ULKUS DIABETIKUM
DISUSUN OLEH:
Monica Silahooy
18087
3B
2. Fisiologi
Kadar glukosa dalam darah sangat dipengaruhi fungi hepar, pankreas, adenohipofisis dan
adrenal. Glukosa yang berasal dari absorpsi makanan diintestin dialirkan ke hepar melalui
vena porta, sebagian glukosa akan disimpan sebagai glikogen. Pada saat ini kadar glukosa
di vena porta lebih tinggi daripada vena hepatica, setelah absorsi selesai gliogen hepar
dipecah lagi menjadi glukosa, sehingga kadar glukosa di vena hepatica lebih tinggi dari
vena porta. Jadi hepar berperan sebagai glukostat. Pada keadaan normal glikogen di hepar
cukup untuk mempertahankan kadar glukosa dalam beberapa hari, tetapi bila fungsi hepar
terganggu akan mudah terjadi hipoglikemi atau hiperglikemi. Sedangkan peran insulin
dan glucagon sangat penting pada metabolisme karbonhidrat. Glukagon menyebabkan
glikogenolisis dengan merangsang adenilsiklase, enzim yang dibutuhkan untuk
mengaktifkan fosforilase. Enzim fosforilase penting untuk gliogenolisis. Bila cadangan
glikogen hepar menurun maka glukoneogenesis akan lebih aktif. Jumlah glukosa yang
diambil dan dilepaskan oleh hati dan yang dipergunakan oleh jaringan perifer tergantung
dari keseimbangan fisiologis beberapa hormon antara lain :
a. Hormon yang dapat merendahkan kadar gula darah yaitu insulin.
Kerja insulin yaitu merupakan hormon yang menurunkan glukosa darah dengan cara
membantu glukosa darah masuk kedalam sel.
1) Glukagon yang disekresi oleh sel alfa pulau lengerhans.
2) Epinefrin yang disekresi oleh medula adrenal dan jaringan kromafin.
3) Glukokortikoid yang disekresikan oleh korteks adrenal.
4). Growth hormone yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior.
b. Glukogen, epineprin, glukokortikoid, dan growth hormone membentuk suatu
mekanisme counfer-regulator yang mencegah timbulnya hipoglikemia akibat
pengaruh insulin.
C. ETIOLOGI
Menurut Smeltzer dan Bare (2001), penyebab dari diabetes mellitus adalah:
1. Diabetes Mellitus tergantung insulin (DMTI)
a. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu
presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I.
Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen
HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan
respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan
asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh hasil
penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autuimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pankreas.
D. PATOFISIOLOGI
Menurut Smeltzer dan Bare (2001: 1223), patofisiologi dari diabetes mellitus adalah :
1. Diabetes tipe I
Pada Diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena
sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia puasa terjadi
akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu, glukosa yang berasal
dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan
menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa
dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang
tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (Glukosuria). Ketika
glukosa yang berlebih dieksresikan dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran
cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai
akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam
berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia). Defisiensi insulin juga mengganggu
metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat
mengalami peningkatan selera makan (polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori.
Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan.Proses ini akan terjadi tanpa hambatan
dan lebih lanjut turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan
lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk
samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang mengganggu
keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis diabetik yang
diakibatkannya dapat menyebabkan tandatanda dan gejala seperti nyeri abdominal, mual,
muntah, hiperventilasi, napas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan
perubahan kesadaran, koma bahkan kematian.
2. Diabetes tipe II
Pada Diabetes tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan dengan insulin, yaitu
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan
reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor
tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi
insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh
jaringan. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan progresif maka
awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien,
gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria.
polidipsia, luka yang lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur ( jika kadar
glukosanya sangat tinggi).
Penyakit Diabetes membuat gangguan/ komplikasi melalui kerusakan pada pembuluh
darah di seluruh tubuh, disebut angiopati diabetik. Penyakit ini berjalan kronis dan terbagi
dua yaitu gangguan pada pembuluh darah besar (makrovaskular) disebut makroangiopati,
dan pada pembuluh darah halus (mikrovaskular) disebut mikroangiopati. Ulkus
Diabetikum terdiri dari kavitas sentral biasanya lebih besar disbanding pintu masuknya,
dikelilingi kalus keras dan tebal. Awalnya proses pembentukan ulkus berhubungan
dengan hiperglikemia yang berefek terhadap saraf perifer, kolagen, keratin dan suplai
vaskuler. Dengan adanya tekanan mekanik terbentuk keratin keras pada daerah kaki yang
mengalami beban terbesar. Neuropati sensoris perifer memungkinkan terjadinya trauma
berulang mengakibatkan terjadinya kerusakan jaringan dibawah area kalus. Selanjutnya
terbentuk kavitas yang membesar dan akhirnya ruptur sampai permukaan kulit
menimbulkan ulkus. Adanya iskemia dan penyembuhan luka abnormal manghalangi
resolusi.
G. PENATALAKSANAAN
1. Medis
1. Pemicu sekresiinsulin.
3. Penghambatglukoneogenesis.
4. Penghambat glukosidasealfa.
b. Insulin
3. Ketoasidosisdiabetik.
c. Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk
kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respon kadar glukosa
darah.
2. Keperawatanan
b. Pemberian anti agregasi trombosit jika diperlukan, hipolipidemik dan anti
hopertensi
Waspada akantanda-tandaterjadinyainfeksi(kemerahan,nyeri,keluarnyacairan,
pembengkakan).
(Soegondo, 2006)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesa Identitas Penderita Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan
diagnosa medis.
a. KeluhanUtama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya
nyeri pada luka.
b. Riwayatkesehatan
i. Riwayat Kesehatansekarang
c. Pemeriksaanfisik
a. Status kesehatanumum
– tanda vital.
infeksi.
e. Sistemkardiovaskuler
g. Sistemurinary
h. Sistemmusculoskeletal
a. Gangguan
perfusijaringanberhubungandengansuplaioksigenmenurunkarenapenyempi
tan
pembuluh darah
d. Gangguanrasaamannyaman:nyeriberhubungandenganiskemiaataukematian
jaringan
h. Gangguankonsepdiriberhubungandenganperubahanbentukjaringan
i. Ansietasberhubungandenganketidaktahuankliententangpenyakitnya
3. Intervensi
Kriteria hasil:
a. Denyut nadi perifer teraba kuat danregular
jaringandapatdiperbaiki,sedangkanpemeriksaanguladarahsecararutindapatm
engetahui
5. Kerjasamadengantimkesehatanlainuntukpemberianinsulindandietdiabetik.
Rasional:Pemberianinsulinakanmeningkatkanpemasukanglukosakedalamj
aringansehingga gula darah menurun, pemberian diet yang sesuai dapat
mempercepat penurunan gula darah dan mencegahkomplikasi.
Rencana tindakan:
1. Kaji adanya tanda-tanda penyebaran infeksi padaluka.
Rasional:Dietyangtepat,latihanfisikyangcukupdapatmeningkatkandayataha
ntubuh,
penyebaran infeksi.
Kriteria hasil :
d. Tidakadakeringatdingin,tandavitaldalambatasnormal.(S:36 – 37,
50C,N:60 – 80x/menit, T : 120/80mmHg, RR : 18 – 20 x /menit).
Rencana tindakan :
Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan pasien.
c. Adanya jaringangranulasi.
jenis kuman dan anti biotik yang tepat untuk pengobatan, pemeriksaan
kadar gula darah untuk mengetahui perkembangan penyakit.
Dx.7 Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri yang dirasakan
Rencana tindakan :
Kriteria Hasil :
a.
Pasienmauberinteraksidanberadaptasidenganlingkungan.Tanparasamaludanren
dahdiri.
Rencana tindakan :
Kriteria Hasil:
a) Pasien dapat mengidentifikasikan sebabkecemasan.
c) Istirahat cukup
Rencana Tindakan:
1. Kaji tingkat kecemasan yang dialami olehpasien.
Rasional: untuk menentukan tingkat kecemasan yang dialami pasien
sehingga perawat bisa memberikan intervensi yang cepat dan tepat.
Price,A.S(1995). Patofisologi:konsepklinisproses-prosespenyakit.
(edisi4), Jakarta:EGC BrunnerdanSuddarth.
(2002). BukuajarKeperawatanMedikalBedahedisi8.Jakarta:EGC
Doenges, M.E.et all. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan.
(edisi3). Jakarta: EGC
Evelyn C. Pearce (2003). Anatomi Fisiologi; untuk
paramedis , Jakarta: PT Gramedia
http://internisjournal.blogspot.com/2009/02/ulkus-
diabetikum.htmlhttp://ifan050285.wordpress.com/2010/02/2
1/ulkus-diabetikum/