Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETIC ULCER DI RUAN EMERALD I (POLI LUKA)


RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

Oleh :
Septeyana Aulia Nabillah
P07120118113

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
JURUSAN KEPERAWATAN
BANJARBARU
2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Septeyana Aulia Nabillah


Nim : P07120118113
Judul : Laporan Pendahuluan Diabetic Ulcer Di Ruan Emerald I (Poli Luka)
Rsud Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin

Mengetahui,

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

Chairiyati, Skep,Ns Ferry Fadli Fratama, SST., M. Tr.Kep


LAPORAN PENDAHULUAN
DIABETIC ULCER

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi Penyakit
Diabetes Melitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter,
dengan tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya
gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya  insulin efektif di
dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya
disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein. (Askandar, 2000).
Diabetic Ulcer (Kaki diabetik) adalah kelainan pada tungkai bawah yang
merupakan komplikasi kronik diabetes mellitus, merupakan suatu penyakit pada
penderita diabetes bagian kaki. (Misnadiarly, 1997). Salah satu komplikasi yang sangat
ditakuti penderita diabetes adalah kaki diabetik. Komplikasi ini terjadi karena terjadinya
kerusakan saraf, pasien tidak dapat membedakan suhu panas dan dingin, rasa sakit pun
berkurang.(Thoha, Wibowo.EW)
Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan
berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau besar di
tungkai.

2. Etiologi
Etiologi ulkus diabetik temasuk neuropati, penyakit pembuluh darah (vaskulopati),
tekanan dan deformitas pada kaki. Ada banyak faktor yang berpengaruh dalam terjadinya
kaki diabetik. Secara umum faktor-faktor tersebut dibagi menjadi :
a) Faktor Predisposisi
1. Faktor yang mempengaruhi daya tahan jaringan terhadap trauma seperti    
kelainan makrovaskuler dan mikrovaskuler, jenis kelamin, merokok, dan
neuropati otonom.
2. Faktor yang meningkatkan kemungkinan terkena trauma seperti neuropati
motorik, neuropati sensorik, limited joint mobility, dan komplikasi DM yang lain
(seperti mata kabur).
3. Neuropati sensorik pada kaki bisa menyebabkan terjadinya trauma yang tidak
disadari. Neuropati motorik juga menyebabkan otot intrinsik lemah ntuk
menampung berat badan seseorang dan seterusnya terjadilah trauma.
b) Faktor Presipitasi
1. Perlukaan di kulit (jamur).
2. Trauma.
3. Tekanan berkepanjangan pada tumit saat berbaring lama.
c) Faktor Yang Memperlambat Penyembuhan Luka
1. Derajat luka.
2. Perawatan luka.
3. Pengendalian kadar gula darah.

3. Tanda dan Gejala


a. Sering kesemutan/gringgingan (asimptomatis)
b. Jarak tampak menjadi lebih pendek (klaudilasio intermil)
c. Nyeri saat istirahat
d. Kerusakan jaringan (necrosis, ulkus)
e. Adanya kalus di telapak kaki
f. Kulit kaki kering dan pecah-pecah

4. Patofisiologi
Terjadinya masalah pada kaki diawali adanya hiperglikemia pada penyandang
DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah. Diabetes
seringkali menyebabkan penyakit vaskular perifer yang menghambat sirkulasi darah.
Dalam kondisi ini, terjadi penyempitan di sekitar arteri yang sering menyebabkan
penurunan sirkulasi yang signifikan di bagian bawah tungkai dan kaki. Sirkulasi yang
buruk ikut berperan terhadap timbulnya kaki diabetik dengan menurunkan jumlah
oksigen dan nutrisi yang disuplai ke kulit maupun jaringan lain, akibatnya, perfusi
jaringan bagian distal dari tungkai menjadi kurang baik dan timbul ulkus yang kemudian
dapat berkembang menjadi nekrosi/gangren yang sangat sulit diatasi dan tidak jarang
memerlukan tindakan amputasi.
Angiopati diabetes disebabkan oleh beberapa faktor yaitu genetik, metabolik dan
faktor risiko yang lain. Kadar glukosa yang tinggi (hiperglikemia) ternyata mempunyai
dampak negatif yang luas bukan hanya terhadap metabolisme karbohidrat, tetapi juga
terhadap metabolisme protein dan lemak yang dapat menimbulkan pengapuran dan
penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis), akibatnya terjadi gaangguan peredaran
pembuluh darah besar dan kecil., yang mengakibatkan sirkulasi darah yang kurang baik,
pemberian makanan dan oksigenasi kurang dan mudah terjadi penyumbatan aliran darah
terutama derah kaki.
Neuropati diabetik dapat menyebabkan insensitivitas atau hilangnya kemampuan
untuk merasakan nyeri, panas, dan dingin. Diabetes yang menderita neuropati dapat
berkembang menjadi luka, parut, lepuh, atau luka karena tekanan yang tidak disadari
akibat adanya insensitivitas. Apabila cedera kecil ini tidak ditangani, maka akibatnya
dapat terjadi komplikasi dan menyebabkan ulserasi dan bahkan amputasi.
Berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Secara umum penderita diabetes
lebih rentan terhadap infeksi. Hal ini dikarenakan kemampuan sel darah putih ‘memakan’
dan membunuh kuman berkurang pada kondisi kadar gula darah (KGD) diatas 200 mg%.
Karena kekurangan suplai oksigen, bakteri-bakteri yang akan tumbuh subur terutama
bakteri anaerob. Hal ini karena plasma darah penderita diabetes yang tidak terkontrol
baik mempunyai kekentalan (viskositas) yang tinggi. Sehingga aliran darah menjadi
melambat. Akibatnya, nutrisi dan oksigen jaringan tidak cukup. Ini menyebabkan luka
sukar sembuh dan kuman anaerob berkembang biak.

5. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah
1. Pemeriksaan X-ray untuk mengetahui ada tidaknya osteomyelitis.
2. Pemeriksaan glukosa darah.
3. Kultur dan resistensi untuk mengetahui jenis mikroorganisme yang menginfeksi luka
segingga dapat memilih obat antibiotik yang tepat.
4. Tes lain yang dapat dilakukan adalah: sensasi pada getaran, merasakan sentuhan
ringan, kepekaan terhadap suhu.

6. Penatalaksanaan Medis
Menurut Levin(1988), penatalaksanaan ulkus kaki diabetic memerlukan pengobatan yang
agresif dalam jangka pendek, hal tersebut mencakup:
a. Debridement local radikal pada jaringan sehat.
b. Terapi antibiotic sistemik untuk memerangi infeksi, diikuti tes sensitivitas antibiotic,
contohnya :
 Untuk infeksi M.chelonei dapat digunakan quinolon (ciprofloxacin, ofloxacin),
sulfonamides.
 Untuk infeksi M. fortuitum dapat digunakan quinolon dan B-lactams cefloxitin.
 Untuk infeksi M. haemophilum, M.Non-Chronogenicum, M. ulcerans yang paling
umum digunakan adalah quinolon G.
Beberapa obat lain yang biasa digunakan pada kasus kaki diabetic adalah insulin,
neurotropik, kompres luka, obat anti trombosit, neuromin, dan oksoferin solution.

c. Kontrol diabetes untuk meningkatkan efisiensi sistem imun.


d. Posisi tanpa bobot badan untuk ulkus plantaris

Adapun usaha pengelolaan kaki diabetik guna menyelamatkan dari amputasi secara
umum:
1. Memperbaiki kelainan vaskular yanga ada.
2. Memperbaiki sirkulasi.
3. Pengamatan kaki teratur.
4. Pengelolaan pada masalah yang timbul(pengobatan vaskularisasi, infeksi, dan
pengendalian gula darah).
5. Sepatu khusus.
6. Kerjasama tim yang baik
7. Penyuluhan pasien.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian fokus
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan yang
mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :
a. Pengumpulan data
1) Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa
medis.
2) Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun, adanya
luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya yang telah
dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit  lain yang ada kaitannya
dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas.  Adanya riwayat penyakit
jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat
maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga
menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya
defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.
6) Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita
sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit
penderita.

b. Pemeriksaan fisik
Status kesehatan umum:
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan
tanda – tanda vital.
- Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga kadang-
kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah
menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah
penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
- Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban
dan shu kulit di daerah  sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka,
tekstur rambut dan kuku.
- Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi
infeksi.
- Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau   berkurang, takikardi/bradikardi,
hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
- Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase, perubahan
berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
- Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
- Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah, lemah
dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
- Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat,
kacau mental, disorientasi.

c. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl dan
dua jam post prandial > 200 mg/dl.
2. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan dengan
cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine :
hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata  ( ++++ ).
3. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan
jenis kuman.

2. Diagnosa Keperawatan yang sering muncul


Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien gangren kaki diabetik adalah
sebagai berikut :
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya / menurunnya aliran
darah  ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
2. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas.
3. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.
4. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.
5. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake makanan yang kurang.
6. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota
tubuh.
7. Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.

3. Rencana Asuhan
No Diagnosa kriteria hasil dan Intervensi Rasionlisasi
keperawatan tujuan
1 Gangguan perfusi Setelah dilakukan 1. Ajarkan pasien 1. dengan
berhubungan asuhan keperawatan, untuk mobilisasi
dapat
dengan melakukan meningkatkan
mempertahankan
melemahnya/men sirkulasi  perifer tetap mobilisasi sirkulasi
urunnya aliran normal. 2. Ajarkan tentang darah.
Kriteria Hasil :
darah ke daerah faktor-faktor 2. meningkatkan
- Denyut nadi perifer
gangren akibat yang dapat melancarkan
teraba kuat dan
adanya obstruksi meningkatkan aliran darah
reguler
pembuluh darah. aliran darah  balik sehingga
- Warna kulit sekitar
3. Ajarkan tentang tidak terjadi
luka tidak
modifikasi oedema.
pucat/sianosis
faktor-faktor 3. kolestrol tinggi
- Kulit sekitar luka
resiko dapat
teraba hangat.
4. Kerja sama mempercepat
- Oedema tidak terjadi
dengan tim terjadinya
dan luka tidak
kesehatan lain arterosklerosis,
bertambah parah.
dalam merokok dapat
- Sensorik dan
pemberian menyebabkan
motorik membaik
vasodilator, terjadinya 
pemeriksaan vasokontriksi
gula darah pembuluh
secara rutin dan darah,
terapi oksigen ( relaksasi untuk
HBO ). mengurangi
efek dari stres.
4. pemberian
vasodilator
akan
meningkatkan
dilatasi
pembuluh
darah sehingga
perfusi
jaringan dapat
diperbaiki,
sedangkan
pemeriksaan
gula darah
secara rutin
dapat
mengetahui
perkembangan
dan keadaan
pasien, HBO
untuk
memperbaiki
oksigenasi
daerah
ulkus/gangren.

2 Ganguan Setelah dilakukan 1. Rawat luka 1. Pengkajian


integritas asuhan keperawatan, dengan baik yang tepat
jaringan dapat tercapainya dan benar  terhadap luka
berhubungan proses penyembuhan 2. Kaji luas dan dan proses
dengan adanya luka. keadaan luka penyembuhan
gangren pada Kriteria hasil : serta proses akan
ekstrimitas. - Berkurangnya penyembuhan. membantu
oedema sekitar luka. 3. Kolaborasi dalam
- pus dan jaringan dengan dokter menentukan
berkurang untuk tindakan
- Adanya jaringan pemberian selanjutnya.
granulasi. insulin, 2. merawat luka
- Bau busuk luka pemeriksaan  dengan teknik
berkurang. kultur pus  aseptik, dapat
pemeriksaan menjaga
gula darah kontaminasi
pemberian anti luka dan
biotik. larutan yang
iritatif akan
merusak
jaringan
granulasi
tyang timbul,
sisa balutan
jaringan
nekrosis dapat
menghambat
proses
granulasi
3. insulin akan
menurunkan
kadar gula
darah,
pemeriksaan
kultur pus
untuk
mengetahui
jenis kuman
dan anti biotik
yang tepat
untuk
pengobatan,
pemeriksaan
kadar gula
darahuntuk
mengetahui
perkembangan
penyakit.

3. Ganguan rasa Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat, 1. untuk


nyaman ( nyeri ) asuhan keperawatan, frekuensi, dan mengetahui
berhubungan dapat tercapainya rasa reaksi nyeri berapa berat
dengan iskemik nyeri hilang/berkurang yang dialami nyeri yang
jaringan. Kriteria hasil : pasien. dialami pasien.
- Penderita secara 2. Jelaskan pada 2. pemahaman
verbal mengatakan pasien tentang pasien tentang
nyeri sebab-sebab penyebab
berkurang/hilang . timbulnya nyeri yang
- Pergerakan nyeri. terjadi akan
penderita 3. Ciptakan mengurangi
bertambah luas. lingkungan ketegangan
- Tidak ada keringat yang tenang. pasien dan
dingin, tanda vital 4. Ajarkan teknik memudahkan
dalam batas distraksi dan pasien untuk
normal.( S : 36 – relaksasi. diajak
37,5 0C, N: 60 – 80 5. Atur posisi bekerjasama
x /menit, T : 100 – pasien dalam
130 mmHg, RR : senyaman melakukan
18 – 20 x /menit ). mungkin sesuai tindakan.
keinginan 3. Rangasanga
pasien. yang
6. Lakukan berlebihan dari
massage dan lingkungan
kompres luka akan
dengan BWC memperberat
saat rawat luka. rasa nyeri.
7. Kolaborasi 4. Teknik
dengan dokter distraksi dan
untuk relaksasi dapat
pemberian mengurangi
analgesik. rasa nyeri
yang dirasakan
pasien.
5. Posisi yang
nyaman akan
membantu
memberikan
kesempatan
pada otot
untuk relaksasi
seoptimal
mungkin.
6. massage dapat
meningkatkan
vaskulerisasi
dan
pengeluaran
pus sedangkan
BWC sebagai
desinfektan
yang dapat
memberikan
rasa nyaman.
7. Obat –obat
analgesik
dapat
membantu
mengurangi
nyeri pasien.
4. Keterbatasan Setelah dilakukan 1. Kaji dan 1. Untuk
mobilitas fisik asuhan keperawatan, identifikasi mengetahui
berhubungan Pasien dapat mencapai tingkat derajat 
dengan rasa nyeri tingkat kemampuan kekuatan otot kekuatan otot-
pada luka di kaki. aktivitas yang optimal. pada kaki otot  kaki
Kriteria Hasil : pasien. pasien.
- Pergerakan paien 2. Beri penjelasan 2. Pasien
bertambah luas tentang mengerti
- Pasien dapat pentingnya pentingnya
melaksanakan melakukan aktivitas
aktivitas sesuai aktivitas untuk sehingga dapat
dengan kemampuan menjaga kadar kooperatif
(duduk, berdiri, gula darah dalam
berjalan). dalam keadaan tindakan
- Rasa nyeri normal keperawatan.
berkurang. 3. Anjurkan 3. Untuk melatih
- Pasien dapat pasien untuk otot – otot kaki
memenuhi menggerakkan/ sehingg
kebutuhan sendiri mengangkat berfungsi
secara bertahap ekstrimitas dengan baik.
sesuai dengan bawah sesui 4. Agar
kemampuan. kemampuan kebutuhan
4. Bantu pasien pasien tetap
dalam dapat
memenuhi terpenuhi.
kebutuhannya. 5. Analgesik
5. Kerja sama dapat
dengan tim membantu
kesehatan lain : mengurangi
dokter rasa nyeri,
( pemberian fisioterapi
analgesik ) dan untuk melatih
tenaga pasien
fisioterapi. melakukan
aktivitas
secara
bertahap dan
benar.

5. Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji status 1. Untuk


pemenuhan nutrisi asuhan keperawatan, nutrisi dan mengetahui
(kurang dari) kebutuhan nutrisi kebiasaan tentang
kebutuhan tubuh dapat terpenuhi makan. keadaan dan
berhubungan Kriteria hasil : 2. Anjurkan kebutuhan
dengan intake - Berat badan dan pasien untuk nutrisi pasien
makanan yang tinggi badan ideal. mematuhi diet sehingga dapat
kurang. - Pasien mematuhi yang telah diberikan
dietnya. diprogramkan. tindakan dan
- Kadar gula darah 3. Timbang berat pengaturan
dalam batas badan setiap diet yang
normal. seminggu adekuat.
- Tidak ada tanda- sekali. 2. Kepatuhan
tanda 4. Identifikasi terhadap diet
hiperglikemia/hipo perubahan pola dapat
glikemia. makan. mencegah
5. Kerja sama komplikasi
dengan tim terjadinya
kesehatan lain hipoglikemia/h
untuk iperglikemia.
pemberian 3. Mengetahui
insulin dan diet perkembangan
diabetik. berat badan
pasien ( berat
badan
merupakan
salah satu
indikasi untuk
menentukan
diet ).
4. Mengetahui
apakah pasien
telah
melaksanakan
program diet
yang
ditetapkan.
5. Pemberian
insulin akan
meningkatkan
pemasukan
glukosa ke
dalam jaringan
sehingga gula
darah
menurun,pemb
erian diet yang
sesuai dapat
mempercepat
penurunan
gula darah dan
mencegah
komplikasi.

6. Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji 1. Mengetahui


gambaran diri asuhan keperawatan, perasaan/perse adanya rasa
berhubungan Pasien dapat psi pasien negatif pasien
dengan perubahan menerima perubahan tentang terhadap
bentuk salah satu bentuk salah satu perubahan dirinya.
anggota tubuh. anggota tubuhnya gambaran diri 2. Memudahkan
secar positif. berhubungan dalm menggali
dengan permasalahan
Kriteria Hasil : keadaan pasien.
Pasien mau anggota 3. Pasien akan
berinteraksi dan tubuhnya yang merasa dirinya
beradaptasi dengan kurang di hargai.
lingkungan. Tanpa berfungsi 4. Dapat
rasa malu dan rendah secara normal. meningkatkan
diri. Pasien yakin akan 2. Lakukan kemampuan
kemampuan yang pendekatan dan dalam
dimiliki. bina hubungan mengadakan
saling percaya hubungan
dengan pasien. dengan orang
3. Tunjukkan rasa lain dan
empati, menghilangka
perhatian dan n perasaan
penerimaan terisolasi.
pada pasien. 5. Untuk
4. Bantu pasien mendapatkan
untuk dukungan
mengadakan dalam proses
hubungan berkabung
dengan orang yang normal.
lain 6. Untuk
5. Beri meningkatkan
kesempatan perilaku yang
kepada pasien adiktif dari
untuk pasien.
mengekspresik
an perasaan
kehilangan.
6. Beri dorongan
pasien untuk
berpartisipasi
dalam
perawatan diri
dan hargai
pemecahan
masalah yang
konstruktif dari
pasien.

7. Gangguan pola Setelah dilakukan 1. Ciptakan 1. Lingkungan


tidur berhubungan asuhan keperawatan, lingkungan yang nyaman
dengan rasa nyeri gangguan pola tidur yang nyaman dapat
pada luka di kaki. pasien akan teratasi. dan tenang. membantu
Kriteria hasil : 2. Kaji tentang meningkatkan
- Pasien mudah tidur kebiasaan tidur tidur/istirahat.
dalam waktu 30 – pasien di 2. Mengetahui
40 menit. rumah. perubahan dari
- Pasien tenang dan 3. Kaji adanya hal-hal yang
wajah segar. faktor merupakan
- Pasien penyebab kebiasaan
mengungkapkan gangguan pola pasien ketika
dapat beristirahat tidur yang lain tidur akan
dengan cukup. seperti cemas, mempengaruhi
efek obat- pola tidur
obatan dan pasien.
suasana ramai. 3. Mengetahui
4. Anjurkan faktor
pasien untuk penyebab
menggunakan gangguan pola
pengantar tidur tidur yang lain
dan teknik  dialami dan
relaksasi dirasakan
5. Kaji tanda- pasien.
tanda 4. Pengantar
kurangnya  tidur akan
pemenuhan memudahkan
kebutuhan pasien dalam
tidur pasien. jatuh dalam
tidur, teknik
relaksasi akan
mengurangi
ketegangan
dan rasa nyeri.
5. Untuk
mengetahui
terpenuhi atau
tidaknya
kebutuhan
tidur pasien
akibat
gangguan pola
tidur sehingga
dapat diambil
tindakan yang
tepat.

4. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini adalah
membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan dengan tujuan
yang diharapkan dalam perencanaan.
Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai:
1. Berhasil : prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal yang
ditetapkan di tujuan.
2. Tercapai sebagian : pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan
dalam pernyataan tujuan.
3. Belum tercapai. : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku yang
diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.
DAFTAR PUSTAKA

https://ifafan.wordpress.com/2010/05/27/laporan-pendahuluan-asuhan-keperawatan-pada-
klien-dengan-diabetes-melitus/ diakses tanggal 23 juni 2015

http://askepterkini.blogspot.com/2014/05/laporan-pendahuluan-asuhan-
keperawatan_9175.html diakses tanggal 23 juni 2015

https://www.scribd.com/doc/81241720/diabetes-melitus-dengan-komplikasi-diabetic-
foot#download diakses tanggal 23 juni 2015

Anda mungkin juga menyukai