Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA PASIEN INFEKSI ULKUS KAKI


DIABETIKUM DEXTRA DI RUANG TULIP RSUD SULTAN FATTAH DEMAK

Disusun oleh :

1. Aldi setyawan (2002005)


2. Awang sari utami (2002050)
3. Diyana putri (2002013)
4. Ledia Evita (2002025)
5. Nimas nur azizah (2002067)

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS AN NUUR
2023

LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Ulkus Diabetikum adalah keadaan ditemukannya infeksi, tukak dan atau destruksi
ke jaringan kulit yang paling dalam di kaki pada pasien Diabetes Mellitus (DM)
akibat abnormalitas saraf dan gangguan pembuluh darah arteri perifer. Penyakit
Diabetes Melitus (DM) merupakan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein yang berhubungan dengan defisiensi relatif atau absolut sekresi insulin yang
ditandai dengan hiperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan
keturunan (Roza et al., 2015).
Diabetikum Mellitus merupakan kumpulan penyakit metabolik yang ditandai
dengan hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin, kinerja insulin, atau keduanya.
Hiperglikemia terjadi akibat defisiensi insulin (DM tipe I) atau penurunan
responsivitas sel (DM tipe II) terhadap insulin. Efek multisistem yang disebabkan
oleh peningkatan glukosa yaitu manifestasi awal seperti poliuria, polidipsia, dan
polifagia; kemudian komplikasi progresif seperti gangguan kardiovaskular,
muskuloskeletal, dan integument (Nadialista Kurniawan, 2021).
Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kumpulan penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena ketidaknormalan sekresi insulin dan
kerja insulin. Pada penderita DM banyak yang mengeluhkan terjadinya ulkus diabetik
sehingga diabetesmellitus menjadi penyebab terjadinya amputasi kaki pada penderita
DM. Amputasi terjadi 15 kali lebih sering pada penderita diabetes dari pada non
diabetes, pada tahun 2032 seiring dengan peningkatan jumlah penyandang diabetes di
dunia, terjadi peningkatan masalah kaki diabetik (PERKENI, 2011).
2. Etiologi
Menurut (Nadialista Kurniawan, 2021) Etiologi dari penyakit diabetes yaitu
gabungan antara faktor genetic dan faktor lingkungan. Etiologi lain dari diabetes yaitu
sekresi atau kerja insulin, abnormalitas metabolic yang menganggu sekresi insulin,
abnormalitas mitokondria, dan sekelompok kondisi lain yang menganggu toleransi
glukosa. Diabetes mellitus dapat muncul akibat penyakit eksokrin pankreas ketika
terjadi kerusakan pada mayoritas islet dari pankreas. Hormone yang bekerja sebagai
natagonis insulin juga dapat menyebabkan diabetes (Putra, 2015).
Diabetes sering disebabkan oleh faktor genetic dan perilaku atau gaya hidup
seseorang. Selain itu faktor lingkungan sosial dan pemanfatan pelayanan kesehatan
juga menimbulkan penyakit diabetes dan komplikasinya. Diabetes dapat
memengaruhi berbagai sistem organ tubuh manusia dalam jangka waktu tertentu,
yang disebut komplikasi.
3. Patofisiologi
Ulkus diabetikum dapat disebabkan oleh tiga faktor yang sering disebut dengan
trias, yaitu: iskemi, neuropati, dan infeksi. Kadar glukosa darah yang tidak terkendali
dapat menyebabkan terjadinya komplikasi kronik neuropati perifer berupa neuropati
sensorik, motorik, dan autonom. Neuropati sensorik mengakibatkan hilangnya sensasi
proteksi yang menyebabkan rentan terhadap trauma fisik dan termal (Kartika, 2017).
Neuropati motorik dapat mempengaruhi semua otot, mengakibatkan penonjolan
tulang serta deformitas yang dapat menyebabkan terbatasnya mobilitas sehingga
tekanan plantar pada kaki meningkat dan mudah terjadinya ulkus. Neuropati
autonomy menyebabkan timbulnya fisura, kerak pada kulit sehingga kaki rentan
terhadap trauma minimal. Neuropati autonom ditandai dengan kulit kering dan tidak
berkeringat. Sedangkan iskemia disebabkan oleh proses makroangiopati dan
menurunya sirkulasi jaringan yang ditandai oleh hilang atau berkurangnya denyut
nadi arteri dorsalis, pedis, tibiallis, dan poplitea yang menyebabkan kaki menjadi
dingin, penebalan pada area kuku yang kemudian terjadi nekrosis jaringan. Kelainan
neurovaskular ini biasanya diperberat dengan arterosklerosis. Arterosklerosis adalah
kondisi dimana arteri menebal dan menyempit karena penumpukan lemak di dalam
pembuluh darah (Kartika, 2017).
Peningkatan HbA1C menyebabkan deformobilitas eritrosit dan pelepasan oksigen
oleh eritrosit terganggu, sehingga terjadi penyumbatan sirkulasi dan kekurangan
oksigen mengakibatkan kematian jaringan yang kemudian menjadi ulkus.
Peningkatan kadar fibrinogen dan bertambahnya reaktivitas trombosit meningkatkan
agregasi eritrosit, sehingga sirkulasi darah melambat dan memudahkan terbentuknya
trombus (gumpalan darah) pada dinding pembuluh darah yang akan mengganggu
aliran darah ke ujung kaki (Kartika, 2017).

4. Manifestasi
Menurut (Nadialista Kurniawan, 2021) Tanda dan gejala penyakit diabetes mellitus
antara lain :
a. Poliuri (sering buang air kecil)
Buang air kecil lebih sering dari biasanya terutama pada malam hari
(polyuria), hal ini dikarenakan kadar melebihi ambang ginjal (>180 mg/dl),
sehingga gula akan dikeluarkan melalui urine. Guna menurunkan konsentrasi
urine yang dikeluarkan, tubuh akan menyerap air sebanyak mungkin ke dalam
urine sehingga urine dalam jumlah besar dapat dikeluarkan dan sering buang air
kecil. Dalam keadaan normal, keluaran urine harian sekitar 1,5 liter, tetapi pada
pasien DM yang tidak terkontrol, keluaran urine lima kali lipat dari jumlah ini.
Sering merasa haus dan ingin minum air putih sebanyak mungkin (poliploidi).
Dengan adanya ekskresi urine, tubuh akan mengatasi masalah tersebut maka
tubuh akan menghasilkan rasa haus sehingga penderita selalu ingin minum air
terutama air dingin, manis, segar dan air dalam jumlah banyak.
b. Polifagi (cepat merasa lapar)
Nafsu makan meningkat (polifagi) dan merasa kurang tenaga. Insulin menjadi
bermasalah pada penderita DM sehingga pemasukan gula ke dalam sel-sel tubuh
kurang dan energi yang dibentuk pun menjadi kurang. Ini adalah penyebab
mengapa penderita merasa kurang tenaga. Selain itu, karena otak juga berfikir
bahwa kurang energy itu karena kurang makan, maka tubuh kemudian berusaha
meningkatkan asupan makanan dengan menimbulkan alarm rasa lapar.
c. Berat badan menurun
Ketika tubuh tidak mampu mendapatkan energy yang cukup dari gula karena
kekurangan insulin, tubuh akan bergegas mengolah lemak dan protein yang ada di
dalam tubuh untuk diubah menjadi energy. Dalam sistem pembuangan urine,
penderita DM yang tidak terkendali bisa kehilangan sebanyak 500 gr glukosa
dalam urine per 24 jam (setara dengan 2000 kalori perhari hilang dari tubuh).
Kemudian gejala lain atau gejala tambahan yang dapat timbul yang umumnya
ditunjukan karena komplikasi adalah kaki kesemutan, gatal-gatal, atau luka yang
tidak kunjung sembuh, pada wanita kadang disertai gatal di daerah selangkangan
(pruritus vulva) dan pada pria ujung penis terasa sakit (balanitis) (Simatupang,
2017)
5. Pemeriksaan penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang untuk mendukung diagnose ulkus DM menurut
(Paramitasari dkk, 2019) antara lain :
a. Tes monofilament dapat mendekteksi neuropati terutama pada ulkus DM
b. Tes diagnostic biopsy, kultus, analisis laboratorium, vaskuler, dan radiologi
dilakukan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan nutrisi darah lengkap seperti anamia, kadar protein darah,
albumin, zink, dan ferritin dapat mengetahui faktor risiko
d. Pemeriksaan penunjang lain untuk deteksi gangguan vaskuler meliputi, ankle
brachial pressure index (ABPI), angiopati, dan MRI
6. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
Pemberian obat pada luka ulkus diabetikum diberikan sesuai dengan
kondisi luka, contohnya seperti pemberian regimen antibiotik, antibiotic
direkomendasikan sebagai terapi empirik yang harus mencakup antibiotic
aktif melawan golongan Staphylococcus Sp dan Steptococcus Sp. Pemilihan
regimen antibiotik dapat diberikan secara oral maupun parenteral. Antibiotik
yang biasa digunakan melalui parenteral seperti: kloksasilin, amoksisilin,
sefaleksin, klindamisin, doksisiklin, moxifloksasin, linezolid, siprofloksasin.
Selain antibiotik pemberian obat antidiabetes juga diperlukan seperti
pemberian insulin, metformin kemudian obat analgesik untuk mengatasi nyeri
yang ditimbulkan akibat luka ulkus DM (Hutagalung, 2019).
b. Non farmakologis
Penatalaksanaan non farmakologis meliputi :
1) Debridemen
Debridemen merupakan upaya untuk membersihkan semua jaringan
nekrotik, karena luka tidak akan sembuh bila masih terdapat jaringan
nonviable, debris dan fistula. Tindakan debridemen juga dapat
menghilangkan koloni bakteri pada luka. Saat ini terdapat beberapa jenis
debridemen yaitu autolitik, enzimatik, mekanik, biologik dan tajam.
Debridemen dilakukan terhadap semua jaringan lunak dan tulang yang
nonviable. Tujuan debridemen yaitu untuk mengevakuasi jaringan yang
terkontaminasi bakteri, mengangkat jaringan nekrotik sehingga dapat
mempercepat penyembuhan, menghilangkan jaringan kalus serta
mengurangi risiko infeksi lokal.16 Debridemen yang teratur dan dilakukan
secara terjadwal akan memelihara ulkus tetap bersih dan merangsang
terbentuknya jaringan granulasi sehat sehingga dapat mempercepat proses
penyembuhan ulkus
2) Perawatan luka
Prinsip perawatan luka yaitu menciptakan lingkungan moist wound
healing atau menjaga agar luka senantiasa dalam keadaan lembab. Bila
ulkus memroduksi sekret banyak maka untuk pembalut (dressing)
digunakan yang bersifat absorben. Sebaliknya bila ulkus kering maka
digunakan pembalut yang mampu melembabkan ulkus. Bila ulkus cukup
lembab, maka dipilih pembalut ulkus yang dapat mempertahankan
kelembaban.
3) Pengelolaan infeksi
Pasien dengan infeksi yang mengancam harus dirawat dirumah sakit
untuk manajemen yang tepat. Debridemen dilakukan sejak awal dengan
dengan tetap memperhitungan ada/tidaknya kompetensi vaskular tungkai.
Jaringan yang diambol dari luka dikirim untuk kultur. Tindakan ini
mungkin perlu dilakukan berulang untuk mengendalikan infeksi. Terapi
empiris untuk infeksi berat harus berspektrum luas dan diberikan secara
intravena dengan mempertimbangkan faktor lain seperti biaya, toleransi
pasien, alergi, potensi efek yang merugikan ginjal atau hati, kemudahan
pemberian dan pola resistensi antibiotik setempat. Infeksi kronik dan berat
yang mengancam tungkai umumnya disebabkan oleh infeksi polimikroba
yang mencakup organisme aerob gram positif dan negative serta anaerob.
Pseudomonas sering diperoleh dari isolasi luka yang menggunakan
pembalutan basah; enterokokus umumnya dibiakkan dari pasien yang
sebelumnya telah diterapi sefalosporin; kuman anaerob sering ditemukan
pada luka dengan keterlibatan jaringan yang dalam dan nekrosis dan
methicillin-resistant Staphylococcy aureus (MRSA) sering diperoleh pada
pasien yang sebelumnya pernah di rawat inap atau diberikan terapi
antibiotika. Bila terjadi infeksi berulang meskipun terapi antibiotik tetap
diberikan, perlu dilakukan kultur ulang jaringan untuk menyingkirkan
infeksi superimposed. Lamanya pemberian antibiotic tergantung pada
gejala klinis, luas dan dalamnya jaringan yang terkena serta beratnya
infeksi. Infeksi ringan sampai sedang diberikan 1-2 minggu, sedangkan
pada infeksi yang lebih berat antibiotic diberikan 2-4 minggu.

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Fokus Pengkajian
Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan, dan
keperawatan pasien baik mental, sosial dan lingkungan (Clevo, 2015).
a) Identitas dan keadaan umum
Pengkajian meliputi identitas, tanggal masuk rumah sakit dan diagnose
medis
b) Keluhan utama
Pengkajian ini dilakukan dengan wawancara terhadap pasien serta
menanyakan keluhan apa yang dirasakan pada saat masuk rumah sakit
c) Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang terjadinya luka serta upaya yang telah dilakukan oleh
penderita untuk mengatasinya
d) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit yang berkaitan dengan
defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas
e) Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi kesehatan
Pola persepsi menggambarkan persepsi pasien terhadap penyakitnya
tentang pengetahuan serta penatalaksanaan pasien diabetes mellitus
dengan ulkus diabetikum.
2) Pola nutrisi dan metabolic
Karena produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin
maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga
menimbulkan keluhan sering kencing, banyak makan, banyak minum,
berat badan menurun, dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolism yang dapat
memengaruhi status kesehatan pasien
3) Pola eliminasi
Pada pasien diabetes melitus untuk BAB biasanya tidak ada perubahan
yang mencolok, namun pada eliminasi BAK biasanya jumlah urin baik
secara frekuensi atau volume itu banyak
4) Pola tidur dan istirahat
Sering muncul perasaan tidak enak akibat poliuri, nyeri pada kaki, dan
situasi rumah sakit yang ramai dapat mempengaruhi waktu tidur dan
istirahat pasien.
5) Pola latihan dan aktifitas
Pada pasien diabetes melitus dengan ulkus diabetikum biasanya tidak
mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal
6) Pola hubungan dan peran
Luka ulkus yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan pasien malu
dan menarik diri dari pergaulan.
7) Pola sensori dan kognitif
Pasien dengan luka ulkus cenderung mengalami neuropati atau mati
rasa pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya trauma.
8) Pola persepsi dan konsep diri
Terjadinya perubahan fungsi dan strukur tubuh menyebabkan pasien
mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh,
lamanya perawatan, serta banyaknya biaya perawatan dan pengobatan
menyebabkan klien mengalami kecemasan dan gangguan peran dalam
keluarga (self esteem)
9) Pola seksual dan reproduksi
Akibat angiopati dalam sistem pembuluh darah pada organ reproduksi
menyebabkan gangguan seks, ganggguan kualitas ataupun ereksi, serta
memberi dampak pada proses ejakulasi dan orgasme.
10) Pola mekanisme stress dan koping
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronis, serta
perasaan tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan gangguan
psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung,
dan lain-lain yang mengakibatkan pasien tidak mampu menggunakan
mekanisme koping yang konstruktif atau adaptif.

11) Pola nilai dan kepercayaan


Akibat perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta
luka pada kaki tidak menghambat penderita dalam melaksanakan
ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah penderita.
f) Pemeriksaan fisik
Status kesehatan umum, sistem integument, sistem muskoloskeletal
2. Pathway
Faktor genetic dan faktor lingkungan
Diabetes Millitus

Mikroba masuk Ulkus pada kaki ketidakseimbangan produksi gula

Gangguan Integritas
Resiko Infeksi Kulit
Gula dalam darah tidak dapat
dibawa masuk dalam sel

hiperglikemia

Ketidakstabilan gula darah


3. Nursing Care Plan (Rencana Asuhan Keperawatan)

no Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


(SDKI) Hasil (SLKI) Keperawatan
(SIKI)
1 Gangguan Integritas Kulit Setelah dilakukan
Definisi : perawatan 2 x 24 jam,
Kerusakan kulit (dermis dan diharapkan tingkat
atau epidermis) atau jaringan integritas kulit dan
(membrane mukosa, kornea, jaringan meningkat
fasia, otot, tendon, tulang, dengan kriteria hasil :
kartilago, kapsul sendi dan 1. kerusakan jaringan
atau ligament menurun
Penyebab : 2. kerusakan lapisan
 Perubahan sirkulasi kulit menurun
 Perubahan status nutrisi 3. suhu kulit membaik
(kelebihan atau 4. nekrosis menurun
kekurangan)
 Kekurangan atau
kelebihan volume cairan
 Penurunan mobilitas
 Bahan kimia iritatif
 Suhu lingkungan yang
ekstrim
 Faktor mekanis
(mis.penekanan pada
tonjolan tulang, gesekan)
atau faktor elektris
(elektrodiatermi, energy
listrik bertegangan
tinggi)
 Efeksamping radiasi
 Kelembaban
 Proses penuaan
 Neuropati perifer
 Perubahan pikmentasi
 Perubahan hormonal
 Kurang terpapar
informasi tentang upaya
mempertahankan atau
melindungi integritas
jaringan
Gejala dan tanda mayor
:
Subjektif
(Tidak tersedia)
Objektif
 Kerusakan jaringan dan
atau lapisan kulit
Gejala dan tanda minor
Subjektif
(Tidak tersedia)
Objektif
 Nyeri
 Perdarahan
 Kemerahan
 Hematoma
2 ketidakstabilan gula darah Setelah dilakukan
Definisi : fariasi kadar perawatan diharapkan
glukosa darah naik atau turun kestabilan kadar glukosa
dari rentang normal darah meningkat Setelah
pwnywbab : 1.disfungsi dilakukan perawatan 2 x
frangkeas 24 jam dengan kriteria
2. restistensi insulin hasil :
3. gangguan toleransi glukosa 1. Kesadaran
darah meningkat
4. gangguan glukosa darah 2. Mengantuk
puasa menurun
Gejala dan tanda mayor 3. Pusing menurun
Subjektif 4. Lelah menurun
1. mengantuk 5. Keluhan lapar
2. pusing menurun
Objektif 6. Gemetar
1. gangguan keordinasi menurun
2. kadar glukosa dalam darah 7. Mulut kering
atau urine rendah menurun
Gejala dan tanda minor 8. Kadar glukosa
subjektif dalam darah
1. palitasi membaik
2. mengeluh lapar
Objektif
1. gemetar
2. kesadaran menurun
3. periilaku aneh
4. sulit bicara
5. berkeringat

3 Resiko Infeksi Setelah dilakukan


Definisi : beresiko mengalami perawatan 2 x 24 jam,
peningkaan terserang diharapkan tingkst
organisme patogenik infeksi menurun dengan
Faktor resiko kriteria hasil :
1.penyakit kronis 1. Kebrsihan
2. efek prosedur inveksif tangan
3. mal nutrisi meningkat
4. peningkatan paparan 2. Demam menurun
organisme pathogen 3. Kemerahan
lingkungan menurun
5. ketidakadekuatan 4. Kemerahan
pertahanan tubuh premair menurun
6. kedidakadekuatan 5. Bengkak
pertahanan tubuh skunder menurun
6. Kadar sel darah
putih membaik
7. Gangguan
kognitif menurun
8. Letargi menurun

4. Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai