B DENGAN ULKUS
DIABETES MELITUS GRADE II DI RUANG SS RSUP
SEGER WARAS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. B DENGAN ULKUS DIABETES MELITUS GRADE II
Makalah Asuhan keperawatan pada Ny. B dengan Ulkus Diabetes Melitus Grade II
Disusun oleh :
KATA PENGANTAR
Assalamua’laikum warahmatullahiwabarakatuh
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Kebutuhan Dasar
Manusia II yaitu makalah Asuhan keperawatan pada Ny. B dengan Ulkus Diabetes Melitus Grade II Di Ruang SS RSUP Seger Waras.
Makalah ini dapat terwujud atas bimbingan Ibu Agnes E,S.Kep.,Ns, selaku guru pengampu mata pelajaran Kebutuhan Dasar Manusia II. Oleh
karena itu saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Agnes E,S.Kep.,Ns, yang selalu memberikan bimbingan kepada kami sehingga
terwujudnya makalah ini.
Akhirnya kami mengucapkan banyak terima kasih, semoga makalah tentang Asuhan keperawatan pada Ny. B dengan Ulkus Diabetes Melitus
Grade II Di Ruang SS RSUP Seger Waras bisa bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembacanya. Aamiin
Wassalamua’laikum warahmatullahiwabarakatuh
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB III TINJAUAN KASUS (Asuhan Keperawatan pada Ny. B Dengan Ulkus Diabetes Melitus Grade II di Ruang SS RSUP.Seger Waras)
1. Pengkajian ……………………………………………………………………………………………. 16
2. Analisi Data………………………………………………………………………………………….. 22
3. Prioritas Masalah……………………………………………………………………………………. 24
4. Interverensi Keperawatan ………………………………………………………………………. 25
BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan …………………………………………………………………………………………….. 31
2. Saran………………………………………………………………………………………………………. 31
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Ulkus diabetikum atau ulkus diabetes mellitus grade II, sesuai dengan namanya, adalah ulkus yang terjadi pada kaki penderita diabetes dan
merupakan komplikasi kronik yang diakibatkan oleh penyakit diabetes itu sendiri. Diabetes Melitus (DM) memiliki berbagai macam komplikasi
kronik dan yang paling sering dijumpai adalah kaki diabetik (diabetic foot). Di Amerika Serikat, penderita kaki diabetik mendekati angka 2 juta
pasien dengan diabetes setiap tahunnya.2 Sekitar 15% penderita DM di kemudian hari akan mengalami ulkus pada kakinya.
Insiden ulkus diabetikum atau ulkus diabetes mellitus grade II setiap tahunnya adalah 2% di antara semua pasien dengan diabetes dan 5 – 7,5%
di antara pasien diabetes dengan neuropati perifer. Meningkatnya prevalensi diabetes di dunia menyebabkan peningkatan kasus amputasi kaki
karena komplikasi diabetes. Studi epidemiologi melaporkan lebih dari satu juta amputasi dilakukan pada penyandang diabetes setiap tahunnya.
Ini berarti, setiap 30 detik ada kasus amputasi kaki karena diabetes di seluruh dunia.
Sebanyak 85% amputasi pada ekstremitas bawah pada pasien diabetes didahului oleh ulkus pada kaki. Oleh sebab itu, pencegahan dan
manajemen yang tepat dari lesi-lesi kaki merupakan hal yang terpenting. Ulserasi disebabkan oleh interaksi beberapa faktor, tetapi terutama
adalah neuropati.
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang asuhan keperawatan di atas maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut :
4. Bagaimana patofisiologi dari ulkus diabetikum atau ulkus diabetes mellitus grade II?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari ulkus diabetikum atau ulkus diabetes mellitus grade II?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada Ny. B dengan ulkus diabetes melitus grade II?
1. Tujuan
Berikut merupakan tujuan dari penyusunan Askep pada pada Ny. B dengan ulkus diabetes melitus grade II, yaitu :
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari asuhan keperawatan ini yaitu untuk mengetahui perkembagan pemenuhan asuhan keperawatan pada Ny. B dengan ulkus
diabetes melitus grade II.
2. Tujuan Khusus
3. Untuk mengetahui pengertian dari ulkus.
4. Untuk mengetahui bagaimana etiologi dari ulkus diabetikum atau ulkus diabetes mellitus grade II.
5. Untuk mengetahui bagaimana tanda dan gejala dari ulkus diabetikum atau ulkus diabetes mellitus grade II.
6. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari ulkus diabetikum atau ulkus diabetes mellitus grade II.
7. Untuk mengetahui bagaimanamanifestasi klinis dari ulkus diabetikum atau ulkus diabetes mellitus grade II.
8. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan Pada Ny. B dengan ulkus diabetes melitus grade II.
9. Untuk mengetahui format penulisan asuhan keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Gambaran Umum Diabetes Mellitus
2. Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, demam tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai
dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer
terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein (Brunner & Suddarth, 2000).
2. Definisi Ulkus
Ulkus merupakan luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lender dan usus adalah kematian jaringan yang luas disertai invasive kuman
saprofit (Zaidah, 2008).
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir dan ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman
saprofit. Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan
penyakit DM dengan neuropati perifer, (Andyagreeni, 2010).
Ulkus Diabetik merupakan komplikasi kronik dari Diabetes Melllitus sebagai sebab utama morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderita
Diabetes. Kadar LDL yang tinggi memainkan peranan penting untuk terjadinya ulkus diabetic melalui pembentukan plak atherosklerosis pada
dinding pembuluh darah, (zaidah 2005).
Ulkus kaki Diabetes (UKD) merupakan komplikasi yang berkaitan dengan morbiditas akibat Diabetes Mellitus. Ulkus kaki Diabetes merupakan
komplikasi serius akibat Diabetes, (Andyagreeni, 2010).
Pankreas adalah sebuah organ yang terletak di daerah perut. Bagian ini memainkan peran penting dalam mengubah makanan yang kita makan
menjadi bahan bakar bagi sel-sel dalam tubuh. Fungsi pankreas ada 2 yaitu:
Fungsi eksorin yaitu membentuk getah pankreas yang berisi enzim dan
Fungsi endokrin yaitu sekelompok kecil atau pulau langerhans, yang bersama-sama membentuk organ endokrin yang mensekresikan
Pulau langerhans manusia mengandung tiga jenis sel utama,yaitu :
1. Sel-sel A ( alpha ), jumlahnya sekitar 20-40 % ; memproduksi glukagon yang manjadi faktor hiperglikemik, suatu hormon yang
mempunyai “ anti insulin like activity “.
2. Sel-sel B ( betha ), jumlahnya sekitar 60-80 % , membuat
3. Sel-sel D (delta), jumlahnya sekitar 5-15 %, membuat somatostatin yang menghambat pelepasan insulin dan (Tambayong, 2001).
1. Fisiologi
Kadar glukosa dalam darah sangat dipengaruhi fungi hepar, pankreas, adenohipofisis dan adrenal. Glukosa yang berasal dari absorpsi makanan
diintestin dialirkan ke hepar melalui vena porta, sebagian glukosa akan disimpan sebagai glikogen. Pada saat ini kadar glukosa di vena porta
lebih tinggi daripada vena hepatica, setelah absorsi selesai gliogen hepar dipecah lagi menjadi glukosa, sehingga kadar glukosa di vena hepatica
lebih tinggi dari vena porta.
Jadi hepar berperan sebagai glukostat. Pada keadaan normal glikogen di hepar cukup untuk mempertahankan kadar glukosa dalam beberapa hari,
tetapi bila fungsi hepar terganggu akan mudah terjadi hipoglikemi atau hiperglikemi. Sedangkan peran insulin dan glucagon sangat penting pada
metabolisme karbonhidrat.
Glukagon menyebabkan glikogenolisis dengan merangsang adenilsiklase, enzim yang dibutuhkan untuk mengaktifkan fosforilase. Enzim
fosforilase penting untuk gliogenolisis. Bila cadangan glikogen hepar menurun maka glukoneogenesis akan lebih aktif. Jumlah glukosa yang
diambil dan dilepaskan oleh hati dan yang dipergunakan oleh jaringan perifer tergantung dari keseimbangan fisiologis beberapa hormon antara
lain :
Hormon yang dapat merendahkan kadar gula darah yaitu Kerja insulin yaitu merupakan hormon yang menurunkan glukosa darah dengan
cara membantu glukosa darah masuk kedalam sel.
4. Etiologi
5. Diabetes Mellitus tergantung insulin (DMTI)
Faktor genetic
Penderitadiabetes tidakmewarisi diabetes tipe itu sendiri tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya
diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu.
HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggungjawab atas antigen tranplantasi dan proses imunlainnya.
Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksisel β pancreas, sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu
dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksisel β pancreas.
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi
insulin.
Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam
sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-
mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport
glukosa menembus membran sel.
Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah
tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan
system transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi
pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia (Price,1995).
Diabetes Mellitus tipe II disebut juga Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi
terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak.Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya adalah:
5. Patofisiologi
Ibarat suatu mesin, tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti sel yang rusak. Disamping itu tubuh juga memerlukan
energy supaya sel tubuh dapat berfungsi dengan baik. Energi yang dibutuhkan oleh tubuh berasal dari bahan makanan yang kita makan setiap
hari. Bahan makanan tersebut terdiri dari unsure karbohidrat, lemak dan protein (Suyono,1999).
Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi glikogen
dan 20% sampai 40% diubah menjadi lemak. Pada Diabetes Mellitus semua proses tersebut terganggu karena terdapat defisiensi insulin.
Penyerapan glukosa kedalam sel macet dan metabolismenya terganggu. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa tetap berada dalam
sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia.
Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon insulin. Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah
menjadi glikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang
batas untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bias menyaring dan mengabsorbsi sejumlah
glukosa dalam darah.
Sehubungan dengan sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut glukosuria. Bersamaan
keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra selluler, hal ini akan
merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi.
Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan
karbohidrat, lemak dan protein menjadi menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar
sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia.
Terlalu banyak lemak yang dibakar maka akan terjadi penumpukan asetat dalam darah yang menyebabkan keasaman darah meningkat atau
asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu banyak hingga tubuh berusaha mengeluarkan melalui urine dan pernapasan, akibatnya bau
urine dan napas penderita berbau aseton atau bau buah-buahan. Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati akan terjadi koma yang disebut
koma diabetik (Price,1995).
6. Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes Mellitus dari National Diabetus Data Group: Classification and Diagnosis of Diabetes Mellitus and Other Categories of
Glucosa Intolerance:
1. Klasifikasi Klinis
Diabetes Mellitus
Pada Diabetes Mellitus tipe 1 sel-sel β pancreas yang secara normal menghasilkan hormon insulin dihancurkan oleh proses autoimun, sebagai
akibatnya penyuntikan insulin diperlukan untuk mengendalikan kadar glukosa darah. Diabetes mellitus tipe I ditandai oleh awitan mendadak
yang biasanya terjadi pada usia 30 tahun. Diabetes mellitus tipe II terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau
akibat penurunan jumlah produksi insulin.
7. Manifestasi Klinis
MenurutAskandar (1998) seseorang dapat dikatakan menderita Diabetes Mellitus apabila menderita dua dari tiga gejala,yaitu:
1. Keluhan TRIAS: Banyak minum, Banyak kencing dan Penurunan berat badan.
2. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl
3. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl
Sedangkan menurut Waspadji (1996) keluhan yang sering terjadi pada penderita Diabetes Mellitus adalah: Poliuria, Polidipsia, Polifagia, Berat
badan menurun, Lemah, Kesemutan, Gatal, Visus menurun, Bisul/luka, Keputihan.
8. Komplikasi
9. Kaki Diabetes
10. Pengertian
Kaki diabetes adalah kelainan pada ekstrimitas bawah yang merupakan komplikasi kronik DM. manifestasi kelaianan kaki diabetes dapat
berupa: dermopati, selulitis, ulkus, osteomilitis dan gangrene.
Faktor endogen:
1. Neuropati
Terjadi kerusakan saraf sensorik yang dimanifestasikan dengan penurunan sensori nyeri, panas, tak terasa, sehingga mudah terjadi trauma dan
otonom/simpatis yang dimanifestasikan dengan peningkatan aliran darah, produksi keringat tidak ada dan hilangnya tonus vaskuler.
1. Angiopati
Dapat disebabkan oleh faktor genetic, metabolic dan faktor resiko lain.
1. Iskemia
Adalah arterosklerosis (pengapuran dan penyempitan pembuluh darah) pada pembuluh darah besar tungkai (makroangiopati) menyebabkan
penurunan aliran darah ke tungkai, bila terdapat thrombus akan memperberat timbulnya gangrene yang luas.
12. Pendidikan kesehatan perawatan kaki
13. Hiegene kaki:
Cuci kaki setiap hari, keringkan sela-sela jari dengan cara menekan, jangan digosok
Setelah kering diberi lotion untuk mencegah kering, bersisik dan gesekan yang berlebih
Potong kuku secara teratur dan susut kuku jangan dipotong
Gunakan sepatu tumit rendah, kulit lunak dan tidak sempit
Gunakan kaos kaki yang tipis dan hangat serta tidak sempit
Bila terdapat callus, hilangkan callus yang berlebihan dengan cara kaki direndam dalam air hangat sekitar 10 menit kemudian gosok
dengan handuk atau dikikir jangan dikelupas.
Proses keperawatan adalah suatu langkah yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan meliputi pengakajian, diagnosa keperwatan,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Mencakup data biolgrafi atau identitas, keluhan masuk rumah sakit, data fisiologi dasar, konsep diri dan data penunjangnya.
1. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan diperoleh dari hasil analisa data sehingga muncul prioritas masalah dan diagnosa keperawatan.
1. Perencanaan
Berupa rencana keperawatan sesuai dengan permasalahan yaitu: tujuan, kriteria hasil, rencana tindakan, dan rasionalisasi yang berkaitan dengan
teori.
1. Implementasi
1. Evaluasi
Evaluasi hasil dilakuakan setiap selesai melaksanakan tindakan keperawatan yang dituliskan pada catatan perkembangan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
1. Identitas
Biodata Pasien
Pendidikan : SD
1. Riwayat Penyakit
2. Keluhan Utama Saat Masuk Rumah Sakit
Luka di tumit kaki kiri dan terasa nyeri skala 5-6, nyeri hilang timbul, nyeri pada saat digerakkan, klien tampak merintih jika nyeri tiba.
Satu bulan sebelum masuk rumah sakit, klien kena luka di tumit kaki kiri, namun klien tidak mengetahui penyebabnya. Mulai saat itu klien lebih
berhati-hati dan pelan-pelan saat berjalan. Dua minggu sebelum masuk rumah sakit keluhan dirasa semakin bertambah, luka pada tumit menjadi
bengkak. Diperiksakan ke dokter praktik dan hanya diberi obat oral. Satu minggu sebelum masuk rumah sakit keluhan pada tumit klien makin
bertambah, luka makin membengkak dan oleh cucunya luka tersebut dibuka atau diiris keluar pusnya banyak. Klien hanya istirahat dirumah dan
akhirnya karena merasa tidak kuat dan tidak bisa mengobati luka tersebut maka oleh keluarganya klin dibawa ke rumah sakit. Hari masuk rumah
sakit, keluhan luka tumit,kemudian dilakukan perawatan luka.
Klien menderita tekanan darah tinggi sudah sejak 10 tahun yang lalu. Klien terdeteksi diabetes mellitus saat menjalani perawatan di rumah sakit
ini. Klien belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.
Pemeriksaan Penunjang
Normal
Differential
MXD : 6,2% ( 0 – 8 )
Klien dan keluarga belum mengetahui penyakit diabetes mellitus yang diderita klien, karena klien dan keluarga hanya mengethaui kalau klien
tersebut dirawat di rumah sakit karena adanya luka ulkus di tumit tersebut. Untuk pemeliharaan kesehatan klien selalu memeriksakan diri ke
dokter atau mantri praktik di sekitar rumahnya.
2. Pola Nutrisi/Metabolik
Program diit RS : DM IV (1700 kalori)
Intake makanan : sebelum sakit klien makan 3 kali sehari, dengan sayur dan lauk. Klien mempunyai pantangan makanan yaitu daging
kambing. Saat sakit/ dirawat di rumah sakit klien hanya menghabiskan rata-rata ¼ porsi pemberian. Menurut klien BB turun dari biasanya, BB
tidak terkaji.
Intake cairan : sebelum sakit klien mminum 6-7 gelas sehari, minuman pantangan kopi. Saat di rumah sakit ini klien mendapat
cairan infus 1000 ml sehari dan minum air putih 3-4 gelas sehari.
3. Pola Eliminasi
4. Buang air besar
Sebelum sakit : sekali per dua atau tiga hari. Dan saat sakit di rumah sakit klien per dua atau tiga hari, dengan konsistensi padat warna kuning.
Sebelum sakit klien BAK 7-8 kali sehai. Dan selama di rumah sakit klien terpasang dower cateter mulai tanggal. Dalam satu hari -+ 800 CC
warna kuning pekat.
0 : mandiri, 1 : alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total. Oksigenasi : klien bernapas secara spontan
tanpa bantuan alat oksigenasi.
Klien tidur selama 7-8 jam setiap hari, tidak ada gangguan tidur. Saat di rumah sakit klien banyak istirahat dan tidur.
1. Pola Perceptual
Klien mengatakan bahwa tidak ada perubahan pada penglihatan dan klien tidak menggunakan alat bantu dengar.
Klien sudah menopause, klien menikah dua kali. Dengan suami yang pertama mempunyai 7 anak dan dengan suami yang kedua klien tidak
mempunyai anak. Klien merasa senang dan bahagia karena didampingi oleh suami yang kedua.
1. Pola Peran-Hubungan
Klien lebih dekat dengan suami. Komunikasi dengan perawat sekarang hanya apabila ditanya, menggunakan bahasa jawa.
Sebelum sakit klien taat sholat, saat sakit klien tidak bisa sholat lagi, tapi meyakini apapun penderitaannya Tuhan yang mengatur-Nya.
1. Pemeriksaan Fisik
2. Keluhan yang dirasakan saat ini
Nyeri pada luka di tumit kaki kiri, skala 5-6, merasa panas seperti terbakar.
2. Tanda-tanda vital
3. Suhu : 36,5°C
4. Nadi : 80x / menit
5. Pernafasan : 20x/ menit
6. Tekanan darah : 160/100 mmHg
7. BB/TB : TB : 150cmBB : 70kg
8. Kepala
Rambut : Lebat, sedikit berubah, terakhir keramas 5 hari yang lalu, rambut berbau.
Mata : Konjungtiva : tidak pucat (-/-), Sklera: ikterus (-/-), reflek cahaya +/+, fungsi penglihatan baik.
Mulut : Bibir kelihatan kering, gigi banyak yang sudah tanggal, nafas berbau.
5. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran limfe nodus. Tidak ada peningkatan JVP.
6. Thorak
Inspeksi : simetris
7. Abdomen
Palpasi : Abdomen supel, hati dan limfe tidak teraba, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
9. Ektremitas
Terdapat ulkus di tumit kiri, luas ulkus dengan diameter kurang lebih 5cm kedalamannya kurang lebih 1cm, nampak jaringan nekrotik warna
putih. Terdapat oedema dibagian kaki distal kanan kiri. Infus terpasang ditangan kiri.
Pergerakan:
B B
B TB
1. Analisa data
DO:
d. S: 5-6
DS:
DS : –
DO :
DS : –
Prioritas Masalah
1. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan ulkus DM ditandai dengan adanya luka pada tumit dan keluar pus banyak,
luka ulkus dengan diameter : ± 5 cm kedalaman : ± 1 cm, tterdapat jaringan nekrotik warna putih, terdapat edema di bagian kaki
kiri
2. Nyeri berhubungan dengan iskemik jaringan ditandai dengan adanya luka pada tumit kaki yang menyebabkan nyeri, nyeri
bertambah saat beraktifitas, nyeri seperti ditusuk-tusuk pada area ekstremitas bawah dengan skala nyeri 6, pasien meringis
kesakitan ditunjukkan dengan memegangi area nyeri.
3. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hilangnya nafsu makan, ditandai dengan intake makanan selama di
rumah sakit pasien hanya menghabiskan rata-rata ¼ porsi pemberian.
4. Kelemahan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya ulkus pada kaki ditandai dengan pasien selama di rumah sakit terpasang
dower cateter, alam melakukan makan/minum, mandi, berpakaian, mobilitas di tempat tidur, berpindah, ambulasi/ROM dibantu
oleh orang lain, dan untuk kebutuhan toileting pasien dibantu oleh orang lain dan dengan bantuan alat
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ditandai dengan rambut lebat sedikit beruban, terakhir
keramas 5 hari yang lalu, rambut berbau, bibir kering, gigi banyak yang sudah tanggal, nafas berbau.
1. Intervensi keperawatan
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir dan ulkus adalah kematian jaringan yang luas ,disertai invasif kuman
saprofit. Faktor utama yang berperan pada timbulnya ulkus diabetikum adalah angiopati, neuropati dan infeksi.
Penyakit Diabetes membuat gangguan/ komplikasi melalui kerusakan pada pembuluh darah di seluruh tubuh, disebut angiopati diabetik. Ulkus
diabetes mellitus grade II akibat mikroangiopatik disebut juga ulkus panas walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat
oleh peradangan dan biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal.
1. Saran
Ulkus diabetes mellitus grade II sangat rawan untuk terjadinya infeksi. Jika perawatan Ulkus diabetes mellitus grade II tidak dilakukan dengan
baik dan benar, maka akan menimbulkan infeksi. Selain itu, Ulkus diabetes mellitus grade II akan mengganggu aliran darah dan syaraf-syaraf
yang peka terhadap rasa nyeri.
Apabila ada Ulkus diabetes mellitus grade II, diharapkan untuk selalu dibersihkan, biasanya dengan NaCl dan ditutup dengan kassa steril. Jika
ada jaringan yang mati, maka segera dilakukan pengangkatan, agar tidak terjadi pelebaran ulkus diabetikum. Dan selalu menjaga adar gula darah
dengan menjaga pola makan yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Bulecheck, Gloria. M , dkk.2013.Nursing Intervention Classification (NIC) : Sixth Edition. Oxford : Mosby Elservier
Nursing Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.).2014. NANDA International Nursing Diagnoses: Definition & Classification, 2015-2017.
Oxford : Wiley Blackwell
Moorhead, Sue, dkk.2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) : Measurement of Health Outcomes, Sixth Edition. Oxford : Mosby
Elservier