Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

KASUS DIABETES MELITUS ULKUS

Tugas ini disusun guna memenuhi target kompetensi :


Praktik Keperawatan Dasar I

Disusun Oleh:
Binta Fahma Isnaeni 2010711043

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
JAKARTA
2021
A. Konsep Kebutuhan Dasar

Pada klien dengan DM mengalami beberapa gangguan pemenuhan


kebutuhan dasar, antara lain :
a. Kebutuhan Rasa Aman Nyaman
Menurut Potter & Perry (2005), Keamanan seringkali didefinisikan sebagai
keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis, adalah salah satu kebutuhan
dasar manusia yang harus dipenuhi. Sedangkan kenyamanan adalah konsep
sentral tentang kiat keperawatan.

1) Pengertian Nyeri

Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang
disebabkan oleh stimulus tertentu (Potter & Perry, 2005).

2) Fisiologi Nyeri

Stimulus penghasil-nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf perifer.


Serabut nyeri memasuki medula spinalis dan menjalani salah satu dari
beberapa rute saraf dan akhirnya sampai di dalam massa berwarna abu- abu
di medula spinalis. Terdapat pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel- sel
saraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau
ditransmisi tanpa hambatan ke korteks serebral. Sekali stimulus nyeri
mencapai korteks serebral, maka otak menginterpretasi kualitas nyeri dan
memproses informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta
asosiasi kebudayaan dalam upaya mempersepsikan nyeri (Potter & Perry,
2005).

Pasien dengan DM mengalami gangguan kebutuhan rasa aman dan nyaman


karena nyeri neuropatik. Nyeri Neuropatik adalah proses abnormal dari input
sensorik oleh sistem saraf pusat atau perifer; pengobatan biasanya mencakup
beberapa tambahan analgesik (Potter Perry, 2010).

1) Nyeri yang timbul secara terpusat


a) Deafferentation pain: cedera pada sistem saraf pusat atau
perifer. Contoh: nyeri phantom (tidak nyata) yang
menggambarkan cedera pada sistem saraf perifer; nteri seperti
terbakar di bawah tingkatan luka medula spinalis
menggambarkan cedera pada sistem saraf pusat.
b) Pertahanan nyeri simpatetik: berhubungan dengan
disregulasi dari sistem saraf otonom. Contoh: nyeri yang
berhubungan dengan refleks distrofi simpatis/kausalgia (sindrom
nyeri lokal yang kompleks, tipe I,tipe II).
2) Nyeri yang timbul di perifer
a) Nyeri polineuropati: klien merasakan nyeri di sepanjang jalur
saraf- saraf perifer. Contoh: neuropatik diabetikum, neuropatik
alkohol- nutrisi, dan sindrom Guillain-Barre.
b) Nyeri mononeuropati: biasanya berhubungan dengan cedera
saraf yang diketahui, dan nyeri dirasakan setidaknya sebagian dari
saraf yang rusak. Contoh: penekanan pada akar saraf, saraf yang
terjepit, dan neuralgia trigeminal.

b. Kebutuhan Nutrisi

Menurut Alimul (2006), Nutrisi merupakan proses pemasukan dan


pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan
digunakan dalam aktivitas tubuh.

Sistem tubuh yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah


sistem pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan dan organ asesoris.
Saluran pencernaan dimulai dari mulut sampai usus halus bagian distal,
sedangkan organ asesoris terdiri atas hati, kantong empedu, dan pankreas.
Ketiga organ ini membantu terlaksananya sistem pencernaan makanan secara
kimiawi.

Sedangkan nutrien merupakan zat gizi yang terdapat dalam makanan.


Nutrien terdiri dari karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin, dan air.

Pasien dengan DM mengalami gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai


dengan adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat kekuranganinsulin
atau penggunaan karbohidrat secara berlebihan.
Penderita diabetes melitus mengeluh ingin selalu makan tetapi berat
badannya justru turun karena glukosa tidak dapat ditarik ke dalam sel dan
terjadi penurunan massa sel (Sujono, 2013).

Penderita diabetes miletus mengalami kurang pengetahuan ditandai dengan


tidak tahunya tentang pengertian, penyebab dan tanda dan gejal penyakit
yang dideritanya.
c. Kebutuhan belajar
Kebutuhan belajar yang meningkat adalah bagaimana cara menurunkan
kadar gula darah, bagaimana cara mengkonsumsi makanan yanga aman dan
bagimana cara menghindari komplikasi seperti tekanan darah tinggi.
B. Konsep Penyakit
a. Anantomi Fisiologi

Gambar anatomi fisiologi pankreas


Pankreas berwarna putih keabuan hingga kemerahan, organ ini merupakan kelenjar
majemuk yang terdiri atas jaringan eksokrin dan jaringan endokrin, jaringan eksokrin
menghasilkan enzim-enzim pankreas seperti amylase, peptidase dan lipase, sedangkan
jaringan endokrin menghasilkan hormon-hormon seperti insulin, glukagon dan
somatostatin. Pulau Langerhans mempunyai 4 macam sel yaitu sel alfa: sekresi
glukagon, sel beta: sekresi insulin, sel delta: sekresi somatostatin, dan sel pankreatik.
Hubungan yang erat antar sel-sel yang ada pada pulau Langerhans menyebabkan
pengaturan secara langsung sekresi hormon dari jenis hormon yang lain. Terdapat
hubungan umpan balik negatif langsung antara konsentrasi gula darah dan kecepatan
sekresi sel alfa, tetapi hubungan tersebut berlawanan arah dengan efek gula darah pada
sel beta, kadar gula darah akan dipertahankan pada nilai normal oleh peran antagonis
hormon insulin dan glukagon, akan tetapi hormon somatostatin menghambat sekresi
keduanya (Ahmad Susanto 2015). Meivy, (2017) menjelaskan bahwa Pankreas
merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira-kira 15 cm, lebar 5 cm, mulai
dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya rata-rata 60-90 gram. terbentang pada
vertebrata lumbalis 1 dan 2 di belakang lambung. Pankreas merupakan kelenjar
endokrin terbesar yang terdapat 10 Universitas Muhammadiyah Magelang di dalam
tubuh baik hewan maupun manusia. Bagian depan (kepala) kelenjar pankreas terletak
pada lekukan yang dibentuk oleh duodenum dan bagian pilorus dari lambung. Bagian
badan yang merupakan bagian utama dari organ ini merentang ke arah limpa dengan
bagian ekornya menyentuh atau terletak pada alat ini. Dari segi perkembangan
embriologis, kelenjar pankreas terbentuk dari epitel yang berasal dari lapisan epitel
yang membentuk usus.

b. Pengertian penyakit
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter,
dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya
gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di
dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya
disertai juga gangguan metabolism lemak dan protein (Brunner & Suddart, 2009).
Ulkus diabetik merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karena adanya
komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan neuropati,
keadaan lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak dirasakan, dan
dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri aerob maupun anaerob
(Hastuti dalam Dafianto, 2016). Ulkus ini juga disebut ulkus neuropati diabetik yang
dapat terjadi pada individu yang menderita diabetes melitus, sebagian akibat dari
gangguan sirkulasi. Individu penderita diabetes sering kali sulit untuk sembuh dan luka
ini mungkin sulit diobati (Rosdahi, 2015). Menurut Frykberg dalam Dafianto (2016),
luka diabetik adalah luka atau lesi pada pasien DM yang mengakibatkan ulserasi aktif
dan merupakan penyebab utama amputasi kaki. Dari penjelasan diatas dapat
disimpulkan ulkus diabetik atau ulkus neuropati diabetik merupakan suatu luka terbuka
pada lapisan kulit sampai ke dalam dermis biasanya pada ekstermitas bawah yang sulit
diobati dan diakibatkan karena komplikasi makroangiopati yang dapat berkembang
karena adanya infeksi dan merupakan penyebab utama amputasi kaki.

c. Etiologi
Menurut Ronald (2017), Utami (2014) penyebab terjadinya komplikasi kaki diabetes
yakni neuropati, neuroiskemik, infeksi dan faktor lainya. Dimana neuroiskemik
merupakan kombinasi antara neuropati dan iskemik perifer akibat kelainan pembuluh
darah perifer. 2.2.3.1. Neuropati Resiko besar terjadinya ulkus diabetes, salah satunya
adalah neuropati sensorik menyebabkan kerusakan pada saraf yang menyebabkan saraf
tidak dapat merespon rangsangan dari luar. Hilangnya sensasi perasa pada penderita
diabetus melitus menyebabkan penderita tidak dapat menyadari bahwa ekstremitas nya
telah terluka dan menimbulkan terjadinya ulkus. Peningkatan neuropati motorik
mempegaruhi semua otot, deformitas khas seperti hammer to dan hallux rigidus.
Deformitas kaki menimbulkan terbatasnya mobilitas, sehingga dapat meninkatkan
tekanan daah planter kaki dan mudah terjadi ulkus dan ganngren 2.2.3.2. Iskemik
Iskemik di sebabkan oleh karena kekurangan darah dalam jaringan, sehingga jaringa
kekurangan oksigen hal ini di sebabkan adanya proses makroangiopati pada pembuluh
darah sehingga sirkulasi jaringan menurun yang di tandai oleh hilang atau
berkurangnya denyut nadi pada artei dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki menjadi
atrofi, dingin dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis jaringa sehingga
timbul ulkus. 2.2.3.3. Infeksi Penderita ulkus diabetes 50% akan mengalami infeksi
aikbat adanya glukosa darah yang tinggi, yang merupakan media pertumbuhan
bakteriyang subur. Bakteri penyebab infeksi pada ulkus diabetika yaitu aerob
staphylococus atau streptococus serta kuman anaerob yaitu clostridium perfringens,
clostridium novy dan clostridium septikum. 2.2.3.4.Usia Ulkus diabetes dapat terjadi
pada usia kurang lebih 50 tahun, hal ini di sebkan karena fungsi tubuh fisiologis
menurun seperti penurunan sekresi atau resistensi insulin, sehingga kemampuan fungsi
tubuh terhadap pengendalian glukosa darah yang tinggi kurang optimal. Kadar gula
darah yang tidak terkonrol akan 18 Universitas Muhammadiyah Magelang
mengakibatkan kesemutan dan dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan
kematian jaringan.

d. Patofisiologi
Silbernagl dan Lang, (2016). Menjelaskan pada Diabetes melitus tipe 1 atau biasa
disebut dengan diabetes melitus yang tergantung insulin (IDDM). Pada IDDM
terdapat kekurangan insulin absolut sehingga pada pasien IDDM membutuhkan
suplai insulin dari luar. Keadaan ini disebabkan karena sel beta pankreas
mengalami lesi akibat dari mekanisme autoimun, yang pada keadaan tertentu
dipicu oleh infeksi virus. Pulau pankreas diinfiltrasi oleh limfosit T dan ditemukan
autoantibodi terhadap jaringan pulau yaitu ICCA (Islet Cell Cytoplasmic
Antibodies) dan autoantibodi insulin (IAA). ICCA pada beberapa kasus dapat
dideteksi selama bertahuntahun sebelum onset penyakit. Ketika sel beta mati,
maka ICCA akan menghilang kembali. Sekitar 80% pasien membentuk antibodi
terhadap glutamat dekarboksilase yang diekspresikan di sel beta. IDDM lebih
sering terjadi pada pembawa antigen HLA tertentu (HLA-DR3 dan HLA-DR4),
hal ini menunjukkan terdapat faktor predisposisi genetik. Dan tipe 2 atau bisa
disebut juga dengan diabetes melitus yang tidak tergantung insulin (NIDDM).
NIDDM merupakan diabetes yang paling sering terjadi dan terdapat defisiensi
insulin relatif. Pelepasan insulin dapat normal atau bahkan biasanya meningkat,
tetapi organ target memiliki sensitivitas yang berkurang terhadap insulin. menurut
Huether & McCance, (2017) Resistensi pada diabetes tipe II disertai dengan
penurunan reaksi intersel. Resistensi 12 Universitas Muhammadiyah Magelang
insulin adalah penurunan respon jaringan yang sensitif terhadap insulin (terutama
hepar, otot, dan jaringan lemak) kemudian insulin itu sendiri yang dikaitkan
dengan obesitas. Beberapa mekanisme berperan dalam abnormalitas jalur sinyal
insulin dan resistensi insulin, meliputi abnormalitas molekul insulin, kadar
antagonis insulin yang tinggi, penurunan ekspresi reseptor insulin, dan gangguan
protein pembawa glukosa. Pada penderita ulkus diabetes Maryunani (2013)
menjelaskan Neuropati sensorik perifer, dimana seseorang tidak dapat merasakan
luka merupakan faktor utama penyebab ulkus diabetes. Kurang lebih 45-60% dari
semua penderita ulkus diabetes disebabkan oleh neuropati, dimana 45%
merupakan gabungan dari neuropati dan iskemik. Bentuk lain dari neuropati juga
berperan dalam terjadinya ulserasi kaki. Neuropati perifer dibagi menjadi 3 bagian,
yaitu neuropati motorik yaitu tekanan tinggi pada kaki ulkus yang mengakibatkan
kelainan bentuk kaki, neuropati autonomi yaitu berkurangnya sekresi kelenjar
keringat yang mengakibatkan kaki kering, pecah-pecah dan membelah sehingga
membuka pintu masuk bagi bakteri. Selain itu terjadi Gangguan pembuluh darah
perifer (Peripheral Vascular Disease atau PVD) jarang menjadi faktor penyebab
ulkus secara langsung. penderita ulkus diabetes akan membutuhkan waktu yang
lama untuk sembuh dan resiko untuk diamputasi meningkat karena insufisiensi
arterial. Gangguan pembuluh darah perifer dibagi menjadi 2 yaitu gangguan
makrovaskuler dan mikrovaskuler, keduanya menyebabkan usaha untuk
menyembuhkan infeksi akan terhambat karena kurangnya oksigenasi dan kesulitan
penghantaran antibiotika ke bagian yang terinfeksi.

e. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala ulkus diabetik (Arisanti dalam Yunus, 2010), yaitu:
1. Sering kesemutan
2. Nyeri kaki saat istirahat
3. Sensasi rasa berkurang
4. Kerusakan jaringan (nekrosis)
5. Penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis, dan poplitea
6. Kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal
7. Kulit kering.

f. Pemeriksaan penunjang/diagnostik
1.Glukosa darah: darah arteri / kapiler 5-10% lebih tinggi daripada darah vena,
serum/plasma 10-15% daripada darah utuh, metode dengan deproteinisasi 5%
lebih tinggi daripada metode tanpa deproteinisasi
2.Glukosa urin: 95% glukosa direabsorpsi tubulus, bila glukosa darah > 160-
180% maka sekresi dalam urine akan naik secara eksponensial, uji dalam urin:
+ nilai ambang ini akan naik pada orang tua. Metode yang populer: carik
celup memakai GOD.
3.Benda keton dalam urine: bahan urine segar karena asam asetoasetat cepat
didekrboksilasi menjadi aseton. Metode yang dipakai Natroprusid, 3-
hidroksibutirat tidak terdeteksi
4.Pemeriksan lain: fungsi ginjal ( Ureum, creatinin), Lemak darah: (Kholesterol,
HDL, LDL, Trigleserid), fungsi hati, antibodi anti sel insula langerhans ( islet
cellantibody)

g. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Obat
1) Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
a) Mekanisme kerja sulfanilurea
1. Kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra pancreas
2. Kerja OAD tingkat reseptor
b) Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang
dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu:
1) Menghambat absorpsi karbohidrat
2) Menghambat glukoneogenesis di hati
3) Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
4) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulin
5) Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek intraseluler
b. Insulin
Indikasi penggunaan insulin
a) DM tipe I
b) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
c) DM kehamilan
d) DM dan gangguan faal hati yang berat
e) DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)
f) DM dan TBC paru akut
g) DM dan koma lain pada DM
h) DM operasi
Insulin diperlukan pada keadaan :
1) Penurunan berat badan yang cepat.
2) Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis.
3) Ketoasidosis diabetik.
4) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
C. Konsep Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk
rumah sakit dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Menggambarkan alasan seseorang masuk rumah sakit. Pada umumnya
keluhan utamanya yakni adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai
bawah, rasa raba yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh –
sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.
Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien
digunakan:
a) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang
menjadi faktor presipitasi nyeri.
b) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.
c) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa
sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
d) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan
klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapajauh
rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
e) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah
buruk pada malam hari atau siang hari.

c. Riwayat kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama gatal-gatal


pada kulit yang disertai bisul/lalu tidak sembuh-
sembuh,kesemutan/rasa berat, mata kabur, kelemahan tubuh.
Disamping itu klien juga mengeluh poli urea,polidipsi, anorexia,
mual dan muntah, BB menurun, diare kadang-kadangdisertai nyeri
perut, kramotot, gangguan tidur/istirahat, haus-haus, pusing-
pusing/sakit kepala, kesulitan orgasme pada wanita dan masalah
impoten pada pria.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu

1) Riwayat hipertensi/infark miocard akut dan diabetes


gestasional
2) Riwayat ISK berulang
3) Penggunaan obat-obat seperti steroid, dimetik (tiazid),
dilantindan penoborbital.
4) Riwayat mengkonsumsi glukosa/karbohidrat berlebihan
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya riwayat anggota keluarga yang menderita DM.
d. Pemeriksaan Fisik
a). Aktifitas/istirahat

Gejala :Lemah, letih, sulit bergera/berjalan, kram otot,


tonusotot menurun, gangguan istirahat dan tidur.
Tanda :Takikardi, takipnea pada keaadaan istirahat atau
dengan aktifitas
b). Sirkulasi

Gejala :Adanya riwayat hipertensi, kebas, dan


kesemutan pada ekstremitas
Tanda :Takikardi, nadi yang menurun, perubahan
tekanan darah postural, distritmia, kulit panas,
kering, dan kemerahan bola mata cekung
c). Integritas ego

Gejala :Sress, tergantung pada orang lain, masalah


finansial yang berhubungan dengan kondisi
Tanda :Ansietas, peka
rangsang d). Eliminasi
Gejala :Perubahan pola berkemih (poliuri), nokturi Rasa
nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK
baru/berulang, nyeri tekan abdomen
Tanda :Urin encer, pucat kuning, poliuri, urin berkabut, bau
busuk (infeksi), abdomen keras adanya ansites,
bising usus lemah dan menurun.
e). Makan/cairan

Gejala : Hilang nafsu makan, mual muntah, tidak


mengikuti diet, peningkatan masukan
glukosa/karbohidrat, penuruna berat badan lebih
dari periode, beberapa hari/minggu, haus
Tanda : Kulit kering, turgao kulit jelek, kekakuan/distensi
abdomen, muntah, pembesaran tyroid, bau
holitosis
f). Neurosensoris

Gejala :Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas


kelemahan pada otot, parestesia, gangguan
penglihatan
Tanda :Disorientasi, mengantuk, letargi, stupor/koma (tahap
lanjut), gangguan memori, reflek tendon dalam
(RTD) menurun (koma)
g). Nyeri/kenyamanan

Gejala :Abdomen yang tegang/nyri (sedang dan berat)

Tanda :Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat


berhati-hati
h). Pernapasan

Gejala :Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan dan


tanpa sputum purulen (tergantung adanya infeksi
atau tidak)
Tanda :Batuk, dengan dan tanpa sputum purulen
(infeksi),frekuensi pernapasan
i). Keamanan

Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit

Tanda :Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi/ulserasi,


menurunnya kekuatan umum/rentang gerak,
parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot
pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan
cukup tajam)
j). Seksualitas

Gejala :Rabas vagina (cendrung infeksi), masalah


impotenpada pria, kesulitan organme pada wanita
e. Pemeriksaan diagnostic

a) Gula darah meningkat > 200 mg/dl

b) Aseton plasma (aseton) : positif secara mencolok

c) Osmolaritas serum : meningkat tapi < 330 m osm/lt

d) Gas darah arteri pH rendah dan penurunan HCO3 (asidosis


metabolik)
e) Alkalosis respiratorik

f) Trombosit darah : mungkin meningkat

g) (dehidrasi), leukositosis, hemokonsentrasi, menunjukkan


respon terhadap stress/infeksi.
h) Ureum/kreatinin mungkin
meningkat/normallochidrasi/penurunan fungsi ginjal.
i) Insulin darah : mungkin menurun sampai tidak ada (pada
tipe I), normal sampai meningkat pada tipe II yang
mengindikasikan insufisiensi insulin.
j) Urine : gula dan aseton positif, BJ dan osmolaritas
mungkin meningkat.
k) Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada
saluran kemih, infeksi pada luka.

b.Diagnosa keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin atau penurunan masukan oral.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri yang dirasakan

Dx Tujuan dan hasil intervensi Rasional


Perubahan nutrisi kurang Tujuan : setelah dilakukan 1. Timbang berat a. Mengkaji indikasi
dari kebutuhan tubuh badan atau ukur terpenuhinya
tindakan keperawatan
berhubungan dengan lingkar lengan kebutuhan nutrisi
ketidakcukupan insulin atau selama 3 x 24 jam setiap hari sesuai dan menentukan
penurunan masukan oral. indikasi. jumlah kalori yang
kebutuhan nutrisi dapat
2. Tentukan program harus dikonsumsi.
terpenuhi. diet dan pola makan b. Menyesuaikan
pasien sesuai antara kebutuhan
Kriteria Hasil :
dengan kadar gula kalori dan
a. Pasien tidak lemah yang dimiliki kemampuansel untuk
3. Libatkan keluarga mengambil glukosa.
atau penurunan tingkat
pasien dalam c. Meningkatkan
kelemahan memantau waktu partisipasi keluarga
makan, jumlah dan mengontrol
b. Peningkatan berat
nutrisi. masukan nutrisi
badan atau berat badan 4. Anjurkan pasien sesuai dengan
makan makanan kemampuan untuk
ideal atau normal
sedikit dan sering menarik glukosa
c. Lingkar lengan (sesuai dengan dalam sel.
jumlah kalori yang d. Menurunkan beban
meningkat atau
boleh dikonsumsi). kerja gaster dan
mendekati 10 cm usus sehingga
rangsangan
d. Nila laboratorium Hb
gastrointestinal
untuk pria 13-16 gr/dl, menjadi berkurang.
untuk wanita 12-14
gr/dl, nilai
laboratorium yang
terkait diabetes
melitus (terutama
GDS 60-100mg/dl,
kolesterol total 150-
250 mg/dl, protein
total 6-7,0 gr/dl)
e. Pasien habis 1 porsi
makan setiap kali
makan
f. Pasien tidak mengeluh
mual lagi.

Gangguan pola tidur b.d Tujuan : 1. Ciptakan lingkungan 1. Lingkungan yang


rasa nyeri pada luka di kaki. Setelah dilakukan tindakan yang nyaman dan nyaman dapat
keperawatan selama 3x24 tenang. membantu
jam Gangguan pola tidur 2. Kaji tentang kebiasaan meningkatkan
pasien akan teratasi tidur pasien di rumah tidur/istirahat
Kriteria hasil : 3. Kaji adanya faktor 2. Mengetahui perubahan
- Klien mudah tidur penyebab gangguan dari hal-hal yang
dalam waktu 30 – 40 pola tidur yang lain merupakan kebiasaan
menit seperti cemas, efek pasien ketika tidur akan
- Klien tenang dan wajah obat-obatan dan mempengaruhi pola
segar suasana ramai tidur pasien
- Klien mengungkapkan 4. Anjurkan pasien untuk 3. Mengetahui faktor
dapat beristirahat menggunakan penyebab gangguan
dengan cukup. pengantar tidur dan pola tidur yang lain
teknik relaksasi dialami dan dirasakan
Kaji tanda-tanda pasien
kurangnya pemenuhan 4. Pengantar tidur akan
kebutuhan tidur pasien memudahkan pasien
dalam jatuh dalam
tidur, teknik relaksasi
akan mengurangi
ketegangan dan rasa
nyeri
Untuk mengetahui
terpenuhi atau tidaknya
kebutuhan tidur pasien
akibat gangguan pola
tidur sehingga dapat
diambil tindakan yang
tepat.
Daftar Pustaka
NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi 2015-2017

edisi 10. Jakarta: EGC

https://id.scribd.com/doc/138288104/Askep-Luka-Dm

Anda mungkin juga menyukai