Disusun oleh :
1. Khilatul Auliya (21)
2. Ade Fitra Mutiara Caesar (22)
3. Lina Vionita (23)
4. Jesicha Mayang Agesti (24)
5. Lifia Rosmerita (25)
6. Ardiana Diah Rahayu (26)
7. Alam Yasya Ilmanullah (27)
8. Novika Ida Susanti (28)
9. Nita Tri Arlitasari (29)
10.Intan Cahya Ningtyas (30)
Kelompok 3 Kelas 1B
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Mekanisme Kerja Obat Intramuscular, Intravena, Intracutan, dan Subcutan”.
Makalah ini kami buat dengan sesederhana mungkin dan jika ada kesalahan
dalam penulisan makalah in, kami berharap dan memohon saran dan kritik yang
bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan pembuatan makalah
selanjutnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan................................................................................................. 6
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pemberian obat kepada klien ada beberapa cara, yaitu melalui rute oral,
parenteral, rektal, vagina, kulit, mata, telinga dan hidung. Pemberian obat secara
parenteral adalah pemberian obat selain melalui saluran pencernaan. Pemberian
obat parenteral ada empat cara yaitu, intracutan (IC), subcutan (SC atau SQ),
intramuscular (IM), dan intravena (IV).
1
1.3 Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Obat-obat yang diberikan secara intramuscular dapat berupa larutan dalam air
atau preparat depo khusus sering berpasupensi obat dalam vehikulum non aqua
seperti etilinglikol. Absorpsi obat dalam larutan cepat sedangkan absorpsi preparat
depo berlangsung lambat. Setelah vehikulum berdifusi keluar dari otot, obat tersebut
mengendap pada tempat suntikan. Kemudian obat melarut perlahan-lahan
memberikan suatu dosis sedikit demi sedikit untuk waktu yang lebih lama efek
teraupetik yang panjang. Melalui injeksi intramuscular, obat yang diberikan mencapai
pembuluh darah paling cepat setelah intravena. Absorpsi obat melalui intramuscular
tergantung dari kuantitas dan komposisi dari jaringan ikat sekitar, jumlah pembuluh
darah kapiler, dan laju perfusi vaskuler diarea injeksi masing-masaing. Hal tersebut
bisa dipengaruhi oleh zat-zat tambahan yang ikut terbawa saat penyempitan yang
bersifat vasokontriksi ataupun vasodilatasi serta yang mempengaruhi difusi jaringan.
Resiko yang mungkin terjadi saat penyuntikan adalah nyeri, perih, nekrosis jaringan
setempat, kontaminsi mikroba, dan gangguan saraf. Obat-obat yang dapat diberikan
secara intravena biasanya juga dapat diberikan secara intramuscular. Tempat
penyuntikan intramuscular adalah otot vastuss latelaris, otot gluteus (gluteus
maksimus dan ventrogluteal), dan otot deltoid lengan.
3
pemberian obat parenteral yang sering dilakukan. Untuk obat yang tidak di absorpsi
secara oral, sering tidak ada pilihan. Dengan pemberian intravena, obat menghindari
saluran cerna dan oleh karena itu menghindari metabolisme first pass oleh hati. Rute
ini memberikan suatu efek yang cepat dan control yang baik sekali atas kadar obat
dalam sirkulasi. Namun berbeda dari obat yang terdapat saluran cerna, obat-obat yang
disuntikan tidak dapat diambil kembali seperti emesis atau pengikatan dengan
activatited charcol. Suntikan intravena beberapa obat dapat memasukan bakteri
melalui kontaminasi, menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan karena pemberian
terlalu cepat obat konsentrasi tinggi kedalam plasma dan jaringan-jaringan. Oleh
karena itu, kecepatan infus harus dikontrol dengan hati-hati. Perhatian yang sama
juga harus berlaku untuk obat-obat yang disuntikan secara intraarteri. Melalui injeksi
intravena, bioavailbilitas dari suatu obat sangat cepat dan paripurna, sehingga
merespon farmakologi sangat mudah untuk dilihat, karena seluruh obat yang
disuntikan berada dalam pembuluh darah tanpa melalui proses eliminasi presistemik.
Kecepatan pemberian injeksi harus lambat, untuk menghindari konsentrasi obat yang
terlalu tinggi pada bagian pembuluh darah setempat, dengan tetap memperhatikan
respon penerima. Resiko yang mungkin timbul adalah transmisi infeksi, reaksi toksik,
emboli, dan sebagainya. Tempat yang biasa di gunakan untuk melakukan injeksi
adalah vena mediana cubiti, vena cephalica, dan vena saphenous, serta vena jugularis.
4
2.4 Mekanisme Kerja Obat melalui Subcutan
Injeksi subcutan merupakan penyuntikan obat pada jaringan ikat jarang antara
kulit dan otot. Absorpsi injeksi subcutan lebih lama dibandingkan injeksi
intramuskuler karena mempunyai banyak pembuluh darah. Jaringan subkutan banyak
mengandung banyak reseptor, jadi obat hanya dalam dosis kecil yang larut dalam air,
yang tidak mengiritasi yang dapat diberikan melalui cara ini. Contoh obat yang sering
diberikan melalui subcutan adalah heparin dan insulin.
5
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Mekanisme kerja obat melalui intracutan absorpsinya obat lambat, dan baik
untuk melihat respon alergi setempat, mendapatkan kekebalan (vaksin BCG) dan
anastesi local. Karena absorpsinya terbatas, maka penggunaannya bias untuk aksi
local dalam kulit untuk obat yang sensitive atau untuk menentukan sensitifitas
terhadap organisme.
6
3.2 SARAN
Dalam pemakaian obat, hendaknya kita perhatikan kontra indikasi dari obat
tersebut, untuk mencegah efek samping dari obat yang berlebihan. Dan adapun
penanganan dari efek samping tersebut disesuaikan dengan efek samping yang
ditimbulkan oleh obat yang telah dikonsumsi atau telah masuk ke dalam tubuh.
7
DAFTAR PUSTAKA
https://muthiaura.wordpress.com/2013/04/23/rute-pemberian-obat/
http://dhitaalfan.blogspot.com/2017/04/injeksi-intracutan_10.html?m=1
https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/apa-itu-injeksi-intravena-adalah/
https://www.academia.edu/5897982/FARMAKOLOGI
https://www.academia.edu/12464586/Perjalanan_Obat_Dalam_Tubuh
iii