Anda di halaman 1dari 28

Asuhan Keperawatan

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN BPH (HIPERPLASIA


PROSTAT BENIGNA)

A. PENGERTIAN
Hiperplasia prostat benigna adalah suatu keadaan di mana kelenjar prostat mengalami pembesaran,
memanjang ke atas ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran urin dengan menutup orifisium
uretra. BPH merupakan kondisi patologis yang paling umum pada pria lansia.
B. ETIOLOGI
Faktor resiko umur
Perubahan hormon androgen.
Trauma berulang seperti karena koitus, kerja yang terlalu berat
B. TANDA DAN GEJALA
Gejala iritatif meliputi :

 Peningkatan frekuensi berkemih


 Nokturia (terbangun pada malam hari untuk miksi)
 Perasaan ingin miksi yang sangat mendesak/tidak dapat ditunda (urgensi)
 Nyeri pada saat miksi (disuria)

Gejala obstruktif meliputi :

 Pancaran urin melemah


 Rasa tidak puas sehabis miksi, kandung kemih tidak kosong dengan baik
 Kalau mau miksi harus menunggu lama
 Volume urin menurun dan harus mengedan saat berkemih
 Aliran urin tidak lancar/terputus-putus
 Urin terus menetes setelah berkemih
 Waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensi urin dan inkontinensia karena
penumpukan berlebih.
 Pada gejala yang sudah lanjut, dapat terjadi Azotemia (akumulasi produk sampah nitrogen) dan
gagal ginjal dengan retensi urin kronis dan volume residu yang besar.
Gejala generalisata seperti seperti keletihan, anoreksia, mual dan muntah, dan rasa tidak nyaman
pada epigastrik.

Berdasarkan keluhan dapat dibagi menjadi :


- Derajat I : penderita merasakan lemahnya pancaran berkemih, kencing tak puas, frekuensi kencing
bertambah terutama pada malam hari
- Derajat II : adanya retensi urin maka timbulah infeksi. Penderita akan mengeluh waktu miksi terasa
panas (disuria) dan kencing malam bertambah hebat.
- Derajat III : timbulnya retensi total. Bila sudah sampai tahap ini maka bisa timbul aliran refluk ke atas,
timbul infeksi ascenden menjalar ke ginjal dan dapat menyebabkan pielonfritis, hidronefrosis.
C. PATOFISIOLOGI
Perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia 30-40 tahun. Bila perubahan
mikroskopik ini berkembang, akan terjadi perubahan patologi anatomi yang ada pada pria usia 50
tahunan. Perubahan hormonal menyebabkan hiperplasia jaringan penyangga stromal dan elemen
glandular pada prostat.
Teori-teori tentang terjadinya BPH :
1. Teori Dehidrosteron (DHT)
Aksis hipofisis testis dan reduksi testosteron menjadi dehidrosteron (DHT) dalam sel prostat menjadi
faktor terjadinya penetrasi DHT ke dalam inti sel yang menyebabkan inskripsi pada RNA sehingga
menyebabkan terjadinya sintesa protein.
2. Teori hormon
Pada orang tua bagian tengah kelenjar prostat mengalami hiperplasia yamg disebabkan oleh sekresi
androgen yang berkurang, estrogen bertambah relatif atau aabsolut. Estrogen berperan pada kemunculan
dan perkembangan hiperplasi prostat.
3. Faktor interaksi stroma dan epitel
Hal ini banyak dipengaruhi oleh Growth factor. Basic fibroblast growth factor (-FGF) dapat
menstimulasi sel stroma dan ditemukan dengan konsentrasi yang lebih besar pada pasien dengan
pembesaran prostat jinak. Proses reduksi ini difasilitasi oleh enzim 5-a-reduktase. -FGF dapat dicetuskan
oleh mikrotrauma karena miksi, ejakulasi dan infeksi.
4. Teori kebangkitan kembali (reawakening) atau reinduksi dari kemampuan mesenkim sinus urogenital
untuk berploriferasi dan membentuk jaringan prostat.
Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga perubahan pada saluran kemih
juga terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat, resistensi urin pada
leher buli-buli dan daerah prostat meningkat, serta otot detrusor menebal dan merenggang sehingga
timbul sakulasi atau divertikel. Fase penebalan detrusor ini disebut fase kompensasi. Apabila keadaan
berlanjut, maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi
untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urin yang selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis dan
disfungsi saluran kemih atas. Adapun patofisiologi dari masing-masing gejala yaitu :

 Penurunan kekuatan dan aliran yang disebabkan resistensi uretra adalah gambaran awal dan
menetap dari BPH. Retensi akut disebabkan oleh edema yang terjadi pada prostat yang
membesar.
 Hesitancy (kalau mau miksi harus menunggu lama), terjadi karena detrusor membutuhkan waktu
yang lama untuk dapat melawan resistensi uretra.
 Intermittency (kencing terputus-putus), terjadi karena detrusor tidak dapat mengatasi resistensi
uretra sampai akhir miksi. Terminal dribbling dan rasa belum puas sehabis miksi terjadi karena
jumlah residu urin yang banyak dalam buli-buli.
 Nocturia miksi pada malam hari) dan frekuensi terjadi karena pengosongan yang tidak lengkap
pada tiap miksi sehingga interval antar miksi lebih pendek.
 Frekuensi terutama terjadi pada malam hari (nokturia) karena hambatan normal dari korteks
berkurang dan tonus sfingter dan uretra berkurang selama tidur.
 Urgensi (perasaan ingin miksi sangat mendesak) dan disuria (nyeri pada saat miksi) jarang terjadi.
Jika ada disebabkan oleh ketidak stabilan detrusor sehingga terjadi kontraksi involunter,
 Inkontinensia bukan gejala yang khas, walaupun dengan berkembangnya penyakit urin keluar
sedikit-sedikit secara berkala karena setelah buli-buli mencapai complience maksimum, tekanan
dalam buli-buli akan cepat naik melebihi tekanan spingter.
 Hematuri biasanya disebabkan oleh oleh pecahnya pembuluh darah submukosa pada prostat yang
membesar.
 Lobus yang mengalami hipertropi dapat menyumbat kolum vesikal atau uretra prostatik,
sehingga menyebabkan pengosongan urin inkomplit atau retensi urin. Akibatnya terjadi dilatasi
ureter (hidroureter) dan ginjal (hidronefrosis) secara bertahap, serta gagal ginjal.
 Infeksi saluran kemih dapat terjadi akibat stasis urin, di mana sebagian urin tetap berada dalam
saluran kemih dan berfungsi sebagai media untuk organisme infektif.
 Karena selalu terdapat sisa urin dapat terbentuk batu endapan dalam buli-buli, Batu ini dapat
menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuri. Batu tersebut dapat pula menimbulkan
sistiitis dan bila terjadi refluks dapat terjadi pielonefritis.
 Pada waktu miksi pasien harus mengedan sehingga lama kelamaan dapat menyebabkan hernia
dan hemoroid.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Urinalisa

Analisis urin dan mikroskopik urin penting untuk melihat adanya sel leukosit, sedimen, eritrosit,
bakteri dan infeksi. Bila terdapat hematuri harus diperhitungkan adanya etiologi lain seperti keganasan
pada saluran kemih, batu, infeksi saluran kemih, walaupun BPH sendiri dapat menyebabkan hematuri.
Elektrolit, kadar ureum dan kreatinin darah merupakan informasi dasar dari fungsi ginjal dan status
metabolik.
Pemeriksaan prostate spesific antigen (PSA) dilakukan sebagai dasar penentuan perlunya biopsi
atau sebagai deteksi dini keganasan. Bila nilai PSA < 4 ng/ml tidak perlu biopsi. Sedangkan bila nilai
PSA 4-10 ng/ml, dihitung Prostate specific antigen density (PSAD) yaitu PSA serum dibagi dengan
volume prostat. Bila PSAD > 0,15, sebaiknya dilakukan biopsi prostat, demikian pula bila nilai PSA > 10
ng/ml

2. Pemeriksaan darah lengkap

Karena perdarahan merupakan komplikasi utama pasca operatif maka semua defek pembekuan
harus diatasi. Komplikasi jantung dan pernafasan biasanya menyertai penderita BPH karena usianya yang
sudah tinggi maka fungsi jantung dan pernafasan harus dikaji.
Pemeriksaan darah mencakup Hb, leukosit, eritrosit, hitung jenis leukosit, CT, BT, golongan darah,
Hmt, trombosit, BUN, kreatinin serum.
3. Pemeriksaan radiologis
Biasanya dilakukan foto polos abdomen, pielografi intravena, USG, dan sitoskopi. Tujuan
pencitraan untuk memperkirakan volume BPH, derajat disfungsi buli, dan volume residu urin. Dari foto
polos dapat dilihat adanya batu pada traktus urinarius, pembesaran ginjal atau buli-buli. Dapat juga dilihat
lesi osteoblastik sebagai tanda metastase dari keganasan prostat serta osteoporosis akibat kegagalan
ginjal. Dari Pielografi intravena dapat dilihat supresi komplit dari fungsi renal, hidronefrosis dan
hidroureter, gambaran ureter berbelok-belok di vesika urinaria, residu urin. Dari USG dapat diperkirakan
besarnya prostat, memeriksa massa ginjal, mendeteksi residu urin dan batu ginjal.
BNO /IVP untuk menilai apakah ada pembesaran dari ginjal apakah terlihat bayangan radioopak
daerah traktus urinarius. IVP untuk melihat /mengetahui fungsi ginjal apakah ada hidronefrosis. Dengan
IVP buli-buli dapat dilihat sebelum, sementara dan sesudah isinya dikencingkan. Sebelum kencing adalah
untuk melihat adanya tumor, divertikel. Selagi kencing (viding cystografi) adalah untuk melihat adanya
refluks urin. Sesudah kencing adalah untuk menilai residual urin.
E. MANAGEMEN TERAPI
Rencana pengobatan tergantung pada penyebab, keparahan obstruksi, dan kondisi pasien. Jika
pasien masuk RS dengan kondisi darurat karena ia tidak dapat berkemih maka kateterisasi segera
dilakukan. Pada kasus yang berat mungkin digunakan kateter logam dengan tonjolan kurva prostatik.
Kadang suatu insisi dibuat ke dalam kandung kemih (sitostomi supra pubik) untuk drainase yang adekuat.
Jenis pengobatan pada BPH antara lain:

 Observasi (watchfull waiting)

Biasa dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan. Nasehat yang diberikan adalah mengurangi minum
setelah makan malam untuk mengurangi nokturia, menghindari obat-obat dekongestan, mengurangi
minum kopi dan tidak diperbolehkan minum alkohol agar tidak terlalu sering miksi. Setiap 3 bulan
dilakukan kontrol keluhan, sisa kencing, dan pemeriksaan colok dubur

 Terapi medikamentosa

- Penghambat adrenergik  (prazosin, tetrazosin) : menghambat reseptor pada otot polos di leher vesika,
prostat sehingga terjadi relaksasi. Hal ini akan menurunkan tekanan pada uretra pars prostatika sehingga
gangguan aliran air seni dan gejala-gejala berkurang.
- Penghambat enzim 5--reduktase, menghambat pembentukan DHT sehingga prostat yang membesar
akan mengecil.

 Terapi bedah

Tergantung pada beratnya gejala dan komplikasi. Indikasi absolut untuk terapi bedah yaitu :
- Retensi urin berulang
- Hematuri
- Tanda penurunan fungsi ginjal
- Infeksi saluran kemih berulang
- Tanda obstruksi berat seperti hidrokel
- Ada batu saluran kemih.
Pendekatan transuretral merupakan pendekatan tertutup. Instrumen bedah dan optikal dimasukan
secara langsung melalui uratra ke dalam prostat yang kemudian dapat dilihat secara langsung. Kelenjar
diangkat dalam irisan kecil dengan loop pemotong listrik. Prostatektomi transuretral jarang
menimbulakan disfungsi erektil tetapi dapat menyebabkan ejakulasi retrogard karena pengangkatan
jaringan prostat pada kolum kandung kemih dapat menyebabkan cairan seminal mengalir ke arah
belakang ke dalam kandung kemih dan bukan melalui uretra.
Prostatektomi perineal sangat berguna untuk biopsi terbuka. Pada pasca operatif, luka bedah mudah
terkontaminasi karena insisi dilakukan dekat rektum. Inkontinensia, impotensi, atau cedera rektal lebih
mungkin terjadi komplikasi pada pendekatan ini.
Insisi prostat transuretral (TUIP)diindikasikan ketika kelenjar prostat kecil (30mg atau kurang).
Satu atau du buah insisi dibuat pada prostat dan kapsul prostat untuk mengurangi tekanan prostat pada
uretra dan mengurangi kontriksi uretra
Pembedahan seperti prostatektomi dilakukan untuk membuang jaringan prostat yang mengalami
hiperplasi. Komplikasi yang mungkin terjadi pasca prostatektomi mencakup perdarahan, infeksi, retensi
oleh karena pembentukan bekuan, obstruksi kateter dan disfungsi seksual. Kebanyakan prostatektomi
tidak menyebabkan impotensi, meskipun pada prostatektomi perineal dapat menyebabkan impotensi
akibat kerusakan saraf pudendal. Pada kebanyakan kasus aktivitas seksual dapat dilakukan kembali dalam
6 sampai 8 minggu karena saat itu fossa prostatik telah sembuh. Setelah ejakulasi maka cairan seminal
mengalir ke dalam kandung kemih dan diekskresikan bersama uin. Perubahan anatomis pada uretra
posterior menyebabkan ejakulasi retrogard.
 Terapi invasif minimal, seperti dilatasi balon tranuretral, ablasi jarum transuretral
F. PENGELOLAAN PASIEN
1. Pre operasi
- Pemeriksaan darah lengkap (Hb minimal 10g/dl, Golongan Darah, CT, BT, AL)
- Pemeriksaan EKG, GDS mengingat penderita BPh kebanyakan lansia
- Pemeriksaan Radiologi: BNO, IVP, Rongen thorax
- Persiapan sebelum pemeriksaan BNO puasa minimal 8 jam. Sebelum pemeriksaan IVP pasien diberikan
diet bubur kecap 2 hari, lavemen puasa minimal 8 jam, dan mengurangi bicara untuk meminimalkan
masuknya udara
2. Post operasi
- Irigasi/Spoling dengan Nacl
 Post operasi hari 0 : 80 tetes/menit
 Hari pertama post operasi : 60 tetes/menit
 Hari ke 2 post operasi : 40 tetes/menit
 Hari ke 3 post operasi : 20 tetes/menit
 Hari ke 4 post operasi diklem
 Hari ke 5 post operasi dilakukan aff irigasi bila tidak ada masalah (urin dalam kateter bening)
- Hari ke 6 post operasi dilakukan aff drain bila tidak ada masalah (cairan serohemoragis < 50cc)
- Infus diberikan untuk maintenance dan memberikan obat injeksi selama 2 hari, bila pasien sudah mampu
makan dan minum dengan baik obat injeksi bisa diganti dengan obat oral.
- Tirah baring selama 24 jam pertama. Mobilisasi setelah 24 jam post operasi
- Dilakukan perawatan luka dan perawatan DC hari ke-3 post oprasi dengan betadin
- Anjurkan banyak minum (2-3l/hari)
- DC bisa dilepas hari ke-9 post operasi
- Hecting Aff pada hari k-10 post operasi.
- Cek Hb post operasi bila kurang dari 10 berikan tranfusi
- Jika terjadi spasme kandung kemih pasien dapat merasakan dorongan untuk berkemih, merasakan
tekanan atau sesak pada kandung kemih dan perdarahan dari uretral sekitar kateter. Medikasi yang dapat
melemaskan otot polos dapat membantu mengilangkan spasme. Kompres hangat pada pubis dapat
membantu menghilangkan spasme.
- Jika pasien dapat bergerak bebas pasien didorong untuk berjalan-jalan tapi tidak duduk terlalu lama
karena dapat meningkatkan tekanan abdomen, perdarahan
- Latihan perineal dilakukan untuk membantu mencapai kembali kontrol berkemih. Latihan perineal harus
dilanjutkan sampai passien mencapai kontrol berkemih.
- Drainase diawali sebagai urin berwarna merah muda kemerahan kemudian jernih hingga sedikit merah
muda dalam 24 jam setelah pembedahan.
- Perdarahan merah terang dengan kekentalan yang meningkat dan sejumlah bekuan biasanya menandakan
perdarahan arteri. Darah vena tampak lebih gelap dan kurang kental. Perdarahan vena diatasi dengan
memasang traksi pada kateter sehingga balon yang menahan kateter pada tempatnya memberikan
tekannan pada fossa prostatik.
F. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1. Sebelum Operasi
a. Data Subyektif
- Klien mengatakan nyeri saat berkemih
- Sulit kencing
- Frekuensi berkemih meningkat
- Sering terbangun pada malam hari untuk miksi
- Keinginan untuk berkemih tidak dapat ditunda
-Nyeri atau terasa panas pada saat berkemih
-Pancaran urin melemah
-Merasa tidak puas sehabis miksi, kandung kemih tidak kosong dengan baik
-Kalau mau miksi harus menunggu lama
-Jumlah urin menurun dan harus mengedan saat berkemih
-Aliran urin tidak lancar/terputus-putus
-Urin terus menetes setelah berkemih
-Merasa letih, tidak nafsu makan, mual dan muntah
-Klien merasa cemas dengan pengobatan yang akan dilakukan
b. Data Obyektif
- Ekspresi wajah tampak menhan nyeri
- Terpasang kateter
2. Sesudah Operasi
a. Data Subyektif
- Klien mengatakan nyeri pada luka post operasi
- Klien mengatakan tidak tahu tentang diet dan pengobatan setelah operas
b. Data Obyektif
- Ekspresi tampak menahan nyeri
- Ada luka post operasi tertutup balutan
- Tampak lemah
- Terpasang selang irigasi, kateter, infus

a. Riwayat kesehatan : riwayat penyakit dahulu, riwyat penyakit sekarang, riwayat penyakit keluarga,
pengaruh BPH terhadap gaya hidup pasien, apakah masalah urinari yang dialami pasien.
b. Pengkajian fisik
1) Gangguan dalam berkemih seperti
- Sering berkemih
- Terbangun pada malam hari untuk berkemih
- Perasaan ingin miksi yang sangat mendesak
- Nyeri pada saat miksi, pancaran urin melemah
- Rasa tidak puas sehabis miksi
- Jumlah air kencing menurun dan harus mengedan saat berkemih
- Aliran urin tidak lancar/terputus-putus, urin terus menetes setelah berkemih.
- Nyeri saat berkemih
- Ada darah dalam urin
- Kandung kemih terasa penuh
- Nyeri di pinggang, punggung, rasa tidak nyaman di perut.
- Urin tertahan di kandung kencing, terjadi distensi kandung kemih
2) Gejala umum seperti keletihan, tidak nafsu makan, mual muntah, dan rasa tidak nyaman pada epigastrik
3) Kaji status emosi : cemas, takut
4) Kaji urin : jumlah, warna, kejernihan, bau
5) Kaji tanda vital
c. Kaji pemeriksaan diagnostik
- Pemeriksaan radiografi
- Urinalisa
- Lab seperti kimia darah, darah lengkap, urin
d. Kaji tingkat pemahaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang keadaan dan proses penyakit,
pengobatan dan cara perawatan di rumah.
2. Masalah keperawatan yang mungkin muncul
a. Pre operasi
- Nyeri akut
- Cemas
- Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
- Kerusakan eleminasi urin
b. Post operasi
- Nyeri akut
- Resiko infeksi
- Kurang pengetahuan tentang penyakit, diit, dan pengobatan
- Defisit perawatan diri

Rencana keperawatan

PRE OPERASI
No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Keperawatan
1 Nyeri akut Setelah dilakukan
1. Manajemen Nyeri
Definisi : Sensori dan asuhan keperawatan Definisi : perubahan atau
pengalaman emosional yang selama ….x 24 jam, pengurangan nyeri ke tingkat
tidak menyenangkan yang klien dapat: kenyamanan yang dapat
timbul dari kerusakan jaringan 1. Mengontol nyeri diterima pasien
aktual atau potensial, muncul Definisi : tindakan Intervensi:
tiba-tiba atau lambat dengan seseorang untuk  Kaji secara menyeluruh tentang
intensitas ringan sampai berat mengontrol nyeri nyeri, meliputi: lokasi,
dengan akhir yang bisa ndikator: karakteristik, waktu kejadian,
diantisipasi atau diduga dan  Mengenal faktor- lama, frekuensi, kualitas,
berlangsung kurang dari 6 bulan. faktor penyebab intensitas/beratnya nyeri, dan
 Mengenal onset/waktu faktor-faktor pencetus
Faktor yang berhubungan : kejadian nyeri  Observasi isyarat-isyarat non
Agen injuri (biologi, kimia,  tindakan pertolongan verbal dari ketidaknyamanan,
fisik, psikologis) non-analgetik khususnya dalam
 Menggunakan ketidakmampuan untuk
Batasan karakteristik : analgetik komunikasi secara efektif
 melaporkan gejala-  Berikan analgetik sesuai dengan
- Laporan secara verbal atau non gejala kepada tim anjuran
verbal adanya nyeri kesehatan (dokter,  Gunakan komunkasi terapeutik
- Fakta dari observasi perawat) agar klien dapat
- Posisi untuk menghindari nyeri  nyeri terkontrol mengekspresikan nyeri
- Gerakan melindungi  Kaji latar belakang budaya klien
- Tingkah laku berhati-hati Keterangan:  Tentukan dampak dari ekspresi
- Muka topeng 1 = tidak pernah nyeri terhadap kualitas hidup:
- Gangguan tidur (mata sayu, dilakukan pola tidur, nafsu makan,
tampak capek, sulit atau gerakan 2 = jarang dilakukan aktifitas mood, hubungan,
kacau, menyeringai) 3 =kadang-kadang pekerjaan, tanggungjawab peran
- Terfokus pada diri sendiri dilakukan  Kaji pengalaman individu
- Fokus menyempit (penurunan 4 = sering dilakukan terhadap nyeri, keluarga dengan
persepsi waktu, kerusakan 5 = selalu dilakukan nyeri kronis
proses berpikir, penurunan  Evaluasi tentang keefektifan
interaksi dengan orang dan dari tindakan mengontrol nyeri
lingkungan)
- Tingkah laku distraksi, contoh :2. Menunjukkan yang telah digunakan
 Berikan dukungan terhadap
jalan-jalan, menemui orang lain tingkat nyeri klien dan keluarga
dan/atau aktivitas, aktivitas Definisi : tingkat
keparahan dari nyeri  Berikan informasi tentang nyeri,
berulang-ulang)
seperti: penyebab, berapa lama
- Respon autonom (seperti yang dilaporkan atau
ditunjukan terjadi, dan tindakan
diaphoresis, perubahan tekanan
pencegahan
darah, perubahan nafas, nadi dan
Indikator:  Kontrol faktor-faktor
dilatasi pupil)
 Melaporkan nyeri lingkungan yang dapat
- Perubahan autonomic dalam
 Frekuensi nyeri mempengaruhi respon klien
tonus otot (mungkin dalam
rentang dari lemah ke kaku)  Lamanya episode terhadap ketidaknyamanan
(contoh : temperatur ruangan,
- Tingkah laku ekspresif (contoh : nyeri
penyinaran, dll)
gelisah, merintih, menangis,  Ekspresi nyeri: wajah
waspada, iritabel, nafas  Posisi melindungi  Anjurkan klien untuk
panjang/berkeluh kesah) tubuh memonitor sendiri nyeri
- Perubahan dalam nafsu makan  Kegelisahan  Ajarkan penggunaan teknik
dan minum  Perubahan non-farmakologi
Respirasirate (ex: relaksasi, guided imagery,
 Perubahan Heart Rate terapi musik, distraksi, aplikasi
 Perubahan tekanan panas-dingin, massase)
Darah  Evaluasi keefektifan dari
 Perubahan ukuran tindakan mengontrol nyeri
Pupil  Modifikasi tindakan mengontrol
 Perspirasi nyeri berdasarkan respon klien
 Kehilangan nafsu  Tingkatkan tidur/istirahat yang
makan cukup
 Anjurkan klien untuk berdiskusi
Keterangan: tentang pengalaman nyeri secara
1 : berat tepat
2 : agak berat  Beritahu dokter jika tindakan
3 : sedang tidak berhasil atau terjadi
4 : sedikit keluhan
5 : tidak ada  Informasikan kepada tim
kesehatan lainnya/anggota
keluarga saat tindakan
nonfarmakologi dilakukan,
untuk pendekatan preventif
 monitor kenyamanan klien
terhadap manajemen nyeri
2. Pemberian Analgetik
Definisi : penggunaan agen
farmakologi untuk
mengurangi atau
menghilangkan nyeri
Intervensi:
 Tentukan lokasi nyeri,
karakteristik, kualitas,dan
keparahan sebelum pengobatan
 Berikan obat dengan prinsip 5
benar
 Cek riwayat alergi obat
 Libatkan klien dalam pemilhan
analgetik yang akan digunakan
 Pilih analgetik secara tepat
/kombinasi lebih dari satu
analgetik jika telah diresepkan
 Tentukan pilihan analgetik
(narkotik, non narkotik,
NSAID) berdasarkan tipe dan
keparahan nyeri
 Monitor tanda-tanda vital,
sebelum dan sesudah pemberian
analgetik
 Monitor reaksi obat dan
efeksamping obat
 Dokumentasikan respon dari
analgetik dan efek-efek yang
tidak diinginkan
 Lakukan tindakan-tindakan
untuk menurunkan efek
analgetik (konstipasi/iritasi
lambung)

3. Manajemen lingkungan :
kenyamanan
Definisi : memanipulasi
lingkungan untuk kepentingan
terapeutik
Intervensi :
- Pilihlah ruangan dengan
lingkungan yang tepat
- Batasi pengunjung
- Tentukan hal-hal yang
menyebabkan ketidaknyamanan
seperti pakaian lembab
- Sediakan tempat tidur yang
nyaman dan bersih
- Tentukan temperatur ruangan
yang paling nyaman
- Sediakan lingkungan yang
tenang
- Perhatikan hygiene pasien
untuk menjaga kenyamanan
- Atur posisi pasien yang
membuat nyaman.
Cemas Setelah dilakukan . Menurunkan cemas
Definisi : Perasaan gelisah yang asuhan keperawatan Definisi : meminimalkan rasa
tak jelas dari ketidaknyamanan selama......x24 jam takut, cemas, merasa dalam
atau ketakutan yang disertai pasien menunjukan bahaya atau ketidaknyamanan
respon autonom (sumner tidak dapat : terhadap sumber yang tidak
spesifik atau tidak diketahui oleh 1. Mengontrol diketahui
individu); perasaan keprihatinan cemas: Intervernsi:
disebabkan dari antisipasi Definisi : Tindakan Tenangkan pasien
terhadap bahaya. Sinyal ini seseorang untuk Jelaskan seluruh prosedurt
merupakan peringatan adanya mengurangi perasaan tindakan kepada pasien dan
ancaman yang akan datang dan tertekan/terbebani perasaan yamng mungkin
memungkinkan individu untuk dan ketegangan dari muncul pada saat melakukan
mengambil langkah untuk sumber yang tidak tindakan
menyetujui terhadap tindakan. dapat diidentifikasi  Berusaha memahami keadaan
Indikator : pasien
Faktor yang berhubungan :  Monitor intensitas Berikan informasi tentang
terpapar racun, konflik yang cemas diagnosa, prognosis dan
tidak disadari tentang nilai-nilai  Meghilangkan tindakan
utama/tujuan hidup, penyebab cemas  Mendampingi pasien untuk
berhubungan dengan  Menurunkan mengurangi kecemasan dan
keturunan/herediter, kebutuhan stimulus lingkungan meningkatkan kenyamanan
tidak terpenuhi, transmisi ketika cemas  Dorong pasien untuk
iterpersonal, krisis  Mencari informasi menyampaikan tentang isi
situasional/maturasional, untuk menurunkan perasaannya
ancaman kematian, ancaman cemas  Kaji tingkat kecemasan
terhadap konsep diri, stress,  Gunakan strategi Dengarkan dengan penuh
substans abuse, perubahan koping efektif perhatian
dalam: status peran, status  Melaporkan kepada Ciptakan hubungan saling
kesehatan, pola interaksi, fungsi perawat penurunan percaya
peran, lingkungan, status lama cemas  Bantu pasien menjelaskan
ekonomi.  Menggunakan teknik keadaan yang bisa menimbulkan
Batasan karaktersistik : relaksasi untuk kecemasan
Perilaku menurunkan cemas  Bantu pasien untuk
- Produktivitas berkurang  Mempertrahankan mengungkapkan hal hal yang
- Scanning dan kewaspadaan hubungan sosial membuat cemas
- Kontak mata yang buruk  Mempertahankan Ajarkan pasien teknik relaksasi
- Gelisah
- Pandangan sekilas
konsentrasi  Berikan obat obat yang
 Melaporkan kepada mengurangi cemas
- Pergerakan yang tidak
perawat tidur cukup
berhubungan, (misal : berjalan
 Melaporkan kepada
dengan menyeret kaki,
perawat bahwa cemas
pergelangan tangan/lengan
tidak mempengatruhi
- Menunjukkan perhatian
keadaan fisik
seharusnya dalam kejadian
hidup  Tidak adanya
- Insomnia tingkahlaku yang
- Resah menunjukan cemas
Affektive
- Penyesalan Keterangan:
- Irritable 1 :Tidak pernah
- Kesedihan yang mendalam menunjukkan
- Ketakutan 2 : Jarang
- Gelisah, gugup menunjukkan
- Mudah tersinggung 3 : Kadang-kadang
- Rasa nyeri hebat dan menetap menunjukkan
- Ketidakberdayaan meningkat 4 : Sering
- Membingungkan menunjukkan
- Ketidaktentuan 5 : Selalu
- Peningkatan kewaspadaan menunjukkan
- Fokus pada diri
- Perasaan tidak adekuat 2. Koping yang baik
- Ketakutan Definisi : Tindakan
- Distress untuk mengelola
- Kekhawatiran, prihatin stressor yang
- Cemas menggunakan sumber
Fisiologis : individu
- Suara gemetar Indikator :
- Gemetar, tangan tremor - Mengenal koping
- Goyah efektif
- Respirasi meningkat (simpatis) - Mengenal koping tak
- Keinginan kencing efektif
(parasimpatis) - Memverbalkan
- Nadi meningkat (simpatis) kemampuan kontrol
- Berkeringat banyak - Melaporkan
- Wajah tegang menurunnya stress
- Anorexia (simpatis) - Memverbalkan
- Jantung berdetak kuat (simpatis) penerimaan terhadap
- Diare (parasimpatis) situasi
- Keragu-raguan dalam berkemih - Mencari informasi
(parasimpatis) yang berkaitan
- Kelelahan (Simpatis) dengan penyakit dan
- Mulut kering (simpatis) pengobatannya
- Kelemahan (simpatis) - Modifikasi gaya
- Wajah kemerahan (simpatis) hidup sesuai
kebutuhan
- Beradaptasi dengan
perubahan
perkembangan
- Menggunakan
support sosial yang
memungkinkan
- Mengerjakan sesuatu
yang menurunkan
stress
- Mengenal strategi
koping multipel
- Menggunakan
strategi koping efektif
- Menghindari situasi
penuh stress
- Memverbalkan
kebutuhan akan
bantuan
- Mencari pertolongan
professional yang
sesuai
- Melaporkan
menurunnya keluhan
fisik
- Melaporkan
menurunnya perasaan
negatif
- Melaporkan
kenyamanan
psikologis yang
meningkat

Keterangan:
1 :Tidak pernah
menunjukkan
2 : Jarang
menunjukkan
3 : Kadang-kadang
menunjukkan
4 : Sering
menunjukkan
5 : Selalu
menunjukkan
Ketidakseimbangan nutrisi: Setelah dilakukan 1. Manajemen Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh asuhan keperawatan Definisi : membantu dengan
Definisi : Intake nutrisi tidak selama …. X 24 jam atau menyediakan masukan diet
cukup untuk keperluan klien dapat seimbang dari makanan dan
metabolisme tubuh menunjukkan cairan
Batasan karakteristik : 1. status nutrisi Intervensi :
- Berat badan  20 % di bawah yang baik, - Catat jika klien memiliki alergi
ideal Definisi : Nutrisi makanan
- Dilaporkan adanya intake cukup untuk - Catat makanan kesukaan klien
makanan yang kurang dari RDA memenuhi kebutuhan- Tentukan jumlah kalori dan
(Recomended Daily Allowance) metabolisme tubuh tipe nutrien yang dibutuhkan
- Membran mukosa dan Indikator : - Dorong asupan kalori sesuai
konjungtiva pucat - Masukan nutrisi tipe tubuh dan gaya hidup
- Kelemahan otot yang digunakan - Masukan makanan - Dorong asupan zat besi
untuk menelan/mengunyah dan cairan - Tawarkan makanan ringan
- Luka, peradangan pada rongga- Tingkat energi cukup- Berikan gula tambahan k/p
mulut - Berat badan stabil - Tawarkan bumbu sebagai
- Mudah merasa kenyang, sesaat- Nilai laboratorium pengganti garam
setelah mengunyah makanan - Berikan makanan tinggi kalori,
- Dilaporkan atau fakta adanya Keterangan: protein dan minuman yang
kekurangan makanan 1 : Sangat mudah dikonsumsi
- Dilaporkan adanya perubahan bermasalah - Berikan pilihan makanan
sensasi rasa 2 : Cukup - Sesuaikan diet dengan gaya
- Perasaan ketidakmampuan bermasalah hidup klien
untuk mengunyah makanan 3 : Masalah sedang - Ajarkan klien cara membuat
- Miskonsepsi 4 : Sedikit catatan makanan
- Kehilangan BB dengan bermasalah - Monitor asupan nutrisi dan
makanan cukup 5 : Tidak ada kalori
- Keengganan untuk makan masalah - Timbang berat badan secara
- Kram pada abdomen teratur
- Tonus otot jelek - Berikan informasi tentang
- Nyeri abdominal dengan atau kebutuhan nutrisi dan
tanpa patologi bagaimana memenuhinya
- Kurang berminat terhadap - Ajarkan teknik penyiapan dan
makanan penyimpanan makanan
- Pembuluh darah kapiler mulai - Tentukan kemampuan klien
rapuh untuk memenuhi kebutuhan
nutrisinya
- Diare dan atau steatorrhea
- Kehilangan rambut yang cukup 2. Monitor nutrisi
banyak (rontok) Definisi : mengumpulkan dan
- Suara usus hiperaktif menganalisa data dari pasien
- Kurangnya informasi, untuk mencegahatau
misinformasi meminimalkan malnutrisi.
Intervensi :
Faktor yang berhubungan : - BB klien dalam interval
Ketidakmampuan pemasukan spesifik
atau mencerna makanan atau - Monitor adanya penurunan BB
mengabsorpsi zat-zat gizi - Monitor tipe dan jumlah nutrisi
berhubungan dengan faktor untuk aktivitas biasa
biologis, psikologis atau - Monitor respon emosi klien
ekonomi. saat berada dalam situasi yang
mengharuskan makan.
- Monitor interaksi anak dengan
orang tua selama makan.
- Monitor lingkungan selama
makan.
- Jadwalkan pengobatan dan
tindakan, tidak selama jam
makan.
- Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan, rambut
kusam dan mudah patah.
- Monitor adanya bengkak pada
alat pengunyah, peningkatan
perdarahan, dll.
- Monitor mual dan muntah
- Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, kadar Ht.
- Monitor kadar limfosit dan
elektrolit.
- Monitor makanan kesukaan.
- Monitor pertumbuhan dan
perkembangan.
- Monitor kadar energi,
kelelahan, kelemahan.
- Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan pada jaringan
konjungtiva.
- Monitor kalori dan intake
nutrisi.
- Catat adanya edema, hiperemia,
hipertropik papila lidah dan
cavitas oral.
- Catat jika lidah berwarna
merah keunguan.
POST OPERASI
1 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan
1. Manajemen Nyeri
keperawatan selama ….x 24 Definisi : perubahan atau
Definisi : Sensori dan jam, klien dapat: pengurangan nyeri ke tingkat
pengalaman emosional 1.
yang Mengontol nyeri kenyamanan yang dapat diterima
tidak menyenangkan yang Definisi : tindakan seseorang pasien
timbul dari kerusakan jaringan untuk mengontrol nyeri Intervensi:
aktual atau potensial, muncul ndikator: - Kaji secara menyeluruh tentang
tiba-tiba atau lambat dengan  Mengenal faktor-faktor nyeri, meliputi: lokasi,
intensitas ringan sampai berat penyebab karakteristik,waktu kejadian,
dengan akhir yang bisa  Mengenal onset/waktu kejadian lama, frekuensi, kualitas,
diantisipasi atau diduga dan nyeri intensitas/beratnya nyeri, dan
berlangsung kurang dari 6 bulan.  tindakan pertolongan non- faktor-faktor pencetus
analgetik - Observasi isyarat-isyarat non
Batasan karakteristik :  Menggunakan analgetik verbal dari ketidaknyamanan,
- Laporan secara verbal atau non  melaporkan gejala-gejala kepada khususnya dalam
verbal adanya nyeri tim kesehatan (dokter, perawat) ketidakmampuan untuk
- Fakta dari observasi  nyeri terkontrol komunikasi secara efektif
- Posisi untuk menghindari nyeri - Berikan analgetik sesuai dengan
- Gerakan melindungi Keterangan: anjuran
- Tingkah laku berhati-hati 1 = tidak pernah dilakukan - Gunakan komunkasi terapeutik
- Muka topeng 2 = jarang dilakukan agar klien dapat
- Gangguan tidur (mata 3sayu, = kadang-kadang dilakukan mengekspresikan nyeri
tampak capek, sulit atau gerakan
4 = sering dilakukan - Kaji latar belakang budaya klien
kacau, menyeringai) 5 = selalu dilakukan - Tentukan dampak dari ekspresi
- Terfokus pada diri sendiri nyeri terhadap kualitas hidup:
- Fokus menyempit (penurunan2. Menunjukkan tingkat nyeri pola tidur, nafsu makan, aktifitas
persepsi waktu, kerusakan Definisi : tingkat keparahan dari mood, hubungan, pekerjaan,
proses berpikir, penurunan nyeri yang dilaporkan atau tanggungjawab peran
interaksi dengan orang dan ditunjukan - Kaji pengalaman individu
lingkungan) terhadap nyeri, keluarga dengan
- Tingkah laku distraksi, contoh : nyeri kronis
Indikator: - Evaluasi tentang keefektifan
jalan-jalan, menemui orang lain  Melaporkan nyeri
dan/atau aktivitas, aktivitas  Frekuensi nyeri dari tindakan mengontrol nyeri
berulang-ulang) yang telah digunakan
 Lamanya episode nyeri - Berikan dukungan terhadap
- Respon autonom (seperti  Ekspresi nyeri: wajah
diaphoresis, perubahan tekanan  Posisi melindungi tubuh klien dan keluarga
darah, perubahan nafas, nadi dan  Kegelisahan - Berikan informasi tentang nyeri,
dilatasi pupil) seperti: penyebab, berapa lama
 Perubahan Respirasirate terjadi, dan tindakan pencegahan
- Perubahan autonomic dalam  Perubahan Heart Rate
tonus otot (mungkin dalam  Perubahan tekanan Darah - Kontrol faktor-faktor lingkungan
rentang dari lemah ke kaku) yang dapat mempengaruhi
 Perubahan ukuran Pupil respon klien terhadap
- Tingkah laku ekspresif (contoh :  Perspirasi
gelisah, merintih, menangis, ketidaknyamanan (contoh :
 Kehilangan nafsu makan temperatur ruangan, penyinaran,
dll)
Keterangan: - Anjurkan klien untuk memonitor
1 : berat sendiri nyeri
2 : agak berat - Ajarkan penggunaan teknik non-
3 : sedang farmakologi
4 : sedikit - (ex: relaksasi, guided imagery,
5 : tidak ada terapi musik, distraksi, aplikasi
panas-dingin, massase)
- Evaluasi keefektifan dari
tindakan mengontrol nyeri yang
telah digunakan
- Berikan dukungan terhadap
klien dan keluarga
- Berikan informasi tentang nyeri,
seperti: penyebab, berapa lama
terjadi, dan tindakan pencegahan
- Kontrol faktor-faktor lingkungan
yang dapat mempengaruhi
respon klien terhadap
ketidaknyamanan (contoh :
temperatur ruangan, penyinaran,
dll)
- Anjurkan klien untuk memonitor
sendiri nyeri
- Ajarkan penggunaan teknik non-
farmakologi
- (ex: relaksasi, guided imagery,
terapi musik, distraksi, aplikasi
panas-dingin, massase)
- Evaluasi keefektifan dari
tindakan mengontrol nyeri
- Modifikasi tindakan mengontrol
nyeri berdasarkan respon klien
- Tingkatkan tidur/istirahat yang
cukup
- Anjurkan klien untuk berdiskusi
tentang pengalaman nyeri secara
tepat
- Beritahu dokter jika tindakan
tidak berhasil atau terjadi
keluhan
- Informasikan kepada tim
kesehatan lainnya/anggota
keluarga saat tindakan
nonfarmakologi dilakukan, untuk
pendekatan preventif
- monitor kenyamanan klien
terhadap manajemen nyeri
2. Pemberian Analgetik
Definisi : penggunaan agen
farmakologi untuk mengurangi
atau menghilangkan nyeri
Intervensi:
- Tentukan lokasi nyeri,
karakteristik, kualitas,dan
keparahan sebelum pengobatan
- Berikan obat dengan prinsip 5
benar
- Cek riwayat alergi obat
- Libatkan klien dalam pemilhan
analgetik yang akan digunakan
- Pilih analgetik secara tepat
/kombinasi lebih dari satu
analgetik jika telah diresepkan
- Tentukan pilihan analgetik
(narkotik, non narkotik, NSAID)
berdasarkan tipe dan keparahan
nyeri
- Monitor tanda-tanda vital,
sebelum dan sesudah pemberian
analgetik
- Monitor reaksi obat dan
efeksamping obat
- Dokumentasikan respon dari
analgetik dan efek-efek yang
tidak diinginkan
- Lakukan tindakan-tindakan
untuk menurunkan efek analgetik
(konstipasi/iritasi lambung)

3. Manajemen lingkungan :
kenyamanan
Definisi : memanipulasi
lingkungan untuk kepentingan
terapeutik
Intervensi :
- Pilihlah ruangan dengan
lingkungan yang tepat
- Batasi pengunjung
- Tentukan hal-hal yang
menyebabkan ketidaknyamanan
seperti pakaian lembab
- Sediakan tempat tidur yang
nyaman dan bersih
- Tentukan temperatur ruangan
yang paling nyaman
- Sediakan lingkungan yang
tenang
- Perhatikan hygiene pasien untuk
menjaga kenyamanan
- Atur posisi pasien yang
membuat nyaman.

2 Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan 1. Kontrol Infeksi


Definisi : Peningkatan resiko keperawatan selama … x 24 Definisi : Meminimalkan
masuknya organisme patogen jam, klien menunjukan mendapatkan infeksi dan trasmisi
1. Pengetahuan klien tentang agen infeksi
Faktor-faktor resiko : kontrol infeksi meningkat Itervensi :
- Prosedur Invasif Definisi : Tindakan untuk - Bersikan lingkungan secara tepat
- Ketidakcukupan pengetahuan mengurangi ancaman kesehatan setelah digunakan oleh klien
untuk menghindari paparan secara aktual dan potensial - Ganti peralatan klien setiap
patogen Indikator: selesai tindakan
- Trauma  Menerangkan cara-cara - Batasi jumlah pengunjung
- Kerusakan jaringan dan penyebaran - Ajarkan cuci tangan untuk
peningkatan paparan lingkungan  Menerangkan factor-faktor yang menjaga kesehatan individu
- Ruptur membran amnion berkontribusi dengan - Anjurkan klien untuk cuci
- Agen farmasi (imunosupresan) penyebaran tangan dengan tepat
- Malnutrisi  Menjelaskan tanda-tanda dan - Gunakan sabun antimikrobial
- Peningkatan paparan gejala untuk cuci tangan
lingkungan patogen  Menjelaskan aktivitas yang dapat - Anjurkan pengunjung untuk
- Imonusupresi meningkatkan resistensi mencuci tangan sebelum dan
- Ketidakadekuatan imum buatan terhadap infeksi setelah meninggalkan ruangan
- Tidak adekuat pertahanan klien
sekunder (penurunan Hb, Keterangan: - Cuci tangan sebelum dan
Leukopenia, penekanan respon 1 : Tidak pernah menunjukkan sesudah kontak dengan klien
inflamasi) 2 : Jarang menunjukkan - Lakukan universal precautions
- Tidak adekuat pertahanan tubuh 3 : Kadang-kadang menunjukkan - Gunakan sarung tangan steril
primer (kulit tidak utuh, trauma 4 : Sering menunjukkan - Lakukan perawatan aseptic pada
jaringan, penurunan kerja silia, 5 : Selalu menunjukkan semua jalur IV
cairan tubuh statis, perubahan - Lakukan teknik perawatan luka
sekresi pH, perubahan yang tepat
peristaltik) 2. pengetahuan tentang deteksi - Tingkatkan asupan nutrisi
- Penyakit kronik resiko meningkat - Anjurkan asupan cairan
Definisi : Tindakan untuk - Anjurkan istirahat
mengidentifikasi ancaman - Berikan terapi antibiotik
kesehatan - Ajarkan klien dan keluarga
Indikator : tentang tanda-tanda dan gejala
- Mengenali tanda dan gejala dari infeksi
yang mengindikasikan resiko - Ajarkan klien dan anggota
- Mengidentifikasi resiko keluarga bagaimana mencegah
kesehatan potensial infeksi
- Mencari pembenaran resiko
yang dirasakan 2. Proteksi infeksi
- Memeriksakan diri pada interval Definisi : Meminimalkan
waktu yang ditentukan mendapatkan infeksi dan trasmisi
- Berpartisipasi dalam screening agen infeksi
pada interval waktu yang Intervensi :
ditentukan - Bersihkan lingkungan setelah
- Mengetahui keadaan kesehatan dipakai pasien lain
keluarga saat ini - Pertahankan teknik isolasi
- Selalu mengetahui / memonitor- Batasi pengunjung bila perlu
keadaan kesehatan keluarga - Instruksikan pada pengunjung
- Selalu mengetahui / memonitor untuk mencuci tangan saat
kesehatan diri berkunjung dan setelah
- Menggunakan sumber-sumber berkunjung meninggalkan pasien
informasi untuk tetap - Gunakan sabun antimikrobia
mendapatkan informasi tentang untuk cuci tangan
resiko potensial - Cuci tangan setiap sebelum dan
- Menggunakan sarana pelayanan sesudah tindakan kperawtan
kesehatan sesuai kebutuhan - Gunakan baju, sarung tangan
sebagai alat pelindung
Keterangan: - Pertahankan lingkungan aseptik
1 : Tidak pernah menunjukkan selama pemasangan alat
2 : Jarang menunjukkan - Ganti letak IV perifer dan line
3 : Kadang-kadang menunjukkan central dan dressing sesuai
4 : Sering menunjukkan dengan petunjuk umum
5 : Selalu menunjukkan - Gunakan kateter intermiten
untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
3. Status nutrisi yang baik, - Tingktkan intake nutrisi
Definisi : Nutrisi cukup untuk - Berikan terapi antibiotik bila
memenuhi kebutuhan perlu
metabolisme tubuh 3. Manajemen Nutrisi
Indikator : Definisi : membantu dengan
- Masukan nutrisi memberikan diet makanan dan
- Masukan makanan dan cairan cairan yang seimbang.
- Tingkat energi cukup Tindakan :
- Berat badan stabil
- Tanyakan pada klien tentang
- Nilai laboratorium
alergi terhadap makanan
- Tanyakan makanan kesukaan
Keterangan: klien
1 : Sangat bermasalah - Kolaborasi dengan ahli gizi
2 : Cukup bermasalah
3 : Masalah sedang tentang jumlah kalori dan nutrisi
4 : Sedikit bermasalah yang dibutuhkan
5 : Tidak ada masalah - Anjurkan masukan kalori yang
tepat yang sesuai dengan gaya
4. Luka sembuh, dengan hidup
indikator: - Anjurkan peningkatan masukan
 Kulit utuh zat besi yang sesuai
 Berkurangnya drainase purulen - Anjurkan peningkatan masukan
 Drainase serousa pada luka protein dan vitamin C
berkurang - Anjurkan untuk banyak makan
 Drainase sanguinis pada luka buah dan minum
berkurang - Pastikan diit tidak menyebabkan
 Drainase serosa sangunis pada konstipasi
luka berkurang - Berikan klien diit tinggi protein,
 Drainase sangunis pada drain tinggi kalori
berkurang
 Drainase serosasanguinis pada
drain berkurang
 Eritema disekitar kulit berkurang
 Edema sekitar luka berkurang
 Suhu kulit tidak meningkat
 Luka tidak berbau
3 Kurang pengetahuan tentang : Setelah dilakukan asuhan 1. Pendidikan kesehatan:
penyakit, diet, pengobatan keperawatan selama 1 x 24 jam Proses penyakit
pengetahuan klien dan keluarga
Definisi : tidak adanya atau meningkat tentang: - Gali pengetahuan tentang
kurangnya informasi kognitif 1. Proses penyakit proses penyakit
sehubungan dengan topik Indikator: - Jelaskan patofisiologi penyakit
spesifik - Mengenal nama penyakit - Jelaskan tanda dan gejala
Batasan karakteristik :- Menjelaskan proses penyakit penyakit
memverbalisasikan adanya- Menjelaskan penyebab/fakor - Terangkan proses penyakit
masalah, ketidakakuratan yang berkontribusi - Identifikasi proses kemungkinan
mengikuti instruksi, perilaku- Menjelaskan factor-faktor penyebab
tidak sesuai. resiko - Berikan informasi tentang
Faktor yang berhubungan : Menjelaskan efek dari penyakit
- kondisi pasien
keterbatasan kognitif,- Menjelaskan tanda-tanda dan - Hindari memberi harapan palsu
interpretasi terhadap informasi gejala - Berikan informasi kondisi
yang salah, kurangnya keinginan- Menjelaskan tentang pasien pada keluarga
untuk mencari informasi, tidak komplikasi dan tanda gejalanya - Diskusikan perubahan gaya
mengetahui sumber-sumber- Menjelaskan tentang perawatan hidup untuk mencegah
informasi. dirumah komplikasi di masa depan
- Diskusikan pilihan terapi
Keterangan: - Terangkan rasional tindakan
1 : tidak pernah - Terangkan komplikasi kronik
2 : terbatas - Terangkan tanda dan gejala
3 : sedang yang harus dilaporkan
4 : Sering - Jelaskan cara mencegah atau
5 : Selalu meminimalkan efek samping
penyakit.
2. Diet, dengan indikator:
- Menggambarkan diet yang 2. Ajarkan : Diet
dianjurkan - Kaji pengetahuan klien tentang
- Menyebutkan keuntungan dari diet yang dianjurkan
mengikuti anjuran diet - Tentukan sikap keluarga klien
- Menyebutkan tujuan dari diet terhadap diet
yang yang dianjurkan - Jelaskan tujuan diet
- Menyebutkan makanan- - Informasikan berapa lama diet
makanan yang diperbolehkan harus diikuti
dalam diet - Anjarkan klien tentang makanan
- Menyebutkan makanan- yang boleh dan tidak boleh
makanan yang dilarang dimakan
- Memilih makanan-makanan - Bantu klien untuk mencatat
yang dianjurkan dalam diet makanan kesukaan dalam diet
yang dianjurkan
Keterangan: - Observasi pilihan makanan klien
1 : Tidak pernah sesuai dengan diet yang
2 : Terbatas dianjurkan
3 : Sedang - Anjurkan membuat rencana
4 : Luas makan
5 : Sangat luas - Dorong untuk mengikuti
informasi yang diberikan oleh
3. Pengobatan, dengan indikator: tenaga kesehatan lain
- Menggambarkan metode - Konsul ahli gizi
pengobatan yang tepat - Libatkan keluarga
- Menggambarkan tindakan-
tindakan dalam pengobatan 2. Ajarkan : pengobatan
- Menggambarkan efek samping - Jelaskan klien utk mengenal
dalam pengobatan karakteristik obat
- Menyebutkan interakasi obat - Informasikan nama generik dan
dengan agen yang lainnya nama dagang
- Menyebutkan rute pemberian - Jelaskan tujuan dan kerja obat
obat yang tepat - Jelaskan dosis, rute dan durasi
obat
Keterangan : - Evaluasi kemampuan klien
1 : Tidak pernah menggunakan obat
2 : Terbatas - Ajarkan klien untuk melakukan
3 : Sedang prosedur sebelum minum obat
4 : Luas - Informasikan apa yang
5 : Sangat luas dilakukan jika dosis obat hilang
- Informasikan akibat tidak
minum obat
- Informasikan efek samping obat
- Jelaskan tanda dan gejala over
dosis obat
- Jelaskan cara menyimpan obat
- Jelaskan interaksi obat
- Jelaskan cara mencegah atau
mengurangi efek samping obat
- Berikan informasi tertulis
tentang aksi, tujuan, efek
samping obat, dll
4 Sindroma Defisit Perawatan Setelah dilakukan asuhan 1.Bantu dalam perawatan diri
Diri keperawatan selama … x 24 (mandi, berpakaian, berhias,
jam, klien mampu melakukan makan, toileting)
(kurang perawatan diri : mandi, perawatan diri: Activities of Definisi : membantu pasien
berpakaian, makan, dan Daily Living (ADL), dengan untuk memenuhi ADL
toileting) indikator: Intervensi :
- makan  Monitor kemempuan klien untuk
- berpakaian perawatan diri yang mandiri.
Definisi :
Gangguan kemampuan untuk - toileting  Monitor kebutuhan klien untuk
- mandi alat-alat bantu untuk kebersihan
melakukan ADL pada diri - berhias diri, berpakaian, berhias,
- hygiene toileting dan makan.
Batasan karakteristik -: oral hygiene  Sediakan bantuan sampai klien
ketidakmampuan untuk mandi, - ambulasi: berjalan mampu secara utuh untuk
ketidakmampuan -
untuk ambulasi: wheelchair melakukan self-care.
berpakaian, ketidakmampuan - transfer performance  Dorong klien untuk melakukan
untuk makan, ketidakmampuan aktivitas sehari-hari yang normal
untuk toileting Keterangan: sesuai kemampuan yang dimiliki.
1: bergantung total  Dorong untuk melakukan secara
2 : dibantu orang dan alat mandiri, tapi beri bantuan ketika
3 ; dibantu orang klien tidak mampu
Faktor yang berhubungan : melakukannya.
kelemahan, kerusakan kognitif 4 : dibantu alat
5: mandiri  Ajarkan klien/ keluarga untuk
atau perceptual, kerusakan mendorong kemandirian, untuk
neuromuskular/ otot-otot saraf. memberikan bantuan hanya jika
pasien tidak mampu untuk
melakukannya.
 Berikan aktivitas rutin sehari- hari
sesuai kemampuan.
 Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.

DISCHARGE PLANNING
1. PENGERTIAN
Hiperplasia prostat benigna adalah suatu keadaan dimana kelenjar prostat mengalami pembesaran,
memanjang ke atas ke dalam kandung kencing dan menyumbat aliran air kencing dengan menutup lubang
berkemih/buang air kecil. BPH merupakan kondisi penyakit yang paling umum pada pria lansia.

2. TANDA DAN GEJALA:

 Sering berkemih (buang air kecil)


 Sering terbangun malam hari untuk buang air kecil
 Perasaan ingin buang air kecil yang mendesak/tidak dapat ditunda
 Nyeri saat buang air kecil
 Pancaran air kencing melemah
 Rasa tidak puas sehabis buang air kecil,
 Kalau mau buang air kecil harus menunggu lama
 Jumlah air kencing menurun dan harus mengedan saat buang air kecil
 Aliran air kencing tidak lancar/terputus-putus
 Air kencing terus menetes setelah berkemih
 Gejala umum seperti keletihan, tidak nafsu makan, mual muntah, dan rasa tidak nyaman pada
lambung
3. PENATALAKSANAAN:
 Observasi : pada pasien dengan keluhan ringan. Mencakup nasehat mengurangi minum setelah makan
malam, mengurangi minum kopi dan tidak diperbolehkan minum alkohol. Setiap 3 bulan kontrol
 Terapi obat, dapat menurunkan gangguan aliran air seni dan mengurangi gejala.
 Terapi bedah
Prostatektomi dilakukan untuk membuang jaringan prostat yang mengalami perbesaran.

4. HAL- HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DI RUMAH


- Menjaga masukan nutrisi yang seimbang dan adekuat (cukup)
- Jus buah dan sayuran tinggi serat dapat digunakan untuk memudahkan buang air besar dan mencegah
mengejan yang berlebihan.
- Latihan otot-perineal dilakukan dengan menekan bokong bersamaan, tahan posisi ini, rileks. Latihan ini
dapat dilakukan 10 sampai 20 kali setiap jam ketika duduk atau berdiri.
- Coba untuk memutuskan aliran air kencing setelah mulai buang air kecil, tunggu beberapa detik dan
kemudian lanjutkan.
- Dianjurkan untuk berkemih secepatnya ketika merasakan keinginan untuk berkemih
- Kembalinya Kemampuan mengontrol buang air kecil adalah proses yang bertahap, pasien dapat terus
merasa berkemih tidak tuntas setelah dipulangkan dan rasa tersebut harus secara bertahap hilang (hingga
1 tahun)
- Air kencing mungkin tampak keruh selama beberapa minggu setelah pembedahan dan kembali jernih
ketika area prostat menyembuh
- Dalam masa penyembuhan (6 - 8 minggu) pasien tidak boleh melakukan aktivitas seperti mengejan
ketika buamg air besari, mengangkat barang berat. Hal ini dapat meningkatkan tekanan pada pembuluh
darah balik dan menyebabkan keluarnya darah
- Pasien harus menghindari perjalanan jarak jauh dengan motor dan latihan berat yang dapat
meningkatkan perdarahan.
- Makanan pedas, alkohol dan kopi dapat menyebabkan ketidaknyamanan.
- Minum cukup cairan (paling sedikit 3000-4000 ml) untuk mencegah dehidrasi, yang dapat meningkatkan
terbentuknya jendalan darah dan menyumbat aliran air kencing
- Tanda-tanda seperti perdarahan, keluarnya jendalan darah, penurunan aliran air kencing, atau gejala
infeksi saluran kemih harus dilaporkan ke dokter.
- Minum obat sesuai dengan yang diresepkan
DAFTAR PUSTAKA

Johnson, M; Maas, M; Moorhead, S. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). Mosby: Philadelphia

Mansjoer, A, et all, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Media Aesculapis, Jakarta

McCloskey, J dan Bulechek, G. 2000. Nursing Interventions Classification (NIC). Mosby: Philadelphia

Nanda (2000), Nursing Diagnosis: Prinsip-Prinsip dan Clasification, 2001-2002, Philadelphia, USA.

Smeltzer, S.C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Vol 2, EGC, Jakarta

Diposkan oleh Rizki Kurniadi Hari Maret 02, 2012


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Link ke posting ini

Buat sebuah Link

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)

PROFIL SAYA

Rizki Kurniadi
Lihat profil lengkapku

Entri Populer
 ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN FEBRIS
 MACAM-MACAM SUARA NAFAS
 DIAGNOSA KEPERAWATAN NANDA DALAM 9 POLA KEBUTUHAN
KESEHATAN DASAR MANUSIA
 ASUHAN KEPERAWATAN KEJANG DEMAM PADA An. R DI MELATI 2 INSKA
RSUP DR. SARDJITO
 ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. SR DENGAN POST PARTUM DI RUANG
DDS RSUP DR SARDJITO JOGJAKARTA
 ASUHAN KEPERAWATAN POST OP SECTIO CAESARIA TERHADAP NY. S DI
POLI KEBIDANAN RSU BANYUMAS JAWA TENGAH APLIKASI NANDA, NOC,
NIC
 ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA DENGAN NANDA, NOC, NIC
 MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA HALUSINASI PENDENGARAN
 MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DIARE
 ASUHAN KEPERAWATAN STROKE DENGAN NANDA, NOC, NIC

Arsip Blog
 ► 16 (432)

 ▼ 12 (1422)
o ► Desember (76)
o ► November (51)
o ► Oktober (50)
o ► September (6)
o ► Juni (23)
o ► Mei (91)
o ► April (39)
o ▼ Maret (673)
 ► 31 Mar (6)
 ► 30 Mar (29)
 ► 29 Mar (2)
 ► 28 Mar (13)
 ► 27 Mar (9)
 ► 26 Mar (63)
 ► 24 Mar (20)
 ► 22 Mar (6)
 ► 21 Mar (9)
 ► 20 Mar (51)
 ► 19 Mar (20)
 ► 18 Mar (16)
 ► 17 Mar (7)
 ► 16 Mar (32)
 ► 15 Mar (12)
 ► 14 Mar (44)
 ► 11 Mar (9)
 ► 10 Mar (17)
 ► 09 Mar (7)
 ► 08 Mar (65)
 ► 07 Mar (76)
 ► 06 Mar (26)
 ► 03 Mar (38)
 ▼ 02 Mar (59)
 SATUAN ACARA PENYULUHAN HIPERTENSI
 SATUAN ACARA PEMBELAJARAN TUMBUH KEMBANG
BALITA
 SATUAN ACARA PENYULUHAN GIZI BALITA
 SATUAN ACARA PENYULUHAN (S A P) PENYAKIT
GATAL
 SATUAN ACARA PENYULUHAN (S A P) PENYAKIT
DIABETES...
 SATUAN ACARA PENYULUHAN CARIES GIGI
 SATUAN ACARA PENYULUHAN BATU SALURAN
KENCING
 SATUAN ACARA PENYULUHAN ASAM URAT
 PERAWATAN DIABETES MELLITUS DI RUMAH
 ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. N DENGAN
KURANG G...
 ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Ny D DENGAN
HIPERTENS...
 ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Ny. T DENGAN
HIPERTEN...
 ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn Nn DENGAN
GANGGUA...
 PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
 PENGARUH PEMBERIAN INFORMASI KESEHATAN
TENTANG PRO...
 STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(SP) MEN...
 STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
JIWA
 STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(SP) HAL...
 STRATEGI PELAKSANAAN TIDAKAN KEPERAWATAN
ISOLASI S...
 STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(SP) ANS...
 SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) WAHAM
 SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) TEKNIK
MENYUSUI BAYI...
 SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
 RESUME KEPERAWATAN JIWA DI POLIKLINIK RUMAH
SAKIT...
 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN
HALUSINASI
 CONTOH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
 CONTOH RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN GANNGGUAN
PERSEPSI SENS...
 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU
KEKERASAN
 PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
 LAPORAN HOME VISITE JIWA
 ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN ANSIETAS
 ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdri ” I ” DENGAN
MASALAH...
 ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN HARGA DIRI
RENDAH
 SATUAN ACARA PENYULUHAN ( S A P ) JIWA
 ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN DEMENSIA
 ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. “SS” DENGAN
MASALAH :...
 ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Ny.SA DENGAN
SKIZOFR...
 ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Ny.SA DENGAN
SKIZOFR...
 ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn P DENGAN
DEMENSIA ...
 PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
 SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) HALUSINASI
 STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(SP) HAL...
 ASUHAN KEPERAWATAN JIWA SKIZOFRENIA APLIKASI
NANDA...
 ASUHAN KEPERAWATAN JIWA GANGGUAN EKSPRESI
KEMARAHA...
 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN APLIKASI NANDA,
NIC, NO...
 DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
PADA KLI...
 PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
 Catatan Perkembangan Keperawatan Jiwa
 PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
 SATUAN ACARA PENYULUHAN GIZI IBU HAMIL
 SATUAN ACARA PENYULUHAN GIZI IBU HAMIL
 LAPORAN KOMUNITAS BAB III
 LAPORAN KOMUNITAS BAB II
 LAPORAN KOMUNITAS BAB I
 ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN FEBRIS
 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES
MELITUS A...
 ASUHAN KEPERAWATAN (SAK) CEDERA KEPALA
APLIKASI N...
 ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN BPH
(HIPERPLASI...
 ► 01 Mar (37)
o ► Februari (380)
o ► Januari (33)

 ► 11 (62)

Rank &
Link

Template Sederhana. Gambar template oleh luoman. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai