Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

IMUNOLOGI

“HEPATITIS B”

Disusun oleh :

Kelompok 6

1. Rizky Avi Ardiansari (201905072)


2. Santi Fitriana (201905074)
3. Sekar Kinasih (201905075)
4. Siti Nur Alfiana (201905078)
5. Uliya Khoirul Nisa (201905085)

Kelas : 3B

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

STIKES CENDEKIA UTAMA KUDUS

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
tuntunanNya-lah Penyusun dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul
“Rhinitis Alergi” .

Proses pembuatan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, Penyusun menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang turut campur
tangan dan mendukung proses pembuatan makalah ini.

Penyusun menyadari makalah ini tidaklah luput dari berbagai kekurangan dan
keterbatasan, maka dari itu Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi peningkatan kualitas pembuatan makalah dikemudian hari. Akhir kata,
Penyusun mengharapkan makalah ini dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi pembaca.
Terima kasih, Tuhan kiranya memberkati.

Kudus , Januari 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL….............................................................................................1
KATA PENGANTAR…...........................................................................................2
DAFTAR ISI…..........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN…......................................................................................4
1.1. Latar Belakang…...............................................................................4
1.2. Rumusan Masalah…..........................................................................4
1.3. Tujuan Penulisan…............................................................................5
BAB II PEMBAHASAN…........................................................................................6
2.1. Definisi Penyakit Hepatitis B…...................................................6
2.2. Deskripsi Mikroorganisme Penyebab Penyakit Hepatitis B........6
2.3. Gejala Penyakit….........................................................................7
2.4. Cara Penularan..............................................................................7
2.5. Pemeriksaan..................................................................................8
2.6. Peran Bidan dalam Pencegahan Penyakit.....................................9
2.7. Komplikasi....................................................................................9
BAB III PENUTUP…................................................................................................12
3.1. Simpulan…..................................................................................12
3.2. Saran............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA….............................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hepatitis B adalah infeksi hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB) yang
dapat menyebabkan penyakit akut maupun kronis (WHO, 2015). Penularan hepatitis virus B
dapat terjadi melalui paparan darah dan cairan tubuh dari penderita yang terinfeksi hepatitis B
seperti semen, luka, dan sekresi vagina. Hepatitis B secara umum dapat ditularkan melalui
perkutan atau parenteral, contohnya adalah dengan menggunakan jarum non steril atau
berbagi jarum suntik pada tato, injeksi obat dan akupunktur, kontak seksual dengan orang
yang terinfeksi, dan paparan perinatal dari ibu yang terinfeksi (Yogarajah, 2013). Hepatitis
virus B dapat menunjukkan gejala penyakit akut yang berlangsung beberapa minggu, seperti
kulit dan mata ikterik (jaundice), urin berwarna lebih gelap, kelelahan yang ekstrem, mual,
muntah, dan sakit perut. Virus hepatitis B juga dapat menyebabkan infeksi hati kronis yang
dapat berkembang menjadi sirosis dan karsinoma hepatoseluler (WHO, 2015). Hepatitis virus
B (HVB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di seluruh dunia (WHO,
2015). Jumlah penderita di dunia diperkirakan terdapat 350 juta (Astuti, 2014), dengan
prevalensi tertinggi di sub-Sahara Afrika dan Asia Timur. Kebanyakan orang di wilayah ini
terinfeksi dengan virus hepatitis B selama masa anak-anak, sedangkan 5-10% dari populasi
orang dewasa terinfeksi secara kronis (WHO, 2015). Risiko infeksi hepatitis B menjadi
penyakit kronis berbanding terbalik dengan usia. Infeksi hepatitis B kronis ditemukan pada
sekitar 90% dari bayi yang terinfeksi pada saat lahir, 25-50% anak-anak terinfeksi pada 1-5
tahun, dan sekitar 1-5% dari orang yang terinfeksi merupakan anak-anak yang lebih dari 5
tahun dan orang dewasa. Infeksi hepatitis B kronis juga sering terjadi pada orang dengan
imunodefisiensi (WHO, 2015).

1.2. Rumusan Masalah


1.      Apa Definisi Penyakit Hepatitis B?
2.      Bagaimana Deskripsi Mikroorganisme Penyebab Penyakit Hepatitis B?
3.      Apa Gejala Penyakit Hepatitis B?

4
4.      Bagaiman Cara Penularan Hepatitis B?
5.      Bagaiman Pemeriksaan terhadap penderita Hepatitis B?
6.      Bagaiman Peran Bidan dalam Pencegahan Penyakit?
7.      Jelaskan Komplikasi!

1.3. Tujuan Penulisan


1.      Untuk Mengetahui Definisi Penyakit Hepatitis B?
2.      Untuk Mengetahui Deskripsi Mikroorganisme Penyebab Penyakit Hepatitis B
3.      Untuk Mengetahui Gejala Penyakit Hepatitis B
4.      Untuk Mengetahui Cara Penularan Hepatitis B
5.      Untuk Mengetahui Pemeriksaan terhadap penderita Hepatitis B
6.      Untuk Mengetahui Peran Bidan dalam Pencegahan Penyakit Hepatitis B
7.      Untuk Mengetahui Komplikasi Hepatitis B

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Penyakit Hepatitis B


            Hepatitis B merupakan infeksi pada hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B
(HBV). Keadaan ini mengakibatkan perdangan dan pembengkakan hati, dan kadang-kadang
kerusakan hati yang nyata. Sering terjadi bahwa penderita sama sekali tidak merasakan dan
menyadari bahwa dirinya sedang terinfeksin oleh virus, karena keluhan yang khas yaitu
keluhan seperti flu tidak berkembang segera, bahkan yidak muncul sama sekali. Seseorang
bisa terkena infeksi jika ia tidak imun terhadap virusb dan terpapar dengan darah atau cairan
tubuh dari penderita atau pengidap HBV.

2.2. Deskripsi Mikroorganisme Penyebab Penyakit Hepatitis B


            Penyakit hepatitis B disebabkan oleh infeksi virus. Virus yang bernama
Hepadnaviridae ini merupakan virus DNA, yang berarti bahwa virus ini adalah material
genetika yang diciptakan oleh asam deoksiribonukleat.
            Mikroorganisme penyebab penyakit hepatitis B sering disebut HBV. Virus DNA serat
ganda parsial (partially double stranded), panjang genom sekitar 3200 pasangan basa.
Mempunyai envelope/selubung. Di dalam darah penderita hepatitis B akut ditemui bentuk
partikel virus, yaitu :
1. Sferikal pleomorfik, diameter 17-25 nm, terdiri dari komponen selubung saja. Jumlahnya
lebih banyak dari partikel lainnya.
2. Tubularr atau filamen, diameter 22-200 nm, juga komponen selubung.
3. Partikel virion lengkap atau partikel Dane, terdiri dari genom HBV dan selubung, diameter
42 nm.
            Protein yang dibuat oleh virus ini yang bersifat antigenik serta memberi gambaran
tentang keadaan penyakit adalah:
1. Antigen permukaan/surface antigen/HbsAg, bnerasal dari selubung. Antigen yang semata-
mata disandi oleh gen D disebut sebagai mayor protein, yang oleh daerah pre-S2
dinamakan middle protein dan yang oleh Pre-S1 disebut large protein.
2. Antigen core/ core antigen HbsAg, disandi oleh daerah core.
3. Antigen e/ e antigen/HbsAg, disandi oleh gen pre-core.

6
2.3. Gejala Penyakit
            Pada umumnya, gejala penyakit Hepatitis B ringan. Gejala tersebut dapat berupa
selera makan hilang, rasa tidak enak di perut, mual sampai muntah, demam ringan, kadang-
kadang disertai nyeri sendi dan bengkak pada perut kanan atas. Setelah satu minggu akan
timbul gejala utama  seperti bagian putih pada mata tampak kuning, kulit seluruh tubuh
tampak kuning dan air seni berwarna seperti teh.
            Hepatitis B kronis merupakan penyakit nekroinflamasi kronis hati yang disebabkan
oleh infeksi Virus Hepatitis B persisten. Hepatituis B kronis ditandai dengan HBsAg positif
(>6 bulan) di dalam serum, tingginya kadar HBV DNA dan berlangsungnya proses
nekroinflamasi kronis hati. Carrier HBsAg inaktif diartikan sebagai infeksi HBV persisten
hati tanpa nekroinflamasi. Sedangkan Hepatitis B kronis eksaserbasi adalah keadaan klinis
yang ditandai dengan peningkatan peningkatan intermiten ALT>10 kali batas atas normal
(BANN).

2.4. Cara Penularan

Cara umum penularan hepatitis B, yaitu perkutan dan parenteral. Kelompok berisiko tinggi
adalah orang yang sering menerima transfusi darah, pasien dialisis, penerima transplantasi
organ, pengguna narkoba suntik, orang yang berhubungan seksual dengan orang yang
terinfeksi hepatitis B kronis, petugas kesehatan, dan wisatawan yang belum mendapatkan
vaksinasi hepatitis B sebelum berangkat ke daerah prevalensi tinggi hepatitis B (WHO, 2015)
Penularan virus Hepatitis B bisa melalui berbagai cara, sebagai berikut :
a) Melalui darah : Virus hepatitis B ditemukan terutama dalam darah, dan ditularkan melalui
darah yang tercemar. Tidak seperti hepatitis A, virus hepatitis B tidak ditemukan dalam
air seni, keringat atau kotoran, meskipun virus hepatitis B terdapat dalam cairan tubuh
lainnya seperti air mani dan air liur. Pada umumnya hepatitis B menular melalui transfusi
darah yang terkontaminasi. Kini semua darah yang akan dipakai untuk transfusi diteliti
untuk menyaring virus hepatitis B.
b) Melalui jarum suntik : Virus tersebut juga disebarkan melalui jarum suntik yang
terkontaminasi dengan darah. Para pekerja kesehatan yang memakai jarum suntik dalam
tugas mereka dan secara tidak sengaja tertusuk jarum adalah mereka yang beresiko,
sebagaimana juga pemakaian obat bius yang memakai jarum suntik secara bersama-sama.
c) Jarum tato atau akupuntur yang terkontaminasi juga merupakan sumber penularan.

7
d) Melalaui hubungan seksual : Virus hepatitis B dapat ditularkan melalui hubungan seks.
Orang heteroseksual yang memiliki banyak pasangan dan lelaki homoseksual memiliki
risiko terbesar.
e) Melalui kelahiran : Virus dapat ditularkan dari ibu ke bayi pada saat atau sekitar waktu
kelahiran (yang disebut penularan vertikal). Ini merupakan hal umum di negara-negara
seperti Cina atau banyak negara di Asia Tenggara dimana penularan hepatitis B amatlah
lazim.
            Mereka yang hidup atau bekerja dengan pembawa virus hepatitis B menahun
memiliki risiko penularan yang kecil, kecuali melalui hubungan seksual.

2.5. Pemeriksaan
            Ada tiga pemeriksaan standar yang biasa digunakan untuk menegakkan diagnosa
infeksi hepatitis B yaitu:
1. HBsAg (hepatitis B surface antigen) adalah satu dari penanda yang muncul dalam serum
selama infeksi dan dapat dideteksi 2-8 minggu sebelum munculnya kelainan kimiawi
dalam hati atau terjadinya jaundice (penyakit kuning). Jika HBsAg berada dalam darah
lebih dari 6 bulan berarti terjadi infeksi kronis. Pemeriksaan HBsAg bisa mendeteksi 90%
infeksi akut.
Fungsi dari pemeriksaan HBsAg diantaranya :
 indikator paling penting adanya infeksi virus hepatitis B
 mendiagnosa infeksi hepatitis akut dan kronik
 tes penapisan (skrining) darah dan produk darah (serum, platelet, dll)
 skrining kehamilan

2. Anti HBs (antobodi terhadap hepatitis B surface antigen): jika hasilnya “reaktif/positif”
menunjukkan adanya kekebalan terhadap infeksi virus hepatitis B yang berasal dari
vaksinasi ataupun proses penyembuhan masa lampau.
3. Anti HBc (antibodi terhadap antigen inti hepatitis B), terdiri dari 2 tipe yaitu Anti HBc
IgM dan anti HBc IgG.                                               
 Anti HBc IgM :
 muncul 2 minggu setelah HBsAg terdeteksi dan bertahan hingga 6
bulan                               

8
 berperan pada core window (fase jendela yaitu saat dimana HBsAg sudah hilang tetapi
anti –HBs belum muncul.
 Anti HBc IgG :
 muncul sebelum anti Hbc IgM hilang                               
 terdeteksi pada hepatitis akut dan kronik                                                     
 tidak mempunyai efek protektif  Interpretasi hasil positif anti-HBc tergantung
hasil pemeriksaan HBsAg dan Anti HBs.          
2.6. Peran Bidan dalam Pencegahan Penyakit
            Pengobatan penyakit Hepatitis B memang bukan tugas dan wewenang bidan, tetapi
bidan bisa melakukan pencegahan Hepatitis B dengan melakukan imunisasi pada anak usia
balita (1-5 tahun), dengan memberikan vaksin Hepatitis B yang berasal dari protein khusus
kuman Hepatitis B. Diberikan dengan cara disuntikan secara intramuscular dengan
membentuk sudut 450 – 600, dibagian paha sebelah luar (otot vastus lateralis) 3 kali suntikan
dosis 0,5 cc.

2.7. Komplikasi
            Hepatitis merupakan salah satu penyakit yang menjadi awal mula timbulnya penyakit
yang mengganggu fungsi organ hati. Hepatitis merupakan jenis penyakit yang dapat
menyerang siapa saja tanpa pandang bulu. Sebenarnya penyakit hepatitis ini tidak cukup
berbahaya apabila mendapat penangganan secara cepat dan sesuai dengan standar prosedur
pengobatan yakni dengan cara pemberian vaksinasi.
            Banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya hepatitis. Berikut akan diulas
beberapa faktor kompilikasi lainnya yang dapat menyebabkan hepatitis itu dapat terjadi,
diantaranya:

1. Hepatitis yang diakibat mengkonsumsi alcohol


     Telah diketahui bahawa minuman beralkohol dengan segala jenis dan merk mengandung
bahan atau zat kimia yang tentunya dapat merusak fungsi organ tubuh salah satunya organ
hati. Dengan kandungan bahan atau zat kimia yang terkandung dalam alkohol dapat
menyebabkan kerusakan pada fungsi organ hati.
     Zat kimia yang tertelan dan mengendap dalam tubuh akan terurai dan zat kimia kemudian
akan menyebar dan masuk ke seluruh jaringan tubuh yang bersifat racun dan merusak sel-sel
dari fungsi kerja organ hati. Untuk itulah disarankan untuk tidak mengkonsumsi minuman

9
beralkohol dengan segala jenis yang hanya menyebabkan kerusakan dan menjadi sebuah
sumber penyakit.

2. Hepatitis akibat dari konsumsi obat-obatan atau zat kimia


     Zat kimia yang terkandung dalam obat dapat menyebabkan timbulnya masalah yang
cukup serius yang kemudian akan mengakibatkan reaksi kimia yang dapat melukai dan
menjadi infeksi virus hepatitis. Reaksi yang timbul dari obat-obat kimia akan berlangsung
secara bertahap dan terdeteksi dalam kurun waktu 2-6 minggu setelah pemakaian obat.
Namun gejala dan reaksi kimia dari konsumsi obat akan menghilang apabila konsumsi atau
pembrian obat dihentikan. Namun adapula yang sudah mengakibatkan kerusakan fungsi dari
organ hati yang cukup serius dan sudah terlanjur parah.
     Berikut ini ada beberapa jenis obat yang berhubungan langsung dan memberi pengaruh
pada fungsi organ hati dan sel-sel hati (liver) antara lain :
a) Haloten, merupakan jenis obat yang biasa digunakan sebagai obat bius.
b) Isoniasid, merupakan jenis obat antibiotik untuk penyakit TBC.
c) Metildopa, merupakan jenis obat anti hipertensi
d) Fenitoin dan Asam Valproat, merupakan jenis obat yang biasa digunakan sebagai obat
anti epilepsi atau ayan.
e) Parasetamol, merupakan jenis obat yang biasa diberikan dalam resep dokter sebagai
pereda dan penurun demam. Parasetamol adalah jenis obat yang aman, jika dikonsumsi
dalam dosis yang tepat. Namun jika berlebihan akan menyebabkan sirosis (kerusakan
hati) yang cukup parah bahkan sampai menyebabkan kematian.
f) Selain jenis obat diatas adapula jenis obat lainnya yang dapat merusak fungsi hati, seperti
alfatoksin, arsen, karboijn tetraklorida, tembaga dan vinil klorida.

3. Hepatitis akibat komplikasi penyakit lain


     Beberapa penyakit ataupun gangguan metabolisme tubuh juga dapat menyebabkan
komplikasi pada hati (liver), seperti diabetes mellitus, hiperlipidemia (kelebihan kadar lemak
dalam darah) dan obesitas (kegemukan) juga memberi dampak pada timbulnya penyakit hati
(liver).
     Ketiga penyebab tersebut dapat memberi beban pada fungsi dan kinerja hati untuk
memproses metabolisme lemak. Kemudian akan timbul gangguan pada fungsi organ hati
misalnya kebocoran sel-sel hati yang kemudian berlanjut pada kerusakan dan terjadi

10
peradagan hati yang disebut dengan Steathepatitis. Steathepatitis ini umumnya disebabkan
oleh pola makan dan gaya hidup yang salah menjadi penyebab awal dari steathepatitis.
     Penyebab penyakit hati atau liver ini harus segera ditangani dimulai dari penangganan
terhadap dari 3 penyakit yang dapat menyertai penyebab timbulnya penyakit gangguan fungsi
hati seperti yang disebutkan. Langkah pertama adalah mengatasi penyakit diabetes mellitus
dengan melakukan pengobatan diet rendah gula, pemberian insulin atau obat anti diabetes.
     Bagi penderita hiperlipidemia atau kelebihan kadar lemak dalam darah dapat melakukan
pengobatan dengan mengikuti diet makanan rendah lemak dan konsumsi obat penurun kadar
lemak (hipolipidemik). Terakhir untuk obesitas dengan mengikuti program penurunan berat
badan dengan cara yang sehat secara bertahap.
     Apabila ketiga penyakit tersebut dapat ditangani, mengecilkan kemungkinan dari resiko
terserang penyakit gangguan pada fungsi organ hati.

4. Hepatitis autoimun (sistem kekebalan tubuh yang karena kelainan genetik)


     Sistem kekebalan tubuh karena kelainan genetik yang dapat beresiko menyerang sel atau
jaringan organ hati (liver). Selain karena faktor kelainan genetik dapat pula diakibatkan
karena adanya virus ataupun zat kimia tertentu.

11
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
            Menurut world heath organization (WHO) dalam Depkes RI (2010) memperkirakan
lebih dari dua miliar penduduk dunia terinfeksi hepatitis B dengan angka kematian 250 ribu
orang per tahun dan 170 juta penduduk dunia mengidap hepatitis C dengan tingkat kematian
350 ribu orang per tahun. Indonesia, merupakan negara dengan prevalensi hepatitis B dengan
tingkat endemisitas tinggi, yaitu lebih dari 8 persen dimana 1,5 juta orang Indonesia
berpotensi mengidap kanker hati (liver cancer).
Hepatitis B (penyakit kuning) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang
merusak hati. Penyakit ini bisa menjadi kronis dan menimbulkan pengerasan hati (Cirrhosis
Hepatis), kanker hati (Hepato Cellular Carsinoma) dan menimbulkan kematian. Infeksi pada
anak biasanya tidak menimbulkan gejala.
 Cara pencegahan:
 Imunisasi
Usaha untuk memberikan kekebalan aktif pada bayi dan anak terhadap penyakit tertentu
dengan cara pemberian vaksin yaitu kuman penyebab penyakit yang telah dilemahkan.
 Hindari aktivitas sex dengan berganti-ganti pasangan.
 Hindari mendapat donor darah yang tidak resmi.
 Hindari menggunakan jarum suntik bekas.

3.2. Saran
            Dari uraian diatas, penulis menyarankan kepada masyarakat untuk selalu menjaga
kesehatan kebersihan sanitasi lingkungan serta memberikan imunisasi Vaksin Hepatitis B
Rekombinan dan Vaksin DPT-HB.tepat sesuai rekomendasi jadwal yang diberikan agar

12
pemberantasan penyakit yang ditularkan lewat parenteral (darah) khususnya penyakit
Hepatitis B bisa tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

 Sievert, William, Melvyn G. Korman, Terry Bolin. (2010). Segala Sesuatu tentang


Hepatitis. Jakarta: Arcar.

 Sulaiman, Andri Sanityoso, dkk. (2010). Pendekatan Terkini Hepatitis B dan


C        dalam Praktik Klinis Sehari-hari. Jakarta: Sagung Seto.

 Syahrurachman, Agus, dkk. (1993). Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta:


Binarupa    Aksara.

 Www.google.com

 Www.wikipedia.com

13

Anda mungkin juga menyukai