Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY. A DENGAN DIAGNOSA GAGAL GINJAL KRONIS


DIRUANGAN HEMODIALISA RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKARAYA

Disusun :

Sahrawani.J
2017.C.09a.0863

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Sahrawani.J
NIM : 2017.C.09a.0863
Program Studi : SarjanaKeperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan Diagnosa Medis
Gagal Ginjal Kronik di Ruang Hemodialisa RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya

Telah melakukan Asuhan Keperawatan sebagai syarat untuk melaksanakan


Praktik Praklinik Keperawatan IV (PPK IV) Program Sarjana Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Laporan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik

Kristinawaty, S.Kep., Ners


BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Dasar Gagal Ginjal Kronis


1.1.1 Definisi
Chronic kidney disease atau penyakit ginjal kronik menurut Terry &
Aurora, 2013 CKD merupakan suatu perubahan fungsi ginjal yang progresif dan
ireversibel. Pada gagal ginja kronik, ginjal tidak mampu mempertahankan
keseimbangan cairan sisa metabolisme sehingga menyebabkan penyakit gagal
ginjal stadium akhir.
Gagal ginjal kronis(Chronic Kidney Desease) adalah kerusakan ginjal
progresif yang berakibat fatal dan ditandai dengan uremia (urea dan limbah
nitrogen lainnya yang beredar dalam darah serta komplikasinya jika tidak
dilakukan dialisis atau transplantasi ginjal) (Nursalam, 2011:47).
Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi untuk mempertahankan
metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur
ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit (toksik
uremik) di dalam darah (Muttaqin, 2011:166).
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
Gagal ginjal kronis (chronic renal failure) adalah destruksi struktur ginjal yang
progresif dan terus menerus yang berakibat fatal dimana kemampuan tubuh gagal
untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit
dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) di dalam darah.

1.1.2 Anatomi Fisiologis


1.1.2.1 Anatomi
Manusia memiliki sepasang ginjal. Dua ginjal terletak pada dinding
posterior abdomen, diluar rongga peritoneum. Sisi medial setiap ginjal merupakan
daerah lekukan yang disebut hilum tempat lewatnya arteri dan vena renalis, cairan
limfatik, suplai saraf , dan ureter yang membawa urine akhir dari ginjal ke
kandung kemih, tempat urine disimpan hingga dikeluarkan. Ginjal dilengkapi oleh
kapsul fibrosa yang keras untuk melindungi struktur dalamnya yang rapuh.Posisi
ginjal kanan sedikit lebih rendah dari posisi ginjal kiri karena ginjal kanan
tertekan oleh organ hati.Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3,
sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan dua belas.
Bentuk makroskopis ginjal pada  orang dewasa, bentuknya seperti kacang
polong dengan ukuran panjang ginjal adalah sekitar 12 sampai 13 cm (4,7 hingga
5,1 inci), lebarnya 6 cm (2,4 inci), tebalnya 2,5 cm (1 inci), dan beratnya sekitar
125- 150 gram, kira-kira seukuran kepalan tangan. Masing-masing ginjal manusia
terdiri dari kurang lebih satu juta nefron, masing-masing mampu membentuk
urine.Ginjal tidak dapat membentuk nefron baru. Oleh karena itu, pada trauma
ginjal, penyakit ginjal, atau proses penuaan yang normal akan terjadi penurunan
jumlah nefron secara bertahap
Dibawah ini terdapat gambar tentang anatomi fisiologi ginjal

Anatomi Ginjal
(Sumber: Smeltzer, 2012:1365)

Bentuk makroskopis ginjal pada  orang dewasa, bentuknya seperti kacang


polong dengan ukuran panjang ginjal adalah sekitar 12 sampai 13 cm (4,7 hingga
5,1 inci), lebarnya 6 cm (2,4 inci), tebalnya 2,5 cm (1 inci), dan beratnya sekitar
125- 150 gram, kira-kira seukuran kepalan tangan. Masing-masing ginjal manusia
terdiri dari kurang lebih satu juta nefron, masing-masing mampu membentuk
urine.Ginjal tidak dapat membentuk nefron baru. Oleh karena itu, pada trauma
ginjal, penyakit ginjal, atau proses penuaan yang normal akan terjadi penurunan
jumlah nefron secara bertahap. Setiap nefron terdiri dari glomerulus dan tubulus.
1.1.2.2 Fisiologi
Pada manusia, ginjal merupakan salah satu organ yang memiliki fungsi
vital yang berfungsi untuk mengatur keseimbangan air dalam tubuh. Ginjal
melakukan fungsinya yang paling penting ini dengan cara menyaring plasma dan
memisahkan zat filtrat dengan kecepatan yang bervariasi, brgantung pada
kebutuhan tubuh. Kemudian zat- zat yang dibutuhkan oleh tubuh akan
dikembalikan ke dalam darah dan yang tidak dibutuhkan oleh tubuh akan
dikeluarka melalui urine.
Proses pembentukan urine juga dilakukan oleh nefron yang merupakan
bagian dari ginjal.  Proses pembentukan urine terjadi melalui tiga tahapan yaitu
filtrasi di glomerulus, reabsorpsi di tubulus dan eksresi di tubulus.
Dibawah ini adalah gambar sebuah nefron yang memperlihatkan struktur
glomerulus dan tubulus serta perannya dalam pembentukan urine.

Gambar nefron yang memperlihatkan struktur glomerulus dan tubulus


(Sumber: Smeltzer, 2012: 1366)

Pada saat cairan, darah, serta zat-zat masuk ke dalam ginjal, semua bahan-
bahan itu akan difiltrasi di dalam glomerulus dan selanjutnya akan mengalir ke
dalam kapsula bowman dan masuk ke tubulus proksimal yang terletak di dalam
korteks ginjal. Dari tubulus proksimal, cairan akan mengalir ke ansa henle yang
masuk ke dalam medula renal, cairan masuk ke makula densa dan kemudian ke
tubulus distal, dari tubulus distal cairan masuk ke tubulus renalis arkuatus dan
tubulus koligentes kortikal dan masuk ke duktus yang lebih besar yaitu duktus
koligentes medula. Duktus koligentes bergabung membentuk duktus yang lebih
besar yang mengalir menuju pelvis renal melalui papila renal. Dari pelvis renal,
urine akan terdorong ke kandung kemih melalui saluran ureter dan dikeluarkan
melalui uretra.

1.1.3 Klasifikasi
KDOQI (Kidney Disease Outcome Quality Initiative)  merekomendasikan
pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat penurunan LFG (Laju Filtrasi
Glomerolus) :
1. Stadium 1: kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan
LFG yang masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2)
2. Stadium 2: Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60 -
89 mL/menit/1,73 m2)
3. Stadium 3: kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2)
4. Stadium 4: kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29mL/menit/1,73m2)
5. Stadium 5: kelainan ginjal dengan LFG < 15 mL/menit/1,73m2 atau gagal
ginjal terminal.

1.1.4 Etiologi
Penyebab Chronic Kidney Disease (CKD) belum diketahui. Tetapi,
beberapa kondisi atau penyakit yang berhubungan dengan pembuluh darah atau
struktur lain di ginjal dapat mengarah ke CKD.
Penyebab yang paling sering muncul adalah:
1. Diabetes Melitus
Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan diabetes melitus.
Jika kadar gula darah mengalami kenaikan selama beberapa tahun, hal
ini dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal (WebMD, 2015)
2. Hipertensi
Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat menjadi penyebab
penurunan fungsi ginjal dan tekanan darah sering menjadi penyebab
utama terjadinya CKD (WebMD, 2015).
Kondisi lain yang dapat merusak ginjal dan menjadi penyebab CKD antara
lain:
1. Penyakit ginjal dan infeksi, seperti penyakit ginjal yang disebabkan
oleh kista
2. Memiliki arteri renal yang sempit.
3. Penggunaan obat dalam jangka waktu yang lama dapat merusak
ginjal. Seperti obat Non Steroid Anti Inflamation Drugs (NSAID),
seperti Celecoxib dan Ibuprofen dan juga penggunaan antibiotik
(WebMD, 2015).

1.1.5 Patofisiologi
Patofisiologi CKD beragam, bergantung pada proses penyebab penyakit.
Proses patologi umum yang menyebabkan kerusakan nefron, CKD, dan gagal
ginjal. Tanpa melihat penyebab awal, glomerulosklerosis dan inflamasi interstisial
dan fibrosis adalah ciri khas CKD dan menyebabkan penurunan fungsi ginjal
(Copstead& banasik, 2010). Seluruh unit nefron secara bertahap hancur. Pada
tahap awal, saat nefron hilang , nefron fungsional yang masih ada mengalami
hipertrofi. Aliran kapiler glomerulus dan tekanan meningkat dalam nefron ini dan
lebih banyak pertikel zat terlarut disaring untuk mengkompensasi massa ginjal
yang hilang. Kebutuhan yang meningkat ini menyebabkan nefron yang masih ada
mengalami sklerosis (jaringan parut) glomerulus, menimbulkan kerusakan nefron
pada akhirnya. Proteinuria akibat kerusakan glomerulus di duga menjadi
penyebab cedera tubulus. Proses hilangnya nefron yang kontiunu ini terus
berlangsung meskipun setelah proses penyakit awal telah teratasi (Fauci et al.,
2008).
Perjalanan CKD beragam, berkembang selama periode bulanan hingga
tahunan. Pada tahap awal, sering kali disebut penurunan cadangan ginjal, nefron
yang tidak terkena mengkompensasi nefron yang hilang. GFR sedikit turun dan
pada pasien asimtomatik disertai BUN dan kadar kreatin serum normal. Ketika
penyakit berkembang dan GFR turun lebih lanjut, hipertensi dan ebberapa
manifestasi insufisiensi ginjal dapat muncul. Serangan berikutnya pada ginjal di
tahap ini (misalnya infeksi, dehidrasi atau obstruksi saluran kemih) dapat
menurunkan fungsi dan dapat memicu awitan gagal ginjal atau uremia nyata lebih
lanjut. Kadar serum kratinin dan BUN naik secara tajam, pasien menjadi uliguria,
dan manifestasi uremia muncul. Pada ESRD, tahap akhir CKD, GFR kurang dari
10% normal dan terapi penggantian ginjal diperlukan untuk mempertahankan
hidup. (Lemon, 2016: 1063)
Patofosiologi berdasarkan penyebab menurut Lemon, 2016: 1064
1. Nefropati diabetik : Peningkatan awal laju aliran glomerulus
menyebabkan hiperfiltrasi dengan akibat kerusakan glomerulus,
penebalan dan sklerosis membran basalis glomerulus dan glomerulus
kerusakan bertahap nefron menyebabkan penurunan GFR
2. Nefrosklerosis hipertensi : Hipertensi jangka panjang menyebabkan
skelrosis dan penyempitan arteriol ginjal dan arteri kecil dengan akibat
penurunan aliran darah yang menyebabkan iskemia, kerusakan
glomerulus, dan atrofi tubulus.
3. Glomerulonefritis kronik : Inflamasi interstisial kronik pada parenkim
ginjal menyebabkan obstruksi dan kerusakan tubulus dan kapiler yang
mengelilinginya, memengaruhi filtrasi glomerulus dan sekresi dan
reabsorbsi tubulus,dengan kehilangan seluruh nefron secara bertahap.
4. Pielonefritis kronik : Infeksi kronik yang biasa dikaitkan dengan
obstruksi atau reluks vesikoureter menyebabkan jaringan parut dan
deformitas kaliks dan pelvis ginjal, yang menyebabkan refluks
intrarenal dan nefropati
5. Penyakit ginjal polisistik : kista bilateral multipel menekan jaringan
ginjal yang merusak perfusi ginjal dan menyebabkan iskemia,
remodeling vaskular ginjal, dan pelepasan mediator inflamasi, yang
merusak dan menghancurkan jaringan ginjal normal.
6. Eritematosa lupus kompleks : kompleks imun terbentuk di membaran
basalis kapiler yang menyebabkan inflamasi dan sklerosis dengan
glomerulonefritis fokal, lokal, atau difus.
WOC
GFR Menurun

GGK

B1 B2 B3 B4 B5 B6 Sindrom Uremia
Retensi Na

Tek. Kapiler naik Sekresi eritropoitin edema Obstruksi Ginjal Sekresi protein terganggu
Perporasi Ospaleimia

Beban Jantung Naik Produksi Hb Turun Peningkatan kerja Fungsi Ginjal Menurun Gangguan Keseimbangan
jantung Asam Basa Pruritis
Tek. Vena Oksigen GFR
pulmonalis HemoglobinTurun Peningkatan kerja Asam Lambung Naik Gangguan
jantung Retensi air dan integritas kulit
Kapiler paru naik natrium Iritasi Lambung
Hipertrofi
Suplai O2 ventrikel kiri
Edema Paru Mual, muntah
kasar turun Hipervolemia
Penurunan
Gangguan cardiac Defisit Nutrisi
Gangguan
pertukaran output
Perfusi Jaringan
Gas
perifer tidak
efektif Kehilangan
Ekspansi kesadaran
paru turun

Pola nafas tidak


dispnea efektif
(Brunner & Suddart, 2013 Levin, 2010 Price,
2006 Smeltzer, 2009)
1.1.6 Manifestasi Klinis
Menurut (Muhammad, 2012:40), manifestasi klinis pada Gagal Ginjal
Kronik (Chronic Kidney Desease )yaitu sebagai berikut:
1. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem
renin - angiotensin - aldosteron), pitting edema (kaki, tangan, sakrum), edema
periorbital, Friction rub perikardial, pembesaran vena leher.  
2. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul
3. Manifestasi Gastrointestinal
a. Anoreksia, mual/muntah akibat adanya gangguan metabolisme protein
dalam usus dan terbentuknya zat toksik.
b. Faktor uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada air liur yang
kemudian diubah menjadi ammonia oleh bakteri, sehingga napas
penderita berbau ammonia.
4. Manifestasi Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan tungkai,
panas  pada telapak kaki, perubahan perilaku
5. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
6. Gangguan pada Sistem Lain
a. Tulang mengalami osteodistrofi renal.
b. Asidosis metabolik.

1.1.7 Komplikasi
Menurut (Corwin, 2013:730), komplikasi dari penyakit gagal ginjal kronik
adalah sebagai berikut :
1. Pada gagal ginjal progresif, terjadi beban volume, ketidakseimbangan
elektrolit, asidosis metabolik, azotemia, dan uremia.
2. Pada gagal ginjal stadium 5 (penyakit stadium akhir), terjadi azotemia
danuremia berat. Asidosis metabolik memburuk, yang secara mencolok
merangsang kecepatan pernapasan.
3. Hipertensi, anemia, osteodistrofi, hiperkalemia, ensefalopati uremik, dan
pruritus (gatal) adalah komplikasi yang sering terjadi.
4. Penurunan pembentukan eriropoietin dapat menyebabkan sindrom anemia
kardiorenal, suatu trias anemia yang lama, penyakit kardiovaskular, dan
penyakit ginjal yang akhirnya menyebabkan peningkatan morbiditas dan
mortalitas.
5. Dapat terjadi gagal jantung kongestif.
6. Tanpa pengobatan dapat terjadi koma dan kematian.

1.1.8 Pemeriksaan Diagnostik


Menurut (Arif Muttaqin, 2011:172), pemeriksaan diagnostik yang
dilakukan pada pasien dengan gagal ginjal kronik adalah sebagai berikut.
1. Laju Endap Darah (LED)
Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan hipoalbuminemia.
2. Ureum dan kreatinin
Meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan kreatinin kurang lebih
20:1. Ingat perbandingan bisa meninggi oleh karena perdarahan saluran cerna,
demam, luka bakar luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih.
Perbandingan ini berkurang: ureum lebih kecil dari kreatinin, pada diet
rendah protein, dan tes Klirens Kreatinin yang menurun.
3. Hiponatremi
Umumnya karena kelebihan cairan. Hiperkalemia: biasanya terjadi pada gagal
ginjal lanjut bersama dengan menurunnya dieresis.
4. Hipokalsemia dan hiperfosfatemia
Terjadi karena berkurangnya sintesis vitamin D3 pada GGK.
5. Phosphatealkaline meninggi akibat gangguan metabolism tulang, terutama
Isoenzim fosfatase lindi tulang.
6. Hipoalbuminemia dan hipokolestrolemia
Umumnya disebabkan gangguan metabolism dan diet rendah protein.
7. Peninggi gula darah
Akibat gangguan metabolism karbohidrat pada gagal ginjal (resistensi
terhadap pengaruh insulin pada jaringan perifer).
8. Hipertrigliserida
Akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan peninggi hormon insulin
dan menurunnya lipoprotein lipase.
9. Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukkan pH yang
menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun,
semuanya disebabkan retensi asam-asam organic pada gagal ginjal.

1.1.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien dengan Gagal Ginjal adalah sebagai berikut :
1. Pencegahan
Pencegahan mencakup perubahan gaya hidup dan jika diperlukan, obat
untuk mengontrol hipertensi, obat pengontrol glikemik yang baik bagi
penderita diabetes, dan jika mungkin menghindari obat-obat
nefrotoksik. Pemakaian lama analgesik yang mengandung kodein dan
obat-obat anti-inflamasi non steroid (NSAID) harus dihindari,
khususnya pada individu yang mengalami gangguan ginjal.Diagnosis
dini dan pengobatan lupus eritematosus sistemik dan penyakit lainnya
yang diketahui merusak ginjal amat penting. Selain itu, pada semua
stadium pada gagal ginjal kronik pencegahan infeksi perlu dilakukan
(Elizabeth corwin, 2013:731).
2. Penatalaksanaan Medis
Menurut (Arif Muttaqin, 2011:173), tujuan penatalaksanaan adalah
menjaga keseimbangan cairan elektrolit dan mencegah komplikasi,
yaitu sebagai berikut.
1) Dialisis. Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi
gagal ginjal yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis, dan
kejang. Dialisis memperbaiki abnormalitas biokimia ;menyebabkan
cairan, protein, dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas;
menghilangkan kecenderungan perdarahan; dan membantu
penyembuhan luka.
2) Koreksi hiperkalemi. Mengendalikan kalium darah sangat penting
karena hiperkalemi dapat menimbulkan kematian mendadak. Hal
yang pertama harus diingat adlah jangan menimbulkan
hiperkalemia. Selain dengan pemeriksaan darah, hiperkalemia juga
dapat didiagnosis dengan EKG dan EEG. Bila terjadi hiperkalemia,
maka pengobatannya adalah dengan mengurangi intake kalium,
pemberian Na bikarbonat, dan pemberian infus glukosa.
3) Koreksi anemia. Usaha pertama harus ditujukan untuk mengatasi
factor defisiensi, kemudian mencari apakah ada perdarahan yang
mungkin dapat diatasi. Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan
akan dapat meninggi Hb. Transfusi darah hanya dapat diberikan
bila ada indikasi yang kuat, misalnya ada insufisiensi koroner.
4) Koreksi asidosis. Pemberian asam melalui makanan dan obat-
obatan harus dihindari. Natrium bikarbonat dapat diberikan peroral
atau parenteral. Pada permulaan 100 mEq natrium bikarbonat
diberi intravena perlahan-lahan, jika diperlukan dapat diulang.
Hemodialisis dan dialysis peritoneal dapat juga mengatasi asidosis.
5) Pengendalian hipertensi. Pemberian obat beta bloker, alpa
metildopa, dan vasodilator dilakukan. Mengurangi intake garam
dalam mengendalikan hipertensi harus hati-hati karena tidak semua
gagal ginjal disertai retensi natrium.
6) Transplantasi ginjal. Dengan pencangkokkan ginjal yang sehat ke
pasien GGK, maka seluruh faal ginjal diganti dengan ginjal yang
baru.
3. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut (Price, 2015:965), penatalaksanaan keperawatan pada pasien
dengan gagal ginjal kronik adalah sebagai berikut:
1) Pengaturan Diet Protein
Pembatasan tidak hanya mengurangi kadar BUN dan mungkin juga
hasilmetabolisme protein toksik yang belum diketahui, tetapi juga
mengurani asupan kalium, fosfat, dan produksi ion hydrogen yang
berasal dari protein. Mempertahankan keseimbangan protein pada diet
protein 20g mungkin dilakukan, menyediakan protein dalam nilai
biologik yang tertinggi dan kalori yang memadai.
2) Pengaturan Diet Kalium
Jumlah yang diperbolehkan dalam diet adalah 40 hingga 80
mEq/hari.Tindakan yang harus dilakukan adalah dengan tidak
memberikan obat-obatan atau makanan yang tinggi kandungan kalium.
3) Pengaturan Diet Natrium
Jumlah natrium yang biasanya diperbolehkan adalah 40 hingga 90
mEq/hari.Tapi asupan natrium yang optimal harus ditentukan secara
individual pada setiap pasien untuk mempertahankan hidrasi yang
baik.

1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan


1.2.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keeprawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
untuk menegvaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien (Nursalam,
2013:17).
Menurut (Arif Muttaqin, 2011:171), pengkajian yang dapat dilakukan pada
pasien dengan gagal ginjal kronik adalah adalah sebagai berikut:
1. Keluhan utama
Keluhan utama yang di dapat biasanya bervariasi, mulai dari urine output
sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran, tidak
ada selera makan anoreksia), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah,
napas berbau (ureum), dan gatal pada kulit.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji onset penurunan urine output, penurunan kesadaran, perubahan pola
napas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, adanya napas berbau
ammonia, dan perubahan pemenuhan nutrisi. Kaji sudah kemana saja klien
meminta pertolongan untuk mengatasi masalahnya dan mendapat pengobatan
apa.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah
jantung, penggunaan obat-obat nefrotoksik Benign Prostatic Hyperplasia, dan
prostatektomi.Kaji adanya riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi
sistem perkemihan yang berulang, penyakit diabetes mellitus, dan penyakit
hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi predisposisi
penyebab.Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan
masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian
dokumentasikan.
4. Psikososial
Adanya perubahan fungsi struktur tubuh dan adanya tindakan dialysis akan
menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya
perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien
mengalami kecemasan, gangguan konsep diri (gambaran diri) dan gangguan
peran pada keluarga (self esteem).
5. Pemeriksaan Fisik
Menurut (Muttaqin, 2012:171-172), pemeriksaan fisik pada pasien dengan
gagal ginjal kronis adalah sebagai berikut:
a. B1 (Breathing)
Klien bernapas engan bau urine (feter urenik) sering didapatkan pada
fase ini.Respons uremia didipatakan adanya pernapasan kussmaul.Pola
napas cepat dan dalam merupakan upaya untuk melakukan pembuangan
koarbon dioksida yang menumpuk di sirkulasi.
b. B2 (Blood)
Pada kondisi uremia berat, tindakan auksultasi perawatat akan
menemukan adanya friction rub yang merupakan tanda khas efusi
perikardial. Didapatkan tanda dan gejala gagal jantung kongestif, TD
meningkat, akral dingin, CRT >3 detik, palpitasi, nyeri dada atau angina
dan sesak napas, gangguan irama jantung, edema penurunan perfusi
perifer sekunder dari penurunan curah jantung akibat hiperkalemi, dan
gangguan konduksi elektrikal otot ventrikel.
Pada sistem hematologi sering didapatkan anemia. Anemia sebagai
akibat dari penurunan produksi eripoetin, lesi gastrointestinal uremik,
penurunan usia sel darah merah, dan kehilangan darah.
c. B3 (Brain)
Didapatkan pemurunan tingkat kesadaran, disfungsi serebral, seperti
perubahan proses pikir dan disoreintasi. Klien sering didapatkan adanya
kejang, adanya neuropati perifer, kram otot dan nyeri otot.
d. B4 (Bladder)
Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut).Abdomen
kembung, diare, atau konstipasi.Perubahan warna urine, contoh kuning
pekat, merah, coklat, berawan.Oliguria, dapat menjadi anuria.
e. B5 (Bowel)
Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia dan diare sekunder dari
bau mulut amonia, peradangan mukosa mulut, dan ulkus saluran cerna
sehingga sering didapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan.
f. B6 (Bone)
Didapatkan adanya nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki
(memburuk saat malam hari), kulit gatal, ada/berulangnya infeksi,
demam (sepsis, dehidrasi), petekie, fraktur tulang, jaringan lunak, dan
sendi keterbatasan gerak sendi.
Didapatkan adanya kelemahan fisiksecara umum sekunder dari anemia
dan penurunan perfusi perifer dari jaringan.

1.2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia (status kesehatan atau bresiko perubahan pola) dari individu atau
kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan,
membatasi, mencegah dan merubah (Nursalam, 2013 :35).
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan gagal
ginjal kronik adalah sebagai berikut:
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbanagn upaya
bernapas
2. Hipervolemia berhubungan dengan peningkatan volume cairan
3. Nyeri berhubungan dengan age pencedera biologis
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan edukasi terapi hemodialisa
5. Keletihan berhubungan dengan program terapi hemodialisa
6. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan penurunan fungsi
ginjal
7. Resiko perfusi renal tidak efektif berhubungan dengan disfungsi ginjal

1.2.3 Intervensi Keperawatan


Intervensi keperawatan berdasarkan SLKI 2018 dan SIKI 2018 :
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbanagn
upaya bernapas
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 4 jam
diharapkan pola napas tidak efektif dapat teratasi
Kriteria hasil :
1) Sesak napas berkurang
2) Ventilasi per menit baik
3) Saturasi oksigen dalam batas normal 90%
4) Penggunaan otot bantu pernapasan berkurang
Intervensi :
1) Observasi frekuensi, irama dan upaya napas, pola napas
2) Observasi kemampuan batuk efktif
3) Observasi adanya produksi sputum dan sumbatan jalan napas
4) Observasi TTV dan saturasi oksigen
5) Atur waktu pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
6) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Hipervolemia berhubungan dengan peningkatan volume cairan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 4 jam
diharapkan hipervolemia dapat teratasi
Kriteria hasil :
1) Asupan cairan cukup sesuai kebutuhan
2) Intake dan Output dalam batas normal
3) Berat badan stabil
4) Vital sign dalam batas normal
Intervensi :
1) Observasi tanda dan gejala hipovolemia
2) Observasi vital sign
3) Monitor intake output
4) Berikan posisi senyaman mungkin
5) Anurkan untuk memberikan asupan cairan oral secukupnya
6) Anjurkan untuk menghindari berubah posisi mendadak
7) Kolaborasi dalam pemberian terapi
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera biologis
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 4 jam
diharapkan nyeri akutdapat teratasi
Kriteria hasil :
1) Keluhan nyeri tidak ada
2) Tidak tampak meringis
3) Tidak tampak gelisah
4) Tampak tenang
Intervensi :
1) Observasi nyeri dengan PQRST
2) Observasi respon pasien terhadap nyeri
3) Anjurkan pasien untuk mengatur posisi nyaman untuk mengatasi
nyeri
4) Anjurkan pasien untuk menerapkan terapi relaksasi
5) Jelaskan penyebab dan periode nyeri
6) Kolaborasi dalam pemberian terapi obat
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan edukasi terapi hemodialisa
Tujuan : setelah dilakukan tindkaan keperawatan selama 1 x 30
menit diarapkan defisit pengetahuan dapat teratasi
Kriteria hasil :
1) Ekspektasi terhadap terapi hemodialisa baik
2) Pasien mau menjalani program terapi hemodialisa
3) Berkurangnya persepsi keliru terkait penyakit dan program terapi
hemodialisa
4) Pasien mampu menjelaskan terkait penyakitnya
5) Pasien menunjukkan perilaku sesuai anjuran
Intervensi :
1) Observai kemampuan pasien dan keluarga dalam menerima
informasi
2) Jadwalkan waktu yang tepat untuk melakukan pendidikan
kesehatan
3) Lakukan modifikasi proses pendidikan kesehatan sesuai kebutuhan
yang dapat dipahami oleh pasien mapun keluarganya
4) Berikan kesempatan pasien maupun keluarganya untuk
menanyakan hal yang masih kurang dipahami
5) Jelaskan pengertian, tanda dan gejala,, dampak, diet, dan hal-hal
yang harus diperhatikan pada pasien gagal ginjal
6) Jelaskan pengertian, klbihan dan kekurangan terapi hemodialisa
serta prosedur hemodialisa
7) Jelaskan manfaat memonitor intake output cairan, dan peran
pentingnya dukungan keluarga
8) Ajarkan cara memantau kelebihan volume cairan
5. Keletihan berhubungan dengan program terapi hemodialisa
Tujuan : setelah dilakukan tindkaan keperawatan selama 1 x 4 jam
diarapkan tingkat keletihan dapat teratasi
Kriteria hasil :
1) Ekspektasi baik
2) Kemampuan melakukan aktivitas membaik
3) Tingkat keletihan berkurang
4) Pola istirahat membaik
Intervensi :
1) Observai fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
2) Berikan simulasi aktivitas distraksi yang menenangkan
3) Anjurkan pasien untuk melakukan latihan gerak pasif dan aktif
4) Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas secara bertahap
5) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
6. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan penurunan
fungsi ginjal
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 4 jam
diharapkan resiko ketidaseimbangan cairan dapat teratasi
Kriteria hasil :
1) Intake batas normal
2) Output dalam batas normal
3) Edema tidak ada
4) Asites tidak ada
Intervensi :
1) Observasi vital sign
2) Observasi inttak dan output
3) Observasi tanda dan gejala hipervolemia
4) Observasi faktor faktor resiko ketidakseimbangan cairan
5) Anjurkan untuk intake cairan sesuai kebutuhan
6) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
7) Kolaborasi dengan keluarga dalam pemantauan intake dan output
cairan
7. Resiko perfusi renal tidak efektif berhubungan dengan disfungsi ginjal
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 4 jam
diharapkan resiko perfusi renal tidak efektif dapat teratasi
Kriteria hasil :
1) Output cairan dalam batas normal
2) Kadar urea nitrogen darah dalam batas normal
3) Kadar kreatini plasma dalam batas normal
4) Kadar elektrolit dalat batas normal
Intervensi :
1) Observasi vital sign dan saturasi oksigen
2) Observasi intake dan output cairan
3) Observasi tingkat kesadaran
4) Berikan terapi oksigenasi untuk mempertahankan saturasi oksigen
5) Jelaskan penyebab, faktor resiko juga tanda gejala syok
6) Anjurkan untuk intake sesuai kebutuhan
7) Kolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian terapi

1.2.4 Implementasi Keperawatan


Tahap awal tindakan keperawatan menuntut perawat mempersiapkan
segala sesuatu yang diperlukan dalam tindakan. Persiapan tersebut meliputi
kegiatan-kegiatan: Review tindakan keperawatan yang diidentifikasi pada tahap
perencanaan,menganalisa pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang
diperlukan, mengetahui komplikasi dari tindakan keperawatan yang mungkin
timbul, menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan,
mempersiapkan lingkungan yang konduktif sesuai dengan yang akan
dilaksanankan mengidentifikasi aspek hukum dan etik terhadap resiko dari
potensial tindakan.

1.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai, melalui evaluasi memungkinkan perawat
untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa,
perencanaan, dan pelaksanaan tindakan.
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada hari senin tanggal 14 Desember
2020 jam 09.00 WIB

2.1.1 Identitas Pasien


Nama : Ny. A
Umur : 45 Tahun
JenisKelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. Rajawali 02
Tgl MRS : 14 Desember 2020
DiagnosaMedis : CKD ON HD
2.1.2 RIWAYAT KESEHATAN / PERAWATAN PRE HD
2.1.2.1 Keluhan Utama/Alasan HD:
Pasien mengatakan sesak nafas.
2.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengatakan pada tanggal 14 Desember 2020, sesak nafas, kaki
kiri bengkak dan frekuensi berkemihnya menurun, Ny. A sudah
terdiagnosa CKD (chronic kidney diseases) sejak ±8 bulan yang lalu.
Pasien dijadwalkan untuk cuci darah setiap seminggu sekali. Pada saat
pengkajian diperoleh data TTV: TD 180/100 mmHg, nadi 96 x/menit,
pernapasan 30 x/menit, suhu 36,5ºC. Hasil Lab ureum 242 mg/dl,
creatinin 8,18 mg/dL.
2.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Pasien mengatakan ± 2 tahun yang lalu pernah dirawat dirumah sakit
karena penyakit Hipertensi.
2.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan riwayat keturunan penyakit Hipertensi dalam
keluarga, yaitu ayah nya.

GENOGRAM KELUARGA :

x x x

Keterangan:
: Laki-Laki
: Perempuan
: Tinggal Serumah
: Garis Keturunan
: Pasien

2.1.3 Pemeriksaan Fisik


PRE HD
2.1.3.1 Keadaan Umum
Keadaaan pasien sakit sedang, pasien tampak lemas, tampak sesak,
terpasang oksigen nasal kanul 2 lpm, terdapat edema dikaki kiri derajat
II, kesadaran pasien compos menthis GCS: 15, posisi pasien semi fowler,
dan terpasang selang dialiser.
2.1.3.2 Tanda-Tanda Vital :
Didapatkan hasil pemeriksaan sebagai berikut : Suhu/T : 36,50C,
Nadi/HR : 96 x/mt, Pernapasan/RR: 30 x/tm, Tekanan Darah/BP:
180/100mm Hg, BB Pre HD: 52 kg
Masalah Keperawatan : Hipervolemia
2.1.4 Intra HD
Suhu/T : 36,50C, Nadi/HR : 96 x/mt, Pernapasan/RR: 30 x/tm, Tekanan
Darah/BP: 180/100mm Hg. Keluhan selama HD, pasien mengatakan
masih sesak nafas dan badan terasa lemas. Nutrisi: Baik, Jenis Makanan :
Bubur, Jumlah: 1 porsi, Jenis Minuman: Air mineral, Jumlah: ± 350 cc.
Catatan Lain :
Jam UF QB Vital Sign Setting Mesin
Removed
08.50 0,77 250 140/100mmHg Time: 4 Jam
96x/menit
09.00 0,81 250 140/80mmHg UF Goal: 3000 L
92x/menit
12.00 0,85 200 150/80mmHg UF Rate: 0,85 L
90x/menit
Heparin: 5000 .iu
Masalah Keperawatan : Pola Nafas Tidak Efektif

2.1.5 Post HD
2.1.5.1 Keadaan Umum
Kesadaran pasien compos menthis, pasien masih tampak sesak, pasien
tampak lemas, konjungtiva normal, terpasang stopper ditangan kanan dan
terpasang oksigen nasal kanul 2 lpm.
2.1.5.2 Tanda-Tanda Vital
Suhu/T : 36,50C, Nadi/HR : 90 x/mt, Pernapasan/RR: 30 x/tm, Tekanan
Darah/BP: 150/80 mmHg. BB Post HD 50 kg, jumlah cairan keluar ±300
L2 .
2.1.6 Perencanaan Pulang (Discharge Planning) :
2.1.6.1 Obat-obatan yang disarankan / dibawa pulang:
Pasien tidak membawa obat-obatan.
2.1.6.2 Makanan/ Minuman yang dianjurkan (jumlah):
Pasien dianjurkan tidak terlalu banyak minum dan pasien dianjurkan
makan-makanan yang banyak mengandung protein dan kalsium.
2.1.6.3 Rencana HD/ Kontrol selanjutnya:
Pasien akan menjalani terapi hemodialisa setaip hari senin, dan pasien
akan datang kembali pada hari senin.
2.1.6.4 Catatan lain:
Menganjurkan pasien untuk selalu melakukan terapi hemodialisa sesuai
dengan jadwal yang telah dianjurkan, juga ingatkan pasien untuk selalu
membatasi konsumsi cairan dan selalu mengkonsumi obat yang
dianjurkan dokter.
2.1.6.5 Data Penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 14 Desember 2020.
Parameter Hasil Satuan Nilai normal
Glukosa sewaktu 180 mg/dl <200
Ureum 242 mg/dl 21-53
Creatinine 8,18 mg/dl 0,7-1,5
WBC 9,63 10^3/ul 4.50-11.00
HGB 17.0 g/dL 10.5-18.0
PLT 347 10^3/ul 150-400

2.1.6.6 Terapi Obat


Nama Obat Dosis Rute Indikasi
Inj. Furosemide 3 x 10 IV Adalah obat golongan diuretik
mg yang bermanfaat untuk
mengeluarkan kelebihan
cairan dari dalam tubuh
melalui urine
Amlodipine 1 x 10 Oral Adalah obat yang digunakan
mg untuk penurunan tekanan
darah
Paracetamol 5x10 mg Oral Paracetamol adalah obat yang
digunakan untuk mencegah
nyeri, sakit kepala, sakit gigi
dan demam.

Palangka Raya, 14 Desember 2020


Mahasiswa

Sahrawani.J

ANALISA DATA

DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN


MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS : Pasien mengatakan sesak
napas
DO :
- Keadaan umum lemah Ketidakseimbangan
- Pasien tampak sesak Ventilasi
- Nafas takipnea (Pernafasan
cepat) Hambatan Upaya Bernapas Pola Napas
- Pasien terpasang oksigen nasal Tidak Efektif
kanul 2 lpm Pola Nafas Abnormal
- Tipe pernafasan dada dan
perut Pola nafas tidak efektif
- Posisi semi fowler
- TTV :
- TD : 150/80mmHg
- N : 90 x/menit
- R : 30 x/menit
- S : 36,5ºC

Ds : Pasien mengatakan kaki


kira nya tampak bengkak
dan frekuensi berkemihnya
menurun.
Do :
- Kaki kiri Ny. A tampak
bengkak (edema) derajat II Obstruksi ginjal
- Produksi urine 350 ml
Fungsi ginjal menurun
- BB pre HD : 52 kg Hipervolemia
- BB post HD : 50 kg GFR
- Cairan Masuk Retensi air dan natrium
- Terapi Obat :
Hipervolemia
40cc
- Makanan : 250cc
- Minuman : 400cc
- AM : (5cc x 52kg
= 260)
- Total : 960
- Cairan Keluar
- Urin : 350cc
- BAB : 100cc
- IWL : (15cc x
52kg / 24 jam = 32,5)
- Total : 482
- Balance Cairan:
960-482 = 458 cc/24 jam
- HB : 17.0 g/dL
- Ureum 242 mg/dL
- Kreatinin 8,18 µ/L
DS : Pasien mengatakan kurang
mengetahui tentang makanan
yang tidak boleh dikonsumsi
DO :
- Pasien tampak bingung saat CKD
ditanya tentang penyakitnya Pengobatan
dan diet penyakit tersebut Defisit
Pasien atau keluarga tidak
- Pasien menunjukkan persepsi Pengetahuan
mampu mengenal masalah
yang keliru terhadap masalah
kesehatan
- Pasien bertanya tentang
makanan apa saja yang Defisit Pengetahuan

diperbolehkan dan tidak


diperbolehkan
PRORITAS MASALAH

1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi


ditandai dengan :
DS : Pasien mengatakan sesak napas
DO :
- Keadaan umum lemah
- Pasien tampak sesak
- Nafas takipnea (Pernafasan cepat)
- Pasien terpasang oksigen nasal kanul 2 lpm
- Tipe pernafasan dada dan perut
- Posisi semi fowler
- TTV :
- TD : 150/80mmHg
- N : 90 x/menit
- R : 26 x/menit
- S : 36,5ºC
2. Hipervolemia berhubungan dengan peningkatan volume cairan
ditandai dengan :
Ds : Pasien mengatakan kaki kirinya tampak bengkak dan frekuensi
berkemihnya berkurang.
Do :
- Kaki kiri Ny. A tampak bengkak (edema) derajat II
- Produksi urine 350 ml
- BB pre HD : 52 kg
- BB post HD : 50 kg
- Cairan Masuk
- Terapi Obat : 40cc
- Makanan : 250cc
- Minuman : 400cc
- AM : (5cc x 52kg = 260)
- Total : 960
- Cairan Keluar
- Urin :
350cc
- BAB :
100cc
- IWL :
(15cc x 52kg / 24 jam = 32,5)
- Total :
482
- Balance Cairan:
960-482 = 458 cc/24 jam
- HB : 17.0 g/dL
- Ureum 242 mg/dL
- Kreatinin 8,18 µ/L
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber
informasi ditandai dengan :
DS : Pasien mengatakan tidak mengetahui tentang makanan yang tidak
boleh dikonsumsi
DO :
- Pasien tampak bingung saat ditanya tentang penyakitnya dan diet penyakit
tersebut.
- Pasien menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah
- Pasien bertanya tentang makanan apa saja yang diperbolehkan dan tidak
diperbolehkan
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny.A


Ruang Rawat : Hemodialisa
No DiagnosaKeperawatan Tujuan (Kriteriahasil) Intervensi Rasional
1. Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Memonitor TTV 1. Untuk mengetahui keadaan umum pasien.
berhubungan dengan selama 1 x 4 jam diharapkan pola nafas 2. Observasi frekuensi napas, pola 2. Dengan mengobservasi frekuensi napas, pola napas,
ketidakseimbangan ventilasi efektif, dengan kriteria hasil : napas, saturasi oksigen . saturasi oksigen dan vital sign dapat mengetahui
1. Rasa sesak berkurang 3. Pertahankan pemberian O2 kondisi pasien pemenuhan kebutuhan akan oksigen
2. Pasien tidak tampak lemas 4. Lakukan auskultasi bunyi napas pada tubuh klien
3. Tanda-tanda vital dalam batas normal 5. Ajarkan teknik relaksasi untuk 3. Pemenuhan kebutuhan akan oksigen pada tubuh
memperbaiki pola nafas klien
6. Atur posisi pasien senyaman 4. Supaya mengetahui adanya bunyi napas tambahan
mungkin 5. Teknik relaksasi membuat klien lebih tenang
sehingga bernafas lebih mudah
6. Dengan memberikan posisi semi fowler pasien akan
merasa lebih nyaman

2. Hipervolemia berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 1. Observasi tanda dan gejala hipevolemia 1. Supaya dapat mengetahui tanda ortopneu, dispneu,
degan peningkatan volume x 4 jam diharapkan hipervolemia dapat 2. Monitor intake output dalam 24 jam suara napas tambahan
cairan teratasi dengan kriteria hasil : 3. Berikan posisi senyaman mungkin 2. Supaya mengetahui sebayak apa asupan cairan yang
1. Asupan cairan cukup sesuai 4. Anjurkan untuk memberikan asupan cairan masuk maupun cairan yang keluar
kebutuhan oral secukupnya 3. Dengan memberikan posisi semi fowler dapat
2. Intake dan Output dalam 5. Monitor eliminasi urine (mis. frekuensi, membuat pasien merasa lebih nyaman
batas normal konsistensi, aroma, volume, dan warna) 4. Supaya tidak ada kelebihan asupan yang dikonsumsi
3. Edema berkurang 6. Kolaborasi dalam pemberian terapi 5. Meliat perubahan pola eliminasi pasien
4. Frekuensi berkemih dalam 6. Supaya dapat meringankan tanda dan gejala
batas normal hipervolemia
5. Tanda-tanda vital dalam
batas normal

3. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakaan keperawatan 1. Observasi kemampuan pasien dan keluarga 1. Supaya dapat diketahui tingkat pengetahuannya dalam
behubungan dengan selama 1 x 30 menit diharapkan defisit dalam menerima informasi menerima informasi
kurangnya sumber informasi pengetahuan dapat teratasi dengan kriteria 2. Jadwalkan waktu yang tepat untuk melakukan 2. Supaya kegiatan dapat terlaksana dengan baik
hasil : pendidikan kesehatan 3. Supaya topik yang disampaikan dapat dipahami dan
1 Klien mampu menjelaskan tentang 3. Lakukan modifikasi proses pendidikan dimengerti dengan baik
penyakitnya dan dietnya kesehatan sesuai kebutuhan yang dapat 4. Supaya informasi yang disampaikan tersampaikan
2 Klien mengerti dengan penyakit yang dipahami oleh pasien mapun keluarganya secara menyeluruh
dialaminya 4. Berikan kesempatan pasien maupun 5. Supaya mengetahui bagaimana karakteristik penyakit
keluarganya untuk menanyakan hal yang ginjal
masih kurang dipahami
5. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala,,
dampak, diet, dan hal-hal yang harus
diperhatikan pada pasien gagal ginjal
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

No. Tanda tangan


Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
1. Senin, 14 Desember Pre HD S : Pasien mengatakan sesak nafas mulai berkurang
2020 1. Mengobservasi pola napas, saturasi oksigen dan vital O :
09.00 WIB sign 1. Pasien masih tampak sesak
2. Mempertahankan pemberian O2 2. Pasien terpasang oksigen 2 l/m
3. Melakukan auskultasi bunyi napas 3. Saat auskultasi napas terdengar cepat
4. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin 4. Pasien diberikan posisi semi fowler
5. Mengobservasi vital sign 5. TTV : TD : 150/80mmHg Sahrawani.J
N : 90 x/menit
R : 25 x/menit
S : 36,5ºC
A :Masalah teratasi sebagian
P :Lanjutkan intervensi :
1. Mengobservasi pola napas, saturasi oksigen, dan vital
sign
2. Pertahankan pemberian 02
3. Melakukan auskultasi bunyi napas
4. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
5. Memonitor vital sign
2. Senin, 14 Desember Pre HD S : Pasien mengatakan kaki kirinya masih tampak bengkak
2020 1. Mengobservasi tanda dan gejala hipevolemia O:
09.10 WIB 2. Monitor eliminasi urine (mis. frekuensi, konsistensi, 1. Kaki kiri Ny. A bengkak, derajat II
aroma, volume, dan warna) 2. Frekuensi berkemih 350 ml
3. Memonitor intake output 3. Intake Output
4. Memberikan posisi senyaman mungkin - Cairan Masuk
5. Melakukan kolaborasi dalam pemberian terapi - Terapi Obat : 40cc
- Makanan : 250cc
- Minuman : 400cc
- AM : (5cc x 52kg = 260) Sahrawani.J
- Total : 960
- Cairan Keluar
- Urin : 350cc
- BAB : 100cc
- IWL : (15cc x 52kg / 24 jam = 32,5)
- Total : 482
- Balance Cairan:
960-482 = 458 cc/24 jam
4. Posisi semi fowler
5. Kolaborasi terapi obat furosemid untuk mengurangi
bengkak.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi :
1. Mengobservasi tanda dan gejala hipervolemia
2. Monitor eliminasi urine (mis. frekuensi, konsistensi,
aroma, volume, dan warna)
3. Memonitor intake output
4. Kolaborasi dalam pemberian terapi.
3. Senin, 14 Desember Post HD S : Pasien mengatakan sesak nafas mulai berkurang
2020 1. Mengobservasi frekuensi napas, pola napas, saturasi O :
12.20 WIB oksigen dan vital sign 1. Pasien masih tampak sesak
2. Melakukan auskultasi bunyi napas 2. Saat auskultasi napas terdengar cepat
3. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin. 3. Berikan pasien posisi semi fowler
4. Mengajarkan teknik relaksasi untuk memperbaiki pola 4. Tarik nafas melalui hidung selama 3 hitungan, lalu tahan Sahrawani.J
nafas selama 5 detik. Hembuskan melalui mulut secara
5. Memonitor vital sign perlahan. Teknik ini membuat klien tampak tenang dan
bernafas lebih mudah
5. TTV : TD : 140/80mmHg
N : 90 x/menit
R : 22 x/menit
S : 36,5ºC
A :Masalah teratasi sebagian
P :Lanjutkan intervensi :
1. Observasi frekuensi napas, pola napas, saturasi
oksigen dan vital sign
2. Lakukan auskultasi bunyi napas
3. Ajarkan teknik relaksasi untuk memperbaiki
pola nafas
4. Atur posisi pasien senyaman mungkin
5. Memonitor vital sign

4. Senin, 14 Desember Post HD S : Pasien mengatakan bengkak dikaki kiranya mulai


2020 1. Mengobservasi tanda dan gejala hipevolemia berkurang
12.20 WIB 2. Menganjurkan untuk memberikan asupan cairan oral O :
secukupnya 1. Kaki Ny. I sebelah kiri tampak bengkak, derajat II
3. Mengobservasi vital sign 2. Minuman yang dikonsumsi Ny. I ±1000cc Sahrawani.J
4. Kolaborasi dalam pemberian terapi 3. TTV : TD : 140/90mmHg
N : 90 x/menit
R : 22 x/menit
S : 36,5ºC
4. Kolaborasi terapi obat furosemid untuk mengurangi
bengkak
5. Senin, 14 Desember Post HD S : Pasien mengatakan mulai memahami terkait penyakit
2020 1. Mengobservasi kemampuan pasien dan keluarga dalam yang diderita
12.30 WIB menerima informasi O :
2. Menjadwalkan waktu yang tepat untuk melakukan 1. Pasien dan keluarga memahami tentang penyakit
pendidikan kesehatan tersebut
3. Melakukan modifikasi proses pendidikan kesehatan 2. Pendidikan kesehatan yang dilakukan hari senin, 09
sesuai kebutuhan yang dapat dipahami oleh pasien November 2020 pada pukul 09.30 WIB
mapun keluarganya 3. Pendidikan kesehatan dilakukan menggunakan media Sahrawani.J
4. Memberikan kesempatan pasien maupun keluarganya leaflet yang berisi gambar dan tulisan yang mudah
untuk menanyakan hal yang masih kurang dipahami dipahami oleh pasien dan keluarga
5. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala,, dampak, diet, 4. Pasien dan keluarga bertanya terkait penyakit ginjal
dan hal-hal yang harus diperhatikan pada pasien gagal 5. Pasien dan keluarga dapat memahami tentang penyakit
ginjal dan diet CKD
A :Masalah teratasi sebagian
P :Lanjutkan intervensi
1. Observasi kemampuan pasien dan keluarga dalam
menerima informasi
2. Melakukan modifikasi proses pendidikan kesehatan sesuai
kebutuhan yang dapat dipahami oleh pasien mapun
keluarganya
3. Memberikan kesempatan pasien maupun keluarganya
untuk menanyakan hal yang masih kurang dipahami
4. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala,, dampak, diet,
dan hal-hal yang harus diperhatikan pada pasien gagal
ginjal
Soal Kasus
Ny.A berumur 45 tahun di antarkan oleh keluarga nya ke IGD dr.Doris Sylvanus
Palangka Raya pada tanggal 14 Desember 2020 dengen keluhan Pasien mengatakan
dia sesak nafas, kaki kiri bengkak dan frekuensi berkemihnya menurun, Ny. A sudah
terdiagnosa CKD (chronic kidney diseases) sejak ±8 bulan yang lalu. Pasien
dijadwalkan untuk cuci darah setiap seminggu sekali. Pada saat pengkajian diperoleh
data TTV: TD 180/100 mmHg, nadi 96 x/menit, pernapasan 30 x/menit, suhu 36,5ºC.
Hasil Lab ureum 242 mg/dl, creatinin 8,18 mg/dL.
BAB 2
PENUTUP

2.1 Kesimpulan
Chronic Kidney Disease (CKD) atau gagal ginjal kronik adalah suatu kondisi
dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan
samar dimana kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan,
dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia.
Hemodialisis merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam keadaan
sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga
beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir atau end stage
renal disease (ESRD) yang memerlukan terapi jangka panjang atau permanen. Tujuan
hemodialisis adalah untuk mengeluarkan zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam
darah dan mengeluarkan air yang berlebihan

2.2 Saran
Semoga asuhan keperawatan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta dapat menjadi bahan referensi bagi
para pembaca
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, Muhammad. 2012. Medical Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta : DIVA


Ekspres.
Arliza.M, 2006. Prosedur dan tehnik operasional hemodialisa. Edisi
pertama.Yogyakarta ; Tugu Pustaka
Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : Salemba medika.
Nursalam, (2011).Manajemen Keperawatan; Aplikasi dalam praktik keperawatan
profesional, Salemba Medika, Jakarta.
Pardede, D. (2012). Gangguan Gastrointestinal pada Penyakit Ginjal Kronis.Jurnal
CKD Volume 39, No 7.
PPNI (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
DIET GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG HEMODIALISA
 
Hari : Senin
Tanggal : 14 Desember 2020
Waktu : 20 Menit
Tempat : Ruangan HD
Sasaran : Pasien & Keluarga Pasien
Topik kegiatan : Diet pada pasien GGK (Gagal Ginjal Kronik)

A. TUJUAN
1. Tujuan instruksional umum
Setelah mengikuti proses penyuluhan diharapkan pasien mengetahui tentang
pengetahuan diet pada Gagal Ginjal Kronik.
2. Tujuan instruksional khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan sasaran penyuluhan mampu:
1) Memahami dan menjelaskan pengertian diet.
2) Memahami dan menjelaskan tujuan diberikan diet.
3) Memahami dan mampu menyebutkan syarat diet.
4) Memahami dan mampu menyebutkan pengaturan makanan.
5) Memahami dan mampu memberikan contoh makanan yang dianjurkan dan
tidak dianjurkan bagi pasien CKD.

B. SASARAN PENYULUHAN
Pasien dan keluarga pasien.

C. MATERI (Terlampir)
1. Definisi diet.
2. Tujuan diberikan diet.
3. Syarat diet.
4. Pengaturan makanan.
5. Cara mengurangi kalium dari bahan makanan.
6. Hal-hal yang perlu diperhatikan.

D. STRATEGI PEMBELAJARAN
No Tahap Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
1 Pendahuluan 1. Mengucapkan salam kepada sasaran 1. Sasaran menjawab
2 menit 2. Merkenalkan diri pada sasaran salam
3. Menyampaikan topic penyuluhan, tujuan 2. Sasaran menyimak
penyuluhan dan menjelaskan waktu 3. Sasaran menyimak
pelaksanaan. 4. Menerima leaflet
4. Membagikan leaflet
2 Penyajian dan 1. Menyampaikan materi 1. Mendengarkan
tanya jawab 2. Memberikan kesempatan pada pasien dan
10 menit untuk bertanya memperhatikan
2. Bertanya dan
berdiskusi
3 Penutup 1. Menyimpulkan hasil penyuluhan 1. Memperhatikan
3 menit 2. Melakukan evaluasi secara verbal/ lisan 2. Menjawab
dengan memberikan beberapa pertanyaan pertanyaan
tentang materi yang sudah dibahas. 3. Menjawab salam
3. Mengakhiri dengan mengucapkan salam

E. METODE
1.   Ceramah
2.   Diskusi

F. MEDIA
1.   Leaflet

Lampiran
Definisi Diet
Diet merupakan faktor penting bagi pasien yang menjalani hemodialisa. Diet
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gizi, mengatur keseimbangan cairan dan
elektrolit dalam tubuh dan untuk menjaga agar penderita dapat beraktivitas seperti
biasa yang akhirnya mempunyai kualitas hidup yang cukup baik.
Contoh Makanan Sehari

Pagi Siang Sore

Nasi Nasi Nasi

Pepes Teri Basah Ayam panggang Perkedel tahu

Tumis Tauge Telur Mata sapi tumis kangkung

Tahu Tempe Mendoan Pepaya

Urapan

Jeruk

Selingan jam 10:00 wib Selingan jam 16:00 Wib Selingan Jam 12.00 wib

Puding Kue talam Roti Bakar

Sirup/madu

Tujuan diberikan Diet


1. Untuk mencukupi zat gizi sesuai kebutuhan pasien agar status gizi
normal/optimal.
2. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit (zat yang larut di dalam tubuh).
3. Menghindari terjadinya penumpukan cairan didalam tubuh.
4. Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari.

Syarat Diet
1. Batasi garam terutama bila terjadi penimbunan cairan di dalam tubuh (edema)
dan tekanan darah tinggi.
2. Kalium di batasi teruma jika urin keluar kurang dari 400 ml/2 jam.
3. Jumlah asupan cairan= jumlah urine 24 jam (500 ml-750 ml).

Pengaturan Makanan
A. Bahan Makanan Yang Dianjurkan:
1. Sumber karbohidrat: nasi, roti putih, mie, makaroni, spageti, lontong, bihun,
jagung dll.
2. Sumber protein: telur, ayam, daging, ikan susu, cumi, udang, kepiting,
3. lobstrer dan sesuai dengan anjuran yang telah di berikan.
4. Buah-buahan: nanas, pepaya, jambu biji, sawo, strawberry, apel, anggur, jeruk
manis dalam jumlah sesuai dengan anjuran yang telah di berikan.
5. Sayur-sayuran: ketimun, terong, tauge, kacang panjang, kol, slada, wortel dll
dalam jumlah sesuai anjuran.

B. Bahan Makanan Yang Di Batasi


1. Bahan makan berkalium bila hiperkalemia (kadar kalium yang
tinggi/meningkat): alpokat, pisang, belimbing, nangka, durian, daun sngkong,
bayam, daun pepaya, jantung pisang, kelapa, kacang tanah, ubi, singkong, serta
air minum dan kuah sayur yang berlebihan.

Cara Mengurangi Kalium dari Bahan Makanan


1. Cuci sayuran atau buah yang telah di kupas atau sudah di potong-potong.
2. Rendam bahan makanan dalam air hangat yang anyak selama 2 jam.
3. Air di buang dan di cuci kembali dengan air yang mengalir selama beberapa
menit.
4. Setelah itu masaklah.

Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan


1. Makanlah secara teratur porsi kecil tapi sering.
2. Untuk meningkatkan nafsu makan, di upayakan sesuai dengan makanan
kesukaan.
3. Untuk membatasi jumlah cairan, masak lebih tidak dalam bentuk berkuah,
dipanggang, dibakar,di goreng.
4. Bila ada penumpukkan cairan, tekanan darah tinggi, perlu menghindari garam
dan makanan yang banyak mengandung garam, minuman bersoda, minuman
kemasan, telur asin, ikan asin, makanan yang di awetkan dan bumbu-bumbu
instan.
5. Makanan yang tingi kalori seperti sirup, madu, permene di anjurkan penambah
kalori hendaknya tidak diberikan dekat waktu makan karena dapat mengurangi
nafsu makan.
6. Untuk meningkatkan cita rasa gunakan bawang, jahe, kunyit dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai