Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH KESEHATAN CKD (CHORONIC KIDNEY


DISEASE) PADA SISTEM PERKEMIHAN DI RUANG CAMELIA
RSUD DR. CHASBULLAH ABDUL MAJID

Oleh :

TASYA RAMANDA EFENDI


0432950919033

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIKES BANI SALEH
2019
KONSEP GAGAL GINJAL KRONIS
A. DEFINISI
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai kerusakan ginjal
untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan glomerulus filtration rate (GFR) (Nahas &
Levin,2010)
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal
yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah
nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001; 1448)
CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami
penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan
tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga
terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009)

B. ETIOLOGI
1. Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis)
2. Penyakit peradangan (glomerulonefritis)
3. Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis)
4. Gangguan jaringan penyambung (lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodusa, sklerosis
sitemik progresif)
5. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal)
6. Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme)
7. Nefropati toksikmisalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal.
8. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis
netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur uretra, anomali
kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.

C. PATOFISIOLOGI & PATHWAYS


Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga
utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan
memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan
penurunan GFR / daya saring.Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾
dari nefron–nefron rusak.Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa
direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus.Selanjutnya karena jumlah nefron
yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa.Titik dimana timbulnya
gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila
kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%.Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai
kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.( Barbara C Long, , 368)

Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam
urin) tertimbun dalam darah.Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak
timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah
dialisis. (Brunner & Suddarth, 1448).
Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :
 Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar kreatinin serum normal dan
penderita asimptomatik.
 Stadium 2 : insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 % jaringan telah rusak, Blood Urea
Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.
 Stadium 3 : gagal ginjal stadium akhir atau uremia.

K/DOQI merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat penurunan LFG
 Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG yang masih
normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2
 Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60-89 mL/menit/1,73
m2
 Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2
 Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29mL/menit/1,73m2
 Stadium5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15mL/menit/1,73m2 atau gagal ginjal terminal.
Untuk menilai GFR ( Glomelular Filtration Rate ) / CCT ( Clearance Creatinin Test ) dapat
digunakan dengan rumus :
Clearance creatinin ( ml/ menit ) = (( 140-umur ) x berat badan ( kg )) / ( 72 x creatini serum )
Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85. (Corwin, 1994)

PATHWAYS :
Glomerulonefritis kronik, Diabetes melitus Hipertensi Ginjal polikistik
pielonefritis kronik

Viskositas darah Volume darah


ke ginjal Terbentuk kista
Ukuran ginjal, pada parenkim
terbentuk jaringan parut Perfusi ke ginjal ginjal
Ginjal tidak mampu
menyaring darah
yang terlalu banyak

Kerusakan Ginjal

GFR

Gangguan fungsi ginjal berlangsung kronik

PGK
(CKD)
D. MANIFESTASI KLINIK
1. Kardiovaskuler
- Hipertensi, gagal jantung kongestif, udema pulmoner, pericarditis
- Pitting edema (kaki, tangan, sacrum), edema periorbital
- Friction rub pericardial, pembesaran vena leher
2. Dermatologi
- Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering bersisik
- Pruritus, ekimosis
- Kuku tipis dan rapuh
- Rambut tipis dan kasar
3. Pulmoner
- Krekels, Sputum kental dan liat
- Pernafasan kusmaul
4. Gastrointestinal
- Anoreksia, mual, muntah, cegukan
- Nafas berbau ammonia
- Ulserasi dan perdarahan mulut
- Konstipasi dan diare
- Perdarahan saluran cerna
5. Neurologi
- Tidak mampu konsentrasi
- Kelemahan dan keletihan
- Konfusi/ perubahan tingkat kesadaran
- Disorientasi
- Kejang, Rasa panas pada telapak kaki
- Perubahan perilaku
6. Muskuloskeletal
- Kram otot, kekuatan otot hilang
- Kelemahan pada tungkai
- Fraktur tulang, foot drop
7. Reproduktif : amenore, atrofi testekuler
(Smeltzer & Bare, 2001)

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
- Laboratorium darah : BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat), Hematologi (Hb,
trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody (kehilangan protein dan immunoglobulin)
- Pemeriksaan Urin : Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein, sedimen, SDM,
keton, SDP, TKK/CCT
2. Pemeriksaan EKG : Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia,
dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia)
3. Pemeriksaan USG : Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim
ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta prostate
4. Pemeriksaan Radiologi : Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography, Renal
Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi, pemeriksaan rontgen dada,
pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen

F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan terhadap CKD meliputi :
1. Restriksi konsumsi cairan, protein, dan fosfat.
2. Obat-obatan : diuretik untuk meningkatkan urinasi; alumunium hidroksida untuk terapi
hiperfosfatemia; anti hipertensi untuk terapi hipertensi serta diberi obat yang dapat menstimulasi
produksi RBC seperti epoetin alfa bila terjadi anemia.
3. Dialisis
4. Transplantasi ginjal (Reeves, Roux, Lockhart, 2011)

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
a. Aktifitas dan Istirahat
Kelelahan, kelemahan, malaise, gangguan tidur, kelemahan otot dan tonus, penurunan ROM
b. Sirkulasi
Riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi, nyeri dada, peningkatan JVP, tachycardia,
hipotensi orthostatic, friction rub
c. Integritas Ego
Faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada kekuatan, menolak, cemas, takut, marah, irritable
d. Eliminasi
Penurunan frekuensi urin, oliguri, anuri, perubahan warna urin, urin pekat warna merah/coklat,
berawan, diare, konstipasi, abdomen kembung
e. Makanan/Cairan
Peningkatan BB karena edema, penurunan BB karena malnutrisi, anoreksia, mual, muntah, rasa
logam pada mulut, asites, penurunan otot, penurunan lemak subkutan
f. Neurosensori
Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot, kejang, kebas, kesemutan, gangguan status
mental,penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau,
penurunan tingkat kesadaran, koma
g. Nyeri/Kenyamanan
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki, distraksi, gelisah
h. Pernafasan
Pernafasan kusmaul (cepat dan dangkal), paroksismal nokturnal dyspnea (+), batuk produkrif
dengan frotty sputum bila terjadi edema pulmonal
i. Keamanan
Kulit gatal, infeksi berulang, pruritus, demam (sepsis dan dehidrasi), petekie, ekimosis, fraktur
tulang, deposit fosfat kalsieum pada kulit, ROM terbatas
j. Seksualitas
Penurunan libido, amenore, infertilitas
k. Interaksi Sosial
Tidak mampu bekerja, tidak mampu menjalankan peran seperti biasanya
(Doengoes, 2000)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Doengoes (1999) dan Lynda Juall (2000), diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien
CKD adalah:
1. Penurunan curah jantung
2. Kelebihan volume cairan
3. Resiko gangguan nutrisi
4. Gangguan pertukaran gas
5. Gangguan integritas kulit
6. Intoleransi aktivitas
7. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan tindakan medis

C. INTERVENSI
Intervensi:

NO Nanda Noc Nic


1 Penurunan curah NOC : NIC :
jantung Cardiac· Pump effectiveness  Cardiac Care
berhubungan Circulation· Status  Evaluasi adanya nyeri dada
dengan beban Vital· Sign Status (intensitas,lokasi, durasi)
jantung yang Kriteria Hasil:  Catat adanya disritmia jantung
meningkat  Tanda Vital dalam rentang  Catat adanya tanda dan gejala
normal (Tekanan darah, penurunan cardiac output
Nadi, respirasi)  Monitor status kardio vaskuler
 Dapat mentoleransi aktivitas,  Monitor status pernafasan
tidak ada kelelahan yang menandakan gagal
 Tidak ada edema paru, perifer, jantung
dan tidak ada asites  Monitor adanya perubahan
 Tidak ada penurunan kesadaran tekanan darah
 Monitor adanya dyspneu,
fatigue, tekipneu dan ortopneu
 Anjurkan untuk menurunkan
stressv

Vital Sign Monitoring


Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2 Gangguan NOC : NIC :
keseimbangan Electrolitv and acid base balance Fluid management
cairan dan Fluidv balance - Timbang· popok/pembalut
elektrolit Hydrationv jika diperlukan
berhubungan - Pertahankan· catatan intake
dengan udem Kriteria Hasil: dan output yang akurat
sekunder: volume - Terbebas dari edema, efusi, - Pasang· urin kateter jika
cairan tidak anaskara diperlukan
seimbang oleh
karena retensi Na - Bunyi nafas bersih, tidak ada - Monitor· hasil lAb yang sesuai
dan H2O dyspneu/ortopneu dengan retensi cairan (BUN ,
- Terbebas dari distensi vena Hmt , osmolalitas urin )
jugularis, reflek hepatojugular - Monitor· status hemodinamik
(+) termasuk CVP, MAP, PAP,
- Memelihara tekanan vena dan PCWP
sentral, tekanan kapiler - Monitor indikasi retensi /
paru, output jantung dan vital kelebihan cairan (cracles, CVP
sign dalam batas normal , edema, distensi vena leher,
- Terbebas dari kelelahan, asites)
kecemasan atau kebingungan - Kaji· lokasi dan luas edema
- Menjelaskan indikator Fluid Monitoring
kelebihan cairan - Tentukan· riwayat jumlah dan
tipe intake cairan dan eliminasi
- Tentukan· kemungkinan
faktor resiko dari ketidak
seimbangan cairan
(Hipertermia, terapi diuretik,
kelainan renal, gagal jantung,
diaporesis, disfungsi hati, dll )
- Monitor· berat badan
- Monitor· serum dan elektrolit
urine
- Monitor· serum dan
osmilalitas urine
- Monitor· BP, HR, dan RR
- Monitor· tekanan darah
orthostatik dan perubahan
irama jantung
- Monitor· parameter
hemodinamik infasif
- Monitor· adanya distensi
leher, rinchi, eodem perifer
dan penambahan BB
- Monitor· tanda dan gejala dari
odema
3 Perubahan nutrisi: NOC : NIC :
kurang dari Nutritional Status : food and Fluid Nutrition Management
kebutuhan tubuh Intake - Kaji adanya alergi makanan
berhubungan Kriteria Hasil : - Kolaborasi dengan ahli gizi
dengan anoreksia, - Adanya peningkatan berat untuk menentukan jumlah
mual, muntah badan sesuai dengan tujuan kalori dan nutrisi yang
- Berat badan ideal sesuai dibutuhkan pasien.
dengan tinggi badan
- Mampu mengidentifikasi - Yakinkan diet yang dimakan
kebutuhan nutrisi mengandung tinggi serat untuk
- Tidak ada tanda tanda mencegah konstipasi.
malnutrisi - Monitor jumlah nutrisi dan
- Tidak terjadi penurunan berat kandungan kalori
badan yang berarti - Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
Nutrition Monitoring
- BB pasien dalam batas normal
- Monitor adanya penurunan
berat badan
- Monitor lingkungan selama
makan
- Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
- Monitor mual dan muntah
- Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
- Monitor kalori dan intake
nuntrisi
- Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
- Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC

Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC; 2011 (Buku asli
diterbitkan tahun 1996)

Doenges E, Marilynn, dkk. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman UntukPerancanaandan


PendokumentasianPerawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC

Long, B C. (2011). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid 3. Bandung
: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (2012). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-prosesPenyakit.
Edisi 4. Jakarta : EGC

Reeves, C.J., Roux, G., Lockhart, R. Medical – surgical nursing. Alih bahasa : Setyono, J. Jakarta:
Salemba Medika; 2012 (Buku asli diterbitkan tahun 20)

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2011). Buku Ajar Keperawatan Medikal BedahBrunner &
Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC

Suyono, Slamet. (2011). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II. Jakarta.: Balai Penerbit
FKUI

Anda mungkin juga menyukai