KEPERAWATAN DASAR II
Kelompok 2
Disusun Oleh :
Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
rahmat dan karunia-Nya kami dapat diberikan kesempatan untuk menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Pengukuran Tanda - Tanda Vital” dengan baik dan tepat
waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Dasar II.
Tim Penyusun
1
DAFTAR ISI
Bab 1 Pendahuluan
Bab 2 Pembahasan
2.4 Pernafasan Rata - Rata Normal pada Berbagai Tingkat Usia ................ 7
2.7 Ukuran Normal Tekanan Darah dari Berbagai Tingkat Usia ................ 10
2.8 Cara Mengisi Grafik Suhu Nadi Pernafasan pada Status Pasien ........11
Bab 3 Penutup
2
Daftar Pustaka ............................................................................................................................21
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut (Price dan Wilson, 2006) pernafasan secara harfiah berarti pergerakan
oksigen (O2) dari atmosfer menuju ke sel dan keluarnya karbondioksida (CO2) dari sel
ke udara bebas. Pemakaian O2 dan pengeluaran O2 diperlukan untuk menjalankan
fungsi normal sel dalam tubuh, akan tetapi sebagian besar sel-sel tubuh tidak dapat
melakukan pertukaran gas-gas langsung dengan udara, hal ini disebabkan oleh sel-sel
yang letaknya sangat jauh dari tempat pertukaran gas tersebut. Dengan demikian,
sel-sel tersebut memerlukan struktur tertentu untuk menukar maupun untuk
mengangkut gas-gas tersebut.
a. Usia
Perbedaan usia dapat menjadi faktor frekuensi pernapasan. Semakin tua,
frekuensi pernapasan semakin lambat. Seperti pada bayi memiliki frekuensi
pernapasan yang lebih cepat dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan
karena bayi masih berada dalam masa pertumbuhan dan perkembangan, sehingga
membutuhkan energi yang lebih banyak untuk mendukung tumbuh kembangnya.
b. Aktivitas
Semakin berat aktivitas seseorang maka frekuensi pernapasannya pun akan
semakin meningkat. Hal tersebut berfungsi untuk memasok energi yang dibutuhkan
untuk mendukung aktivitas tersebut.
c. Jenis Kelamin
5
Jenis kelamin juga memiliki pengaruh terhadap frekuensi pernapasan pada
manusia. Laki-laki memiliki tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan.
Hal ini dikarenakan volume paru-paru wanita lebih kecil dibandingkan laki-laki.
d. Suhu Tubuh
Ketika seseorang merasa kedinginan dan suhu tubuhnya menurun, otak akan
mengirim sinyal agar paru-paru meningkatkan frekuensi pernapasannya. Dengan
begitu, tubuh akan mempercepat pembakaran agar tetap hangat.
e. Posisi Tubuh
Jika seseorang berada dalam posisi berdiri, frekuensi pernapasannya akan lebih
tinggi dibandingkan jika ia sedang duduk atau berbaring. Hal ini terjadi karena ketika ia
berdiri, tubuh memerlukan energi yang lebih besar untuk menjaga agar tetap seimbang,
sehingga frekuensi pernapasan ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan energi
tersebut.
Kecepatan bernafas atau laju pernapasan dapat diartikan sebagai jumlah total napas,
atau siklus pernapasan, yang terjadi tiap menit (OpenStax, 2013). Terdapat istilah
dalam laju pernapasan ini, yaitu :
1. Polypnea, tanda dan gejala klinis yang terdiri dari peningkatan volume dan
frekuensi inspirasi saat bernafas.
2. Hyperpnea, pernafasan yang cepat dan biasanya dangkal, yang diikuti dengan
sensasi subyektif berupa rasa takut atau panik, serta adanya bermacam-macam
keluhan fisik(12),
4. Cheyne-Stokes adalah kondisi napas tidak teratur dengan pola naik-turun secara
berulang.
6
5. Orthopnea adalah suatu gejala kesulitan bernapas yang terjadi ketika seseorang
berbaring telentang.
Berikut ini daftar frekuensi napas normal pada bayi baru lahir hingga lansia:
● Bayi (0-1 tahun): 30-60 x/menit
● Balita (1-3 tahun): 24-40 x/menit
● Preschooler (3-6 tahun): 22-34 x/menit
● Anak usia sekolah (6-12 tahun): 18-30 x/menit
● Remaja (12-18 tahun): 12-16 x/menit
● Dewasa (19-59 tahun): 12-20 x/menit
● Lansia (usia 60 tahun keatas): 28 x/menit
Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah terhadap pembuluh
darah. Tekanan darah adalah kekuatan yang dihasilkan dinding arteri dengan
memompa darah dari jantung. Darah mengalir karena adanya perubahan tekanan,
dimana terjadi perpindahan dari area bertekanan tinggi ke area bertekanan rendah.
Tekanan darah adalah gaya atau dorongan darah ke dinding arteri saat darah di
pompa keluar jantung keseluruh tubuh ( Palmer, 2007 ), sedangkan menurut sheps (
2005 ) tekanan darah adalah tenaga yang terdapat pada dinding arteri saat darah
dialirkan. Tenaga ini mempertahankan aliran darah dalam arteri agar tetap lancar.
7
2.6 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah
Menurut Potter & Perry (2010) tekanan darah tidak bersifat konstan. Tekanan
darah tidak dapat diukur dengan adekuat melalui satu kali pengukuran saja karena
dapat berubah dengan cepat bahkan pada kondisi kesehatan yang optimal.
Kecenderungan tekanan darah membantu intervensi keperawatan. Banyak faktor yang
mempengaruhi tekanan darah itu sendiri dimana pemahaman factor ini akan
memastikan interpretasi tekanan darah yang lebih akurat.
a) Usia
Tekanan darah orang dewasa akan meningkat sesuai usia. Tekanan darah optimal
dewasa usia paruh baya adalah di bawah 120/80 mmHg. Nilai 120-139/80-89 mmHg
dianggap sebagai prehiprtensi. Lansia biasanya mengalami peningkatan tekanan
darah sistolik berhubungan dengan elastisitas pembuluh darah yang menurun, tetapi
tekanan darah lebih dari 140/90 didefinisikan sebagai hipertensi dan meningkatkan
risiko terjadinya penyakit yang berhubungan dengan hipertensi.
b) Jenis Kelamin
Tekanan darah pada pria cenderung lebih tinggi daripada tekanan darah wanita, hal ini
disebabkan wanita memimiliki hormon estrogen dan progesteron yang menjaga
pembuluh darah tetap elastis. Namun ketika wanita telah menopause, tekanan darah
akan meningkat karena pembuluh darah menjadi tidak elastis lagi.
c) Stress
d) Etnik
8
Insidens hipertensi pada ras Afrika Amerika lebih tinggi dibandingkan pada keturunan
Eropa. Ras Afrika Amerika cenderung menderita hipertensi yang lebih berat pada usia
yang lebih muda dan memiliki resiko dua kali lebih besar untuk menderita komplikasi
seperti stroke dan serangan jantung. Faktor genetik dan lingkungan merupakan faktor
yang memengaruhi relatif besar. Kematian yang berkaitan dengan hipertensi lebih tinggi
terjadi pada ras Afrika Amerika.
e) Variasi harian
Tekanan darah lebih rendah antara tengah malam dan pukul 3 pagi. Diantara pukul
03.00-06.00 pagi terjadi peningkatan tekanan darah yang lambat. Saat bangun, terjadi
peningkatan tekanan darah pagi. Tekanan darah tertinggi ditemukan saat siang hari di
antara pukul 10.00-18.00. Oleh karena itu, setiap orang memiliki pola dan variasi tingkat
yang berbeda.
f) Obat-obatan
Olahraga dapat menurunkan tekanan darah untuk beberapa jam sesudahnya. Para
lansia mengalami penurunan tekanan darah sebanyak 5-10 mmHg 1 jam setelah
makan. Peningkatan kebutuhan oksigen saat beraktivitas akan meningkatkan tekanan
darah. Olahraga yang tidak cukup dapat menyebabkan penigkatan berat badan dan
obesitas yang merupakan faktor terjadinya tekanan darah tinggi.
h) Merokok
9
2.7 Ukuran Normal Tekanan Darah dari Berbagai Tingkat Usia
2.8 Cara Mengisi Grafik Suhu Nadi Pernafasan pada Status Pasien
10
Pada contoh tabel status pasien di atas, terdapat 5 kotak kecil di setiap (tabel) kotak
besar nya yang dapat diisi dengan cara:
Suhu/Temperature (T): Setelah mengukur suhu tubuh pasien, isi grafik (tandai)
menggunakan tinta biru. Pada grafik suhu, jangkauan dari angka per tabel (kotak besar)
nya adalah jarak 1⁰ C, yang berarti setiap kotak kecil mewakilkan perbedaan 0,2⁰C.
Nadi/Heart Rate (HR): Setelah menghitung nadi pasien, isi grafik (tandai) menggunakan
tinta warna merah. Jangkauan nadi pada tabel (kotak besar) adalah 20x, yang berarti
setiap kotak kecil mewakilkan perbedaan nadi sebanyak 2x.
11
Pernapasan/Respiratory Rate (RR): Sedangkan untuk mengisi tabek RR dengan tinta
berwarna hijau, tidak perlu memperhatikan tabel dan cukup tulis angka nya saja setelah
menghitung, karena jangkauan RR berbeda antara laki-laki dengan perempuan dan
lebih baik ditulid dengan angka spesifik.
Setelah memantau TTV pasien selama beberapa kali, tanda-tanda (suhu dan
nadi) yang telah ditulis dengan berbagai warna tadi dihubungkan dengan garis sesuai
warna nya. Dari sana akan mulai terlihat bagaimana keadaan tanda-tanda vital pasien
selama tindakan keperawatan. Warna-warna ini digunakan untuk mengantisipasi
kekeliruan antara unsur TTV yang satu dengan unsur lainnya.
Sebelumnya perawat perlu menuliskan nama, usia, gender, alamat dan data
pasien lainya serta memastikan data tersebut sesuai sebelum mengisi grafik. Selain itu,
tabel TTV pasien juga berisi Tekanan Darah, BB/TB pasien, muntah, defekasi,
berkemih, dll. Walaupun sekarang sudah banyak RS besar yang menggunakan sistem
komputerisasi langsung dari alat yang memantau TTV pasien, tetapi perawat tetap
harus memahami bagaimana cara memantau TTV serta mengisi grafik manual seperti
contoh diatas. Berikut contoh grafik TTV yang telah diisi:
a. Definisi
12
potensial, yang menyakitkan tubuh serta diungkapkan oleh individu yang
mengalaminya. Ketika suatu jaringan mengalami cedera, atau kerusakan
mengakibatkan dilepasnya bahan – bahan yang dapat menstimulus reseptor
nyeri seperti serotonin, histamin, ion kalium, bradikinin, prostaglandin, dan
substansi P yang akan mengakibatkan respon nyeri (Kozier dkk, 2009).
Salah satu teori mengenai nyeri dari Melzack dan Wall (1965) adalah
tentang pengendalian nyeri (Gate Control Theory) yang menjelaskan bagaimana
dua jenis serat saraf yang berbeda (tebal dan tipis) bertemu di korda spinalis
dapat dimodifikasi sebelum ditransmisi ke otak. Sinaps dalam dorsal medulla
spinalis beraktifitas seperti pintu untuk mengijinkan impuls masuk ke otak. Serat
yang tebal akan lebih kuat dan lebih cepat menangani rasa sakit daripada yang
tipis. Ketika kedua sinyal rasa sakit bertemu, sinyal yang lebih kuat cenderung
menekan yang lebih lemah (Lemone & Burke, 2000).
a. Transduksi
b. Transmisi
13
Merupakan proses penyampaian impuls nyeri dari nosiseptor saraf perifer
melewati korda dorsalis, dari spinalis menuju korteks serebri. Transmisi
sepanjang akson berlangsung karena proses polarisasi, sedangkan dari neuron
presinaps ke pasca sinaps melewati neurotransmitter
c. Persepsi
d. Modulasi
c. Jenis Nyeri
a. Berdasarkan Durasi
1) Nyeri Akut
2) Nyeri Kronis
b. Berdasarkan etiologi
1) Nyeri Nosiseptif
14
Nyeri yang diakibatkan stimulant berbahaya yang merusak jaringan
normal jika nyeri bersifat lama. Rentang nyeri nosiseptif dari nyeri tajam atau
terbakar hingga tumpul, sakit, atau menimbulkan kram dan juga sakit dalam atau
nyeri tajam yang menusuk.
2) Nyeri Neuropati
Nyeri akibat multifungsi system saraf perifer dan system saraf pusat. Nyeri
ini berlangsung terus menerus atau intermenin dari biasanya dijelaskan seperti
nyeri terbakar, kesemutan, tertembak, menekan atau spasme.
c. Berdasarkan Lokasi
1) Nyeri Somatik
Nyeri yang terjadi pada jaringan. Nyeri somatik dibagi menjadi dua yaitu
superfisial dan profunda. Superfisial melibatkan stimulasi nosiseptor di kulit,
jaringan subkutan atau membrane mukosa, biasanya nyeri terokalisir dengan
baik sebagai sensasi tajam, tertusuk atai terbakar. Profunda melibatkan otot,
tendon dan sendi, fasia, dan tulang. Nyeri ini terlokalisir dan biasanya dijelaskan
sebagai tumpul, nyeri atau kram.
2) Nyeri Viseral
Nyeri yang terjadi dalam organ, seperti hati, paru, saluran gastrointestinal,
pankreas, hati, kandung empedu, ginjal dan kandung kemih. Nyeri ini biasanya
dihasilkan oleh penyakit dan terlokalisir buruk serta dijelaskan nyeri dalam
dengan sensasi tajam menusuk dan menyebar.
1) Persepsi nyeri
15
memengaruhi persepsi nyeri yaitu kecemasan, pengalaman, perhatian, harapan,
dan arti di balik situasi pada saat terjadinya cedera (Black & Hawks, 2014).
2) Faktor sosiobudaya
3) Usia
4) Jenis Kelamin
Jenis kelamin dapat menjadi faktor dalam respon nyeri, anak laki-laki
jarang melaporkan nyeri dibandingkan anak perempuan. Di beberapa budaya di
Amerika Serikat, laki-laki jarang mengekspresikan nyeri dibandingkan anak
perempuan. Hal ini tidak berarti jika anak laki-laki jarang merasakan nyeri,
namun mereka jarang memperlihatkan hal itu. (Black & Hawks, 2014).
6) Ansietas
Ansietas sering kali menyertai nyeri. Ancaman dari sesuatu yang tidak
diketahui dan ketidakmampuan mengontrol nyeri atau peristiwa yang menyertai
nyeri sering kali memperburuk persepsi nyeri. Seseorang yang mengalami nyeri
percaya bahwa mereka dapat mengontrol nyeri akan mengalami penurunan rasa
takut dan ansietas yang akan menurunkan persepsi nyeri mereka (Kozier, 2011).
16
2.9.2 Pengkajian Nyeri
17
Skala ini digunakan untuk mengetahui tingkat nyeri pada anak usia
dibawah 12tahun , terdiri dari enam wajah kartun yang diurutkan dari seorang
yang tersenyum (tidak ada rasasakit), meningkat wajah yang kurang bahagia
hingga ke wajah yang sedih,wajah penuh airmata (rasa sakit yang paling buruk).
b. Obyektif
Pada pasien yang tidak dapat mengkomunikasikan rasa nyerinya, yang
perlu diperhatikan adalah perubahan perilaku pasien. CPOT (Critical Care Pain
Observation Tool) dan BPS (Behavioral Pain Scale) merupakan instrumen yang
terbukti dapat digunakan untuk menilai adanya perubahan perilaku tersebut.
18
3.0 Kardeks untuk TTV dan Nyeri
Kardeks merupakan model pendokumentasian yang tradisional atau biasa
juga disebut dengan sistem kartu yang digunakan sebagai sumber informasi
pasien yang disusun dlam suatu buku. Kardeks ini memuat data penting
mengenai pasien, ringkasan problem/masalah pasien dan rencana asuhan
keperawatan.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Dari penjelasan di atas kita harus lebih teliti untuk mengkaji suatu tanda– tanda
vital. Karena kalau kita tidak teliti dalam mengkaji tanda– tanda vital maka kita tidak
bisa memberikan evaluasi respon klien terhadap intravena yang diberikan karena
pemeriksaan tanda –tanda vital merupakan bagian dari proses pemeriksaan pasien
20
DAFTAR PUSTAKA
Sonata, W., & -, W. (2015). Rancang Bangun Alat Ukur Laju Pernapasan
Manusia Berbasis Mikrokontroler Atmega8535. Jurnal Fisika Unand, 4(4),
332–338.
Dr. Tania Savitri . (2019). Alami Sesak Napas Saat Berbaring? Mungkin
Masalah Kesehatan Ini Penyebabnya. Hellosehat
21