Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN ULKUS DIABETIKUM

DI RUANGAN RINRA SAYANG 1


Disusun dalam rangka memenuhi tugas
stase Keperawatan Medikal Bedah 1I

Disusun oleh
NUR FAUJIAH
14420222183

CI LAHAN CI INSTITUSI

(.................................) (................................)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2023
A. Konsep Medis
1. Defenisi
Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik karena
adanya masalah pada pengeluaran insulin. Insulin yang diproduksi oleh
pankreas kurang, akibatnya terjadi ketidakseimbangan gula dalam darah
sehingga meningkatkan konsentrasi kadar gula darah (Silalahi, 2019).
Diabetes merupakan penyakit tidak menular yang cukup serius dimana
insulin tidak dapat diproduksi secara maksimal oleh pancreas (Safitri &
Nurhayati, 2019). Insulin merupakan hormone yang mengatur
glukosa.Insulin yang tidak bekerja dengan adekuat akan membuat kadar
glukosa dalam darah tinggi. Kadar glukosa darah normal adalah 70-110
mg/dL pada saat berpuasa (Fitriani Nasution, Andilala, 2021).
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lender dan
ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasive kuman
saprofit adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau,
ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan
penyakit diabetes mellitus dengan neuropati perifer (Utia Detty et al.,
2020).
Ulkus diabetic merupakan komplikasi kronik dari diabetes mellitus
sebagai sebab utama morbiditas, mortalitas, serta kecacatan penderita
diabetes. Kadar LDL yang tinggi memainkan peranan penting untuk
terjadinya ulkus diabetic melalui pembentukan plak atherosclerosis pada
dinding pembuluh darah (Utia Detty et al., 2020)
2. Etiologi
Etiologi dari penyakit diabetes yaitu gabungan antara faktor genetik dan
faktor lingkungan. Etiologi lain dari diabetes yaitu sekresi atau kerja
insulin, abnormalitas metabolik yang menganggu sekresi insulin,
abnormalitas mitokondria, dan sekelompok kondisi lain yang menganggu
toleransi glukosa. Diabetes mellitus dapat muncul akibat penyakit
eksokrin pankreas ketika terjadi kerusakan pada mayoritas islet dari
pankreas. Hormon yang bekerja sebagai antagonis insulin juga dapat
menyebabkan diabetes (Lestari et al., 2021)
Faktor risiko DM Tipe 2 dibedakan menjadi dua, yang pertama adalah
faktor risiko yang tidak dapat berubah misalnya jenis kelamin, umur, dan
faktor genetik. Kedua adalah faktor risiko yang dapat diubah misalnya
kebiasaan merokok, aktivitas fisik, konsumsi alkohol, faktor stress, serta
konsumsi kopi dan kafein yang berlebihan (Pangestika et al., 2022).
Faktor resiko lain yang dapat dimodifikasi adalah faktor pola makan,
kebiasaan merokok, obesitas, hipertensi, stress, aktifitas fisik, alcohol dan
lain sebaginya. Adanya kaitan obesitas dengan kadar glokosa darah
dimana IMT > 23 dapat menyebabkan peningkatan glukosa darah
(Fitriani Nasution, Andilala, 2021).
Faktor penyebab penderita diabetes bisa mengalami komplikasi ulkus
diabetikum adalah : a.Neuropati: Terjadi kerusakan saraf sensorik yang
dimanifestasikan dengan penurunan sensori nyeri, panas, tak terasa,
sehingga mudah terjadi trauma dan otonom/simpatis yang
dimanifestasikan dengan peningkatan aliran darah, produksi keringat
tidak ada dan hilangnya tonus vaskuler. Angiopati Dapat disebabkan oleh
faktor genetic, metabolic dan faktor resiko lain. Iskemia Adalah
arterosklerosis (pengapuran dan penyempitan pembuluh darah) pada
pembuluh darah besar tungkai (makroangiopati) menyebabkan
penurunan aliran darah ke tungkai, bila terdapat thrombus akan
memperberat timbulnya gangrene yang luas. Faktor eksogen a) Trauma
b) Infeksi
3. Patofisiologi
Pada diabetes tipe I, sel beta pankreas telah dihancurkan oleh
proses autoimun, sehingga insulin tidak dapat diproduksi. Hiperglikemia
puasa terjadi karena produksi glukosa yang tidak dapat diukur oleh hati.
Meskipun glukosa dalam makanan tetap berada di dalam darah dan
menyebabkan hiperglikemia postprandial (setelah makan), glukosa tidak
dapat disimpan di hati. Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup
tinggi, ginjal tidak akan dapat menyerap kembali semua glukosa yang
telah disaring. Oleh karena itu ginjal tidak dapat menyerap semua
glukosa yang disaring. Akibatnya, muncul dalam urine (kencing manis).
Saat glukosa berlebih diekskresikan dalam urine, limbah ini akan disertai
dengan ekskreta dan elektrolit yang berlebihan. Kondisi ini disebut
diuresis osmotik. Kehilangan cairan yang berlebihan dapat menyebabkan
peningkatan buang air kecil (poliuria) dan haus (polidipsia).
Kekurangan insulin juga dapat mengganggu metabolisme protein
dan lemak, yang menyebabkan penurunan berat badan. Jika terjadi
kekurangan insulin, kelebihan protein dalam darah yang bersirkulasi
tidak akan disimpan di jaringan. Dengan tidak adanya insulin, semua
aspek metabolisme lemak akan meningkat pesat. Biasanya hal ini terjadi
di antara waktu makan, saat sekresi insulin minimal, namun saat sekresi
insulin mendekati, metabolisme lemak pada DM akan meningkat secara
signifikan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah
pembentukan glukosa dalam darah, diperlukan peningkatan jumlah
insulin yang disekresikan oleh sel beta pankreas. Pada penderita
gangguan toleransi glukosa, kondisi ini terjadi akibat sekresi insulin yang
berlebihan, dan kadar glukosa akan tetap pada level normal atau sedikit
meningkat. Namun, jika sel beta tidak dapat memenuhi permintaan
insulin yang meningkat, maka kadar glukosa akan meningkat dan
diabetes tipe II akan berkembang (Lestari et al., 2021).
Salah satu penyebab penderita diabetes mengalami ulkus
diabetikum, berupa penurunan sensasi pada kaki yang berhubungan
dengan luka pada kaki Dan dapat menjadikan Kehilangan sensasi di
daerah distal tungkai, hingga amputasi adalah neuropati perifer.
Neuropati diabetikum yang khas atau sering dijumpai adalah Neuropati
sensori, motorik dan otonom. Ulkus kaki yang disebabkan oleh neuropati
biasanya terjadi pada permukaan plantar kaki, yaitu di area yang
mengalami tekanan tinggi, seperti di area atas tulang atau area lain di atas
deformitas tulang. Ulkus kaki diabetik sering menyebabkan lebih dari
50% penderitanya mengalami nyeri dan memar. penyebab ulkus yang
sulit dikendalikan pada kaki penderita diabetes adalah neuropati perifer.
Hilangnya sensasi menyebabkan berkurangnya rasa sakit, dan dapat
mengakibatkan kerusakan kulit akibat trauma atau tekanan dari sandal
dan sepatu sempit yang dikenakan oleh pasien, yang dapat menimbulkan
luka dan infeksi.
Orang yang memiliki riwayat diabetes lebih dari 5 tahun bisa
mengalami ulkus hampir 2 kali jika dibandingkan dengan orang yang
menderita diabetes kurang dari 5 tahun. Besar peluang terkena
hiperglikemia kronik jika memiliki riwayat diabetes yang cukup lama
dan akhirnya bisa menyebabkan komplikasi diabetes meliputi retinopati,
nefropati, PJK, dan ulkus diabetikum. Pada DM type 1 dan type 2
keduanya dapat memicu munculnya kelainan profil lipid dalam darah
yang menyebabkan gangguan kardiovaskular, nefropati dan hipertensi.
Luka yang terbuka mampu menghasilkan gas gangren yang berakibat
terjadinya osteomielitis yang disebabkan karena Luka yang timbul secara
spontan ataupun karena trauma. Penyebab dari dilakukannya amputasi
kaki nontraumatik adalah genggren kaki. Penderita diabetes rawan
mengalami amputasi karena kondisi penyakit yang kronik dan risiko
komplikasi yang sangat besar (Fitria, 2017).
Iskemik, neuropati, dan infeksi merupakan faktor yang disebut trias
dan bisa menyebabkan Ulkus diabetikum. Jika Pada penderita Diabetes
kadar glukosa darah tidak terkendali maka dapat menyebabkan
komplikasi kronik neuropati, yang dapat memicu perubahan jaringan
syaraf dikarenakan adanya penumpukan sorbitol dan fruktosa (Yunus,
2015). Selain itu adanya infeksi, gangguan persyarafan, dan gangguan
pada pembulu darah juga dapat menyebabkan kelainan terjadinya ulkus
diabetikum (Chasanah, 2021)
4. Pathway/Penyimpanan KDM

5. Manifestasi Klinis
Gejala dari penyakit DM yaitu antara Lain (Lestari et al., 2021):
a. Poliuri (sering buang air kecil)
Buang air kecil lebih sering dari biasanya terutama pada malam hari
(poliuria), hal ini dikarenakan kadar gula darah melebihi ambang
ginjal (>180mg/dl), sehingga gula akan dikeluarkan melalui urine.
Guna menurunkan konsentrasi urine yang dikeluarkan, tubuh akan
menyerap air sebanyak mungkin ke dalam urine sehingga urine
dalam jumlah besar dapat dikeluarkan dan sering buang air kecil.
Dalam keadaan normal, keluaran urine harian sekitar 1,5 liter, tetapi
pada pasien DM yang tidak terkontrol, keluaran urine lima kali lipat
dari jumlah ini. Sering merasa haus dan ingin minum air putih
sebanyak mungkin (poliploidi). Dengan adanya ekskresi urine, tubuh
akan mengalami dehidrasi atau dehidrasi. Untuk mengatasi masalah
tersebut maka tubuh akan menghasilkan rasa haus sehingga
penderita selalu ingin minum air terutama air dingin, manis, segar
dan air dalam jumlah banyak.
b. Polifagi (cepat merasa lapar)
Nafsu makan meningkat (polifagi) dan merasa kurang tenaga. Insulin
menjadi bermasalah pada penderita DM sehingga pemasukan gula ke
dalam sel-sel tubuh kurang dan energi yang dibentuk pun menjadi
kurang. Ini adalah penyebab mengapa penderita merasa kurang
tenaga. Selain itu, sel juga menjadi miskin gula sehingga otak juga
berfikir bahwa kurang energi itu karena kurang makan, maka tubuh
kemudian berusaha meningkatkan asupan makanan dengan
menimbulkan alarm rasa lapar.
c. Berat badan menurun
Ketika tubuh tidak mampu mendapatkan energi yang cukup dari gula
karena kekurangan insulin, tubuh akan bergegas mengolah lemak
dan protein yang ada di dalam tubuh untuk diubah menjadi energi.
Dalam sistem pembuangan urine, penderita DM yang tidak
terkendali bisa kehilangan sebanyak 500 gr glukosa dalam urine per
24 jam (setara dengan 2000 kalori perhari hilang dari tubuh).
Kemudian gejala lain atau gejala tambahan yang dapat timbul yang
umumnya ditunjukkan karena komplikasi adalah kaki kesemutan,
gatal-gatal, atau luka yang tidak kunjung sembuh, pada wanita
kadang disertai gatal di daerah selangkangan (pruritus vulva) dan
pada pria ujung penis terasa sakit (balanitis)
Penderita ulkus diabetikum akan mengalami tanda dan gejala ini
(Chasanah, 2021):
a. Sering merasakan kesemutan
b. Nyeri pada kaki saat istirahat
c. Sensasi rasa pada kaki berkurang
d. Kerusakan pada Jaringan atau nekrosis
e. Penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea
f. Kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal
g. Kulit menjadi kering
6. Komplikasi
DM biasa disebut dengan the silent killer karena penyakit ini dapat
mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam
keluhan. Diabetes dapat mempengaruhi berbagai organ sistem dalam
tubuh dalam jangka waktu tertentu yang disebut komplikasi. Komplikasi
dari diabetes dapat diklasifikasikan sebagai mikrovaskuler dan
makrovaskuler. Komplikasi mikrovaskuler termasuk kerusakan sistem
saraf (neuropati), kerusakan sistem ginjal (nefropati) dan kerusakan mata
(retinopati). Sedangkan, komplikasi makrovaskular termasuk penyakit
jantung, stroke, dan penyakit pembuluh darah perifer (Dzaki Rif et al.,
2023).
7. Pemeriksaan Penunjang
Macam pemeriksaan diabetes melitus yang dapat dilakukan yaitu:
pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS), pemeriksaan gula darah puasa
(GDP), pemeriksaan gula darah 2 jam prandial (GD2PP), pemeriksaan
hBa1c, pemeriksaan toleransi glukosa oral (TTGO) berupa tes ksaan
penyaring. Menurut Widodo (2014), bahwa dari anamnesis sering
didapatkan keluhan khas diabetes berupa poliuria, polidipsi, polifagia dan
penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya. Keluhan lain yang
sering disampaikan adalah lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur,
disfungsi ereksi dan pruritus vulvae. Diagnosis ditegakkan dengan
pemeriksaan kadar gula darah sebagai berikut: (Lestari et al., 2021)
a. Gula darah puasa > 126 mg/dl
b. Gula darah 2 jam > 200 mg/dl
c. Gula darah acak > 200 mg/dl.
8. Penatalaksanaan
Hampir 85% kasus ulkus diabetikum harus diamputasi, berikut
penatalaksanaan dalam memanajemen infeksi kaki diabetik agar
meminimalisir terjadinya amputasi (Bayu Zohari Hutagalung et al.,
2019):
a. Pembedahan
Tujuan pembedahan adalah untuk mengalirkan pus, dan
meminimalkan kerusakan jaringan dengan pengurangan tekanan di
kaki dan mengangkat jaringan yang terinfeksi.
b. Antibiotik
Antibiotik hanya digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi
bukan untuk penyembuhan luka, jadi Meskipun luka belum sembuh
Terapi antibiotik dapat dihentikan jika tanda dan gejala infeksi sudah
menghilang.
c. Perawatan pada luka
Kebanyakan kasus ulkus diabetikum membutuhkan perawatan
debridement untuk mempercepat penyembuhan luka dengan cara
mengangkat jaringan yang terinfeksi dan jaringan nekrotik

B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber
data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien.
Dalam melakukan pengkajian diperlukan keahlian-keahlian (skill) seperti
wawancara, pemeriksaan fisik, dan observasi, hasil pengumpulan data
kemudian diklasifikasikan dalam data subjektif dan objektif.Data
subjektif merupakan ungkapan atau persepsi yang diungkapkan oleh
pasien.Data objektif merupakan data yang didapat dari hasil observasi,
pengukuran, dan pemeriksaan fisik (Putri, 2020).
Ada beberapa cara pengelompokan data, yaitu berdasarkan sistem tubuh,
berdasarkan kebutuhan dasar (Maslow). berdasarkan teori keperavsatan,
berdasarkan pola kesehatan fungsional. Pengumpulan data bisa
digunakan dengan menggunakan metode observasi, wawancara,
pemeriksaan fisik.dokumentasi dari catatan medis, status klien, dan hasil
perneriksaan penunjang seperti laboratorium dan radiologi. Pemeriksaan
fisik adalah cara pengumpulan data melalui inspeksi, palpasi. perkusi dan
auskultasi. Inspeksi didefinisikan sebagai kegiatan melihat atau
memperhatikan secara seksama status kesehatan klien seperti inspeksi
kesimetrisan pergerakan dinding dada, penggunaan otot bantu napas,
inspeksi adanya lesi pada kulit dan sebagainya. Palpasi adalah jenis
pemeriksaan dengan cara meraba atau merasakan kulit klien. Auskultasi
adalah cara pemeriksaan fisik dengan menggunakan stetoskop yang
memungkinkan pemeriksa mendengar bunyi yang keluar dari rongga
tubuh klien. Perkusi adalah perneriksaan fisik dengan cara mengetuk
secara pelan jari tengah menggunakan jari yang Iain untuk menentukan
posisi, ukuran, dan konsistensi struktur suatu organ tubuh
Menurut Doenges (2000: 726), data pengkajian pada pasien dengan
Diabetes Mellitus bergantung pada berat dan lamanya ketidakseimbangan
metabolik dan pengaruh fungsi pada organ, data yang perlu dikaji
meliputi :
a. Aktivitas / istirahat Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan,
kram otot Tanda : Penurunan kekuatan otot, latergi, disorientasi,
koma
b. Sirkulasi Gejala : Adanya riwayat hipertensi, ulkus pada kaki, IM
akut Tanda : Nadi yang menurun, disritmia, bola mata cekung
c. Eliminasi Gejala : Perubahan pola berkemih ( poliuri ), nyeri tekan
abdomen Tanda : Urine berkabut, bau busuk ( infeksi ), adanya
asites.
d. Makanan / cairan Gejala : Hilang nafsu makan, mual / muntah,
penurunan BB, haus Tanda : Turgor kulit jelek dan bersisik, distensi
abdomen
e. Neurosensori Gejala : Pusing, sakit kepala, gangguan penglihan
Tanda : Disorientasi, mengantuk, latergi, aktivitas kejang
f. Nyeri / kenyamanan Gejala : Nyeri pada ulkus, nyeri tekan pada
abdomen Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi
g. Pernafasan Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batu dengan / tanpa
sputum Tanda : Lapar udara, frekuensi pernafasn
h. Seksualitas Gejala : Impoten pada pria, kesulitan orgasme pada
wanita
i. Penyuluhan / pembelajaran Gejala : Faktor resiko keluarga DM,
penyakit jantung, strok, hipertensi
2. Diagnosa Keperawatan
Sesuai hasil pengkajian dan penelitian yang didapatkan dari standar
diagnosis keperawatan indonesia (2017) dengan masalah ulkus
diabetikum adalah (PPNI, 2017):
a. Resiko Hipotermia d.d prosedur pembedahan
b. Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisik (prosedur operasi)
c. Neusea b.d Efek Agen Farmakologis
d. Resiko Infeksi d.d Efek Prosedur Invasif
e. Gngguan Integritas Kulit b.d Faktor Elektris
f. Ansietas b.d krisis situasional
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi


keperawatan hasil
1 Resiko setelah dilakukan Manajemen hipotermia
Hipotermia d.d tindakan Observasi
prosedur keperawatan 1) Monitor suhu tubuh
pembedahan diharapkan 2) Identifikasi penyebab hipotermia
termoregulasi pasien 3) Monitor tanda dan gejala akibat
membaik. hipotermia
Kriteria Hasil : Terapeutik
(L.14134) 4) Sediakan lingkungan yang hangat
1)Menggigil 5) Lakukan penghangatan pasif (mis.
menurun Selimut, pakaian tebal)
2) Kulit merah 6) Lakukan penghangatan aktif eksternal
menurun (mis. Kompres hangat, selimut hangat)
3) Suhu tubuh Edukasi
membaik 7) Anjurkan makan/minum hangat
2 Nyeri Akut b.d setelah dilakukan Manajemen nyeri
Agen tindakan Observasi
Pencedera keperawatan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
Fisik (prosedur diharapkan tingkat durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
operasi) nyeri pasien nyeri
menurun. Kriteria 2. Indentifikasi skala nyeri
Hasil : (L.08066) 1) 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
Keluhan nyeri cukup 4. Indentifikasi pengaruh nyeri pada
menurun 2) Sikap kualitas hidup.
protektif menurun 3) Terapeutik
Gelisah menurun 5. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri dengan
kompres hangat/dingin
6. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
7. Fasilitasi istirahat dan tidur
8. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
3. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
4. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
3. Neusea b.d setelah dilakukan Manajemen Mual
Efek Agen tindakan Observasi
Farmakologis keperawatan 1) Identifikasi factor penyebab mual
diharapkan tingkat 2) Identifikasi factor penyebab muntah
nausea pasien 3) Monitor keseimbangan cairan dan
menurun Kriteria eletrolit
Hasil : (L.08065) 4) Monitor mual (mis. Fruekensi, durasi,
1) Keluhan mual tingkat keparahan)
menurun 5) Monitor asupan nutrisi dan kalori
2) Perasaan ingin Terapeutik
muntah menurun 6) Berikan makanan dalam jumlah kecil

Edukasi
7) Anjurkan istirahat dan tidur yang
cukup
Kolaborasi
8) Kolaborasi pemberian anti emetik, jika
perlu
4. Resiko Infeksi setelah dilakukan Pencegahan infeksi
d.d Efek tindakan Observasi
Prosedur keperawatan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal
Invasif diharapkan tingkat dan sistemik
infeksi menurun. Terapeutik
Kriteria Hasil : 2. Batasi jumlah pengujung
(L.14137) 1) 3. Berikan perawatan kulit pada area
Kemerahan menurun edema
2) Nyeri menurun 3) 4. Pertahankan teknik aseptik pada pasien
Cairan berbau busuk berisiko tinggi
menurun Edukasi
5. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
6. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
atau luka operasi
Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian imunisasi jika
perlu

5. Gngguan setelah dilakukan Perawatan Integritas Kulit


Integritas Kulit tindakan Observasi
b.d Faktor keperawatan 1. Identifikasi penyebab gangguan
Elektris diharapkan integritas integritas kulit
kulit dan jaringan Terapeutik
meningkat Kriteria 2. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
hasil : (L.14125) baring
Perfusi jaringan Edukasi
cukup meningkat 3. Anjurkan menggunakan pelembab
4. Anjurkan minum air yang cukup
5. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan buah dan
sayur
6 Ansietas Setelah dilakukan Reduksi ansietas
Observasi
tindakan
1. Monitor tanda-tanda ansietas
keperawatan Terapeutik
selama 1x24 jam 2. Ciptakan suasana terapeutik untuk
diharapkan menumbuhkan kepercayaan
3. Dengarkan dengan penuh
L.09093 Tingkat perhatian
Ansietas menurun Edukasi
dengan kriteria 4. Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin dialami
hasil:
5. Informasikan secara faktual
1. Perilaku gelisah: 5 mengenai diagnosa,pengobatan
(menurun) dan prognosis
6. Anjurkan keluarga untuk tetap
2. Perilaku tegang: 5
bersama pasien, jika perlu
(menurun) Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
4. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan
untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana
rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan
rencana (Putri, 2020)

DAFTAR PUSTAKA
Bayu Zohari Hutagalung, M., Syaara Eljatin, D., Permana Sarie, V., Demitria
Agustina Sianturi, G., & Falinda Santika Royal Prima Jambi, G. R. (2019).
Diabetic Foot Infection (Infeksi Kaki Diabetik): Diagnosis Dan Tatalaksana.
Cermin Dunia Kedokteran, 46(6), 414–418.
https://media.neliti.com/media/publications/398299-diabetic-foot-infection-
infeksi-kaki-dia-dd294e7b.pdf

Chasanah, O. N. (2021). Asuhan Keperawatan Pada Tn. E Dengan Kanker


Kolorektal Di Ruang Baitussalam 1 Rsi Sultan Agung Semarang. Karya
Tulis Ilmiah.
http://repository.unissula.ac.id/23709/1/40901800073_fullpdf.pdf

Dzaki Rif, I., Hasneli, Y. N., & Indriati, G. (2023). Gambaran Komplikasi
Diabetes Melitus Pada Penderita Diabetes Melitus. Jurnal Keperawatan
Profesional (JKP), 11(1).

Fitriani Nasution, Andilala, A. A. S. (2021). Faktor Risiko Kejadian Diabetes


Mellitus. Jurnal Ilmu Kesehatan, 9(2), 94–102.

Lestari, Zulkarnain, & Sijid, S. A. (2021). Diabetes Melitus: Review Etiologi,


Patofisiologi, Gejala, Penyebab, Cara Pemeriksaan, Cara Pengobatan dan
Cara Pencegahan. UIN Alauddin Makassar, November, 237–241.
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/psb

Pangestika, H., Ekawati, D., & Murni, N. S. (2022). Faktor-Faktor Yang


Berhubungan Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2. Jurnal ‘Aisyiyah
Medika, 7(1), 132–150.

PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. 1 ed.


Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Putri, R. A. S. (2020). Asuhan Keperawatan Pasien Ulkus Diabetikum Dengan Pre


Dan Post Debdridement Yang Di Rawat Di Rumah Sakit. In Journal of
Chemical Information and Modeling (Vol. 53, Issue 9).
http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1073/1/KTI RATU ALKHAR
SAHBANA PUTRI.pdf

Silalahi, L. (2019). Hubungan Pengetahuan dan Tindakan Pencegahan Diabetes


Mellitus Tipe 2. Jurnal PROMKES, 7(2), 223.
https://doi.org/10.20473/jpk.v7.i2.2019.223-232

Utia Detty, A., Fitriyani, N., Prasetya, T., & Florentina, B. (2020). Karakteristik
Ulkus Diabetikum Pada Penderita Diabetes Melitus The Characteristics of
Diabetic Ulcer in Patients with Diabetes Mellitus. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Sandi Husada, 11(1), 258–264. https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.261

Anda mungkin juga menyukai