Disusun Oleh :
SEMARANG
2020
1. DEFINISI
Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetic dan
klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.
( Price and Wilson, 2000 )
Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemi( Smeltzer and Bare,2000)
Diabetes melitus merupakan peyakit kronis yang berkaitan denan defisiensi atau
resistansi insulin relatif atau absolut dan ditandai dengan ganguan metabolisme
karbohidrat, protein, dan lemak. (Paramita, 2011)
2. ETIOLOGI
Etiologi secara umum tergantung dari tipe Diabetes, yaitu :
1.Diabetes Tipe I ( Insulin Dependent Diabetes Melitus / IDDM )
Diabetes yang tergantung insulin yang ditandai oleh penghancuran sel-sel beta
pancreas disebabkan oleh :
a.Faktor genetic
Penderita DM tidak mewarisi DM tipe 1 itu sendiri tapi mewarisi suatu predisposisi /
kecenderungan genetic ke arah terjadinya DM tipe 1.
Ini ditemukan pada individu yang mempunyai tipe antigen HLA ( Human Leucocyte
Antigen ) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas
antigen transplatasi dan proses imun lainnya.
b.Faktor Imunologi
Respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap seolah-olah sebagai jaringan asing.
c.Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta.
2.Diabetes Tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus / NIDDM )
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe II belum diketahui .
Faktor genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi
insulin . Selain itu terdapat faktor-faktor resiko tertentu yang berhubungan yaitu :
a.Usia
Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun
b.Obesitas
c.Riwayat Keluarga
d.Kelompok etnik
Di Amerika Serikat, golongan hispanik serta penduduk asli amerika tertentu memiliki
kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya diabetes tipe II disbanding dengan
golongan Afro-Amerika( Smeltzer and Bare, 2000 )
3. PATHOFISIOOLOGI
a. Diabetes Melitus
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salahsatu
efek utama akibat kurangnya insulin berikut:
1.Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang mengakibatkannaiknya
konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200 mg/dl.
2.Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang
menyebabkanterjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan
kolestrol pada dinding pembuluh darah.
3.Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.Pasien-pasien yang mengalami
defisiensi insulin tidak dapat mempertahankankadar glukosa plasma puasa yang
normal atau toleransi sesudah makan. Padahiperglikemia yng parah yang melebihi
ambang ginjal normal ( konsentrasi glukosadarah sebesar 160– 180 mg/100 ml ),
akan timbul glikosuria karena tubulus – tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali
semua glukosa. Glukosuria ini akanmengakibatkan diuresis osmotik yang
menyebabkan poliuri disertai kehilangansodium, klorida, potasium, dan pospat.
Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dantimbul polidipsi. Akibat glukosa yang
keluar bersama urine maka pasien akanmengalami keseimbangan protein negatif dan
berat badan menurun serta cenderungterjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia
atau kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang
disebabkan oleh berkurangnya atauhilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya
penggunaan karbohidrat untukenergi.Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan
arterosklerosis, penebalanmembran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan
memudahkan terjadinyagangren.
b. Gangren Kaki Diabetik
Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM akibathiperglikemia,
yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasi.
1.Teori Sorbitol
Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada sel dan
jaringan tertentu dan dapat mentransport glukosa tanpa insulin. Glukosa yang
berlebihan ini tidak akan termetabolisasi habis secara normal melalui glikolisis,tetapi
sebagian dengan perantaraan enzim aldose reduktase akan diubah menjadisorbitol.
Sorbitol akan tertumpuk dalam sel / jaringan tersebut dan menyebabkankerusakan dan
perubahan fungsi.
2.Teori Glikosilasi
Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikosilasi pada semua
protein, terutama yang mengandung senyawa lisin. Terjadinya proses glikosilasi pada
protein membran basal dapat menjelaskan semua komplikasi baik makromaupun
mikro vaskular.Terjadinya Kaki Diabetik (KD) sendiri disebabkan oleh faktor –
faktordisebutkan dalam etiologi. Faktor utama yang berperan timbulnya KD
adalahangiopati, neuropati dan infeksi. Neuropati merupakan faktor penting
untukterjadinya KD. Adanya neuropati perifer akan menyebabkan terjadinya
gangguansensorik maupun motorik. Gangguan sensorik akan menyebabkan hilang
ataumenurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma
tanpaterasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik
jugaakan mengakibatkan terjadinya atrofi otot kaki, sehingga merubah titik
tumpuyang menyebabkan ulsetrasi pada kaki pasien. Angiopati akan
menyebabkanterganggunya aliran darah ke kaki. Apabila sumbatan darah terjadi pada
pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akan merasa sakit
tungkainyasesudah ia berjalan pada jarak tertentu. Manifestasi gangguan pembuluh
darahyang lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki di malam hari,
denyutarteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya angiopati tersebut
akanmenyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen ( zat asam )
sertaantibiotika sehingga menyebabkan luka sulit sembuh ( Levin,1993). Infeksi
seringmerupakan komplikasi yang menyertai KD akibat berkurangnya aliran darah
atauneuropati, sehingga faktor angiopati dan infeksi berpengaruh terhdap
penyembuhan atau pengobatan dari KD.
4. MANIFESTASI KLINIS
1) Ketoasidosis atau serangan diam- diam pada tipe 1
2) Yang Paling sering terjadi adalah keletihan akibat defisiensi eneri dan keadaan
katabolis
3) Kadang kadang tidak ada gejala (pada diabetes tipe 2
4) Dieuretik ostomotik yan disertai poliuria, dehidrasi, polidipsia, selaput lendir, dan
kekencangan kulit buruk
5) Pada Ketoasidosi dan keadaan non-ketotik hipermosmolar hiperglikemik, dehidrasi
berpotensi menyebabkan hipovolemia dan syok
6) Jika diabetes tipe 1 tidak dikontrol, pasien mengalami penurunan berat badan dan
selalu lapar, padahal ia sudah makan sangat banyak (Paramita, 2011)
Gejala klasik :
a) Poliuri
b) Polidipsi
c) Polifagi
1) Penurunan Berat Badan
2) Lemah
3) Kesemutan, rasa baal
4) Bisul / luka yang lama tidak sembuh
5) Keluhan impotensi pada laki-laki
6) Keputihan
7) Infeksi saluran kemih (Suyono, et al 2001)
5. PATHWAY
Resiko infeksi
Poliuri
Sklerosis mikrovaskuler
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan Kekurangan volume cairan Neuron
Perubahan persepsi
sensori perabaan
Gangguan fungsi penglihatan
1. Akut
a. Ketoasidosis diabetik
b. Hipoglikemi
c. Koma non ketotik hiperglikemi hiperosmolar
d. Efek Somogyi ( penurunan kadar glukosa darah pada malam hari diikuti
peningkatan rebound pada pagi hari )
e. Fenomena fajar / down phenomenon ( hiperglikemi pada pagi hari antara jam
5-9 pagi yang tampaknya disebabkan peningkatan sikardian kadar glukosa
pada pagi hari )
2. Komplikasi jangka panjang
a. Makroangiopati
1) Penyakit arteri koroner ( aterosklerosis )
2) Penyakit vaskuler perifer
3) Stroke
b. Mikroangiopati
1) Retinopati
2) Nefropati
3) Neuropati diabetik
(Price and Wilson, 2000)
7. DATA PENUNJANG
1. Pemeriksaan kadar serum glukosa
a.Gula darah puasa : glukosa lebih dari 120 mg/dl pada 2x tes
b.Gula darah 2 jam pp : 200 mg / dl
c.Gula darah sewaktu : lebih dari 200 mg / dl
2.Tes toleransi glukosa
Nilai darah diagnostik : kurang dari 140 mg/dl dan hasil 2 jam serta satu nilai lain
lebih dari 200 mg/ dlsetelah beban glukosa 75 gr.
3.HbA1C
> 8% mengindikasikan DM yang tidak terkontrol
4.Pemeriksaan kadar glukosa urin
Pemeriksaan reduksi urin dengan cara Benedic atau menggunakan enzim glukosa .
Pemeriksaan reduksi urin positif jika didapatkan glukosa dalam urin.
8. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktifitas insulin
dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadi komplikasi vaskuler serta
neuropatik.Tujuan terapetik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glu kosa
darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktifitas
pasien. Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan DM yaitu diet, latihan, pemantauan,
terapi dan pendidikan kesehatan.
1. Penatalaksanaan diet
Prinsip umum :diet dan pengndalian berat badan merupakan dasar dari
penatalaksanaan DM.
3. Pemantauan
Pemantauan glukosa dan keton secara mandiri untuk deteksi dan pencegahan
hipoglikemi serta hiperglikemia.
4. Terapi
a.Insulin
Dosis yang diperlukan ditentukan oleh kadar glukosa darah
b. Obat oral anti diabetik
Sulfonaria
5. Pendidikan kesehatan
Informasi yang harus diajarkan pada pasien antara lain :
9. ASUHAN KEPERAWATAN
C. Intervensi Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
1. Lynda Juall Carpenito. Handbook Of Nursing Diagnosis. Edisi 8. Jakarta : EGC ;
2012
2. Long, B.C. Essential of medical – surgical nursing : A nursing process approach.
Volume 3. Alih bahasa : Yayasan IAPK. Bandung: IAPK Padjajaran; 2013
3. Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s textbook of medical –
surgical nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC; 2000 (Buku
asli diterbitkan tahun 1996)
4. Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta:
EGC; 2013
5. Price, S.A. & Wilson, L.M. Pathophysiology: Clinical concept of disease
processes. 4th Edition. Alih bahasa : Anugerah, P. Jakarta: EGC; 2014