Disusun :
Sahrawani.J
2017.C.09a.0863
Nama : Sahrawani.J
NIM : 2017.C.09a.0863
Program Studi : SarjanaKeperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan Diagnosa Medis
Gagal Ginjal Kronik di Ruang Hemodialisa RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya
Pembimbing Akademik
Anatomi Ginjal
(Sumber: Smeltzer, 2012:1365)
Pada saat cairan, darah, serta zat-zat masuk ke dalam ginjal, semua bahan-
bahan itu akan difiltrasi di dalam glomerulus dan selanjutnya akan mengalir ke
dalam kapsula bowman dan masuk ke tubulus proksimal yang terletak di dalam
korteks ginjal. Dari tubulus proksimal, cairan akan mengalir ke ansa henle yang
masuk ke dalam medula renal, cairan masuk ke makula densa dan kemudian ke
tubulus distal, dari tubulus distal cairan masuk ke tubulus renalis arkuatus dan
tubulus koligentes kortikal dan masuk ke duktus yang lebih besar yaitu duktus
koligentes medula. Duktus koligentes bergabung membentuk duktus yang lebih
besar yang mengalir menuju pelvis renal melalui papila renal. Dari pelvis renal,
urine akan terdorong ke kandung kemih melalui saluran ureter dan dikeluarkan
melalui uretra.
1.1.3 Klasifikasi
KDOQI (Kidney Disease Outcome Quality Initiative) merekomendasikan
pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat penurunan LFG (Laju Filtrasi
Glomerolus) :
1. Stadium 1: kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan
LFG yang masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2)
2. Stadium 2: Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60 -
89 mL/menit/1,73 m2)
3. Stadium 3: kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2)
4. Stadium 4: kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29mL/menit/1,73m2)
5. Stadium 5: kelainan ginjal dengan LFG < 15 mL/menit/1,73m2 atau gagal
ginjal terminal.
1.1.4 Etiologi
Penyebab Chronic Kidney Disease (CKD) belum diketahui. Tetapi,
beberapa kondisi atau penyakit yang berhubungan dengan pembuluh darah atau
struktur lain di ginjal dapat mengarah ke CKD.
Penyebab yang paling sering muncul adalah:
1. Diabetes Melitus
Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan diabetes melitus.
Jika kadar gula darah mengalami kenaikan selama beberapa tahun, hal
ini dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal (WebMD, 2015)
2. Hipertensi
Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat menjadi penyebab
penurunan fungsi ginjal dan tekanan darah sering menjadi penyebab
utama terjadinya CKD (WebMD, 2015).
Kondisi lain yang dapat merusak ginjal dan menjadi penyebab CKD antara
lain:
1. Penyakit ginjal dan infeksi, seperti penyakit ginjal yang disebabkan
oleh kista
2. Memiliki arteri renal yang sempit.
3. Penggunaan obat dalam jangka waktu yang lama dapat merusak
ginjal. Seperti obat Non Steroid Anti Inflamation Drugs (NSAID),
seperti Celecoxib dan Ibuprofen dan juga penggunaan antibiotik
(WebMD, 2015).
1.1.5 Patofisiologi
Patofisiologi CKD beragam, bergantung pada proses penyebab penyakit.
Proses patologi umum yang menyebabkan kerusakan nefron, CKD, dan gagal
ginjal. Tanpa melihat penyebab awal, glomerulosklerosis dan inflamasi interstisial
dan fibrosis adalah ciri khas CKD dan menyebabkan penurunan fungsi ginjal
(Copstead& banasik, 2010). Seluruh unit nefron secara bertahap hancur. Pada
tahap awal, saat nefron hilang , nefron fungsional yang masih ada mengalami
hipertrofi. Aliran kapiler glomerulus dan tekanan meningkat dalam nefron ini dan
lebih banyak pertikel zat terlarut disaring untuk mengkompensasi massa ginjal
yang hilang. Kebutuhan yang meningkat ini menyebabkan nefron yang masih ada
mengalami sklerosis (jaringan parut) glomerulus, menimbulkan kerusakan nefron
pada akhirnya. Proteinuria akibat kerusakan glomerulus di duga menjadi
penyebab cedera tubulus. Proses hilangnya nefron yang kontiunu ini terus
berlangsung meskipun setelah proses penyakit awal telah teratasi (Fauci et al.,
2008).
Perjalanan CKD beragam, berkembang selama periode bulanan hingga
tahunan. Pada tahap awal, sering kali disebut penurunan cadangan ginjal, nefron
yang tidak terkena mengkompensasi nefron yang hilang. GFR sedikit turun dan
pada pasien asimtomatik disertai BUN dan kadar kreatin serum normal. Ketika
penyakit berkembang dan GFR turun lebih lanjut, hipertensi dan ebberapa
manifestasi insufisiensi ginjal dapat muncul. Serangan berikutnya pada ginjal di
tahap ini (misalnya infeksi, dehidrasi atau obstruksi saluran kemih) dapat
menurunkan fungsi dan dapat memicu awitan gagal ginjal atau uremia nyata lebih
lanjut. Kadar serum kratinin dan BUN naik secara tajam, pasien menjadi uliguria,
dan manifestasi uremia muncul. Pada ESRD, tahap akhir CKD, GFR kurang dari
10% normal dan terapi penggantian ginjal diperlukan untuk mempertahankan
hidup. (Lemon, 2016: 1063)
Patofosiologi berdasarkan penyebab menurut Lemon, 2016: 1064
1. Nefropati diabetik : Peningkatan awal laju aliran glomerulus
menyebabkan hiperfiltrasi dengan akibat kerusakan glomerulus,
penebalan dan sklerosis membran basalis glomerulus dan glomerulus
kerusakan bertahap nefron menyebabkan penurunan GFR
2. Nefrosklerosis hipertensi : Hipertensi jangka panjang menyebabkan
skelrosis dan penyempitan arteriol ginjal dan arteri kecil dengan akibat
penurunan aliran darah yang menyebabkan iskemia, kerusakan
glomerulus, dan atrofi tubulus.
3. Glomerulonefritis kronik : Inflamasi interstisial kronik pada parenkim
ginjal menyebabkan obstruksi dan kerusakan tubulus dan kapiler yang
mengelilinginya, memengaruhi filtrasi glomerulus dan sekresi dan
reabsorbsi tubulus,dengan kehilangan seluruh nefron secara bertahap.
4. Pielonefritis kronik : Infeksi kronik yang biasa dikaitkan dengan
obstruksi atau reluks vesikoureter menyebabkan jaringan parut dan
deformitas kaliks dan pelvis ginjal, yang menyebabkan refluks
intrarenal dan nefropati
5. Penyakit ginjal polisistik : kista bilateral multipel menekan jaringan
ginjal yang merusak perfusi ginjal dan menyebabkan iskemia,
remodeling vaskular ginjal, dan pelepasan mediator inflamasi, yang
merusak dan menghancurkan jaringan ginjal normal.
6. Eritematosa lupus kompleks : kompleks imun terbentuk di membaran
basalis kapiler yang menyebabkan inflamasi dan sklerosis dengan
glomerulonefritis fokal, lokal, atau difus.
WOC
GFR Menurun
GGK
B1 B2 B3 B4 B5 B6 Sindrom Uremia
Retensi Na
Tek. Kapiler naik Sekresi eritropoitin edema Obstruksi Ginjal Sekresi protein terganggu
Perporasi Ospaleimia
Beban Jantung Naik Produksi Hb Turun Peningkatan kerja Fungsi Ginjal Menurun Gangguan Keseimbangan
jantung Asam Basa Pruritis
Tek. Vena Oksigen GFR
pulmonalis HemoglobinTurun Peningkatan kerja Asam Lambung Naik Gangguan
jantung Retensi air dan integritas kulit
Kapiler paru naik natrium Iritasi Lambung
Hipertrofi
Suplai O2 ventrikel kiri
Edema Paru Mual, muntah
kasar turun Hipervolemia
Penurunan
Gangguan cardiac Defisit Nutrisi
Gangguan
pertukaran output
Perfusi Jaringan
Gas
perifer tidak
efektif Kehilangan
Ekspansi kesadaran
paru turun
1.1.7 Komplikasi
Menurut (Corwin, 2013:730), komplikasi dari penyakit gagal ginjal kronik
adalah sebagai berikut :
1. Pada gagal ginjal progresif, terjadi beban volume, ketidakseimbangan
elektrolit, asidosis metabolik, azotemia, dan uremia.
2. Pada gagal ginjal stadium 5 (penyakit stadium akhir), terjadi azotemia
danuremia berat. Asidosis metabolik memburuk, yang secara mencolok
merangsang kecepatan pernapasan.
3. Hipertensi, anemia, osteodistrofi, hiperkalemia, ensefalopati uremik, dan
pruritus (gatal) adalah komplikasi yang sering terjadi.
4. Penurunan pembentukan eriropoietin dapat menyebabkan sindrom anemia
kardiorenal, suatu trias anemia yang lama, penyakit kardiovaskular, dan
penyakit ginjal yang akhirnya menyebabkan peningkatan morbiditas dan
mortalitas.
5. Dapat terjadi gagal jantung kongestif.
6. Tanpa pengobatan dapat terjadi koma dan kematian.
1.1.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien dengan Gagal Ginjal adalah sebagai berikut :
1. Pencegahan
Pencegahan mencakup perubahan gaya hidup dan jika diperlukan, obat
untuk mengontrol hipertensi, obat pengontrol glikemik yang baik bagi
penderita diabetes, dan jika mungkin menghindari obat-obat
nefrotoksik. Pemakaian lama analgesik yang mengandung kodein dan
obat-obat anti-inflamasi non steroid (NSAID) harus dihindari,
khususnya pada individu yang mengalami gangguan ginjal.Diagnosis
dini dan pengobatan lupus eritematosus sistemik dan penyakit lainnya
yang diketahui merusak ginjal amat penting. Selain itu, pada semua
stadium pada gagal ginjal kronik pencegahan infeksi perlu dilakukan
(Elizabeth corwin, 2013:731).
2. Penatalaksanaan Medis
Menurut (Arif Muttaqin, 2011:173), tujuan penatalaksanaan adalah
menjaga keseimbangan cairan elektrolit dan mencegah komplikasi,
yaitu sebagai berikut.
1) Dialisis. Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi
gagal ginjal yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis, dan
kejang. Dialisis memperbaiki abnormalitas biokimia ;menyebabkan
cairan, protein, dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas;
menghilangkan kecenderungan perdarahan; dan membantu
penyembuhan luka.
2) Koreksi hiperkalemi. Mengendalikan kalium darah sangat penting
karena hiperkalemi dapat menimbulkan kematian mendadak. Hal
yang pertama harus diingat adlah jangan menimbulkan
hiperkalemia. Selain dengan pemeriksaan darah, hiperkalemia juga
dapat didiagnosis dengan EKG dan EEG. Bila terjadi hiperkalemia,
maka pengobatannya adalah dengan mengurangi intake kalium,
pemberian Na bikarbonat, dan pemberian infus glukosa.
3) Koreksi anemia. Usaha pertama harus ditujukan untuk mengatasi
factor defisiensi, kemudian mencari apakah ada perdarahan yang
mungkin dapat diatasi. Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan
akan dapat meninggi Hb. Transfusi darah hanya dapat diberikan
bila ada indikasi yang kuat, misalnya ada insufisiensi koroner.
4) Koreksi asidosis. Pemberian asam melalui makanan dan obat-
obatan harus dihindari. Natrium bikarbonat dapat diberikan peroral
atau parenteral. Pada permulaan 100 mEq natrium bikarbonat
diberi intravena perlahan-lahan, jika diperlukan dapat diulang.
Hemodialisis dan dialysis peritoneal dapat juga mengatasi asidosis.
5) Pengendalian hipertensi. Pemberian obat beta bloker, alpa
metildopa, dan vasodilator dilakukan. Mengurangi intake garam
dalam mengendalikan hipertensi harus hati-hati karena tidak semua
gagal ginjal disertai retensi natrium.
6) Transplantasi ginjal. Dengan pencangkokkan ginjal yang sehat ke
pasien GGK, maka seluruh faal ginjal diganti dengan ginjal yang
baru.
3. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut (Price, 2015:965), penatalaksanaan keperawatan pada pasien
dengan gagal ginjal kronik adalah sebagai berikut:
1) Pengaturan Diet Protein
Pembatasan tidak hanya mengurangi kadar BUN dan mungkin juga
hasilmetabolisme protein toksik yang belum diketahui, tetapi juga
mengurani asupan kalium, fosfat, dan produksi ion hydrogen yang
berasal dari protein. Mempertahankan keseimbangan protein pada diet
protein 20g mungkin dilakukan, menyediakan protein dalam nilai
biologik yang tertinggi dan kalori yang memadai.
2) Pengaturan Diet Kalium
Jumlah yang diperbolehkan dalam diet adalah 40 hingga 80
mEq/hari.Tindakan yang harus dilakukan adalah dengan tidak
memberikan obat-obatan atau makanan yang tinggi kandungan kalium.
3) Pengaturan Diet Natrium
Jumlah natrium yang biasanya diperbolehkan adalah 40 hingga 90
mEq/hari.Tapi asupan natrium yang optimal harus ditentukan secara
individual pada setiap pasien untuk mempertahankan hidrasi yang
baik.
1.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai, melalui evaluasi memungkinkan perawat
untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa,
perencanaan, dan pelaksanaan tindakan.
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada hari senin tanggal 14 Desember
2020 jam 09.00 WIB
GENOGRAM KELUARGA :
x x x
Keterangan:
: Laki-Laki
: Perempuan
: Tinggal Serumah
: Garis Keturunan
: Pasien
2.1.5 Post HD
2.1.5.1 Keadaan Umum
Kesadaran pasien compos menthis, pasien masih tampak sesak, pasien
tampak lemas, konjungtiva normal, terpasang stopper ditangan kanan dan
terpasang oksigen nasal kanul 2 lpm.
2.1.5.2 Tanda-Tanda Vital
Suhu/T : 36,50C, Nadi/HR : 90 x/mt, Pernapasan/RR: 30 x/tm, Tekanan
Darah/BP: 150/80 mmHg. BB Post HD 50 kg, jumlah cairan keluar ±300
L2 .
2.1.6 Perencanaan Pulang (Discharge Planning) :
2.1.6.1 Obat-obatan yang disarankan / dibawa pulang:
Pasien tidak membawa obat-obatan.
2.1.6.2 Makanan/ Minuman yang dianjurkan (jumlah):
Pasien dianjurkan tidak terlalu banyak minum dan pasien dianjurkan
makan-makanan yang banyak mengandung protein dan kalsium.
2.1.6.3 Rencana HD/ Kontrol selanjutnya:
Pasien akan menjalani terapi hemodialisa setaip hari senin, dan pasien
akan datang kembali pada hari senin.
2.1.6.4 Catatan lain:
Menganjurkan pasien untuk selalu melakukan terapi hemodialisa sesuai
dengan jadwal yang telah dianjurkan, juga ingatkan pasien untuk selalu
membatasi konsumsi cairan dan selalu mengkonsumi obat yang
dianjurkan dokter.
2.1.6.5 Data Penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 14 Desember 2020.
Parameter Hasil Satuan Nilai normal
Glukosa sewaktu 180 mg/dl <200
Ureum 242 mg/dl 21-53
Creatinine 8,18 mg/dl 0,7-1,5
WBC 9,63 10^3/ul 4.50-11.00
HGB 17.0 g/dL 10.5-18.0
PLT 347 10^3/ul 150-400
Sahrawani.J
ANALISA DATA
2. Hipervolemia berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 1. Observasi tanda dan gejala hipevolemia 1. Supaya dapat mengetahui tanda ortopneu, dispneu,
degan peningkatan volume x 4 jam diharapkan hipervolemia dapat 2. Monitor intake output dalam 24 jam suara napas tambahan
cairan teratasi dengan kriteria hasil : 3. Berikan posisi senyaman mungkin 2. Supaya mengetahui sebayak apa asupan cairan yang
1. Asupan cairan cukup sesuai 4. Anjurkan untuk memberikan asupan cairan masuk maupun cairan yang keluar
kebutuhan oral secukupnya 3. Dengan memberikan posisi semi fowler dapat
2. Intake dan Output dalam 5. Monitor eliminasi urine (mis. frekuensi, membuat pasien merasa lebih nyaman
batas normal konsistensi, aroma, volume, dan warna) 4. Supaya tidak ada kelebihan asupan yang dikonsumsi
3. Edema berkurang 6. Kolaborasi dalam pemberian terapi 5. Meliat perubahan pola eliminasi pasien
4. Frekuensi berkemih dalam 6. Supaya dapat meringankan tanda dan gejala
batas normal hipervolemia
5. Tanda-tanda vital dalam
batas normal
3. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakaan keperawatan 1. Observasi kemampuan pasien dan keluarga 1. Supaya dapat diketahui tingkat pengetahuannya dalam
behubungan dengan selama 1 x 30 menit diharapkan defisit dalam menerima informasi menerima informasi
kurangnya sumber informasi pengetahuan dapat teratasi dengan kriteria 2. Jadwalkan waktu yang tepat untuk melakukan 2. Supaya kegiatan dapat terlaksana dengan baik
hasil : pendidikan kesehatan 3. Supaya topik yang disampaikan dapat dipahami dan
1 Klien mampu menjelaskan tentang 3. Lakukan modifikasi proses pendidikan dimengerti dengan baik
penyakitnya dan dietnya kesehatan sesuai kebutuhan yang dapat 4. Supaya informasi yang disampaikan tersampaikan
2 Klien mengerti dengan penyakit yang dipahami oleh pasien mapun keluarganya secara menyeluruh
dialaminya 4. Berikan kesempatan pasien maupun 5. Supaya mengetahui bagaimana karakteristik penyakit
keluarganya untuk menanyakan hal yang ginjal
masih kurang dipahami
5. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala,,
dampak, diet, dan hal-hal yang harus
diperhatikan pada pasien gagal ginjal
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
2.1 Kesimpulan
Chronic Kidney Disease (CKD) atau gagal ginjal kronik adalah suatu kondisi
dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan
samar dimana kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan,
dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia.
Hemodialisis merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam keadaan
sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga
beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir atau end stage
renal disease (ESRD) yang memerlukan terapi jangka panjang atau permanen. Tujuan
hemodialisis adalah untuk mengeluarkan zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam
darah dan mengeluarkan air yang berlebihan
2.2 Saran
Semoga asuhan keperawatan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta dapat menjadi bahan referensi bagi
para pembaca
DAFTAR PUSTAKA
A. TUJUAN
1. Tujuan instruksional umum
Setelah mengikuti proses penyuluhan diharapkan pasien mengetahui tentang
pengetahuan diet pada Gagal Ginjal Kronik.
2. Tujuan instruksional khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan sasaran penyuluhan mampu:
1) Memahami dan menjelaskan pengertian diet.
2) Memahami dan menjelaskan tujuan diberikan diet.
3) Memahami dan mampu menyebutkan syarat diet.
4) Memahami dan mampu menyebutkan pengaturan makanan.
5) Memahami dan mampu memberikan contoh makanan yang dianjurkan dan
tidak dianjurkan bagi pasien CKD.
B. SASARAN PENYULUHAN
Pasien dan keluarga pasien.
C. MATERI (Terlampir)
1. Definisi diet.
2. Tujuan diberikan diet.
3. Syarat diet.
4. Pengaturan makanan.
5. Cara mengurangi kalium dari bahan makanan.
6. Hal-hal yang perlu diperhatikan.
D. STRATEGI PEMBELAJARAN
No Tahap Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
1 Pendahuluan 1. Mengucapkan salam kepada sasaran 1. Sasaran menjawab
2 menit 2. Merkenalkan diri pada sasaran salam
3. Menyampaikan topic penyuluhan, tujuan 2. Sasaran menyimak
penyuluhan dan menjelaskan waktu 3. Sasaran menyimak
pelaksanaan. 4. Menerima leaflet
4. Membagikan leaflet
2 Penyajian dan 1. Menyampaikan materi 1. Mendengarkan
tanya jawab 2. Memberikan kesempatan pada pasien dan
10 menit untuk bertanya memperhatikan
2. Bertanya dan
berdiskusi
3 Penutup 1. Menyimpulkan hasil penyuluhan 1. Memperhatikan
3 menit 2. Melakukan evaluasi secara verbal/ lisan 2. Menjawab
dengan memberikan beberapa pertanyaan pertanyaan
tentang materi yang sudah dibahas. 3. Menjawab salam
3. Mengakhiri dengan mengucapkan salam
E. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi
F. MEDIA
1. Leaflet
Lampiran
Definisi Diet
Diet merupakan faktor penting bagi pasien yang menjalani hemodialisa. Diet
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gizi, mengatur keseimbangan cairan dan
elektrolit dalam tubuh dan untuk menjaga agar penderita dapat beraktivitas seperti
biasa yang akhirnya mempunyai kualitas hidup yang cukup baik.
Contoh Makanan Sehari
Urapan
Jeruk
Selingan jam 10:00 wib Selingan jam 16:00 Wib Selingan Jam 12.00 wib
Sirup/madu
Syarat Diet
1. Batasi garam terutama bila terjadi penimbunan cairan di dalam tubuh (edema)
dan tekanan darah tinggi.
2. Kalium di batasi teruma jika urin keluar kurang dari 400 ml/2 jam.
3. Jumlah asupan cairan= jumlah urine 24 jam (500 ml-750 ml).
Pengaturan Makanan
A. Bahan Makanan Yang Dianjurkan:
1. Sumber karbohidrat: nasi, roti putih, mie, makaroni, spageti, lontong, bihun,
jagung dll.
2. Sumber protein: telur, ayam, daging, ikan susu, cumi, udang, kepiting,
3. lobstrer dan sesuai dengan anjuran yang telah di berikan.
4. Buah-buahan: nanas, pepaya, jambu biji, sawo, strawberry, apel, anggur, jeruk
manis dalam jumlah sesuai dengan anjuran yang telah di berikan.
5. Sayur-sayuran: ketimun, terong, tauge, kacang panjang, kol, slada, wortel dll
dalam jumlah sesuai anjuran.