- Frekuensi : 145x/ menit

- Intesitas : kuat dan teratur

- Pemeriksaan penunjang :

- HB : 10,5%gr

- Prtein urine : Negatif

- Glukosa urine : Negatif

- HBsAg : Positif 1

ASSESMENT

Dx :
G6P3A1H4, uk 35-36 mg, janin hidup, tunggal, intrauterine, pu-ki, keadaan
jalan lahir normal, dan ku ibu dan janin baik

1. Memberitahu kepada ibu bahwa keadaan ibu

positif hepatitis b E : Ibu mengetahui hasil

pemriksaan

2. Menjelaskan pada ibu untuk melakukan diet tinggi kalori seperti

Mengkonsumsi ayam dan alpokat, tetapi tidak selalu mengkonsumsi


makannya itu terus, misalnya diganti dengan mengkonsumsi telur rebus
daging sapi tanpa lemak, susu rendah lemak, selain alpukat ada beberapa buah
seperti (pisang, apel dan kiwi), dan diet rendah lemak seperti : atur pola
makan yaitu gunakan minyak yaitun,minyak kedelai,minyak kacang tanah ,
kemudian perbanyak makan sayur dan buah yang segar dan buat sayuran lebih
baik dimakan mentah, dan proses memasaknya harus dikukus,direbus,
memanggang dan hindari proses atau cara digoreng.

3. Menjelaskan kebutuhan istirahat total, seperti siang 1-2 jam dan malam 7-8
jam, alktifitas sedikit dapat mengurangi kerja hepar.

E : Ibu mengerti dan akan mengurangi aktifitas kerjanya.

4. Melakukan kolaborasi dengan dokter dan tenaga medis lainnya, dalam


pemberian terapi tindakan dan pemeriksaan laboratorium ulang.

PENATALAKSANAAN

- Tindakan segera:

melakukan kolaborasi dengan dokter atau tenaga medis lainnya


BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Hepatitis di sebabkan oleh virus dan merupakan penyakit hati yang paling
sering di jumpai dalam kehamilan. Pada wanita hamil, peniyebab hepatitis
terutama oleh virus hepatitis B walau kemungkinan juga dapat karena virus
hepatitis A atau C . hepatitis juga dapat terjadi pula setiap saat kehamilan dan
mempunyai pengaruh buruk pada janin maupun ibunya. Hepatitis yang
berlangsung kurang dari 6 bulan disebut hepatitis akut, hepatitis yang
berlangsung lebih dari 6 bulan disebut hepatitis kronis.

Pada trimester I dapat terjadi keguguran pada trimester II dan III sering
terjadi premature . adapun beberapa jenis virus hepatitis A, B, C, D, E, dan G.

4.2 Saran

1. Penulis

Diharapkan menjadi koreksi diri dan juga bisa menjadi koreksi tentang
pembuatan makalah yang benar

2. Pembaca

Diharapkan pembaca memahami tentang penyakit hepatitis pada ibu


hamil dan persalinan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Marmi, dkk.2013, Asuhan kebidanan patologi, 2012. Yogyakarta.Pustaka


Pelajar
2. Diman Angsar. 2014. Hepatitis virus pada kehamilan. Jakarta :
Cermin Dania Kedokteran.
3. Hans Tandra, Widawati Soemarto. 2013. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta :
Penerbit buku kedokteran EGC.
4. Oswari, 2015. Penyakit Dan Cara Penanggulangannya. Jakarta: Gaya Baru.

Anda mungkin juga menyukai