Disusun Oleh :
SEMARANG
2020
1. DEFINISI
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lender dan ulkus
adalahkematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit. Adanya kuman
saprofittersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum juga merupakan salah satu
gejalaklinik dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati perifer, (Andyagreeni, 2010)
2. ETIOLOGI
Menurut Smeltzer dan Bare (2001), penyebab dari diabetes mellitus adalah:
a. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatupresdisposisi
atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I.Kecenderungan genetic ini
ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigenHLA (Human Leucocyte Antigen)
tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yangbertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan
proses imun lainnya.
b. Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakanrespon abnormal
dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan carabereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringanasing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel pancreas, sebagai contoh hasilβpenyelidikan
menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu prosesautuimun yang dapat
menimbulkan destuksi sel pankreas.
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic diperkirakan
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Diabetes Mellitus taktergantung
insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTIditandai dengan
kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Padaawalnya tampak
terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya
kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang
meningkatkan transport glukosa menembus membran sel.Pada pasien dengan DMTTI terdapat
kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor.Hal ini dapat disebabkan oleh
berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya
terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system transport
glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan
meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi
memadai untuk mempertahankan euglikemia (Price,1995). Diabetes Mellitus tipe II disebut juga
Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang
lebih ringan,terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa
kanak-kanak.
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya adalah:
2) Obesitas
3) Riwayat keluarga
4) Kelompok etnik
3. Diabetes dengan Ulkus
a. Faktor endogen:
1) Neuropati:
Terjadi kerusakan saraf sensorik yang dimanifestasikan dengan penurunan sensorinyeri, panas,
tak terasa, sehingga mudah terjadi trauma dan otonom/simpatis yang dimanifestasikan dengan
peningkatan aliran darah, produksi keringat tidak ada danhilangnya tonus vaskuler
2) Angiopati
Dapat disebabkan oleh faktor genetic, metabolic dan faktor resiko lain.
Manifestasi kaki diabetes iskemia: Kaki dingin, Nyeri nocturnal, Tidak terabanya denyut nadi,
Adanya pemucatan ekstrimitas inferior, Kulit mengkilap, Hilangnya rambut dari jari kaki,
Penebalan kuku, Gangrene kecil atau luas.
3. PATHOFISOLOGI
Menurut Smeltzer dan Bare (2001), patofisiologi dari diabetes mellitus adalah :
1. Diabetes tipe I
2. Diabetes tipe II
Pada Diabetes tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan dengan insulin,yaitu resistensi
insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikatdengan reseptor khusus pada
permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin denganreseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian
reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel.Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai
dengan penurunan reaksi intrasel ini.Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung
lambat dan progresif maka diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya
dialami pasien,gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas,
poliuria,polidipsia, luka yang lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur ( jika
kadar glukosanya sangat tinggi). Penyakit Diabetes membuat gangguan/ komplikasi melalui
kerusakan pada pembuluh darah di seluruh tubuh, disebut angiopati diabetik. Penyakit ini
berjalan kronisdan terbagi dua yaitu gangguan pada pembuluh darah besar (makrovaskular)
disebut makroangiopati, dan pada pembuluh darah halus (mikrovaskular) disebut
mikroangiopati. Ulkus Diabetikum terdiri dari kavitas sentral biasanya lebih besar di
banding pintu masuknya, dikelilingi kalus keras dan tebal. Awalnya proses
pembentukan ulkus berhubungan dengan hiperglikemia yang berefek terhadap saraf perifer,
kolagen, keratindan suplai vaskuler. Dengan adanya tekanan mekanik terbentuk keratin keras
pada daerah kaki yang mengalami beban terbesar. Neuropati sensoris perifer
memungkinkan terjadinya trauma berulang mengakibatkan terjadinya kerusakan jaringan
dibawah areakalus. Selanjutnya terbentuk akvitas yang membesar dan akhirnya ruptur
sampai permukaan kulit menimbulkan ulkus. Adanya iskemia dan penyembuhan luka abnormal
menghalangi resolusi. Mikroorganisme yang masuk mengadakan kolonisasi didaerah ini.
Drainase yang ini adekuat menimbulkan closed space infection. Akhirnya sebagai
konsekuensi sistem imun yang abnormal, bakteria sulit dibersihkan dan infeksi menyebar ke
jaringan sekitarnya, (Anonim 2009).
4. MANIFESTASI KLINIS
a. hiperglikemia berpuasa
d. ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi, nafasbau buah, ada
perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)
2. Diabetes Tipe II
a. Pain (nyeri)
b. Paleness (kepucatan)
c. Paresthesia (kesemutan)
e. Paralysis (lumpuh).
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola dari fontaine:
b. Stadium II : terjadi klaudikasio intermitenc. Stadium III : timbul nyeri saat istitrahat.d.
Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus).
Smeltzer dan Bare (2001: 1220).Klasifikasi :Wagner (1983). membagi gangren kaki diabetik
menjadi enam tingkatan,yaitu:Derajat 0 :Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan
kemungkinan disertaikelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.
Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis.
Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM digolongkan sebagai akut dan kronik :
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek dari glukosa
darah.
a. Hipoglikemia.
d. Ulkus/gangren 13
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.Post pandrial
Dilakukan 2 jam setelah makan / setelah minum , angka diatas 130 mg/dl mengindikasikan
diabetes.
Setelah berpuasa semalaman kemudian pasien diberi air dengan 75 gr gula, dan akan diuji
selama periode 24 jam. Angka gula darah yang normal 2 jam setelah meminum cairan tersebut
harus < 140 mg / dl.
Yaitu jari ditusuk dengan jarum , sample darah diletakkan pada sebuah strip yang dimasukkan ke
dalam celah pada mesin glukometer , pemeriksaan ini digunakan hanya untuk memantau kadar
glukosa , yang juga dapat dilakukan dirumah.
d. Urine
Dengan cara benedict (reduksi) , hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau
+, kuning ++ , merah +++ , dan merah bata ++++
e. Kultur pus
Untuk mengetahui jenis kuman pada luka dan memberi antibiotic
f. Pemeriksaan laboratorium
8. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Menurut Doenges (2000: 726), data pengkajian pada pasien dengan Diabetes Mellitus bergantung
pada berat dan lamanya ketidakseimbangan metabolik dan pengaruh fungsi pada organ, data yang
perlu dikaji meliputi :
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan, kram otot
Tanda : Penurunan kekuatan otot, latergi, disorientasi, koma
2. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, ulkus pada kaki
Tanda : Nadi yang menurun, disritmia, bola mata cekung
3. Integritas Ego
Gejala : Stress, ansietas
4. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih ( poliuri ), nyeri tekan abdomen
Tanda : Urine berkabut, bau busuk ( infeksi ), adanya asites
5. Makanan / cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual / muntah, penurunan BB, haus
Tanda : Turgor kulit jelek dan bersisik, distensi abdomen
6. Neurosensori
Gejala : Pusing, sakit kepala, gangguan penglihan
Tanda : Disorientasi, mengantuk, latergi, aktivitas kejang
7. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri tekan abdomen
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi
8. Pernafasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batu dengan / tanpa sputum
Tanda : Lapar udara, frekuensi pernafasan
9. Keamanan
Tanda : Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
10. Seksualitas
Gejala : Impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita
11. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga DM, penyakit jantung, stroke, hipertensi
b. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan integritas jaringnan b/d kurang pengetahuan tentang pemeliharaan integritas jaringan
(00044)
2. Nyeri kronik b/d agen cidera biologis (00132)
3. Hambatan mobilitas fisik b/d nyeri (00085)
c. Intervensi Keperawatan
Nursing Herdman, T.H. & Kamitsuru, S.(Eds.).2014. NANDA International Nursing Diagnoses:
Definision & Clarification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell
Brunner dan Suddarth. 2012. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta : EGC