TUBERKULOSIS ANAK
Disusun Oleh :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Tuberkulosis Anak” tepat waktu.
Kami berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang isu-isu
yang berkembang di masyarakat.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu dan teman- teman
semua. Semoga tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
terkait bidang yang kami tekuni. Terima kasih pula pada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.
A. LATAR BELAKANG
Prevalensi infeksi tuberkulosis di negara berkembang termasuk
Indonesia masih tinggi. Tuberkulosis pada anak cukup penting dengan alasan
bahwa tuberkulosis pada bayi dan anak akan lebih mudah berlanjut menjadi
TBC paru yang lebih berat dan dapat terjadi TBC ekstra paru; infeksi
tuberkulosis atau sakit tuberkulosis menunjukkan adanya penularan di
lingkungannya dan tuberkulosis pada anak yang tidak ditangani akan menjadi
sumber infeksi dimasa yang akan datang. Adanya kontak serumah dengan
individu yang menularkan merupakan faktor risiko untuk infeksi atau sakit
tuberkulosis pada bayi dan anak. Di Indonesia data tentang hal tersebut masih
terbatas. Adanya infeksi tuberkulosis dapat ditelusuri dari adanya kontak
serumah dengan penderita TBC dewasa dengan BTA (+).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi TBC
2. Apa etiologi TBC
3. Apa patofisiologi TBC
4. Apa komplikasi TBC
5. Apa prognosis TBC
6. Apa penatalaksanaan TBC
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi TBC
2. Untuk mengetahui etiologi TBC
3. Untuk mengetahui patofisiologi TBC
4. Untuk mengetahui komplikasi TBC
5. Untuk mengetahui prognosis TBC
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan TBC
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI TBC
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular granulomatosa kronik
yang telah dikenal sejak berabad-abad yang lalu dan paling sering
disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar
kuman TBC menyerang paru, 85% dari seluruh kasus TBC adalah TBC
paru, sisanya (15%) menyerang organ tubuh lain mulai dari kulit, tulang,
organ-organ dalam seperti ginjal, usus, otak, dan lainnya (Icksan dan
Luhur, 2008). Berdasarkan hasil pemeriksaan sputum, TBC dibagi dalam:
TBC paru BTA positif: sekurangnya 2 dari 3 spesimen sputum BTA
positif, TBC paru BTA negatif: dari 3 spesimen BTA negatif, foto toraks
positif (Rani, 2006). Infeksi pada paru-paru dan kadang-kadang pada
struktur-struktur di sekitarnya, yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis (Saputra, 2010).
Tuberkulosis termasuk juga dalam golongan penyakit zoonosis karena
selain dapat menimbulkan penyakit pada manusia, basil Mycobacterium
juga dapat menimbulkan penyakit pada berbagai macam hewan misalnya
sapi, anjing, babi, unggas, biri-biri dan hewan primata, bahkan juga ikan
(Soedarto, 2007).
B. ETIOLOGI TBC
C. GEJALA TBC
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala
khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara
klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit
untuk menegakkan diagnosa secara klinik.
1. Gejala sistemik/umum:
Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai
dengan darah)
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama,
biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam.
Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan
bersifat hilang timbul
Penurunan nafsu makan dan berat badan
Perasaan tidak enak (malaise), lemah
2. Gejala khusus:
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi
sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-
paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang
membesar, akan menimbulkan suara “mengi”, suara nafas
melemah yang disertai sesak.
Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru),
dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti
infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk
saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini
akan keluar cairan nanah.
Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus
otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak),
gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan
kesadaran dan kejang-kejang. Pada pasien anak yang tidak
menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak
dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan
penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak
usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru
dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan
pemeriksaan serologi/darah.
D. PATOFISIOLOGI TBC
Cara penularan :
1. Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif. O
2. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke
udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk
dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.
3. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak
berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi
jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat
membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam
dalam keadaan yang gelap dan lembab.
4. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman
yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan
hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut.
5. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB
ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya
menghirup udara tersebut.
E. KOMPLIKASI TBC
Penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan
menimbulkan
komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut.
a. Komplikasi dini: pleurutis, efusi pleura, empiema, laringitis, usus,
Poncet’s arthropathy.
b. Komplikasi lanjut: obstruksi jalan napas -> SOFT (Sindrom
Obstruksi Pasca Tuberkulosis), kerusakan parenkim berat ->
SOPT/fibrosis paru, kor pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru,
sindrom gagal napas dewasa (ARDS), sering terjadi pada TBC milier dan
kavitas TBC (Sudoyo, 2007). Komplikasi penderita stadium lanjut adalah
hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok, kolaps spontan karena kerusakan
jaringan paru, penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang,
persendian, ginjal, dan sebagainya (Zulkoni, 2010).
F. PROGNOSIS TBC
Prognosis tuberkulosis (TB) tergantung pada diagnosis dini dan
pengobatan. Tuberkulosis extra-pulmonary membawa prognosis yang
lebih buruk.
Seorang yang terinfeksi kuman TB memiliki 10% risiko dalam
hidupnya jatuh sakit karena TB. Namun penderita gangguan sistem
kekebalan tubuh, seperti orang yang terkena HIV, malnutrisi, diabetes,
atau perokok, memiliki risiko lebih tinggi jatuh sakit karena TB.
Rekurensi pengidap TB yang mendapat terapi DOT (Directly Observed
Treatment) berkisar 0-14%. Di negara-negara dengan angka TB yang
tinggi, rekurensi biasanya terjadi setelah pengobatan tuntas, hal ini
cenderung dikarenakan oleh reinfeksi daripada relaps.
Prognosis buruk terdapat pada penderita TB extra pulmonary,
gangguan kekebalan tubuh, lanjut usia, dan riwayat terkena TB
sebelumnya. Prognosis baik bila diagnosis dan pengobatannya dilakukan
sedini mungkin.
G. PENATALAKSANAAN TBC
Sirup 10 mg/ml
Rifampicin Kapsul/ kaplet 10 – 15 600 mg Urine/sekret merah,
150,300,450,600 hepatitis, mual, flulike
(RIF)
reaction
Sirup 20 mg/ml
Pirazinamid Tablet 500 mg 25 – 35 2g Hepatitis,
hipersensitif
(PZA)
Etambutol Tablet 500 mg 15 – 20 2,5 g Neurilis optika,
gangguan visus
(EMB)
/warna, gangguan
saluran cerna
Streptomisin Injeksi 15 – 40 1 gram Ototoksis, nefrotokis
(SM)
BAB III
KESIMPULAN
Tuberkulosis anak selain mempunyai problematik sendiri juga merupakan akibat dari
tuberkulosis dewasa. Dengan demikian tuberkulosis anak merupakan parameter yang penting
berhasil tidaknya pemberantasan sumber penularan. Tuberkulosis anak merupakan bibit
tuberkulosis dewasa dan dengan sendirinya merupakan sumber penularan pada masa dewasa.
Dalam pengelolaan TBC anak harus diingat bahwa TBC primer merupakan penyakit
sistemik. Komplikasi dapat terjadi terutama dalam 1 – 1,5 tahun perjalanan penyakit, kadang
baru dalam 5 tahun. Kesukaran dalam diagnosis TBC anak karena gejala klinik dan
radiologik tidak khas, sedang pemeriksaan bakteriologis tidak banyak dapat diharapkan.
Pengobatan TBC memerlukan ketekunan dan waktu yang lama sehingga kadang
membosankan penderita. Pemberantasan TBC akan berhasil baik bila secara simultan disertai
perbaikan sosial ekonomi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Sunarjo D. Tuberkulosis Pada Anak. SMF ANAK BRSD RAA.SOEWONDO PATI, 2007.
https://www.alomedika.com/penyakit/pulmonologi/tuberkulosis-paru/prognosis
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://staff.ui.ac.id/system/files/users/retno.asti/material/patod
iagklas.pdf&ved=2ahUKEwjmkZv7i-
jzAhUZfH0KHczJDngQFnoECDAQAQ&usg=AOvVaw2zZKlaUn7bKXs0hrgKQWaC
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.ums.ac.id/14910/2/BAB_1.pdf&ved=2ahUKEwj
L0_q-
tefzAhU2SfEDHc5qAPMQFnoECAUQAQ&sqi=2&usg=AOvVaw2TsJAKwHcdNwfsz5G8
6HRe
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.academia.edu/38847690/Makalah_tuberculosis_p
ada_anak&ved=2ahUKEwiq48ny9-
fzAhWFf30KHTg_BcwQFnoECAkQAQ&usg=AOvVaw03iiBKn8RSs_0_RNDqGsRd