DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
a. Dialisis
Dialisis merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengeluarkan
cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu
melaksanakan fungsi tersebut. Tujuan dialisis adalah untuk mempertahankan
kehidupan dan kesejahteraan pasien sampai fungsi ginjal pulih kembali.
Dialisis dilakukan dalam penanganan pasien dengan edema yang tidak
responsif terhadap terapi, koma hepatikum, hiperkalemia, hiperkalsemia,
hipertensi dan uremia. Dialisis akut diperlukan bila terdapat kadar kalium
yang tinggi dan meningkat, kelebihan muatan cairan atau edema pulmoner
yang mengancam, asidosis yang meningkat, perikarditis dan konfusi yang
berat. Dialisis kronis atau pemeliharaan dibutuhkan pada gagal ginjal kronis
dalam keadaan berikut : (1) terjadi tanda dan gejala uremia yang mengenai
seluruh sistem tubuh (mual muntah, anoreksia berat, letargi, dan konfusi
mental) ; (2) kadar kalium serum yang meningkat ; (3) muatan cairan berlebih
yang tidak responsif terhadap terapi diuretik serta pembatasan cairan ; dan (4)
penurunan status kesehatan yang umum. Selain itu, terdengarnya suara
gesekan perikardium (pericardial friction rub) merupakan hasil aukultasi yang
merupakan indikasi yang mendesak untuk dilakukan dialisis untuk pasien
gagal ginjal kronis (Brunner & Suddarth, 2002).
1) Hemodialisa
Hemodialisa adalah suatu proses terapi pengganti ginjal dengan
menggunakan selaput membran semi permeabel (dialiser). Dialiser ini
memiliki fungsi seperti nefron yang dapat mengeluarkan produk sisa
metabolisme dan mengoreksi gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit pada pasien gagal ginjal (Black, 2005; Ignatavicius, 2006 dalam
Septiwi, 2011).
Prinsip dari pelaksanaan hemodialisis adalah darah dikeluarkan
dari tubuh melalui sebuah kateter arteri, kemudian masuk ke dalam
sebuah mesin besar, di dalam mesin tersebut terdapat dua ruang yang
dipisahkan oleh sebuah membran semipermeabel. Darah dimasukkan ke
salah satu ruang, sedangkan ruang yang lain diisi oleh cairan perdialisis
dan diantara keduanya akan terjadi difusi. Darah dikembalikan ke tubuh
melalui sebuah pirau vena (Corwin, 2009).
2) Dialisis peritoneal
Dialisis peritoneal dilakukan dengan cara menanamkan sampai 2
L larutan glukosa isotonik atau hipertonik dalam rongga peritoneal pasien
melalui pemasangan kateter Silastic permanen. Terjadi ekuilibrium
cairan, melalui membran peritoneal seluas 2 m 2 dengan darah di kapiler
peritoneum. Setelah beberapa jam cairan yang mengandung sisa buangan
toksik ditarik keluar. Prosedur ini diulangi tiga atau empat kali sehari.
Kelebihan cairan diambil oleh larutan hipertonik. Komplikasi utama
adalah peritonitis, biasanya akibat Staphylococcus epidermidis atau
S.aureus (Rubenstein et.al, 2007).
b. Transplantasi ginjal
Penatalaksanaan transplantasi atau cangkok ginjal sebenarnya adalah suatu
terapi definitif yang paling tepat dan ideal untuk penatalaksanaan suatu keadaan
gagal ginjal yang sangat berat. Prinsip dari pelaksanaan terapi cangkok ginjal ini
adalah pencangkokan ginjal sehat ke dalam tunuh pasien. ginjal sehat tersebut bisa
didapatkan dari donor manusia yang sehat dan masih hidup atau bisa juga dari
donor yang baru saja meninggal. Permasalahan yang paling sering dihadapi dalam
cangkok ginjal adalah adanya reaksi penolakan dari tubuh pasien sebagai resepien
terhadap ginjal baru yang dicangkokkan ke dalam tubuhnya. Oleh karena itu,
dalam pelaksanaannya harus dipilih ginjal yang paling cocok sehingga
memberikan reaksi penolakan yang paling minimal. Setelah pelaksanaan
transplantasipun, resepien juga masih harus minum obat imunosupresan seumur
hidupnya untuk menekan reaksi penolakan oleh tubuhnya terhadap ginjal baru
dalam tubuhnya (Aziz, 2008).
3. HEMODIALISIS
3.1 Definisi
Hemodialisis (HD) merupakan tindakan untuk membuang sisa
metabolisme tubuh dan menggantikan fungsi ginja yang rusak dengan ginjal
bauatan (dialyzer)
3.2 Indikasi
PGA
- PGA dengan komplikasi oedema paru berat- kelebihan volume cairan
berat
- PGA dengan hiperkalemia berat aritmia
- PGA dengan asidosis metabolic berat
- PGA dengan toksik uremia berat
PGK
- PGK Stadium V dengan GFR <15
INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji tingkat aktivitas dan toleransi, Merupakan data dasar terhadap kemampuan
pola aktivitas kemampuan dalam beraktivitas dan untuk tindakan berikutnya.
ADL keadaan bedrest Peningkatan yang cepat indikasi terhadap
b. Kaji perubahan tekanan darah dan aktivitas
pola selama aktivitas Tanda dan gejala anemia dengan penurunan
c. Kaji kelemahan dyspnoe, pucat dan produksi eritropoetin yang menstimulasi
pusing produksi.
d. Kaji perdarahan dari gusi, luapan Hasil dan penurunan fungsi penurunan
menstruasi berat saluran
gastrointestinal. Penurunan merupakan indikasi suspek
e. Monitor jumlah darah merah, anemia, kehilangan darah.
hematokrit, hemoglobin, jumlah
platelet RBC kurang dari 6 juta Hct
kurang dari 20% Hgb kurang dari 10
g/dl Tekanan darah menurun dengan kehilangan
f. Kaji tanda-tanda vital setiap 4 jam darah, pols meningkat, peningkatan
berhubungan dengan aktivitas
Bertugas untuk memelihara eritpoesis normal
dan stimulasi produksi sel darah merah,
g. Obat parrous sulpat (feosl, folic pembekuan (folic acid atau sebagai pengganti
acid/flovite) besi/farros sulfat)
Menyimpan energi dan mengurangi tuntutan
Membangun dan memelihara ketahanan
Izinkan untuk mengontrol pasien ketika
mencapai perkembangan dan menghindari
h. Bantu klien ketika diperlukan dalam
kelelahan
pemenuhan ADL
i. Tingkatan aktivitas bila
memungkinkan dan mendukung
Kecenderungan berdarah menyebabkan
j. Ajari klien bagaimana untuk
hilangnya darah terutama jaringan
merencanakan pembatasan untu
memodifikasi atau meningkatkan
aktivitas yang disetujui pada tingkat
Cegah komplikasi serius berkembang.
toleransi dan tujuan realistis
k. Hindari aktivitas atau mengunakan
alat (sikat gigi, pisau cukur) yang
mungkin menyebabkan trauma pada
jaringan: catat setiap perdarahan dari
mukosa memar berlebih
b. l. Kontrol dan catat tekanan darah
meningkat atau menurun
Carpenito, L.J. 1999. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2 Jakarta :
EGC
Rindiastuti, Yuyun. 2006. Deteksi Dini Dan Pencegahan Penyakit Gagal Ginjal
Kronik