OLEH :
OLEH :
i
HALAMAN PERNYATAAN
Saya bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa karya
ilmiah akhir ini saya susun tanpa melakukan plagiat sesuai dengan peraturan yang
penulis, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk, saya menyatakan dengan
benar. Bila ditemukan adanya plagiat, maka saya akan bertanggung jawab
sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Stikes Hang Tuah Surabaya.
Penulis,
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
NERS (Ns.)
Mengetahui,
Stikes Hang Tuah Surabaya
Ka Prodi Pendidikan Profesi Ners
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad dan
hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Karya Ilmiah Akhir ini disusun sebagai
salah satu syarat dalam menyelesaikan program Pendidikan Profesi Ners.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan dan kelancaran Karya Ilmiah ini
bukan hanya karena kemampuan penulis saja, tetapi banyak bantuan dari berbagai
pihak, yang telah dengan ikhlas membantu penulis demi terselesainya penulisan,
oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan
penghargaan yang sebenar – benarnya kepada :
1. Laksamana Pertama TNI dr. I.D.G. Nalendra D.I., Sp.B.,Sp.BTKV (K)
selaku Kepala Rumkital Dr. Ramelan Surabaya, yang telah memberikan ijin
dan lahan praktik untuk penyusunan karya ilmiah akhir.
2. Ibu Wiwiek Liestyaningrum,. S.Kp., M.Kep selaku Ketua Stikes Hang Tuah
Surabaya yang telah memberikan kesempatan kepada kami menyelesaikan
pendidikan Ners di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya.
3. Bapak Ns. Nuh Huda, M.Kep., S..Kep.MB., selaku Kepala Program Studi
Pendidikan Profesi Ners yang telah memberikan dorongan penuh dengan
wawasan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
4. Ibu Christina Yuliastuti, S.Kep.,Ns., M.Kep., selaku Pembimbing, yang
dengan tulus ikhlas bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta
perhatian dalam memberikan dorongan, bimbingan dan arahan dalam
penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini.
5. Ibu Agustina Sripatmi S.Kep.,Ns., selaku Pembimbing ruangan yang
dengan tulus ikhlas telah memberikan arahan dan bimbingan dalam
penyusunan dan penyelesaian Karya Ilmiah Akhir ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Stikes Hang Tuah Surabaya, yang telah memberikan
bekal bagi penulis melalui materi – materi kuliah yang penuh nilai dan
makna dalam penyempurnaan penulisan Karya Ilmiah Akhir ini, juga
kepada seluruh tenaga administrasi yang tulus ikhlas melayani keperluan
penulis selama menjalani studi dan penulisannya.
iv
7. Orang tua dan keluargaku tercinta yang senantiasa mendoakan, memberikan
semangat dan motivasi selama menempuh studi Profesi Ners dan
menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir ini.
8. Sahabat – sahabat seperjuangan tersayang dalam naungan Stikes Hang Tuah
Surabaya yang telah memberikan dorongan semangat sehingga Karya
Ilmiah Akhir ini dapat terselesaikan, saya hanya dapat mengucapkan
semoga hubungan persahabatan tetap terjalin.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih
atas bantuannya. Penulis hanya bisa berdo’a semoga Allah SWT membalas
amal baik semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian
Karya Ilmiah Akhir ini.
Selanjutnya, penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah Akhir ini masih
banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Maka saran dan kritik yang
konstruktif senantiasa penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap, semoga Karya
Ilmiah Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membaca terutama
bagi Civitas Stikes Hang Tuah Surabaya.
v
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 6
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................. 6
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................... 7
1.5 Metode Penulisan ................................................................................ 9
1.6 Sistematika Penulisan .......................................................................... 10
vi
2.3.3 Intervensi Keperawatan ....................................................................... 71
2.4 Kerangka Masalah Diabetes Melitus ................................................... 82
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian .......................................................................................... 137
4.2 Diagnosis Keperawatan ...................................................................... 146
4.3 Intervensi Keperawatan ...................................................................... 150
4.4 Pelaksanaan dan Evaluasi ................................................................... 153
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan ............................................................................................. 166
5.2 Saran................................................................................................... 168
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kadar Tes Laboratorium Darah untuk Diagnosis Diabetes dan
Prediabetes ..................................................................................... 27
Tabel 2.2 Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa sebagai Patokan
Penyaring dan Diagnosis DM ........................................................ 28
Tabel 3.3 Terapi Medis Ny. S dengan Diabetes Mellitus Gangren Pedis
Dextra di Ruang 3 Rumkital Dr. Ramelan Surabaya pada
tanggal 16 Juli 2018....................................................................... 93
viii
DAFTAR GAMBAR
Tabel 2.2 The Ominous Octet, Delapan Organ yang Berperan dalam
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 5 Foto Luka Ny.S Diabetes Melitus Gangren Pedis Dextra ........... 174
x
DAFTAR SINGKATAN
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
terjadi di masyarakat. Masalah kesehatan yang berhubungan dengan gaya hidup dan
merupakan masalah yang cukup serius terjadi di negara maju dan negara
berkembang adalah peningkatan jumlah kasus Diabetes Melitus (DM) (Meetoo &
yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia, pada
diabetes melitus kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun
atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin (Brunner dan
Suddrath, 2001 dalam Wijaya dan Putri, 2013). Penderita Diabetes Melitus akan
terjadi perubahan pembuluh darah salah satunya yaitu gangguan pembuluh darah
perifer. Gangguan pembuluh darah perifer yang sering terjadi yakni timbul
jaringan nekrosis atau jaringan mati yang disebabkan oleh adanya emboli pembuluh
darah besar arteri pada bagian tubuh sehingga suplai darah berhenti. Dapat
pada bagian tubuh perifer akibat penyakit diabetes mellitus. Keadaan ini ditandai
dengan pertukaran selulitis dan timbulnya vesikula atau bula yang hemoragik
1
2
(Wijaya dan Putri, 2013). Masalah keperawatan yang sering muncul pada Diabetes
Melitus Gangren yang ditemukan di ruang III Rumkital Dr. Ramelan Surabaya
pada sepuluh tahun belakangan ini dan merupakan penyebab kematian keenam di
Federation (IDF) (2015) terdapat 415 juta penduduk di dunia yang menyandang
DM dan diprediksi tahun 2040 mendatang akan meningkat menjadi 642 juta jiwa
atau 55% dari jumlah penduduk di dunia tahun 2015. Prevelensi DM tahun 2015 di
Indonesia yaitu sekitar 10 juta jiwa sehingga dari hasil survey tersebut
mencapai 450 juta orang. Berdasarkan data organisasi (WHO) tahun 2010, pasien
diabetes militus tipe 2 (kronis) di Indonesia naik dari 8,4 juta pada 2000 menjadi
21,3 juta tahun 2010 (pusat data dan informasi PERSI, 2012) dari 10 penyakit
ulkus diabeteik dengan klaifikasi pada grade 0 sampai dengan grade tertinggi yaitu
grade 5. Berdasarkan data Persadia (2009) Jawa Timur, jumlah penderita diabetes
3
melitus di Jawa Timur diperkirakan mencapai 6% dari total jumlah penduduk Jawa
Timur. Penyakit kronis yang terjadi akan menyebabkan perubahan penampilan fisik
dan psikologi. Ganggren diabetik merupakan kasus yang paling banyak dirawat di
Ramelan Surabaya, jumlah penderita diabetes mellitus dalam kurun waktu tiga
tahun terakhir, didapatkan jemlah penderita Diabetes Melitus pada tahun 2015-
2016 sebanyak 170 orang, dimana sebanyak 54 orang mengalami Diabetes Melitus
dan 116 orang yang mengalami komplikasi Gangren Diabetik. Akumulasi tahun
2016-2017 sebanyak 217 orang, dimana sebanyak 42 orang adalah pasien Diabetes
Melitus dan 175 orang adalah penderita yang mengalami komplikasi Gangren
sebanyak 379 orang dimana sebanyak 35 orang adalah pasien Diabetes Melitus dan
344 orang adalah penderita yang mengalami komplikasi Gangren Diabetik. Jumlah
penderita Dibetes Melitus dalam tiga bulan terakhir rata – rata sebanyak 109 orang,
dimana sebanyak 11 orang adalah pasien Diabetes Melitus dan 98 orang adalah
bulan terakhir rata – rata sebanyak 42 orang, dimana sebanyak 3 orang adalah
pasien Diabetes Melitus dan 39 orang adalah penderita yang mengalami komplikasi
Gangren Diabetik.
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien Diabetes Melitus yaitu komplikasi akut
menahun atau jangka panjang yang dapat dialami oleh pasien DM antara lain
(Parkeni, 2011; ADA, 2013). Salah satu komplikasi diabetes melitus yang sering
dijumpai adalah terjadinya ulkus pada kaki atau sering disebut sebagai kaki
tipe 2 yaitu neuropati perifer (10-60%) (Yuanita, 2014). Ulkus diabetikum adalah
kaki pasien diabetes melitus yang mengalami perubahan patologis akibat infeksi,
ulserasi yang berhubungan dengan derajat bervariasi dan komplikasi metabolik dari
diabetes pada ektermitas bawah. Ulkus diabetes disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu neuropati, trauma, deformitas kaki, tekanan tinggi pada telapak kaki dan
15%, dengan angka amputasi 30%, angka mortalitas 32% dan ulkus diabetika
merupakan sebab perawatan rumah sakit yang terbanyak sebesar 80% (Meilani,
karena penyakit vascular (Simatupang 2013; Misnadiarly, 2006). Ulkus kaki pada
namun juga dapat berdampak pada kehidupan sehari- hari. Studi penelitian tentang
kualitas hidup pasien chronic venous ulcer menunjukkan bahwa pasien dengan
mobilitas dan aktivitas, nyeri, dan proses penyembuhan yang panjang (Ribu &
Wahl, 2014).
Penanganan luka pada pasien diabetes melitus dapat dilakukan dengan terapi
pengendalian berat badan, olahraga, dan diet. Sedangkan terapi farmakologis yaitu
pemberian insulin dan obat hipoglikemik oral. Terapi ini diberikan jika terapi non
farmakologis tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah dan dijalankan dengan
pengunaan dressing. Dressing adalah bahan yang digunakan secara topikal atau
menempel pada permukaan kulit atau tubuh dan tidak digunakan secara sistemik
(masuk kedalam tubuh melalui pencernaan dan pembuluh darah) (Arisanty, 2014).
latihan senam diabet, pemberian obat-obatan DM dan cara injeksi insulin, serta
tulis ilmiah tentang asuhan keperawatan pasien dengan Diabetes Melitus, untuk itu
asuhan keperawatan pada Ny.S dengan diagnosis medis Diabetes Melitus Gangren
diagnosis medis Diabetes Melitus Gangren Pedis Dextra di ruang III Rumkital Dr.
Ramelan Surabaya.
Diabetes Melitus Gangren Pedis Dextra di ruang III Rumkital Dr. Ramelan
Surabaya.
Diabetes Melitus Gangren Pedis Dextra di ruang III Rumkital Dr. Ramelan
Surabaya.
medis Diabetes Melitus Gangren Pedis Dextra di ruang III Rumkital Dr.
Ramelan Surabaya.
7
Diabetes Melitus Gangren Pedis Dextra di ruang III Rumkital Dr. Ramelan
Surabaya.
Diabetes Melitus Gangren Pedis Dextra di ruang III Rumkital Dr. Ramelan
Surabaya.
medis Diabetes Melitus Gangren Pedis Dextra di ruang III Rumkital Dr.
Ramelan Surabaya.
Berdasarkan tujuan umum maupun tujuan khusus maka karya tulis ilmiah
dari karya tulis ilmiah secara teoritis maupun praktis seperti tersebut dibawah ini :
1. Secara Teoritis
Asuhan keperawatan yang di berikan secara cepat, tepat dan efisien akan
menghasilkan keluaran klinis yang baik, menurunkan angka kejadian amputasi dan
2. Secara Praktis
Karya ilmiah akhir ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan untuk
Gangren Pedis Dextra sehingga penatalaksanaan dini bisa dilakukan dan dapat
menghasilkan keluaran klinis yang baik bagi pasien yang mendapatkan asuhan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta kualitas asuhan keperawatan pada pasien
profesi keperawatan.
Melitus Gangren Pedis Dextra di rumah agar luka tidak semakin memburuk.
tentang asuhan keperawatan pasien dengan Diabetes Melitus Gangren Pedis Dextra
1. Metoda
Metode yang digunakan dalam karya tulis akhir ini adalah metode
dengan diagnosis Diabetes Melitus Gangren Pedis Dextra. Membahas data dengan
a. Wawancara
b. Observasi
c. Pemeriksaan
3. Sumber data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari pasien dan perawat
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari keluarga atau orang terdekat
dengan pasien, catatan medik perawat, hasil-hasil pemeriksaan penunjang dan tim
c. Studi kepustakaan
Penyusunan karya tulis akhir ini secara keseluruhan dibagi menjadi 3 bagian
supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan memahami karya tulis
2. Bagian inti meliputi lima bab, yang masing – masing bab terdiri dari sub bab
berikut ini :
BAB 2 : Tinjauan pustaka, berisi tentang konsep penyakit dari sudut medis
dari pelaksanaan.
BAB 4 : Pembahasan kasus yang ditemukan yang berisi data, teori dan opini
serta analisis.
TINJAUAN PUSTAKA
yang ada keterkaitannya dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Ny.S dengan
Diagnosis Diabetes Melitus Gangren Pedis Dextra di Ruang III Rumkital Dr.
Ramelan Surabaya. Konsep pembahasan yang diambil dari judul tersebut adalah
Konsep dasar penyakit Diabetes Melitus, Konsep Ulkus Diabetik, Konsep Asuhan
1. Anatomi Pankreas
abdomen, panjangnya kira- kira 20- 25 cm, tebal 2,5 cm dan beratnya sekitar 80
gram, terbentang dari atas sampai lengkungan besar dari abdomen dan dihubungkan
oleh dua saluran ke abdomen. Struktur organ ini lunak dan berlobus, tersusun atas:
melingkarinya.
c. Ekor pankreas, adalah bagian yang runcing disebelah kiri dan berdekatan
12
13
merupakan penyusun terbanyak (80%) dari volume pankreas, jaringan ini penghasil
getah pencernaan dan pulau- pulau langerhans (sekitar 1 juta pulau) yang
dan tersebar diseluruh kelenjar pankreas tetapi lebih banyak pada ekor (cauda).
duodenum yaitu :
1) Duktus wirsung atau atau duktus pankreatikus, duktus ini mulai dari ekor
Aliran darah yang mempengaruhi pankreas adalah arteri lienalis dan arteri
berasal dari serabut- serabut saraf simpatis dan parasimpatis saraf vagus.
2. Fisiologi Pankreas
Kelenjar pankreas mempunyai dua fungsi utama yaitu eksokrin dan fungsi
endokrin.
a. Fungsi Eksokrin
Kelenjar pankreas hampir 99% bersumber dari sel asini yang merupakan
1200- 1500 ml cairan.Cairan pankreas jernih dan tidak berwarna, mengandung air,
beberapa garam, sodium bikarbonat dan enzim- enzim. PH cairan pankreas bersifat
alkalin (ph: 7,1- 8,2) karena mengandung sodium bikarbonat. Keadaan ph ini akan
menghambat gerak pepsin dari lambung dan penciptaan lingkungan yang sesuai
dengan enzim- enzim dalam usus halus. Enzim- enzim pada pankreas dihasilkan
oleh sel- sel aminor, fungsinya membantu pemecahan protein, atau proteolitik
dalm sel pankreas dalam bentuk tidak aktif yaitu tripsinogen, komotrisinogen,
untuk pencernaan lemak adalah lipase pankreas yang menghidrolisis lemak netral
hormonal.Pengaturan saraf terjadi bil adanya stimulus dari fase sefalik dan sekresi
15
b. Fungsi Endokrin
khusus untuk pengaturan fisiologis terhadap kelangsungan hidup suatu organ atau
sistem. Sel- sel Pulau Langerhans tersusun atas sel Alfa yang menghasilkan
glucagon, sel Beta yang menghasilkan insulin, dan sel Delta yang menghasilkan
somastotatin atau Grow hormone- inhibiting hormone (GH- IH) dan sel F yang
1) Hormon Glukagon
residu asam amino. Sekresi glukagon secara langsung dikontrol oleh kadar gula
darah melalui system feed back negative. Ketika kadar gula darah menurun maka
akan merangsang sel- sel alfa untuk mensekresi glukagon, demikian juga
sebaliknya jika kadar gula darah meningkat maka produksi glukagon akan
somastotatin.
2) Hormon Insulin
Hormon ini dihasilkan oleh sel beta pulau langerhans pada pankreas,
merupakan hormone peptida yang tersusun oleh dua rantai asam amino yaitu rantai
16
transport glukosa melalui membran plasma sel dalam jaringan tertentu atau target
seperti jaringan otot dan adipose. Selain itu, insulin juga berperan dalam
menghambat perombakan glikogen menjadi glukosa dan konversi asam amino atau
asam lemak menjadi glukosa. Peningkatan kadar insulin mempunyai efek pada
penurunan kadar glukosa darah (hipoglikemia) (normal kadar glukosa darah 70-
dalam lambung serta menghambat produksi hormon- hormon yang dihasilkan oleh
sekresi insulin.
4) Polipeptida Pankreatik
lemak dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan
sebenarnya tidak begitu jelas, tetapi faktor yang banyak berperan antara lain;
Kelainan genetik, Usia, Pola makan, Obesitas, Stress dan Infeksi . Manifestasi
Klinis diabetes mellitus menurut Riyadi dan Sukarmin (2008) yaitu : Polyuria
penurunan responsivitas sel (DM tipe II) terhadap insulin. Efek multisistem yang
merupakan suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar gula
darah (hiperglikemia) yang disebabkan oleh gangguan sekresi insulin atau kerja
menyebabkan defisiensi insulin absolut yang disebabkan oleh proses autoimun atau
idiopatik. 5 % sampai 10 % penderita diabetes termasuk dalam tipe ini. Sel-sel beta
gangguan kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas (seperti fibrosis kistik), obat-
obatan atau zat kimia (seperti pada penatalaksanaan AIDS atau setelah transplantasi
organ).
merupakan DM yang benar-benar terjadi akibat kehamilan dan baru terdeteksi saat
kehamilan.
19
Resistensi insulin pada otot dan liver serta kegagalan sel beta pankreas telah
diketahui bahwa kegagalan sel beta terjadi lebih dini dan lebih berat daripada yang
diperkirakan sebelumnya. Selain otot, liver dan sel beta, organ lain seperti: jaringan
DeFronzo pada tahun 2009 menyampaikan, bahwa tidak hanya otot, liver
dan sel beta pankreas saja yang berperan sentral dalam patogenesis penderita DM
tipe-2 tetapi terdapat organ lain yang berperan yang disebutnya sebagai the ominous
octet.
Gambar 2.2 The ominous octet, delapan organ yang berperan dalam
patogenesis hiperglikemia pada DM tipe 2. (Sumber: PERKENI, 2015)
20
Pada saat diagnosis DM tipe-2 ditegakkan, fungsi sel beta sudah sangat
berkurang. Obat anti diabetik yang bekerja melalui jalur ini adalah sulfonilurea,
2. Liver:
Pada penderita DM tipe-2 terjadi resistensi insulin yang berat dan memicu
(HGP=hepatic glucose production) meningkat. Obat yang bekerja melalui jalur ini
3. Otot:
gangguan transport glukosa dalam sel otot, penurunan sintesis glikogen, dan
penurunan oksidasi glukosa. Obat yang bekerja di jalur ini adalah metformin, dan
tiazolidindion.
4. Sel lemak:
(FFA=Free Fatty Acid) dalam plasma. Penigkatan FFA akan merangsang proses
glukoneogenesis, dan mencetuskan resistensi insulin di liver dan otot. FFA juga
21
akan mengganggu sekresi insulin. Gangguan yang disebabkan oleh FFA ini disebut
5. Usus:
Glukosa yang ditelan memicu respon insulin jauh lebih besar dibanding
kalau diberikan secara intravena. Efek yang dikenal sebagai efek incretin ini
terhadap GIP. Disamping hal tersebut incretin segera dipecah oleh keberadaan
ensim DPP-4, sehingga hanya bekerja dalam beberapa menit. Obat yang bekerja
juga mempunyai peran dalam penyerapan karbohidrat melalui kinerja ensim alfa-
diserap oleh usus dan berakibat meningkatkan glukosa darah setelah makan. Obat
dan sudah diketahui sejak 1970. Sel-α berfungsi dalam sintesis glukagon yang
dalam keadaan puasa kadarnya di dalam plasma akan meningkat. Peningkatan ini
individu yang normal. Obat yang menghambat sekresi glukagon atau menghambat
7. Ginjal:
tipe-2. Ginjal memfiltrasi sekitar 163 gram glukosa sehari. Sembilan puluh persen
dari glukosa terfiltrasi ini akan diserap kembali melalui peran SGLT-2 (Sodium
Glucose co- Transporter) pada bagian convulated tubulus proksimal. Sedang 10%
sisanya akan di absorbsi melalui peran SGLT-1 pada tubulus desenden dan asenden,
sehingga akhirnya tidak ada glukosa dalam urine. Pada penderita DM terjadi
peningkatan ekspresi gen SGLT-2. Obat yang menghambat kinerja SGLT-2 ini
akan dikeluarkan lewat urine. Obat yang bekerja di jalur ini adalah SGLT-2
8. Otak:
Insulin merupakan penekan nafsu makan yang kuat. Pada individu yang
asupan makanan justru meningkat akibat adanya resistensi insulin yang juga terjadi
di otak. Obat yang bekerja di jalur Ini adalah GLP-1 agonis, amylin dan
Insulin merupakan suatu hormon yang dihasilkan oleh sel beta pankreas
yang berfungsi untuk mengatur kadar glukosa darah. Secara fisiologis, insulin akan
terikat dengan reseptor khusus pada membran sel sehingga menimbulkan reaksi.
Reaksi yang dihasilkan oleh adanya ikatan antara reseptor dengan insulintersebut
23
adalah uptake glukosa oleh insulin dan terjadinya metabolisme glukosa dalam sel
berkurang. Gangguan sekresi insulin yang terjadi pada DM tipe 2 disebabkan oleh
diakibatkan dari adanya resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin adalah
menghasilkan produk sampingan lemak dan protein yang berupa asam lemak dan
badan keton. Produk sampingan ini akan menumpuk di dalam pembuluh darah
Menurut Waspadji dalam Soegondo (2009) keluhan yang sering terjadi pada
klien DM adalah :
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis.
Sifat glukosa adalah menghambat reabsorbsi air oleh tubulus ginjal mengakibatkan
air banyak keluar bersama glukosa dalam bentuk air kemih. Buang air kecil yang
banyak dan sering ini akan berpengaruh terhadap keseimbangan cairan dan
elektrolit.
pusat haus sehingga klien akan merasakan haus terus menerus dan untuk
3. Poliphagi
sel menyebabkan terjadi kelaparan (starvasi) sel sehingga klien akan cepat merasa
lapar. Upaya yang dilakukan oleh klien untuk mengatasi lapar dan memenuhi
disertai keluhan lemas. Hal ini disebabkan karena glukosa darah tidak dapat masuk
25
kelangsungan hidupnya maka sumber energi akan diambil dari cadangan lain yaitu
cadangan lemak dan protein yang menyebabkan terjadinya penurunan berat badan.
Klien mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada daerah kaki di
Kelainan kulit berupa gatal biasanya terjadi di daerah kemaluan atau daerah
lipatan kulit seperti ketiak atau payudara. Keluhan lain yang sering dirasakan oleh
klien yaitu adanya bisul dan luka yang sulit sembuh. Penyembuhan luka pada klien
lambatnya aliran darah ke area luka sehingga oksigen, nutrisi dan bahan-bahan lain
8. Gangguan ereksi
sebagian klien ada yang menganggap bahwa hal ini merupakan masalah yang tabu
untuk dibicarakan. Gangguan ereksi pada klien DM tipe 2 terjadi akibat adanya
9. Keputihan
Pada wanita biasanya keluhan ini sering ditemukan. Keputihan yang terjadi
mengalami infeksi. Infeksi yang terjadi dapat disebabkan karena jamur dan pada
keadaan gula darah yang tinggi dapat mengganggu pergerakan sel-sel fagosit yang
2. Keluhan lain : lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi
1. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak
(NGSP).
plasma puasa antara 100-125 mg/dl dan pemeriksaan TTGO glukosa plasma
jam setelah TTGO antara 140-199 mg/dl dan glukosa plasma puasa <100
mg/dl.
28
angka 5,7-6,4%.
Tabel 2.1 Kadar tes laboratorium darah untuk diagnosis diabetes dan
prediabetes (Sumber: PERKENI, 2015).
HbA1c (%) Glukosa darah Glukosa plasma
puasa (mg/dL) 2 jam seelah
TTGO (mg/dL)
Diabetes > 6,5 % > 126 mg/dL > 200 mg/dL
Prediabetes 5,7-6,4 % 100-125 mg/dL 140-199 mg/dL
Normal < 5,7 % < 100 mg/dL < 140 mg/dL
Pemeriksaan penyaring dilakukan untuk menegakkan diagnosis Diabetes
Melitus Tipe-2 (DMT2) dan prediabetes pada kelompok risiko tinggi yang tidak
1. Kelompok dengan berat badan lebih (Indeks Massa Tubuh [IMT] ≥23
kg/m2) yang disertai dengan satu atau lebih faktor risiko sebagai berikut:
d. Perempuan yang memiliki riwayat melahirkan bayi dengan BBL > 4 kg atau
h. Riwayat prediabetes.
2. Usia > 45 tahun tanpa faktor risiko di atas. Kelompok risiko tinggi dengan
Tabel 2.2 Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan
penyaring dan diagnosis DM (mg/dl). (Sumber: PERKENI, 2015)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa Plasma <100 100-199 >200
darah sewaktu Vena
(mg/dL) Darah <90 90-199 >200
Kapiler
Kadar glukosa Plasma <100 100-125 >126
darah puasa Vena
(mg/dL) Darah <90 90-99 >200
Kapiler
2.1.8 Faktor Risiko Diabetes Melitus
terkana diabetes mellitus meliputi berumur > 40 tahun, obesitas, hipertensi, riwayat
keluarga DM, riwayat melahirkan bayi >4 kg, riwayat DM pada saat kehamilan,
dislipidemia, selain itu Kaku (2010) menambahkan faktor risiko antara lain makan
berlebih (overeating), tingkat aktivitas yang rendah, dan stres. Hasil analisis dari
olahraga, dan riwayat keluarga sedangkan jenis kelamin, status gizi, riwayat
makanan dan minuman manis tidak memiliki kemaknaan hubungan secara statistik.
1. Usia
diatas 40 tahun. Penurunan ini yang akan berisiko pada penurunan fungsi endokrin
2. Obesitas
tidak normal atau berlebihan (Sugondo, 2009). Obesitas mengakibatkan sel-sel beta
metabolisme glukosa pada penderita obesitas untuk mencukupi energi sel yang
terlalu banyak.
3. Riwayat keluarga DM
gen reseptor insulin, 30% kejadian DM terjadi pada individu yang memiliki riwayat
tubuh yang dapat menurunkan risiko kejadian sindrom metabolik. Selain itu
aktivitas fisik yang cukup dapat mengurangi berat badan mencegah terjadinya
obesitas yang menjadi salah satu faktor risiko DM. Dalam penelitiannya individu
31
yang melakukan aktifitas fisik <3 x sehari memiliki risiko lebih besar mengalami
DM tipe 2 dibandingkan dengan individu yang melakukan latihan fisik secara rutin
(Wicaksono, 2011).
5. Stres
Faktor risiko DM yang banyak terjadi salah satunya kondisi stres.Stres ini
tidak hanya sebatas pada stres psikologis tetapi juga stres fisik.respon stres yang
1. Komplikasi Akut
(Ernawati, 2013).
a. Hipoglikemia
rendah yaitu dibawah 50 hingga 60 mg/dL (2,7 hingga 3,3 mmol/K) (Smeltzer &
Bare, 2002). Seseorang juga dikatakanhipoglikemia jika kadar glukosa darah <80
mg/dL dengan gejala klinis. Gejala hipoglikemik terdiri atas gejala adrenergik
seperti berdebar, banyak keringat, gemetar, dan rasa lapar, dan gejala
b. Ketoasidosis Diabetik
metabolik yang ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis, dan ketosis, terutama
c. HHNK
beberapa minggu pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 yang tidak mengalami absolut
defisiensi insulin namun relatif defisiensi insulin. HHNK sering terjadi pada lansia
2. Komplikasi Kronis
a. Komplikasi makrovaskuler
merupakan salah satu komplikasi makrovaskuler yang sering terjadi pada penderita
penderita DM disebabkan oleh kontrol gula darah yang buruk dalam waktu yang
2) Penyakit serebrovaskuler
DM, namun pasien DM memiliki kemungkinan dua kali lipat mengalami penyakit
33
darah serebral atau pembentukan emboli ditempat lain dalam sistem pembuluh
darah sering terbawa aliran darah dan terkadang terjepit dalam pembuluh darah
tiga kali lipat dibandingkan pasien non DM. Hal ini disebabkan karena pasien
ekstremitas bawah. Pasien dengan gangguan pada vaskuler perifer akan mengalami
berkurangnya denyut nadi perifer dan kalu dikasio intermiten (nyeri pada pantat
atau betis ketika berjalan). Penyakit oklusif arteri yang parah pada ektremitas bawah
b. Komplikasi mikrovaskuler
1) Retinopati diabetik
darah seperti pembuluh darah arteri, vena kecil, arteriol, venula dan kapiler.
a) Katarak
b) Perubahan lensa
c) Nefropati
dengan albuminuria menetap (> 300 mg/24 jam) pada minimal dua kali
10 tahun kemudian.
d) Nefropati diabetes
gangguan klinis maupun subklinis yang terjadi pada penderita DM tanpa penyebab
Derajat 0 = tidak ada lesi yang terbuka, kulit masih utuh dengan
35
Derajat IV = gangren jari kaki atau bagian distal kaki, dengan atau tanpa
Terjadi kerusakan syaraf somatik dan otonomik, tidak ada gangguan dari
sirkulasi. Klinis dijumpai kaki yang kering, hangat, kesemutan, mati rasa, oedem
kaki, dengan pembuluh darah kaki teraba baik (Waspadji, 2005 dalam Wijaya dan
Putri, 2013).
36
1. Edukasi
dan hiperlipidemia.
berat badan dapat mengurangi resistensi pada diabetes tipe 2). Batasi asupan
berlebihan.
kadar glukosa darah. Pada Diabetes Melitus tipe 2 olahraga berperan utama dalam
pengaturan kadar glukosa darah. Masalah utama pada Diabetes Melitus tipe 2 dalah
hal ini menyebabkan kebutuhan insulin pada diabetes tipe 2 akan berkurang
(Ernawati, 2013).
4. Intervensi farmakologis
jumlah reseptor insulin pada otot dan sel lemak, meningkatkan efisiensi sekresi
insulin dan potensial stimulasi insulin transport karbohidrat ke sel otot dan jaringan
lemak serta penurunan produksi glukosa oleh hati. Obat ini bekerja merangsang sel
beta pankreas untuk melepaskan insulin yang tersimpan. Contoh obat ini adalah
Glibenklamid, Glemipirid. Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan
b. Insulin
Insulin adalah suatu hormon yang di produksi oleh sel beta pulau
Luka diabetes (diabetic ulcers) sering kali disebut diabetics foot ulcers, luka
neuropati, luka diabetik neuropath. Luka diabetes atau neuropati adalah luka yang
terjadi pada pasien yang diabetik melibatkan gangguan pada saraf perifer dan
otonomik. Luka diabetes adalah luka yang terjadi pada kaki penderita diabetes,
38
dimana terdapat kelainan tungkai kaki bawah akibat diabetes melitus yang tidak
pembuluh darah, gangguan persyarafan dan adanya infeksi (Tambunan, 2007 dalam
Maryunani, 2013).
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir dan
ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasife kuman saprofit.
Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum juga
merupakan salah saju gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati
jaringan nekrosis atau jaringan mati yang disebabkan oleh adanya emboli pembuluh
darah besar arteri pada bagian tubuh sehingga suplai darah berhenti. Dapat
pada bagian tubuh perifer akibat penyakit diabetes mellitus. Biasanya ganggren
tersebut terjadi pada daerah tungkai. Keadaan ini ditandai dengan pertukaran
sekulitis dan timbulnya vesikula atau bula yang hemoragik kuman yang biasa
menginfeksi pada ganggren diabetik adalah streptococcus (Wijaya dan Putri, 2013).
Sumpio, Schroeder, & Blume (2005) dan Sigh, Pai, & Yuhhui (2013) mengatakan
ulcers)
Grade 2: ulkus dalam mencapai tendon, tulang, atau tulang sendi (joint capsule)
Grade 1: luka superfisial sampai dengan epidermis atau dermis, tetapi belum
40
Grade 2: kedalaman luka sampai pada tendon atau capsule tetapi belum sampai
tulang
terjadinya aterosklerosis
infeksi akan menyebar ke mana-mana atara lain tulang dan sendi (Fransisca,
2012).
41
1. Jenis kelamin
yaitu keadaan sel yang kebanjiran glukosa. Hiperglosia kronik akan mengubah
dengan ulkus diabetikum, ditemukan 58% adalah pasien penyakit DM yang telah
3. Neuropati
kaki kehilangan sensasi atau merasa kebas. Rasa kebas menyebabkan trauma yang
terjadi pada pasien penyakit DM sering kali tidak diketahui. Gangguan otonom
kaki menjadi kering dan mudah terbentuk fissura. Saat terjadi mikrotrauma keadaan
bawah yang disebakan oleh atherosklerosis. Gejala klinis yang sering ditemui pada
pasien PAD adalah klaudikasio intermitten yang disebabkan oleh iskemia otot dan
iskemia yang menimbulkan nyeri saat istirahat. Iskemia berat akan mencapai
klimaks sebagai ulserasi dan gangren. Pemeriksaan sederhana yang dapat dilakukan
untuk deteksi PAD adalah dengan menilai Ankle Brachial Indeks (ABI) yaitu
pemeriksaan sistolik brachial tangan kiri dan kanan kemudian nilai sistolik yang
paling tinggi dibandingkan dengan nilai sistolik yang paling tinggi di tungkai. Nilai
normalnya dalah O,9 - 1,3. Nilai dibawah 0,9 itu diindikasikan bawah pasien
5. Perawatan kaki
Edukasi perawatan kaki harus diberikan secara rinci pada semua orang
dengan ulkus maupun neuropati perifer atau peripheral Artery disease (PAD).
1. Riwayat
pengkajian riwayat adanya ulkus sebelumnya, lama diagnosa DM, adanya tanda –
pada kaki yang mengalami ulkus. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah adanya
43
tanda dan gejala neuropati (rasa nyeri pada kaki seperti terbakar, tidak berasa, rasa
tebal pada kaki, perasaan panas dan dingin, penurunan ambang rasa sakit-mati rasa
terhadap suhu dan getar, produksi keringat menurun, kulit kering dan pecah- pecah,
kaki terasa lebih hangat). Tanda dan gejala gangguan aliran darah perifer (kaki
pucat saat diangkat ke atas, luka pada kaki dan jari-jari, kulit kering dan bersisik,
otot kaki yang mengecil, bulu-bulu rambut yang menipis). Selain itu juga harus
diperhatikan adanya tanda-tanda kelainan yang dijumpai pada kaki diabetes (jari
bengkok, penonjolan tulang metatarsal ke arah plantar, kulit mudah luka akibat
luka, kondisi sekitar/batas luka (Sigh, Pai, & Yuhhui, 2013; Sumpio, Schroeder, &
Blume, 2005). Kondisi luka seperti ada atau tidak adanya slough atau jaringan
luka yang akan dilakukan. Selain itu tanda-tanda infeksi juga harus diperhatikan
3 Pengkajian Neurologi
diabetes telah terjadi neuropati perifer atau belum. Pemeriksaaan dilakukan dengan
apakah pasien merasakan apa yang dilakukan oleh pemeriksa. Selain itu jika
44
menggunakan garpu tala, getaran yang dihasikan ditempel di kulit dan dievaluasi.
Jika pasien tidak merasaka adanya getaran tersebut maka di duga pasien telah
4 Laboratorium
luka. Pemeriksaan kultur tidak dapat dilakukan terlalu sering/setiap hari karena ini
hanya akan menambah risiko infeksi pada luka (Sigh, Pai, & Yuhhui, 2013;
5 Radiologi
jika terdapat banyak slough atau eksudat/pus yang menutupi luka. X-ray sangat
melihat ada atau tidaknya infeksi pada tulang, fraktur, subluxatio/dislokasi sendi
6 Pengkajian Lain
Sirkulasi darah pada daerah kaki dapat diukur melalui pemeriksaan non
invasive, salah satunya adalah dengan pemeriksaan Ankle Brachial Index. Ankle
Brachial Index (ABI) merupakan pemeriksaan non invasive pada pembuluh darah
yang berfungsi untuk mendeteksi tanda dan gejala klinis dari iskhemia, penurunan
perfusi perifer yang dapat mengakibatkan angiopati dan neuropati diabetik. ABI
adalah metode sederhana dengan mengukur tekanan darah pada daerah ankle (kaki)
dan brachial (tangan) dengan menggunakan probe doppler. Hasil pengukuran ABI
menunjukan keadaan sirkulasi darah pada tungkai bawah dengan rentang nilai 0,90-
45
1,2 menunjukkan bahwa sirkulasi ke daerah tungkai normal. Nilai ini didapatkan
dari hasil perbandingan tekanan sistolik pada daerah kaki dan tangan (Gitarja,
2015).
Gangguan aliran darah pada kaki dapat dideteksi dengan mengukur ankle
brachial index (ABI) yaitu mengukur rasio dari tekanan sistolik kaki bagian bawah
dengan tekanan sistolik di lengan (Nussbaumerová et al., 2011; Sato et al., 2011).
ABI dihitung dengan membagi tekanan sistolik di pergelangan kaki dengan tekanan
darah sistolik di lengan. Pemeriksaan ABI sangat berguna untuk mengetahui adanya
penyakit arteri perifer (PAP) (Bundó et al., 2013; Le Faucheur et al., 2006).
perifer yang menyebabkan menurunnya sirkulasi darah pada kaki. Pada pasien yang
mengalami gangguan peredaran darah kaki maka akan ditemukan tekanan darah
tungkai lebih rendah dibandingkan dengan tekanan darah lengan yang dapat dilihat
dari skor ABI (Pessinaba et al., 2012). Keadaan yang tidak normal dapat diperoleh
bila nilai ABI 0,41 – 0,90 yang diindikasikan ada resiko tinggi luka di kaki, dan
pasien perlu perawatan tindak lanjut. ABI < 0.4 diindikasikan kaki sudah
mengalami kaki nekrotik, gangren, ulkus, borok yang perlu penanganan multi
perifer, penyakit vaskuler perifer dan penurunan sistem imunitas yang berakibat
lingkungan, terutama adalah trauma akut maupun kronis (akibat tekanan sepatu,
benda tajam, dan sebagainya) merupakan faktor yang memulai terjadinya ulkus.
kelemahan otot, atrofi otot, deformitas (hammer toes, claw toes, pes cavus, pes
planus, halgus valgus, kontraktur tendon Achilles) dan bersama dengan adanya
memudahkan terjadinya ulkus kaki. Kerusakan serabut autonom yang terjadi akibat
kulit dan edema kaki. Kerusakan serabut motorik, sensoris dan autonom
kaki.
47
1. Semua pasien dengan iskemia yang berat, adanya nyeri dada, dan adanya
glukosa darah, perfusi adekuat, perawatan luka dan debridemen, mengurangi bebat
tekanan (offloading), serta kontrol infeksi dengan antibiotik yang sesuai dan
1. Debridemen
Penyembuhan luka lebih cepat terjadi jika kondisi luka terbas dari jaringan
tidak akan sembuh apabila masih didapatkan jaringan nekrotik, debris, calus,
2005). Debridemen tidak hanya dilakukan melalui proses pembedahan. Metode lain
Pai, & Yuhhui, 2013). Dari berbagai macam debridemen, debridemen bedah
merupakan jenis debridemen yang paling cepat dan efisien. Tujuan debridemen
2. Balutan/Dressing
Prinsip perawatan luka diabetes saat ini menekankan pada kelembaban luka
(moist wound healing). Kondisi luka yang lembab dan bersih dapat merangsang
perhatikan dalam memilih dressing yang akan digunakan, yaitu tipe ulkus, ada atau
tidaknya eksudat, ada tidaknya infeksi, kondisi kulit sekitar dan biaya. Ada beberapa
Saat ini, lebih dari 500 jenis modern wound dressing dilaporkan tersedia
untuk menangani luka kronis. Bahan modern wound dressing dapat berupa hidrogel,
a. Hidrogel
sebagai dressing primer dan memerlukan balutan sekunder (pada kasa dan
transparent film) (Kartika, 2015). Balutan ini berfungsi untuk menciptakan kondisi
b. Film Dressing
Jenis balutan ini lebih sering digunakan sebagai secondary dressing dan
(Kartika, 2015). Terbuat dari polyurethane film yang disertai perekat adhesif tidak
kondisi lembab sehingga nyeri berkurang (Irma, 2013). Luka dengan epitelisasi,
low exudate, luka insisi. Kontraindikasi: luka terinfeksi, eksudat banyak. (Kartika,
2015).
c. Hydrocolloid
melindungi luka dari trauma dan menghindarkan luka dari risiko infeksi, mampu
primer atau sekunder, support autolysis untuk mengangkat jaringan nekrotik atau
d. Calcium Alginate
Membentuk gel di atas permukaan luka; berfungsi menyerap cairan luka yang
berlebihan dan menstimulasi proses pembekuan darah. Terbuat dari rumput laut
yang berubah menjadi gel jika bercampur dengan cairan luka. Indikasi: luka dengan
eksudat sedang sampai berat. Kontraindikasi: luka dengan jaringan nekrotik dan
kering (Kartika,2015).
e. Foam/absorbant dressing
Balutan ini berfungsi untuk menyerap cairan luka yang jumlahnya sangat
banyak (absorbant dressing), sebagai dressing primer atau sekunder. Terbuat dari
f. Dressing Antimikrobial
digunakan untuk luka kronis dan akut yang terinfeksi atau berisiko infeksi. Balutan
antimikrobial tidak disarankan digunakan dalam jangka waktu lama dan tidak
g. Antimikrobial Hydrophobic
Pada saat seseorang berjalan maka kaki mendapatkan beban yang besar.
Neuropati yang terjadi pada penderita DM sangat rentan terjadi luka akibat beban
dan gesekan yang terjadi pada kaki. Pad pendderita DM luka menjadi sulit untuk
sembuh. Salah satu hal yang sangat penting dalam perawatan kaki diabetik adalah
kesembuhan ulkus. Metode off loading yang sering digunakan adalah: mengurangi
kecepatan saat berjalan kaki, istirahat (bed rest), kursi roda, alas kaki, removable
cast walker, total contact cast, walker, sepatu boot ambulatory (Sigh, Pai, &
Yuhhui, 2013). Prinsip dari berbagai metode yang dipakai adalah untuk mengurangi
tekanan dan memberikan tekanan yang merata tidak hanya pada tumit dan ujung
kaki.
kulit dari satu tempat ketempat lain, dan di butuhkan revaskularisasi untuk
menjamin kelangsungsan hidup kulit yang di pindahkan tersebut. Luka ulkus yang
52
(Attinger, Ducic, Zelen (2012) dalam Singh, Rai, dan Yuhhui, 2013). Skin graft
dapat diambil dari kulit sendiri maupun donor. Bagian kulit yang biasa digunakan
untuk skin graft adalah kulit bagian vastus lateralis dan rektus abdominis (Singh,
2. Revascularization surgery
3. Amputasi
telah gagal dan tidak menunjukkan perbaikan. Pasien DM dnegan ulkus kaki 40-
60% mengalami amputasi ekstremitas bawah (Singh, Rai, dan Yuhhui, 2013).
Amputasi pada diabetes ini menyebabkan seseorang menjadi cacat dan kehilangan
b. Infeksi kaki yang mengancam dengan perluasan infeksi yang tidak terukur
Fase penyembuhan luka secara umum dibagi menjadi empat fase yang
saling tumpang tindih, yaitu fase hemostasis, inflamasi, proleferasi, dan maturasi.
a. Hemostasis
Fase hemostasis terjadi setelah injuri. Tujuan dari fase ini adalah untuk
Epidermal Growth Factor (EGF). Sitokin dan faktor pertumbuhan memiliki banyak
fungsi, diantaran adalah menarik leukosit dan fibroblas ke daerah injuri. Selama
yang akan memudahkan sel-sel untuk migrasi ke daerah luka. Setelah hemostasis,
b. Inflamasi (peradangan)
Fase inflamasi disebut juga fase pertahanan atau fase reaksi. Fase ini dimulai
segera pada saat terjadi injuri dan biasanya berlangsung 4 sampai 6 hari.
Karakteristik dari fase inflamasi adalah sakit, panas, kemerahan, dan bengkak.
Tujuan utama fase inflamasi adalah untuk menghilangkan debris patogen dan
54
menyiapkan daerah yang luka untuk membentuk jaringan baru. Pada fase
dan faktor pertumbuhan. Sitokin dan faktor pertumbuhan akan menginisiasi respon
inflamasi dengan cara menarik sel inflamasi ke daerah injuri, yaitu neutrofil dan
makrofag. Segera setelah injuri, neutrofil akan datang ke daerah luka untuk
melawan bakteri dan membersihkan benda asing pada luka. Jumlah neutrofil
mencapai puncaknya dalam waktu 24-48 jamsetelah injuri, dan turun pada hari
ketiga setalah injuri. Pada hari kedua setelah injuri, monosit akan masuk kedalam
luka, diikuti dengan limfosit. Monosit akan berubah menjadi magrofag. Seperti
neutrofil, makrofag juga akan menarik fibroblas, dan juga mensekeresikan protease,
luka.
c. Proliferasi
Fase poliferasi biasanya dimulai pada hari ketiga setelah injuri berlangsung
sampai beberapa minggu (sekitar tiga minggu). Fase poliferasi juga disebut fase
fibroblastik, regeneratif, atau fase jaringan ikat. Tujuan dari fase ini adalah untuk
mengisi luka dengan jaringan yang baru (jaringan granulasi) dan memperbaiki
integritas dari kulit. Fase ini meliputi angiogenesis (pertumbuhan pembuluh darah
baru), sintesis kolagen, kontraksi luka (tepi-tepi luka saling menarik), dan re-
kolagen. Ketika luka sudah terisi jaringan granulasi, tepi-tepi luka akan saling
55
menarik (kontraksi), sehingga ukuran luka menjadi kecil. Fase terakhir dalam
proses proliferasi adalah epitelisasi. Selama fase ini, keratinosit akan bermigrasi
dari tepi luka, kemudian sel ini akan membelah dan akhirnya mampu menutup luka.
d. Maturasi
Fase ini disebut sebagai fase maturasi atau remodeling. Fase ini berlangsung
sekitar tiga minggu setelah injuri sampai beberapa bulan atau tahun. Fase ini
melibatkan keseimbangan antara sintesis kolagen dan degradasinya. Pada fase ini
serat kolagen mengalami maturasi. Tiga minggu setelah injuri, kekuatan kulit
(tensilestrength) adalah sekitar 20% dibanding sebelum terjadi luka. Pada akhir fase
maturasi, kulit bekas luka hanya mempunyai 80% dari kekuatan kulit sebelum
terjadinya luka. Karena kekuatan kulit ini lebih sedikit dari kekuatan kulit sebelum
luka, oleh karena itu jaringan kulit yang menyembuhkan ini berisiko untuk
mengalami kerusakan.
pertumbuhan. Pada kondisi DM, ketiga proses fisiologik ini terganggu, sehingga
gangguan pada migrasi dari sel epitel di permukaan kulit, dan juga gangguan
Sari 2015).
c. Pada banyak kasus DM, aliran darah ke daerah luka berkurang sehingga
d. Terjadinya perubahan struktural dari sel keratinosit, dan juga gangguan pada
proliferasi dari sel keratinosit (Spravchikov et.al, 2001 dalam Sari 2015).
pertumbuhan ini berfungsi untuk kemotaksis, migrasi sel, dan poliferasi sel.
Luka terjadi tanpa kehilangan banyak jaringan kulit. Luka ditutup dengan
cara dirapatkan kembali dengan menggunakan alat bantu sehingga bekas luka tidak
ada atau minimal. Proses yang terjadi adalah epitelisasi dan deposisi jaringan ikat.
57
Contohnya adalah luka sayatan/robekan dan luka operasi yang dapat sembuh
memerlukan proses granulasi, kontraksi, dan epitelisasi untuk menutup luka. Pada
kondisi ini, jika dijahit kemungkinan terbuka lagi atau menjadi nekrosis sangat
besar. Contohnya adalah luka tekan (dekubitus, luka diabetes melitus) dan luka
Penyembuhan luka dapat juga diawali dengan penyembuhan secara sekunder yang
a. Hitam (Black)
baik dari tubuh sehingga mati. Luka dengan warna dasar hitam beresiko mengalami
deep tissue injury atau kerusakan kulit hingga tulang, dengan lapisan epidermis
58
masih terlihat utuh. Luka terlihat kering, namun sebetulnya itu bukan jaringan sehat
b. Kuning (Yellow)
Warna dasar luka kuning artinya jaringan nekrosis (mati) yang lunak
berbentuk seperti nanah beku pada permukaan kulit yang sering disebut slough.
Jaringan ini juga mengalami kegagalan vaskularisasi dalam tubuh dan memiliki
c. Merah (Red)
yang baik dan memiliki kecenderungan mudah berdarah. Warna dasar merah
menjadi tujuan klinis dalam perawatan luka hingga luka dapat menutup. Hati-hati
dengan warna dasar merah yang tidak cerah atau berwarna pucat karena
d. Pink
Warna dasar luka pink menunjukan terjadinya proses epitelisasi dengan baik
menuju maturasi. Artinya luka sudah menutup, namun biasanya sangat rapuh
sehingga perlu untuk tetap dilindungi selama proses maturasi terjadi. Memberikan
kelembapan pada jaringan epitel dapat membantu agar tidak timbul luka baru.
terapi lain. Metode ini bertujuan mempersiapkan dasar luka dari adanya infeksi,
benda asing, atau jaringan mati menjadi merah terang dengan proses epitelisasi
yang baik. TIME dikenalkan oleh Prof. Vincent Falanga pada tahun 2003 yang
diseponsori oleh produk Smith & Nephew dalam penelitian ini sehingga keluar
luka, dan E adalah manajemen tepi luka untuk mendukung proses epitelisasi.
debridemeng (debridement) yang dimulai dari mengkaji dasar luka sehingga dapat
terinfeksi, dan benda asing dari dasar luka sehingga dapat ditemukan dasar luka
dengan vaskularisasi baik (Irma, 2013). Metode debridemang ada berbagai macam,
jaringan mati, seperti pisau bedah atau gunting. Jenis debridemen ini adalah
menimbulkan rasa nyeri yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan tipe
debridemen yang lain (Sari, 2015). Pengakatan jaringan mati sendiri oleh
tubuh dengan menciptakan konsisi lembap pada luka. Luka hitam dan
kuning akan melunak dan mudah diangkat, bahkan hilang diserap oleh
seperti gel, koloid, cream, self dapat membantu proses ini (Irma,2013).
benda tajam dan tidak hanya pada jaringan yang mati, tetapi juga pada
mengurangi nyeri sehingga tindakan ini hanya boleh dilakukan oleh dokter
dengan menggunakan guntin, pinset, dan bisturi hanya pada jaringan mati
sehingga tidak banyak berdarah dan tidak menimbulkan nyeri pada pasien
(Irma, 2013).
mengatasi perkembangan jumlah kuman pada luka. Semua luka adalah luka yang
terkontaminasi, namun tidak selalu ada infeksi (Smith 1983 dalam Irma 2013).
Infeksi adalah pertumbuhan organisme dalam luka yang ditandai dengan reaksi
jaringan lokal dan sistemik. Sebelum terjadi infeksi, ada perkembangbiakan kuman
et.al, 2003). Infeksi luka akan menghambat proses penyembuhan luka karena akan
kemerahan (eritema) yang baru atau peningkatan kemerahan pada luka, peningktan
temperatur pada daerah sekitar luka, dan bau (luka atau eksudatnya) (Sari, 2015).
pucat), peningkatan slaf, peningkatan ukuran luka, adanya jaringan baru yang rusak,
dan adanya kantong luka (Underminning) atau adanya jembatan antar luka
memilih jenis cairan pencuci yang tepat dan menggunakan balutan antimikroba
yang tepat pada luka. Cara mencuci juga menjadi perhatian untuk mengontrol
infeksi dan inflamasi. Ada beberapa teknik pencucian luka, yaitu swabbing atau
Kelembapan Luka).
62
kronis dapat menyebabkan gangguan kegiatan sel mediator seperti growth factor
luka dengan menentukan jenis dan fungsi balutan yang digunakan (Irma, 2013).
dapat berlangsung secara efektif. Tepi luka yang siap melakukan proses penutupan
adalah tepi luka yang halus, bersih, tipis, menyatu dengan dasar luka, dan lunak.
Tepi luka yang kasar disebabkan oleh pencucian yang kurang bersih atau lemak
yang dihasilkan oleh tubuh menumpuk dan mangeras di tepi luka. Tepi luka yang
tebal disebabkan oleh proses epitelisasi yang tidak mau maju sehingga epitel
menumpuk di tepi luka dan menebal. Jika di tepi luka masih terdapat jaringan mati
Penyembuhan Luka
growth factor (PDGF), fibroblast growth factor (FGF) aktif dalam proses
growth factor-β1 (TGF- β1). PDGF pada konsentrasi rendah akan menginduksi
fibrosis.
globulin GI ((Ig GI) yang diproduksi oleh leukosit dan limfosit pada saat sintesis
kolagen. pada proses remodeling faktor pertumbuhan seperti PGDF, FGF, TGF
β dan IL 1, TNF akan menstimulasi sintesis kolagen serta jaringan ikat lain yang
macam sel yaitu fibroblas, makrofag, neutrofil, sel sinovial, dan beberapa sel
epitel. untuk mensekresikannya perlu stimulus PDGF, FGF, IL 1, TNF alfa, sel
2.3.1 Pengkajian
1. Identitas pasien
dengan usia dikarenakan jumlah sel β yang produktif berkurang seiring dengan
pertambahan usia (Arisman, 2010). Awitan Diabetes Melitus tipe 1 biasanya terjadi
64
sebelum usia 30 tahun (meskipun dapat terjadi pada semua usia), sebaliknya DM
tipe 2 biasanya terjadi pada dewasa obese diatas usia 40 tahun (Kowalak, et al.
2011).
2. Keluhan utama
kabur, gangguan kesadaran karena gula darah meningkat drastis dan tiba tiba.
Pasien dapat pula datang dengan keluhan nyeri karena lesi di ekstremitas bawah
kadang penderita belum tahu kalau itu salah satu tanda penyakit Diabetes Melitus.
Pasien dapat pula datang dengan keluhan nyeri karena lesi di ekstremitas bawah
BB > 4 kg. Pasien memiliki riwayat infark miocard, riwayat Hipertensi, penyakit
gen reseptor insulin, 30% kejadian DM terjadi pada individu yang memiliki riwayat
e. Riwayat alergi
Riwayat pengobatan yaitu obat obatan yang diberikan sekarang dan reaksi
pemakaian yang berlebih dan obat obatan yang diresepkan pada masa lalu Bahan
radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas menurun sehingga tidak
ada sekresi hormon hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin
(Arisman, 2010).
kurangnya pengetahuan pasien tentang faktor faktor penyebab dan dan faktor faktor
yang mempengaruhi Diabetes Melitus. Gaya hidup: Olahraga, kurang dari 3 kali
itu menggunakan energi untuk mengurangi berat badan. Diet, untuk menngawasi/
tubuh yang dapat menurunkan risiko kejadian sindrom metabolik. Selain itu
aktivitas fisik yang cukup dapat mengurangi berat badan mencegah terjadinya
obesitas yang menjadi salah satu faktor risiko DM. Dalam penelitiannya individu
yang melakukan aktifitas fisik <3 x sehari memiliki risiko lebih besar mengalami
DM tipe 2 dibandingkan dengan individu yang melakukan latihan fisik secara rutin
(Wicaksono, 2011).
Istirahat menjadi tidak efektif karena adanya poliuri, nyeri pada luka
d. Nutrisi – metabolik
Melitus yang bermasalah adalah insulin. Pemasukan gula kedalam sel sel tubuh
kurang sehingga energi yang dibentuk pun kurang. Inilah yang menyebabkan orang
merasa kurang bertenaga. Dengan demikian otak akan berfikir bahwa kurang energi
itu karena kurang makan, maka tubuh berusaha meningkatkan asupan makanan
dengan menimbulkan rasa lapar, timbulah perasaan selalu ingin makan (Kariadi,
2009).
67
e. Eliminasi
Seringkali buang air kecil dengan volume yang banyak (poliuri), yaitu lebih
sering daripada biasanya, apalagi malam hari. Untuk menjaga agar urine yang
keluar (yang mengandung gula) itu tidak terlalu pekat, tubuh akan menarik air
sebanyak mungkin ke dalam urine sehingga volume urine yang keluar banyak dan
f. Konsep diri
mengalami gangguan gambaran diri. Luka yang sukar sembuh, lama perawatan dan
2009).
g. Pola koping
Toleransi stress, mengalami stress yang berat baik emosional maupun fisik,
emosi labil dan depresi. Pasien tampak tidak bergairah, bingung bahkan kadang
impoten. Apabila selama urat saraf yang memelihara alat seksual tidak terganggu,
dalam waktu yang tidak terlalu lama sekitar (3 – 4 bulan), biasanya dapat
jika kerusakan sarafnya sudah berat dan permanen, penderita Diabetes Mellitus
Pada periode awal emosi pasien masih stabil dan mampu mengekspresikan
emosi dengan baik. Sedangkan pada pasien dengan Diabetes Melitus lama, pasien
dan marah. Penderita kadang merasa tidak berguna sendiri sehingga kurang respek
Melitus mulai berusaha mencari kekuatan yang luar biasa dari Tuhan. Kegiatan
mencari kesembuhan dari Tuhan Yang Maha Esa (Riyadi & Sukarmin, 2008).
5. Pemeriksaan fisik
a. Sistem pernapasan
(krekels), pada kasus KAD didapatkan tanda khas: pernapasan cepat dan dalam
(kusmaul), napas bau keton (Doenges, 2012). Penderita Diabetes Melitus kalau
lebih mudah menderita TBC, terlebih lagi bila Diabetes Melitus yang di deritanya
b. Sistem Cardiovaskuler.
Riwayat HT, kebas, infark miocard akut, kesemutan pada ekstremitas, ulkus
kaki yang penyembuhannya lama, CRT > 2 detik, takhicardia, perubahan tekanan
darah, nadi perifer melemah, gangguan perfusi pada ekstremitas (Doenges, 2012).
2010).
c. Sistem Persyarafan
perlahan lahan, yang boleh dicurigai sebagai penjelmaan retinopati atau katarak
(Arisman, 2010)
d. Sistem Perkemihan
Diabetes Melitus urat saraf kandung kemih rusak, sehingga dinding kandung kemih
menjadi lemah, kandung kemih akan menggelembung dan kadang kadang penderita
tidak bisa buang air kecil spontan, urine tertimbun dan tertahan yang disebut
retensio urine. Sebaliknya bila urat sarafnya yang terganggu, penderita akan sering
buang air kecil/ inkontinensia urine. Semua ini dapat diobati dengan memberi
suntikan insulin, obat untuk saraf dan obat untuk infeksi (Misnadiarly, 2006).
70
e. Sistem Pencernaan
tidak lekas turun, kadang timbul rasa sakit di ulu hati karena makanan terhenti di
dalam dada. Pasien tidak mengikuti diet, penurunan berat badan. Penderita Diabetes
Melitus yang lama dapat menyebabkan urat saraf yang terdapat di lambung rusak
f. Sistem Muskuloskeletal
Letih, lemah, sulit bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun, nyeri
g. Sistem Integumen
atau kurang kuat dalam hal pertahanannya, sehingga mudah terkena infeksi dan
penyakit jamur. Karena itu, lebih sering mengalami bisul (furukel), bahkan bisul
tersebut bisa sangat besar (kurbukel) misalnya di dada, punggung, leher, kulit
kering, gatal, ulkus kulit/ gangren (Misnadiarly, 2006). Timbul ulkus pada kaki
h. Sistem Endokrin
110 mg/ dl dan hipoglikemia sebagai kadar glukosa kurang dari 70 mg/ dl. Insulin
yaitu homon penurun kadar glukosa darah, meningkat setelah makan dan kembali
turun ke nilai dasar dalam waktu tiga jam. Insulin berperan penting dalam mengatur
glukosa darah dan memiliki efek efek yang berlawanan dengan insulin. Hormon ini
penting dalam mencegah terjadinya hipoglikemia selama puasa dan stress (Price &
sirkulasi.
muntah.
iskemia, neoplasma).
tubuh.
Rencana tindakan :
kaki sedikit lebih rendah dari jantung (posisi elevasi pada waktu istirahat),
terjadi oedema.
2. Dx.2 Defisit nutrisi berhubungan dengan nafsu makan menurun dan mual
Rencana Tindakan :
hipoglikemia/hiperglikemia.
74
ditetapkan.
5) Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian insulin dan diet
diabetik.
dalam jaringan sehingga gula darah menurun, pemberian diet yang sesuai
Rencana tindakan :
2) Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk selalu menjaga kebersihan diri
selama perawatan.
75
Rasional : Kebersihan diri yang baik merupakan salah satu cara untuk
4) Anjurkan pada pasien agar menaati diet, latihan fisik, pengobatan yang
ditetapkan.
Rasional : Diet yang tepat, latihan fisik yang cukup dapat meningkatkan
Rencana tindakan :
rasa nyeri.
Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan pasien.
Rencana tindakan :
2) Rawat luka dengan baik dan benar : Membersihkan luka secara abseptik
menggunakan larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang menempel
luka dan larutan yang iritatif akan merusak jaringan granulasi tyang timbul,
3) Ajarkan klien atau keluarga tentang perawatan luka yang baik dan benar
Rasional : mengajarkan klien tentang perawatan luka dengan baik dan benar
dirumah.
pus untuk mengetahui jenis kuman dan anti biotik yang tepat untuk
perkembangan penyakit.
78
berdiri, berjalan).
kemampuan.
Rencana tindakan :
sesuai kemampuan.
Rasional : Untuk melatih otot – otot kaki sehingg berfungsi dengan baik.
5) Kerja sama dengan tim kesehatan lain : dokter ( pemberian analgesik ) dan
tenaga fisioterapi.
79
7. Dx.7 Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri yang dirasakan.
Rencana tindakan :
mempercepat kesembuhan.
Rasional : Untuk melatih otot – otot kaki sehingg berfungsi dengan baik.
Rencana tindakan :
secara normal.
kehilangan.
normal.
6) Beri dorongan pasien untuk berpartisipasi dalam perawatan diri dan hargai
c. Istirahat cukup.
Rencana tindakan :
4) Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan pasien
5) Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan
mungkin.
bergantian.
Rasional : Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota keluarga yang
menunggu.
Penyakit Penyakit
Gluc.darah Defisiensi Obesitas Pola hidup Obat-obatan
Pankreas Hormonal
Insulin Absolut Pemecahan Kehil. Nitrogen
Lipolisis
katabolisme protein berlebihan
Jmlh reseptor To sik pada sel Pankreas Merangsang
Kerusakan Insulin beta rusak sekresi sel berta As. Amino
Pankreas hiperaktif dan As. Lemak bebas
Jmlh Insulin Gli serol
Fs sel beta rusak
kurang Fs sel beta Gluk oneogenesis
Penghancur
an sel beta (pembentukan glukosa) Ketogenesis LDL
DM Tipe II DM Tipe
(relatif) lai n
DM Tipe I Asidasis metabolik
(absolut)
Koma diabetikum Nafas kusmaul
Defisiensi
Ambilan & bau keton
glukosa
Insulin
MK: Pola Nafas
Hiperglikemia Tidak Efektif
Trauma Stroke
Disf ungsi endotel Disf ungsi endotel mic. Perubahan dinding
mic. vaskuler Vaskuler & jantung endotel / ateroskl erosis Angina / IMA
83
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini akan disajikan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan yang
3.1 Pengkajian
Ny.S (65 tahun), beragama Islam, suku bangsa Jawa/ Indonesia, bekerja
sebagai ibu rumah tangga, status perkawinan menikah dengan 1 orang anak, paisen
tinggal di Lemah Asin 4/9 Gedangan Sidoarjo. Jawa Timur, No. Register 554198.
Pasien dirawat dengan diagnose medis Diabetes Mellitus Gangren Pedis Dextra.
Pasien masuk Rumkital Dr. Ramelan Surabaya melalui IGD pada tanggal 06 Juli
2018 jam 20.10 WIB diantar oleh anaknya. Selama pengkajian, sumber informasi
2018 jam 20.10 WIB diantar oleh anaknya. Pasien datang dengan keluhan demam
sejak kemarin (± 1 hari yang lalu), ada mual tapi tidak muntah, dan terdapat luka
kehitaman pada jari tengah kaki kanan yang melebar hingga kepunggung kaki.
konsulan dari Dr. Sartono, SPPD di IGD pasien mendapatkan terapi Diit B1
84
85
1900kall, Gliben stop, Humulog 3x4ui SC, Inj. Cinam 4x1,5gr, Levofloxacim
1x500mg (skintest), Inf. Ns 21tpm, Metronidazole 3x500, obat oral celoztazole 2x1
tab, Robarantia 1x1, Nucral 3x1tab. Kemudian pada tanggal 06-07-2018 jam 01.35
kemudian pasien dipindah keruang III pada tanggal 11-07-2018 dengan keadaan
3x500mg, Levoflaxim 1x750, Humulog 3x4 ui SC, obat oral celoztazole 2x1 tab,
Robarantia 1x1, Nucral 3x1tab. Dan direncanakan kultur pus tanggal 10-07-2018
dan cek 1jam PP setiap hari. Pada tanggal 16-07-2018 jam 09.30 WIB dilakukan
RR=20×/mnt, terpasang Inf plug pada tangan kanan, dan terapi Inf.Cinam 1,5mg,
Levofloxacim 500gr, GDA stik 274mg/dl. Keluhan saat ini pasien mengatakan
masih cekot-cekot pada kaki sebelah kanan, badan terasa lemas, pengkajian nyeri
didapatkan pasien mengatakan skala nyeri 5 dari (0-10), nyeri terasa cekot-cekot
pada kaki sebelah kanan punggung kaki, nyeri hilang timbul dengan durasi 1-5
menit. Hasil pengkajian luka didapatkan luka bebat gangren pedis dextra,
pengeluaran pus masih aktif hingga tampak pada dressing sekunder berwana
kekuningan, bau luka derajat 2 dan merembes ke dressing sekunder, bau luka
tercium hingga jarak 30cm, kulit sekitar luka tampak kering eritema, CRT >2dtk,
akral hangat basah merah, pitting oedeme derajat 1 dengan kedalam 1-3mm dan
mempunyai riwayat Diabetes Melintus sejak ±3 tahun yang lalu dan baru sekarang
terkena luka yang tidak kunjung sembuh, riwayat Hipertensi disangkal dan tidak
Keterangan :
: Tinggal serumah : Garis Ketutunan
: Perempuan : Klien
: Laki-laki : Meninggal Dunia
Gambar 3.1 Genogram Keluarga Ny. S
1. Keadaan umum
GCS eye 4, motorik 5, verbal 6. Tanda-tanda vital pasien, TD: 160/80 mmHg,
Nadi : 108/menit, RR: 20x/menit, Suhu : 37o C, SpO2 : 98%, TB : 157 cm, BB :
2. B1 (Breath/Pernapasan)
Bentuk dada normo chest, pergerakan dada simetris, napas spontan, tidak
menggunakan alat bantu napas, tidak ada otot bantu napas, fokal fremitus teraba
kanan dan kiri, suara napas vesikuler, irama pola napas (reguler), tidak ada sesak,
tidak ada ronki (-/-),tidak ada wheezing (-/-), tidak ada retraksi dinding dada dan
3. B2 (Blood/Sirkulasi)
hasil perkusi pada jantung pekak, bunyi jantung S1S2 tunggal, tidak ada bunyi
jantung tambahan, tidak terdapat gallop, murmur, tidak ada nyeri dada, ictus cordis
pada ICS ke V midclaviculaline sinistra, denyut karotis kuat terdapat edema pada
spontan, orientasi pasien penuh, respon motorik pasien baik), tidak ada kejang.
Refleks fisiologi : bisep +/+, trisep +/+, patella +/+, Refleks patologis : babinski -/-
, kaku kuduk -/-, chaddock -/-, kernik -/, laseque -/-, bruzunki -/-, pada pemeriksaan
Nervus cranial I pasien mampu membedakan antara bau makanan dan obat, Nervus
cranial II pasien dapat melihat lapang pandang secara normal, Nervus cranial III
menggerakkan bola mata, Nervus cranial V pasien mampu mengunyah dengan baik,
88
Nervus cranial VI pasien mampu menggerakkan bola mata ke arah lateral, Nervus
cranial VII otot wajah pasien simetris tidak ada masalah, Nervus cranial VIII pasien
dapat mendengar dengan baik, Nervus cranial IX pasien tidak ada kesulitan
menelan, Nervus cranial X pasien dapat menelan dengan baik, Nervus cranial XI
bahu pasien simetris tidak ada. masalah, Nervus cranial XII pasien dapat
5. B4 (Bladder)
Tidak terpasang kateter, intake SMRS pasien 1700 cc/24 jam, intake MRS
pasien 800 cc/24 jam (air putih), output 500 cc/24 jam, tidak ada distensi kandung
kemih. Tidak terdapat nyeri tekan pada abdomen. Pasien BAK di tempat tidur
6. B5 (Bowel)
Keadaan mulut bersih, membran mukosa kering, tidak ada stomatitis, gusi
merah muda, tidak terdapat edema, lidah merah muda, bersih. faring merah muda,
tidak terdapat lesi ataupun hiperemi, bentuk perut supel, bising usus menurun di
kuadran kiri bawah abdomen, suara abdomen timpani di kuadran kanan atas, hepar
dan lien tidak teraba, tidak terdapat nyeri abdomen, diit B1 1900 kall, nafsu makan
menurun (4-5sdm), frekuensi 3x/hari, tidak ada mual dan muntah (-), jenis nasi tim
lunak, tidak terpasang NGT, BAB 1x sehari dengan bantuan keluarga, konsistensi
pergerkan sendi bebas, tapi agak terbatas pada ekstremitas bawah kanan, pasien
5555 5555
mengatakan mudah lelah, skala kekuatan otot 4444 5555, tidak ada fraktur, krepitasi,
89
terdapat luka bebat gangren pedis dextra, pengeluaran pus masih aktif hingga
tampak pada dressing sekunder berwana kekuningan, bau luka derajat 2 dan
merembes ke dressing sekunder, bau luka tercium hingga jarak 30cm, kulit sekitar
luka tampak kering eritema, terdapat banyak slough, ada jaringan nekrotik di digii
2 dan 3 hingga punggung kaki kanan, nadi dorsalis pedis melemah, ABI (Anckle
Brachial Indeks) 0,8, CRT >2dtk, akral hangat basah merah, pitting oedeme derajat
1 dengan kedalam 1-3mm dan waktu kembali 1-3detik, skala nyeri P : pasien
mengatakan nyeri pada luka kaki kanan, Q : cekot-cekot, R : jari tengah hingga
punggung kaki sebelah kanan, S : 5 dari skala (0-10), T : hilang timbul 1-5 menit.
8. Sistem Endokrin
±3 tahun yang lalu dan baru sekarang terkena luka yang tidak kunjung sembuh.
Ditemukan tanda – tanda diabetes, yaitu : mudah lapar, lemas, selalu mangantuk,
9. Sistem Pengindraan
pandang normal, pupil isokor, gerakan bola mata simetris. Telinga simetris,
keadaan bersih, tidak ada serumen, tidak ada benjolan, fungsi pendengaran normal.
Tidak ada septum deviasi, tidak ada polip, mukosa hidung lembab, fungsi
penciuman normal.
Tidak terdapat terdapat hemoroid maupun lesi pada anus dan genetalia,
tidak ada benjolan, riwayat menstruasi terakhir 20 tahun yang lalu, pasien sudah
90
smear/IVA).
Tabel 3.1 Kemampuan perawatan diri pada Ny. S dengan Diabetes Melitus
Gangrene Pedis Dextra pada tanggal 16 Juni 2018.
SMRS MRS
Aktivitas
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian/berdandan
Eliminasi/toileting
Mobilitas di tempat
tidur
Berpindah
Berjalan
Naik tangga
Berbelanja
Memasak
Pemeliharaan rumah
0 = Mandiri 2 = Dibantu orang lain 4 = Tergantung
1 = Alat bantu 3 = Dibantu orang lain dan alat
Sebelum masuk rumah sakit :
Pasien masih dibantu oleh anak dan saudaranya dalam kemampuan aktivitas
saat makan.
b. Personal Hygiene
mandi pagi dan sore serta saat akan tidur malam, keramas 2/minggu dan potong
rumah sakit belum keramas dan potong kuku. Keadaan rambut beruban bersih tidak
ada kotoran keadaan kuku juga bersih tidak ada kuku yang panjang.
dengan kemapuan.
d. Rekreasi
e. Olahraga
Sejak ada luka dikaki kanan pasien tidak pernah melakukan olahraga, karena
Sebelum MRS kualitas tidur pasien baik, jumlah tidur 8-9 jam perhari, yaitu
pukul 21.00-05.00 dan saat siang pasien tidak pernah tidur siang.
Saat MRS pasien lebih banyak tidur di tempat tidur, jumlah tidur 15-16 jam
3. Kognitif Perseptual-Psiko-Spritual
Selama sehat pasien tidak menjaga pola makan yaitu selalu makan tarak,
dan pasien rajin kontrol dan berobat ke pusat layanan kesehatan atau rumah sakit.
b. Konsep Diri
kakinya.
2) Ideal diri : paasien berharap ingin segera sembuh dari sakitnya dan dapat
3) Harga diri : pasien tidak merasa rendah diri dengan keadaan penyakitnya
5) Identitas diri : pasien adalah seorang perempuan usia 65 tahun dan sudah
menikah.
c. Kemampuan Bahasa
Pasien beragama islam, di rumah mengisi kegiatan ibadah dengan sholat dan
berdoa.
93
1. Laboratorium
adalah bakteri Gram negatif, patogen opportunistik pada manusia dan hewan seperti
94
ikan air tawar, terdapat isolat bakteri pada spesimen swab pus, kolonisasi bakteri
dipermukaan kulit / belum dapat dipastikan sebagai patogen penyebab infeksi, saran
perawatan cuci luka secara rutin dengan sodium hypoclorit I atau kalium hypiclotit
Gentanycin.
3. Penatalaksanaan
Tabel 3.3 Terapi Medis Ny. S dengan Diabetes Mellitus Gangren Pedis
Dextra di Ruang 3 Rumkital Dr. Ramelan Surabaya pada tanggal
16 Juli 2018
memberikan gambaran tentang masalah atau status kesehatan klien yang nyata
dalam batas wewenang profesi perawat. Masalah keperawatan pada kasus ini
perfusi perifer tidak efektif dan gangguan citra tubuh (SDKI, 2016).
agen cidera fisik. SDKI (2016) mendefinisikan nyeri akut adalah pengalaman
sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan
fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga
berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan. Masalah ini ditegakkan berdasarkan
data yang muncul pada klien meliputi data subjektif yang didaptakan Ny. S
mengatakan luka timbul sejak ± 1 minggu yang lalu, P: Ny.S mengatakan nyeri
pada luka kaki kanan, Q : Cekot-cekot, R : Jari tengah merambat hingga punggung
pergelangan kaki sebelah kanan, S : 5 dari (0-10), T : Hilang timbul 1-5 menit. Data
objektif didapatkan Ny.S tampak lemah, tampak meringis kesakitan saat timbul
pengeluaran pus aktif, tampak luka yang dibebat kara di ekstenuitas bawah pedis
dexta, bau luka derajat 2 dan merembes ke dressing sekunder, TD= 160/80mmHg,
(dermis dan/atau epidermis) atau jaringan (membran mukosa, kornea, fasia, otot,
tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan/atau ligamen). Masalah keperawatan ini
didaptakan Ny.S mengatakan luka timbul sejak ± 1 minggu yang lalu awalnya
hanya timbul dijari tengah kaki kanan hingga merambat sampai punggung kaki.
Data objektif didapatkan tampak luka hebat dipedis dextra, kulit sekitar luka kering,
tampak eritema disekitar luka, kaki dextra tampak oedema, pitting oedema derajat
I kedalaman 1-3mm dengan waktu kembali 3detik, pengeluaran pus masih aktif,
tampak rembesan berwarna kuning hingga kedressing sekunder, bau tercium dari
jarak 30cm derajat 2 merembes ke dressing sekunder, diluka pedis dextra terdapat
jaringan nektrotik di digii 2&3 dan punggung kaki, terdapat banyak jaringan slough
gangguan mobilitas fisik suatu keterbatasan dalam gerak fisik dari satu atau lebih
yang didapat meliputi data subjektif yang didaptakan Ny.S mengatakan kebutuhan
dan aktifitas dibantu keluarga dan sulit berjalan. Data objektif didapatkan Ny.S
tampak lemah, tampak enggan untuk bergerak, nyeri saat bergerak, kekuatan otot
𝟓𝟓𝟓𝟓 𝟓𝟓𝟓𝟓
menurun , pergerakan terbatas, posisi tubuh supine, aktifitas
𝟒𝟒𝟒𝟒 𝟓𝟓𝟓𝟓
mendefinisikan perfusi perifer tidak efektif yaitu penurunan sirkulasi darah pada
level kapiler yang dapat mengganggu metabolisme tubuh. Masalah keperawatan ini
ditegakkan berdasarkan data yang meliputi adanya oedema pada ekstermitas bawah
kanan, akral hangat basah merah (HBM), kulit sekitar luka tampak kering dan
kembali 3detik, ada jaringan nekrotik di digii 2&3, penyembuhan luka lambat,
turgor kulit menurun, warna dasar luka kuning (avaskuler), nadi dosal pedis lemah,
SpO2=98%.
gangguan citra tubuh yaitu perubahan persepsi tentang penampilan, struktur dan
fungsi fisik individu. Masalah keperawatan ini ditegakkan berdasarkan data yang
didapat meliputi data subjektif yang didaptakan Ny.S mengatakan lukanya timbul
±1 minggu dengan luka yang cepat menghitam dijari kaki kanan dan tak kunjung
kaki kanan berubah karena ulkus diabetik, pasien dapat menunjukkan bagian tubuh
Tabel 3.4 Rencana Keperawatan pada Ny.S dengan Diabetes Mellitus Gangren Pedis Dekstra di Ruang 3 Rumkital Dr. Ramelan
Surabaya
No. Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan asuhan 1. Observasi tanda-tanda vital setiap 1. Untuk mengetahui keadaan
agen pencedera keperawatan selama 6jam atau setiap pergantian shift umum pasien
fisiologis 3x24jam diharapkan nyeri 2. Kaji nyeri komprehensif yang
berkurang dengan kriteria meliputi lokasi, karakteristik, 2. Untuk menentukan skala
hasil : onset/kejadian, frekuensi, kualitas nyeri dan mempermudah
1. Tanda – tanda vital dalam intensitas atau beratnya nyeri dan dalam berkolaborasi
rentang normal faktor pencetus
Systole100-130mmHg 3. Observasi reaksi non verbal dari
Dyastole 60-80 mmHg ketidanyamanan 3. Mengobservasi tanda-tanda
Suhu 36-375 ℃ 4. Bantu menciptakan lingkungan nyeri
Respirasi 14-20×/mnt yang dapat mempengaruhi nyeri 4. Untuk memberikan
Nadi 60-100×/mnt (seperti kebisingan) kenyamanan pada
spO2 99-100% 5. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen pasien
2. Skala nyeri berkurang nyeri, seperti penggunaan teknik
dari 5 menjadi 3 dari 0- relaksasi (bernapas dalam, 5. Untuk mengalihkan rasa
10 pernapasan perut, bayangkan hal nyeri yang dirasakan
3. Pasien mengungkapkan yang menyenangkan) dan teknik
perasaan nyaman distraksi (terapi musik, terapi
berkurangnya nyeri aktifitas, aplikasi pijatan) sebelum
4. Ekspresi wajah pasien nyeri terjadi atau meningkat
tampak rileks 6. Hasil kolaborasi dengan dokter jika
ada keluhan nyeri untuk pemberian 6. Analgesik dapat memblok
obat analgesic injeksi ketorolac reseptor nyeri
30mg (per IV)
98
2. Gangguan Setelah dilakukan asuhan 1. Observasi luka : lokasi, keadaan 1. Untuk mengetahui
Integritas keperawatan selama luka jaringan nekrotik, tanda-tanda perkembangan luka selama
Kulit/Jaringan 3x24jam diharapkan infeksi lokal, dan pertumbuhan proses perawatan
Berhubungan Integritas Jringan membaik granulosit dan epitelisasi
Dengan Nekrosis dengan kriteria hasil : 2. Lakukan perawatan luka dengan 2. Agar luka tetap bersih dan
Kerusakan 1. Menunjukkan proses teknik aseptik dan mengunakan mengurangi resiko infeksi
Jaringan (Luka penyembuhan luka dressing yang tepat sesuai luka,
Gangren) 2. Luka nampak muncul lakukan debridement juka perlu
jaringan granulasi dan 3. Lakukan pemeriksaan gula darah 3. Pemeriksaan gula darah untuk
epitel 4. Ajarkan keluarga untuk mengontrol
3. Bau berkurang menaburkan bubuk kopi disekitar 4. Bubuk kopi dapat mengurangi
4. Cairan yang keluar (pus, lingkungan pasien bau
darah) berkurang 5. Hasil kolaborasi dengan tim ahli 5. Untuk mengontrol pola
5. Pitting oedema gizi pemberian diet TKTP (tinggi makan
berkurang kalori tinggi protein)
6. Hasil kolaborasi dengan tim 6. Pemeriksaan kultur pus untuk
laboratorium untuk pemeriksaan mengetahui jenis kuman dan
kultur pus antibiotik yang tepat
7. Hasil kolaborasi dengan dokter 7. Untuk mengobati jenis kuman
untuk pemberian obat antibiotic atau bakteri tertentu
Cinam 4x1,5gr
3. Hambatan Setelah dilakukan asuhan 1. Observasi tanda-tanda vital setiap 1. Untuk mengetahui tanda awal
Mobilitas Fisik keperawatan selama 6jam atau setiap pergantian shift bahaya
Berhubungan 3x24jam diharapkan pasien 2. Observasi kemampuan dalam 2. Untuk menentukan tindakan
Dengan dapat mencapai tingkat mobilisasi ditempat tidur yang sesuai untuk memenuhi
Gangguan kemampuan aktifitas yang 3. Lakukan latihan ROM untuk sendi kebutuhan pasien
Neuromuskular optimal dengan kriteria hasil yang terkena, bila tidak merupakan 3. Tindakan ROM sesuai
: kontra indikasi, minimal satu kali toleransi untuk mencegah
1. Pergerakan bebas dalam satu pergantian jaga kontraktur sendi dan atrofi
otot
99
2. Pasien dapat melakukan 4. Bantu pasien dalam 4. Pengaturan posisi dapat
aktifitas sesuai dengan mempertahankan posisi tubuh menurunkan tekanan
kemampuan secara anatomis dan fisiologis. sehingga dapat mencegah
3. Kebutuhan diri pasien Anjurkan mengatur posisi miring kerusakan kulit
terpenuhi kanan kiri setiap 2jam pada saat
4. Keluarga mampu ditempat tidur
berpartisipasi dalam 5. Ajarkan pasien dan keluarga teknik 5. Guna menyiapkan pasien dan
memenuhi kebutuhan meningkatkan mobilitas ditempat anggota keluarga untuk
diri pasien tidur dan cara pencegahan pemulangan
komplikasi
4. Perfusi Perifer Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji warna, suhu, dan tekstur kulit 1. Penurunan
Tidak Efektif keperawatan selama pasien. Perhatikan catat dan perfusimengakibatkan
Berhubungan 5x24jam diharapkan perfusi laporkan bila muncul kebiruan dan bercak, kulit juga menjadi
Dengan perifer adekuat dengan kehitaman pada kulit dingin dan kulit berubah
Penurunan kriteria hasil : 2. Tinggikan kepala tempat tidur 2. Untuk meningkatkan
Aliran Arteri 1. Warna dan suhu kulit pasien 60°dan ubah tiap 2jam sirkulasi ekstenuitas bawah
Dan/Atau Vena tidak berubah 3. Kaji CRT, nadi dorsal pedis, dan 3. Untuk mengetahui sirkulasi
2. Kaki tetap bersih dan indeks anklebrachial di eksternitas bawah
terbebas dari tekanan 4. Ajarkan penggunaan teknik 4. Untuk meningkatkan
3. Pasien dapat relaksasi (bernapas dalam, vasodilatasi dan membantu
mempraktekkan teknik pernapasan perut, bayangkan hal mencegah vasokontriksi
relaksasi yang menyenangkan) akibat ansietas
4. Pasien mempertahankan 5. Berikan pendidikan kesehatan pada 5. Tindakan
perfusi jaringan dan pasien tentang : tersebutmemungkinkan
oksigenasi sel 1) Perawatan kaki pasien dan anggota keluarga
2) Pentingnya latihan fisik berpartisipasi aktif dalam
(Buerger-Allen) perawatan
3) Perlunya diet rendah
kolesterol dan rendah kalori
100
4) Perlunya menghindari baju
yang sempit, menyilangkan
tungkai
5) Perlunya menghindari
vasokontriksi (dingin, stres,
merokok)
5. Gangguan Citra Setelah dilakukan asuhan 1. Dorong pasien untuk 1. Eksplorasi diri dapat
Tubuh keperawatan selama mengungkapkan perasaan tentang mendorong pasien untuk
Berhubungan 3x24jam diharapkan pasien dirinya (masa lalu dan sekarang) mempertimbangkan
Dengan dapat menerima perubahan 2. Kaji status mental pasien melalui perubahan
Perubahan citra tubuh dengan kriteria wawancara dan observasi minimal 2. Bila ansietas berat dapat
Fungsi Tubuh hasil : sehari sekali mengalami disorientasi atau
(Proses Penyakit) 1. Pasien menerima 3. Libatkan pasien dalam proses gejala psikotik
perubahan citra tubuh pengambilan keputusan tentang 3. Keterlibatan dapat
2. Pasien berpartisipasi perawatan memberikan rasa kontrol
dalam berbagai aspek 4. Berikan umpan balik positif ketika dan meningkatkan haega diri
keperawatan dan dalam pasien menunjukkan peningkatan 4. Untuk membantu pasien
pengambilan keputusan harga diri melalui pernyataan atau merasa mampu melakukan
tentang perawatan perilaku koping secara efektif
3. Pasien menyatakan
perasaan positif terhadap
dirinya sendiri
101
3.4 Tindakan Keperawatan Dan Catatan Perkembangan
Tabel 3.5 Implementasi dan Evaluasi Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Diabetes Mellitus Gangren Pedis Dextra di
Ruang 3 Rumkital Dr. Ramelan Surabaya
No. Waktu/ Waktu Catatan Perkembangan
Tindakan TT TT
Dx Tgl/jam Tgl/jam (SOAP)
5 16-07-2018 ₰ 16-07-2018 ₰
- Melakukan komunikasi terapeutik dan kontrak Dx 1 (Nyeri Akut)
09.30 13.00
waktu S = P : Ny.S mengatakan nyeri pada luka
1 10.00
- Melakukan pengkajian pada Ny.S menanyakan kaki kanan
₰
keluhan yang dirasakan Ny.S mengeluh nyeri Q : Cekot-cekot
pada kaki kanan terasa cekot-cekot R : Jari tengah merambat hingga
10.10
- Mengkaji karakteristik nyeri meliputi lokasi, punggung pergelangan kaki sebelah
₰
karakteristik, frekuensi, kualitas, beratnya nyeri kanan
1
P : Ny.S mengatakan nyeri pada luka kaki kanan S : 5 dari (0-10)
Q : Cekot-cekot T : Hilang timbul 1-5 menit
R : Jari tengah merambat hingga punggung O =Ny.S tampak lemah, tampak meringis
pergelangan kaki sebelah kanan kesakitan saat timbul cekot-cekot, Saraf
S : 5 dari (0-10) sensor masih berfungsi dengan baik.
T : Hilang timbul 1-5 menit TD=160/80mmHg N=108×/menit
2 10.20 ₰
- Mengobservasi karakteristik luka, kebersihan, Suhu=373 ℃ RR=20×/menit
adanya cairan yang keluar dan bau spO2=98%
3 10.25 ₰
- Mengobservasi kemampuan mobilitas tempat A = Masalah nyeri akut teratasi sebagian
tidur P = Intervensi dilanjutkan Dx 1 = 1,2,5,6
2 10.30 ₰
- Melakukan pemerikasan gula darah dengan hasil
274mg/dl Dx. 2 (Gangguan Intergritas Kulit /Jaringan)
1,2 11.30 ₰
- Melakukan observasi tanda-tanda vital S = Ny.S mengatakan luka timbul sejak ± 1
₰
TD = 160/80mmHg N=108×/menit minggu yang lalu awalnya hanya timbul
Suhu=373 ℃ RR=20×/menit dijari tengah kaki kanan hingga
spO2=98% merambat sampai punggung kaki.
1 11.40 ₰
102
- Memberikan obat paracetamol 1 tab karena Ny.S O = Tampak luka hebat dipedis dextra, Kulit
2 12.00 mengeluh demam ₰ sekitar luka kering, Tampak eritema
- Hasil kolaborasi dengan ahli gizi pemberian disekitar luka, Kaki dextra tampak
1 12.30 nutrisi diet TKTP ₰ oedema, Pengeluaran pus masih aktif,
- Konsul kepoli cardio hasil kesan HT/PJK, Bau tercium dari jarak 30cm derajat 2
konsumsi obat Bisoprolol 1x10mg merembes ke dressing sekunder
A=Masalah Gangguan Integritas Kulit/
Jaringan teratasi sebagian
P = Intervensi dilanjutkan Dx 2 = 1,2,3,4,5,7
₰
Dx 4 (Perfusi Perifer Tidak Efektif)
S=-
O = Pitting oedema derajat I kedalaman 1-
3mm. Waktu kembali 3detik, CRT >2
103
detik, GDA=274mg/dl, HB=8,2g/dl,
SpO2=98% , Ekstermitas bawah kanan
oedem, Akral, hangat basah, merah,
Kulit sekitar luka tampak kering dan
kemerahan, Ada jaringan nekrotik di
digii 2&3, Penyembuhan luka lambat,
Turgor kulit menurun, Warna dasar luka
kuning (avaskuler), Nadi dosal pedis
menurun
A = Masalah Perfusi Perifer Tidak Efektif
Teratasi Sebagian
P = Intervensi dilanjutkan Dx 4 = 1,2,3,4
104
spO2=99% T : Hilang timbul 1-5 menit
- Membantu memberikan kenyamanan dan ₰ O = Ny.S masih tampak lemah, sudah tidak
1,2 membatasi pengunjung tampak meringis kesakitan, wajah
18.10 - Melakukan tindakan kolaborasi dengan dokter ₰ tampak rileks, saraf sensor masih
2 untuk pemberian obat antibiotik Inj.Cinam 1,5g, berfungsi, Ny.S dapat mengaplikasikan
18.20 Metronidazole 500mg IV manajemen nyeri teknik relaksasi napas
- Mengajukan Ny.S untuk mobilisasi ditempat ₰ dalam
3 tidur dengan miring kanan kiri setiap 2jam TD = 160/90mmHg N=85×/menit
18.25 - Melakukan dan bantu Ny.S untuk ROM sesuai ₰ Suhu=37℃ RR=20×/menit
3 kemampuan
19.00 - Mengkaji karakteristik nyeri meliputi lokasi, ₰ A = Masalah nyeri akut teratasi sebagian
1 karakteristik, frekuensi, kualitas, beratnya nyeri P = Intervensi dilanjutkan Dx 1 = 1,2,3,5
20.00 P : Ny.S masih nyeri cekot-cekot meskipun jarang
Q : Cekot-cekot Dx 2 (Gangguan Intergritas Kulit/ Jaringan) ₰
R : dikaki kanan S=-
S : skala 5 dari (0-10) O = Luka bebat dipedis dextra, kulit sekitar
T : Hilang timbul 1-5 menit luka tampak eritema dan kering, terdapat
rembesan pus berwarna kuning hingga
kedressing sekunder, pengeluaran pus
aktif, pitting oedema derajat I kedalaman
1-3mm dalam waktu 1-3 detik, bau
tercium sekitar tempat tidur
A = Masalah Gangguan Integritas Kulit/
Jaringan teratasi sebagian
P = Intervensi dilanjutkan Dx 2 = 4,5,7
105
ditempat tidur miring kanan kiri,
pergerakan terbatas.
TD = 160/90mmHg N=85×/menit
Suhu=37℃ RR=20×/menit
A = Masalah Gangguan Mobilitas Fisik
Teratasi Sebagian
P = Intervensi dilanjutkan Dx 3 = 1,3,4,5
106
kontak verbal baik, Pasien menunjukkan
keinginan sembuh
A = Masalah Gangguan Citra Tubuh Teatasi
Sebagian
P = Intervensi dilanjutkan Dx 5 = 2,3,4
2 16-07-2018 ₰ 17-07-2018 ₰
- Melakukan tindakan kolaborasi dengan dokter Dx 1 (Nyeri Akut)
21.40 06.00
untuk pemberian obat antibiotik Inj.Cinam 1,5g S = P : Ny.S masih nyeri cekot-cekot
IV meskipun jarang
1,3 04.00 ₰
- Melakukan observasi tanda-tanda vital Q : Cekot-cekot
TD = 150/100mmHg N=80×/menit R : dikaki kanan bawah
Suhu=37℃ RR=20×/menit S : skala 5 dari (0-10)
spO2=98% T : Hilang timbul 1-5 menit
2 04.30 ₰
- Mengganti cairan infus NS 0,9% 500ml 20tpm O = Ny.S sudah nampak rileks & tenang,
2 04.40 ₰
- Melakukan tindakan kolaborasi dengan dokter tidak tampak meringis kesakitan, masih
untuk pemberian obat antibiotik Inj.Cinam 1,5g tampak lemah, pergerakan terbatas,
IV dapat mengaplikasikan teknik napas
- Mengkaji nyeri secara komperehensif meliputi dalam.
1 04.50 ₰
lokasi, karakteristik, onset/kejadian, frekuensi, TD = 150/100mmHg N=80×/menit
kualitas, intensitas atau beratnya nyeri Suhu=37℃ RR=20×/menit
P : Ny.S masih nyeri cekot-cekot meskipun spO2=98%
jarang A = Masalah nyeri akut teratasi sebagian
Q : Cekot-cekot P = Intervensi dilanjutkan Dx 1 = 1,2,3,5
R : dikaki kanan bawah
S : skala 5 dari (0-10) Dx 2 (Gangguan Intergritas Kulit/Jaringan)
₰
T : Hilang timbul 1-5 menit S=-
- Menganjurkan Ny.S untuk melaakukan O = Luka bebat kassa dipedis dextra, tampak
3 05.00 ₰
mobilisasi dan latihan ROM sesuai kemampuan rembesan pus berwarna kuning hingga
- Menganjurkan teknik napas dalam, pernapasa ke dressing sekunder, kulit sekitar luka
1 05.50 ₰
perut untuk meningkatkan vasodilatasi tampak eritema dan kering, bau tercium
107
4 05.10 - Melakukan pengkajian perfusi perifer warna, ₰ disekitar tempat tidur ±30cm,
suhu, CRT, nadi dorsal pedis, dan ABI (Indeks pengeluaran pus aktif
brachial Anchle) A = Masalah Gangguan Integritas Kulit/
Jaringan teratasi sebagian
P = Intervensi dilanjutkan Dx 2 = 1,2,4,7
₰
Dx 3 (Gangguan Mobilitas Fisik)
S=-
O = Ny.S sudah tampak tenang, masih
tampak lemah, pergerakan terbatas,
aktifitas sepenuhnya dibantu keluarga,
tampak berhati-hati saat menggerakan
kaki kanan yang sakit, ROM aktif,
𝟓𝟓𝟓𝟓 𝟓𝟓𝟓𝟓
kekuatan otot 𝟒𝟒𝟒𝟒 𝟓𝟓𝟓𝟓
TD = 150/100mmHg N=80×/menit
Suhu=37℃ RR=20×/menit
spO2=98%
A = Masalah Gangguan Mobilitas Fisik
Teratasi Sebagian
P = Intervensi dilanjutkan Dx 3 = 1,3,4,5
₰
Dx 4 (Perfusi Perifer Tidak Efektif)
S=-
O = Warna kulit sekitar luka tampak kering
kemerahan disekitar luka, suhu kulit/
akral hangat merah basah (HMB), CRT
>2 detik, nadi dosal menurun, pitting
oedema derajat I kedalaman 1-3mm
waktu kembali 1-3 detik, pasien mampu
melakukan teknik relaksasi napas dalam
108
dan pernapasan perut, ABI 0,8 (nadi
sistotik bawah 130 : nadi sistotik lengan
145), nadi dorsal pendis dextra lemah
cepat, pergerakan terbatas.
A = Masalah Perfusi Perifer Tidak Efektif
Teratasi Sebagian
P = Intervensi dilanjutkan Dx 4 = 1, 3,5
109
1 06.15 - Mengobservasi reaksi non-verbal dan ₰ TD = 140/80mmHg N=98×/menit
ketidaknyamanan Suhu = 368 ℃ RR=20×/menit
2 07.00 - Mengajarkan keluarga untuk menaburkan bubuk ₰ spO2=98% ,
kopi disekitar lingkungan pasien Ny.S tampak melakukan manajemen
2 09.00 - Melakukan pemeriksaan GDA 238mg/d ₰ nyeri teknik relaksasi napas dalam
- Melakukan observasi tanda-tanda vital A = Masalah nyeri akut teratasi sebagian
1,3 TD = 140/80mmHg N=98×/menit ₰ P = Intervensi dilanjutkan Dx 1 = 1,2,3,5,6
3
11.00 Suhu=36 ℃ RR=20×/menit
spO2=98% Dx 2 (Gangguan Intergritas Kulit/ Jaringan) ₰
1,2,4 11.30 - Mengantar Ny.S untuk konsul anastesi pro ₰ S = Ny.S mengatakan ingin segera sembuh
amputasi pedis dextra BK IC (bawah lutut) O = Luka dipedis dextra, tampak luka
amputasi transtibial nekrotik di digii 2&3, Pengeluaran pus
2 12.00 - Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien masih aktif, Bau tercium dari jarak 30cm
tentang : ₰ derajat 2 merembes ke dressing
a. Perawatan kaki sekunder, terdapat banyak slough
b. Pentingnya latihan fisik (Buerger-Allen) dengan diameter 6cm, Luka sepanjang
c. Perlunya diet rendah kolesterol dan rendah 20cm punggung kaki kanan, pendarahan
kalori tidak ada, saraf sensorik dan motorik
d. Perlunya menghindari baju yang sempit, masih berfungsi, post debridement
menyilangkan tungkai A = Masalah Gangguan Integritas Kulit/
e. Perlunya menghindari vasokontriksi (dingin, Jaringan teratasi sebagian
stres, merokok) P = Intervensi dilanjutkan Dx 2 = 3,4,5,6,7
5 12.15 - Mengkaji status mental pasien melalui ₰
wawancara dan diservasi Dx 3 (Gangguan Mobilitas Fisik) ₰
S = Ny.S mengatakan masih tergantung
keluarga
O = Ny.S tampak lemah, berhati-hati
saat menggerakan kaki kanan, saraf
sensorik dan motorik masih berfungsi,
dapat melakukan ROM aktif, kekuatan
110
𝟓𝟓𝟓𝟓 𝟓𝟓𝟓𝟓
otot menurun 𝟒𝟒𝟒𝟒 𝟓𝟓𝟓𝟓 , dapat mobilasi
dari TT ke kursi roda, pro amputasi BK
IC +
TD = 140/80mmHg N=98×/menit
Suhu = 368 ℃ RR=20×/menit
spO2=98%
A = Masalah Gangguan Mobilitas Fisik
Teratasi Sebagian
P = Intervensi dilanjutkan Dx 3 = 1,3,4,5
₰
Dx 4 (Perfusi Perifer Tidak Efektif)
S = Ny.S paham setelah diberi penyuluhan
O = Warna kulit sekitar luka tampak kering
kemerahan, suhu kulit/ akral hangat
basah, merah, CRT >2 detik, Nadi dosal
pedis menurun (lemah), ABI 0,08 (nadi
sistotik bawah : nadi sistotik lengan
/120:140), Pasien tampak
mempraktekkan latihan fisik (Bueger-
Allen), ekstermitas bawah kanan oedem,
Pitting oedema derajat I kedalaman 1-
3mm waktu kembali 3detik
A = Masalah Perfusi Perifer Tidak Efektif
Teratasi Sebagian
P = Intervensi dilanjutkan Dx 4 = 1,2,3,4
₰
Dx 5 (Gangguan Citra Tubuh)
S = Ny.S mengatakan ingin segera sembuh
O = Respon nonverbal tampak lemah,
kontak mata baik, Pasien menunjukkan
111
keinginan sembuh, berbicara dengan
jelas
A = Masalah Gangguan Citra Tubuh
Teratasi Sebagian
P = Intervensi dilanjutkan Dx 5 = 1,2,3,4
17-07-2018 ₰ 17-07-2018 Dx 1 (Nyeri Akut) ₰
- Mengambil Ny.S dari konsul anastesi
2 13.00 ₰ 21.00 S = P : Ny.S masih nyeri cekot-cekot
- Melakukan tindakan kolaborasi dengan dokter
meskipun jarang
untuk pemberian obat antibiotik Inj.Cinam 1,5g
2,4 15.10 ₰ Q : Cekot-cekot
- Mengukur suhu tubuh Ny.S sebelum tranfusi
R : dikaki kanan
darah S = 365 ℃
15.20 ₰ S : skala 5 dari (0-10)
- Melakukan pemasangan terapi tranfusi darah
2 T : Hilang timbul 1-5 menit
PRC A+
₰ O = Ny.S masih tampak lemah, sudah tidak
- Mengganti tranfusi darah PRC A+ dengan cairan
17.50 tampak meringis kesakitan, wajah
NS 0,9% 20tpm
tampak rileks, saraf sensor masih
- Melakukan observasi tanda-tanda vital
1,2 18.10 ₰ berfungsi, Ny.S dapat mengaplikasikan
TD = 150/90mmHg N=90×/menit
8 manajemen nyeri teknik relaksasi napas
Suhu=36 ℃ RR=20×/menit
dalam
spO2=99%
₰ TD = 150/90mmHg N=98×/menit
- Membantu memberikan kenyamanan dan
1 18.20 Suhu = 368 ℃ RR=20×/menit
membatasi pengunjung
spO2=99%
- Melakukan tindakan kolaborasi dengan dokter
18.25 ₰ A = Masalah nyeri akut teratasi sebagian
untuk pemberian obat antibiotik Inj.Cinam 1,5g,
2 P = Intervensi dilanjutkan Dx 1 = 1,2,3,5
Metronidazole 500mg, Nucral
- Mengajukan Ny.S untuk mobilisasi ditempat
3 19.00 ₰ Dx 2 (Gangguan Intergritas Kulit/ Jaringan) ₰
tidur dengan miring kanan kiri setiap 2jam
3 20.00 ₰ S = Ny.S mengatakan kapan dioperasi
- Melakukan dan bantu Ny.S untuk ROM sesuai
O = Luka bebat dipedis dextra, kulit sekitar
kemampuan
1 20.30 ₰ luka tampak eritema dan kering, terdapat
- Mengkaji karakteristik nyeri meliputi lokasi,
rembesan pus berwarna kuning hingga
karakteristik, frekuensi, kualitas, beratnya nyeri
kedressing sekunder, pengeluaran pus
112
- Memantau hasil kultur pus/hasil konsul aktif, pitting oedema derajat I kedalaman
2 20.40 mikrologi, hasil terdapat isolat pada spesimen ₰ 1-3mm dalam waktu 1-3 detik, bau
sweb pus, kolonisasi bakteri dipermukaan kulit / tercium sekitar tempat tidur, hasil kultur
belum dapat dipastikan sebagai patogen pus terapi Chloramfenicol atau
penyebab infeksi, saran perawatan cuci luka Gentamycin.
secara rutin dengan sodium hypoclorit I atau A = Masalah Gangguan Integritas Kulit/
kalium hypoclotit 2, terapi antimikroba dapat Jaringan teratasi sebagian
dipertimbangkan dengan chloranfenicol atau P = Intervensi dilanjutkan Dx 2 = 4,5,7
Gentanycin
Dx 3 (Gangguan Mobilitas Fisik)
S=- ₰
O = Ny.S tampak lemah, berhati-hati
saat menggerakan kaki kanan, dapat
mobilasi ditempat tidur miring kanan
kiri, pergerakan terbatas.
TD = 150/90mmHg N=98×/menit
8
Suhu = 36 ℃ RR=20×/menit
spO2=99%
A = Masalah Gangguan Mobilitas Fisik
Teratasi Sebagian
P = Intervensi dilanjutkan Dx 3 = 1,3,4,5
113
menyilangkan kaki, dan memakai
selimut, mampu melakukan latihan fisik
(Bueger-Allen), ekstermitas bawah
dexra masih oedem, Pitting oedema
derajat I kedalaman 1-3mm
A = Masalah Perfusi Perifer Tidak Efektif
Teratasi Sebagian
P = Intervensi dilanjutkan Dx 4 = 1,2,3,5
114
1 04.50 - Melakukan tindakan kolaborasi dengan dokter ₰ Suhu=361 ℃ RR=20×/menit
untuk pemberian obat antibiotik Inj.Cinam 1,5g spO2=99%
3 05.00 - Mengkaji nyeri secara komperehensif meliputi ₰ A = Masalah nyeri akut teratasi sebagian
lokasi, karakteristik, onset/kejadian, frekuensi, P = Intervensi dilanjutkan Dx 1 = 1,2,3,5
kualitas, intensitas atau beratnya nyeri
1 06.00 - Menganjurkan Ny.S untuk melaakukan ₰ Dx 2 (Gangguan Intergritas Kulit/Jaringan) ₰
mobilisasi dan latihan ROM sesuai kemampuan S=-
2 06.05 - Menganjurkan teknik napas dalam, pernapasa ₰ O = Luka bebat kassa dipedis dextra, tampak
perut untuk meningkatkan vasodilatasi rembesan pus berwarna kuning hingga
2 06.30 - Melakukan perawatan luka secara aseptic ₰ ke dressing sekunder, kulit sekitar luka
- Mengobservasi kondisi luka basah mengeluarkan tampak eritema dan kering, bau tercium
cairan kekuningan hingga ke dressing sekunder, disekitar tempat tidur ±30cm,
2 banyak jaringan slough dengan diameter 6cm, ₰ pengeluaran pus aktif
tidak ada jaringan granulosit, dan eritosit, ada TD = 145/90mmHg N=87×/menit
jaringan nekrotik di digii 2 dan 3 hingga Suhu = 361 ℃ RR=20×/menit
2 06.50 punggung kaki spO2=99%
- Melakukan debridement jaringan slough ₰ A = Masalah Gangguan Integritas Kulit/
2 - Mencuci luka dengan NaCl 0,9% dan cairan ₰ Jaringan teratasi sebagian
2 hydrogen Pyroicne P = Intervensi dilanjutkan Dx 2 = 1,2,4,7
07.00 - Menutup luka dengan dressing kassa ₰
4 - Melakukan pengkajian perfusi perifer warna, ₰ Dx 3 (Gangguan Mobilitas Fisik) ₰
suhu, CRT, nadi dorsal pedis, dan ABI (Indeks S=-
brachial Anchle) O = Ny.S sudah tampak tenang, masih
tampak lemah, pergerakan terbatas,
aktifitas sepenuhnya dibantu keluarga,
tampak berhati-hati saat menggerakan
kaki kanan yang sakit, ROM aktif,
𝟓𝟓𝟓𝟓 𝟓𝟓𝟓𝟓
kekuatan otot 𝟒𝟒𝟒𝟒 𝟓𝟓𝟓𝟓,
TD = 145/90mmHg N=87×/menit
1
Suhu=36 ℃ RR=20×/menit
115
spO2=99%
A = Masalah Gangguan Mobilitas Fisik
Teratasi Sebagian
P = Intervensi dilanjutkan Dx 3 = 1,3,4,5
116
A = Masalah Gangguan Citra Tubuh Teatasi
Sebagian
P = Intervensi dilanjutkan Dx 5 = 3,4
117
0,9%, obat cinam 1,5g , dan Metronidazole ₰ P = Intervensi dilanjutkan Dx 2 = 1,2,4,7
12.50 500mg/dl, spit 5cc
1 13.00 - Mengantarkan Ny.S keruang OK ₰ Dx 3 (Gangguan Mobilitas Fisik) ₰
- Mengedukasi pasien untuk manajemen relaksasi S=-
napas dalam pernapasan perut untuk O = Ny.S tampak tenang, masih tampak
meningkatkan vasodilatasi dan mencegah ₰ lemah, posisi supine, aktifitas dibantu
2,3,4 13.10 vasokontriksi akibat ansietas sepenuhnya oleh keluarga, dapat miring
- Menyerah terimakan pasien Ny.S keruang OK, kanan kiri meskipun tampak berhati-hati
mendapatkan terapi selama di OK ketorolac saat menggerakkan kaki, ROM aktif,
30mg, Metoclopramide HCl 5mg/dl, Regivel 𝟓𝟓𝟓𝟓 𝟓𝟓𝟓𝟓
kekuatan otot 𝟒𝟒𝟒𝟒 𝟓𝟓𝟓𝟓,
20mg, Profol 1, Spinocal 26, Spuit 3cc,5cc,10cc
TD = 100/60mmHg N=88×/menit
Suhu = 37℃ RR=20×/menit
A = Masalah Gangguan Mobilitas Fisik
Teratasi Sebagian
P = Intervensi dilanjutkan Dx 3 = 1,3,4,5
118
S = Ny.S mengatakan siap dan ikhlas untuk
dioperasi
O = Ny.S tampak rileks, tenang, tampak
sering beristighfar, tampak siap
dilakukan operasi, pasien berpartisipasi
dalam perawatan dan pengembalian
keputusan operasi, dilakukan operasi Bk
(bawah lutut)
A = Masalah Gangguan Citra Tubuh Teatasi
Sebagian
P = Intervensi dilanjutkan Dx 5 = 3,4
18-07-2018 - Responsif dengan bu Christin ₰ 18-07-2018 Dx 1 (Nyeri Akut) ₰
14.00 - Mengambil Ny.S keruang OK dikarenakan Tensi ₰ 21.00 S = P : Ny.S mengatakan masih nyeri dan
1,2 14.10 meningkat 1900/100mmHg dan pasien cemas pusing
14.30 - Hasil konsulan dari dr. Sartono lanjutkan terapi ₰ Q : Terasa cekot-cekot
2 dan observasi keadaan umum R : dikaki kanan bawah dan kepala
14.50 - Membantu memberikan makanan diet B1 ₰ S : skala 9 dari (0-10)
2 1900kal diet TKKP (tinggi kalori tinggi protein) T : Hilang timbul 1-7 menit
dan rendah kolesterol O = Ny.S tampak gelisah, kondisi tidak
5 16.00 - Mengobservasi keadaan umum pasien, ₰ tenang, tampak kesakitan, ekspresi
memberikan waktu untuk mengungkapkan wajah meringik kesakitan, pergerakan
peerasaan saat ini terbatas, keadaan umum lemah
2,4 16.40 - Mengingatkan Ny.S untuk teknik relaksasi napas ₰ TD = 160/90mmHg N=105×/menit
dalam, pernapasan perut, bayangkan hal yang Suhu = 371 ℃ RR=20×/menit
menyenangkan spO2=99%
1,2 17.00 - Mengganti cairan Infus NaCl 0,9% 500ml 20tpm ₰ A = Masalah nyeri akut teratasi sebagian
berjalan lancar P = Intervensi dilanjutkan Dx 1 = 1,2,3,4
1,3 17.10 - Melakukan observasi tanda-tanda vital ₰
TD = 160/90mmHg N=105×/menit Dx 2 (Gangguan Intergritas Kulit/ Jaringan)
1
Suhu=37 ℃ RR=20×/menit S=- ₰
119
spO2=99% O = Luka bebat dipedis dextra, tampak,
4 17.30 - Mengkaji perfusi jaringan perifer dengan ₰ rembesan dikassa sekunder berwarna
mengukur nadi dorsal pedis sinistra dan ABI kuning, bau tercium disekitar tempat
(Ankle-Brachial Indeks-0,7) tidur pasien, kulit diatas luka tampak
2 17.50 - Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk ₰ oedem, kemerahan dan kering, Pitting
pemberian obat Inj.Cinam 1,5g, IV, obat oral oedema derajat I kedalaman 1-3mm
Bisoprolol 10mg waktu kembali 3detik
1 18.30 - Mengobservasi reaksi non verbal dari ₰ A = Masalah Gangguan Integritas Kulit/
ketidaknyamanan Jaringan teratasi sebagian
1 18.40 - Mengkaji nyeri secara komperehensif meliputi ₰ P = Intervensi dilanjutkan Dx 2 = 1,2,3,7
lokasi, karakteristik, onset/kejadian, frekuensi,
kualitas, intensitas atau beratnya nyeri Dx 3 (Gangguan Mobilitas Fisik)
P : Ny.S mengatakan masih nyeri dan pusing S = Ny.S mengatakan badan lemas ₰
Q : Terasa cekot-cekot O = Keadaan umum lemah, kesadaran
R : dikaki kanan bawah dan kepala composmentis, posisi head up 60°,
S : skala 9 dari (0-10) pergerakan terbatas, kaki tidak
T : Hilang timbul 1-7 menit disilangkan, kebutuhan dan aktifitas
4 19.00 - Meninggikan tempat tidur Ny.S setinggi 60° dan ₰ dibantu oleh keluarga, turgor kulit
diubah tiap 2jam menurun, saraf sensorik dan motorik
masih berfungsi.
TD = 160/90mmHg N=105×/menit
Suhu = 371 ℃ RR=20×/menit
spO2=99
A = Masalah Gangguan Mobilitas Fisik
Teratasi Sebagian
P = Intervensi dilanjutkan Dx 3 = 1,2,3
120
O = Tampak kulit diatas luka kering dan
eritema, tampak kaki kanan oedem dari
pada kaki kiri, pitting oedema derajat I
kedalaman 1-3mm denan waktu kembali
3detik, suhu terasa hangat, akral basah
merah hangat, CRT >2 detik, turgor kulit
menurun, tampak tidak menyilangkan
tungkai, mau melakukan teknik relaksasi
napas dalam, skor ABI 0,7 (sistol bawah
: 125 : sistol lengan 160 = 0,7)
A = Masalah Perfusi Perifer Tidak Efektif
Teratasi Sebagian
P = Intervensi dilanjutkan Dx 4 = 1,3,4,5
121
2,4 23.00 - Mengganti cairan Inf.Metranidazole 500 dengan ₰ R : dikaki kanan bawah
cairan NaCl 0,9% 500cc 20tpm berjalan lancar S : skala 9 dari (0-10)
2 23.20 - Melakukan tindakan delegasi dari dokter Inf. ₰ T : Hilang timbul 1-5 menit
Cinam 1,5gr IV O = Kondisi umum conposment, tampak
1,3 23.50 - Mengobservasi tanda-tanda vital ₰ meringik kesakitan, saat muncul cekot-
TD = 150/100mmHg N=105×/menit cekot, tampak gelisah, nafsu makan
Suhu=375 ℃ RR=21×/menit menurun, berfokus pada diri sendiri
spO2=98% TD = 150/100mmHg N=105×/menit
1 04.00 - Menganjurkan Ny.S teknik pernapasan dalam, ₰ Suhu = 375 ℃ RR=21×/menit
pernapasan perut untuk meningkatkan spO2=98%
vasodilatasi A = Masalah nyeri akut teratasi sebagian
2 05.00 - Melakukan perawatan luka secara aseptik ₰ P = Intervensi dilanjutkan Dx 1 = 1,2,3,4
2 06.00 - Mengobservasi kondisi luka basah hingga ke
dressing sekunder berwarna kuning, kasa Dx 2 (Gangguan Intergritas Kulit/Jaringan)
menempel kuat diluka, bau tercium disekitar S=-
tubuh pasien ± 15cm, warna luka kuning O = Tampak luka bebat kassa yang berwarna ₰
avaskuler dan ada kehitaman (nekrotik), jaringan ₰ kuning hiingga ke dressing sekunder,
nekrotik di digii 2 & 3 hingga punggung kaki, kasa menempel kuat hingga ke luka, bau
banyak jaringan slough disisi luar dan dalam kaki, tercium disekitar tubuh pasien ± 15cm,
sebesar 6cm, panjang luka dari pergelangan warna luka kuning afakuler dan
hingga digii ± 22cm, tidak ada jaringan kehitaman (nekrotik), warna tepi luka
granulositdan eritrosit keputihan, ada jaringan nekrotik di digii
1 06.45 - Mengobservasi reaksi non verbal dari ₰ 2&3 hingga punggung kaki kanan,
ketidaknyamanan panjang luka dari pergelangan hingga
2 06.50 - Membilas luka dengan cairn NaCl 0,9% ₰ digii ± 22cm, tiadak ada jaringan
2 07.00 - Melakukan debridement untuk mengambil ₰ granulosit dan eritosit, ada jaringan
jaringan slough dibagian kaki luar dan dalam slough sebesar diameter 6cm kulit
dengan diameter 6cm sekitar luka eritema dan kering, ada
2 07.10 ₰ oedem di kaki kanan
122
- Mencuci luka dengan cairan NaCl 0,9% dan A = Masalah Gangguan Integritas Kulit/
2 Hydrogen Pyroxcine berwarna kuning, kemudian ₰ Jaringan teratasi sebagian
4 07.20 bilas lagi dengan NaCl 0,9% ₰ P = Intervensi dilanjutkan Dx 2 = 1,2,3,7
- Menutup luka dengan dressing kassa ₰
2 07.30 - Mengkaji perfusi jaringan perifer warna kulit, ₰ Dx 3 (Gangguan Mobilitas Fisik)
suhu, RCT, ndai dorsal pedis, dan ABI(0,6) S = Ny.S mengatakan badan masih lemas
3 07.40 - Melakukan pemeriksaan gula darah acak O = Keadaan umum lemah, kesadaran
156mg/dl ₰ composmentis, aktifitas dibantu oleh
- Melakukan latihan gerak ROM sesuai keluarga, Ny.S mampu melakukan ROM
kemampuan pasien dan latihan (Buerger-Allen) dan latihan Buerger-Allen, turgor kulit
dengan mengangkat kaki lebih tinggi dari kepala, menurun, saraf sensorik dan motorik
kemudian posisi duduk dengan kaki menggantung 𝟓𝟓𝟓𝟓 𝟓𝟓𝟓𝟓
masih baik, kekuatan otot 𝟒𝟒𝟓𝟓 𝟓𝟓𝟓𝟓,
2 08.00 digerakkan fleksi ekstensi dan memutar, ₰
TD = 150/100mmHg N=105×/menit
selanjutnya kembali ke posisi berbaring supine
Suhu = 375 ℃ RR=21×/menit
- Membantu memberikan makanan diet B11900kal
spO2=98%
diet TKTP dan rendah kolesterol
A = Masalah Gangguan Mobilitas Fisik
Teratasi Sebagian
P = Intervensi dilanjutkan Dx 3 = 1,2,3
₰
Dx 4 (Perfusi Perifer Tidak Efektif)
S=-
O = Tampak kulit diatas luka oedem eritema
dan kering, pitting oedema derajat I
kedalaman 1-3mm denan waktu kembali
3detik, CRT >2 detik, suhu kulit sekitar
luka hangat, akral, hangat merah, turgor
kulit menurun, tampak tidak
menyilangkan tungkai, posisi head up,
skor ABI 0,6 (sistolik bawah 100 :
sistolik lengan : 150=0,6) diukur dari
123
brechal sinistra, nadi dorsal pedis teraba
cepat
A = Masalah Perfusi Perifer Tidak Efektif
Teratasi Sebagian
P = Intervensi dilanjutkan Dx 4 = 1,3,4,5
₰
Dx 5 (Gangguan Citra Tubuh)
S=-
O = Konsidi umum lemah, kesadaran
komposmentis, kontak mata ⨁, masih
tampak kesakitan, pasien selalu
menanyakan kapan dioperasi karena
pasien ingin segera sembuh
A = Masalah Gangguan Citra Tubuh Teatasi
Sebagian
P = Intervensi dilanjutkan Dx 5 = 1,3,4
19-07-2018 - Mengganti cairan infus dengan cairan NaCl 0,9% 19-07-2018 Dx 1 (Nyeri Akut) ₰
2,4 08.00 20tpm infus berjaalan lancer ₰ 14.00 S = P : Ny.S mengatakan masih timbul nyeri
- Melakukan observasi tanda-tanda vital Q : Cekot-cekot
1,3 11.30 TD = 130/60mmHg N=76×/menit ₰ R : diluka kaki kanan bawah
Suhu=36℃ RR=20×/menit S : skala 6 dari (0-10)
spO2=99% T : Hilang timbul 1-3 menit
1,2 12.00 - Melakukan tindakan kolaborasi dengan dokter O = Ny.S tampak rileks, kondisi tenang,
untuk pemberian obat antibiotik Inj.Cinam 1,5g ₰ tidak tampak kesakitan, lingkungan
IV tenang, mampu mengaplikasikan teknik
1 12.30 - Mengobservasi reaksi non verbal dari ₰ napas dalam perut, pergerakan terbatas,
ketidaknyamaan TD = 130/60mmHg N=76×/menit
1 12.50 - Mengkaji nyeri secara komperehensif meliputi ₰ Suhu=36℃ RR=20×/menit
lokasi, karakteristik, onset/kejadian, frekuensi, A = Masalah nyeri akut teratasi sebagian
kualitas, intensitas atau beratnya nyeri P = Intervensi dilanjutkan Dx 1 = 1,2,5,6
124
P : Ny.S mengatakan masih timbul nyeri
Q : Cekot-cekot Dx 2 (Gangguan Intergritas Kulit/ Jaringan) ₰
R : diluka kaki kanan bawah S = Ny.S mengatakan siap untuk diamputasi
S : skala 6 dari (0-10) O = Luka dipedis dextra yang dibebat kassa,
T : Hilang timbul 1-3 menit rembesan pus berwarna kuning tampak
1 13.00 - Mengedukasi pasien untuk manajemen relaksasi ₰ berkurang, bau tercium disekitar tempat
napas dalam pernapasan perut untuk tidur ±15cm, Pitting oedema derajat I
meningkatkan vasodilatasi dan mencegah kedalaman 1-3mm, CRT >2 detik, kaki
vasokontriksi akibat ansietas dextra tampak oedem eritema
3 13.10 - Melatih Ny.S melakukan rentang gerak ROM ₰ A = Masalah Gangguan Integritas Kulit/
aktif sesuai kemapuan Jaringan teratasi sebagian
4 13.15 - Mempertahankan posisi tempat tidur head up 60º ₰ P = Intervensi dilanjutkan Dx 2 = 1,2,4,7
125
O = Tampak pitting oedema derajat I
kedalaman 1-3mm, waktu kembali
3detik, CRT >2 detik, oedem pada
ekstermitas bawah dextra, kulit sekitar
luka masih taampak kering dan eritema,
nadi dorsal menurun, tagar kulit
menurun.
A = Masalah Perfusi Perifer Tidak Efektif
Teratasi Sebagian
P = Intervensi dilanjutkan Dx 4 = 1,2,3,4
126
5 - Mengobservasi keadaan umum pasien, O = Ny.S tampak rileks, kondisi tidak
15.50 memberikan waktu untuk mengungkapkan ₰ tenang, sudah tidak tampak kesakitan,
peerasaan saat ini pergerakan terbatas, keadaan umum
- Mengingatkan Ny.S untuk teknik relaksasi napas lemah
1 16.00 dalam, pernapasan perut, bayangkan hal yang ₰ TD = 140/90mmHg N=85×/menit
1
menyenangkan Suhu=37 ℃ RR=20×/menit
- Mengganti cairan Infus NaCl 0,9% 500ml 20tpm spO2=99%
2,4 16.40 berjalan lancar ₰ A = Masalah nyeri akut teratasi sebagian
- Melakukan observasi tanda-tanda vital P = Intervensi dilanjutkan Dx 1 = 1,2,3,4
1,3 17.00 TD = 140/90mmHg N=85×/menit ₰
Suhu=371 ℃ RR=20×/menit Dx 2 (Gangguan Intergritas Kulit/ Jaringan) ₰
spO2=99% S = Ny.S mengatakan kapan segera
- Mengkaji perfusi jaringan perifer dengan dioperasi
4 17.30 mengukur nadi dorsal pedis sinistra dan ABI ₰ O = Luka bebat dipedis dextra, tampak,
(Ankle-Brachial Indeks-0,8) rembesan dikassa sekunder berwarna
- Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk kuning, bau tercium disekitar tempat
2 17.50 pemberian obat Inj.Cinam 1,5g, IV, obat oral ₰ tidur pasien, kulit diatas luka tampak
Bisoprolol 5mg oedem, kemerahan dan kering, Pitting
- Mengobservasi reaksi non verbal dari oedema derajat I kedalaman 1-3mm
1 18.30 ketidaknyamanan ₰ waktu kembali 3detik
- Mengkaji nyeri secara komperehensif meliputi A = Masalah Gangguan Integritas Kulit/
lokasi, karakteristik, onset/kejadian, frekuensi, Jaringan teratasi sebagian
1 18.40 kualitas, intensitas atau beratnya nyeri ₰ P = Intervensi dilanjutkan Dx 2 = 1,2,3,7
- Meninggikan tempat tidur Ny.S setinggi 60° dan
diubah tiap 2jam Dx 3 (Gangguan Mobilitas Fisik) ₰
4 18.50 - Mengkaji kondisi balutan luka pedis dextra ₰ S = Ny.S mengatakan lebaih baik dari
sebelumnya
4 19.00 ₰ O = Keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, posisi head up 60°
,pergerakan terbatas, kaki tidak
127
disilangkan, kebutuhan dan aktifitas
dibantu oleh keluarga, turgor kulit
menurun, saraf sensorik dan motorik
masih berfungsi.
TD = 140/90mmHg N=85×/menit
1
Suhu=37 ℃ RR=20×/menit
spO2=99%
A = Masalah Gangguan Mobilitas Fisik
Teratasi Sebagian
P = Intervensi dilanjutkan Dx 3 = 1,2,3
128
O = Keadaan umum tampak baik, kesadaran
composmentis, GCS 456, pasien selalu
menanyakan tentang operasinya, kontak
mata tidak ada, komunikasi verbal baik,
tampak meringik kesakitan
A = Masalah Gangguan Citra Tubuh Teatasi
Sebagian
P = Intervensi dilanjutkan Dx 5 = 1,3,4
19-07-2018 - Operan dengan perawat dinas siang ₰ 20-07-2018 Dx 1 (Nyeri Akut) ₰
21.00 - Mengganti cairan infus NS 0,9% 500ml 20tpm ₰ 06.00 S = P : Ny.S masih nyeri cekot-cekot
- Melakukan tindakan kolaborasi dengan dokter meskipun jarang
2 04.00 untuk pemberian obat antibiotik Inj.Cinam 1,5g, ₰ Q : Cekot-cekot
Metronidazole 500mg, Bisoprolol 1x1 R : dikaki kanan bawah
- Melakukan observasi tanda-tanda vital S : skala 7 dari (0-10)
1,2 04.30 TD = 140/80mmHg N=93×/menit ₰ T : Hilang timbul 1-3 menit
5
Suhu=36 ℃ RR=20×/menit O = Ny.S sudah nampak rileks & tenang,
spO2=99% tidak tampak meringis kesakitan, masih
- Melakukan tindakan kolaborasi dengan dokter tampak lemah, pergerakan terbatas,
2 04.40 untuk pemberian obat antibiotik Inj.Cinam 1,5g ₰ dapat mengaplikasikan teknik napas
- Mengkaji nyeri secara komperehensif meliputi dalam.
1 04.50 lokasi, karakteristik, onset/kejadian, frekuensi, ₰ TD = 140/80mmHg N=93×/menit
kualitas, intensitas atau beratnya nyeri Suhu=365 ℃ RR=20×/menit
- Menganjurkan Ny.S untuk melaakukan spO2=99%
3 06.30 mobilisasi dan latihan ROM sesuai kemampuan ₰ A = Masalah nyeri akut teratasi sebagian
- Menganjurkan teknik napas dalam, pernapasa P = Intervensi dilanjutkan Dx 1 = 1,2,3
1 06.50 perut untuk meningkatkan vasodilatasi ₰
- Mengontrak waktu kepada Ny.S untuk dilakukan
2 07.00 perawatan luka gangren pedis dextra ₰
- Melakukan ujian skill perawatan luka dengan Bu Dx 2 (Gangguan Intergritas Kulit/Jaringan) ₰
2 07.10 Agustina dengan teknik aseptic ₰ S=-
129
- Mengobservasi kondisi luka basah mengeluarkan O = Luka bebat kassa dipedis dextra, tampak
2 07.30 cairan kekuningan hingga ke dressing sekunder, ₰ rembesan pus berwarna kuning hingga
banyak jaringan slough dengan diameter 6cm, ke dressing sekunder, kulit sekitar luka
tidak ada jaringan granulosit, dan eritosit, ada tampak eritema dan kering, bau tercium
jaringan nekrotik di digii 2 dan 3 hingga disekitar tempat tidur ±10cm,
punggung kaki pengeluaran pus berkurang, sudah
- Melakukan debridement jaringan slough hingga nampak jaringan granulosit.
2 07.40 terlihat jaringan granulosit ₰ A = Masalah Gangguan Integritas Kulit/
- Mencuci luka dengan NaCl 0,9% dan cairan Jaringan teratasi sebagian
2 hydrogen Pyroicne ₰ P = Intervensi dilanjutkan Dx 2 = 1,2,4
- Menutup luka dengan dressing kassa
2 07.50 - Melakukan pengkajian perfusi perifer warna, Dx 3 (Gangguan Mobilitas Fisik) ₰
4 08.00 suhu, CRT, nadi dorsal pedis, dan ABI (Indeks ₰ S = Ny.S mengtakan sudah lebih baik dapat
brachial Anchle) bergerak bebas
O = Ny.S sudah tampak tenang, masih
tampak lemah, pergerakan terbatas,
aktifitas sepenuhnya dibantu keluarga,
tampak berhati-hati saat menggerakan
kaki kanan yang sakit, ROM aktif,
𝟓𝟓𝟓𝟓 𝟓𝟓𝟓𝟓
kekuatan otot 𝟒𝟒𝟓𝟓 𝟓𝟓𝟓𝟓,
TD = 140/80mmHg N=93×/menit
5
Suhu=36 ℃ RR=20×/menit
spO2=99%
A = Masalah Gangguan Mobilitas Fisik
Teratasi Sebagian
P = Intervensi dilanjutkan Dx 3 = 1,4,5
₰
Dx 4 (Perfusi Perifer Tidak Efektif)
S=-
O = Warna kulit sekitar luka tampak kering
kemerahan disekitar luka, suhu kulit/
130
akral hangat merah basah (HMB), CRT
>2 detik, nadi dosal menurun, pitting
oedema derajat I kedalaman 1-3mm
waktu kembali 1-3 detik, pasien mampu
melakukan teknik relaksasi napas dalam
dan pernapasan perut, ABI 0,8 dan
pergerakan betas.
A = Masalah Perfusi Perifer Tidak Efektif
Teratasi Sebagian
P = Intervensi dilanjutkan Dx 4 = 1, 3,5
131
1 12.30 - Mengobservasi reaksi non verbal dari ₰ tenang, mampu mengaplikasikan teknik
ketidaknyamaan napas dalam perut, pergerakan terbatas,
1 12.50 - Mengkaji nyeri secara komperehensif meliputi TD = 130/60mmHg N=76×/menit
lokasi, karakteristik, onset/kejadian, frekuensi, ₰ Suhu=36℃ RR=20×/menit
kualitas, intensitas atau beratnya nyeri A = Masalah nyeri akut teratasi sebagian
1 13.00 - Mengedukasi pasien untuk manajemen relaksasi P = Intervensi dilanjutkan Dx 1 = 1,2,5,6
napas dalam pernapasan perut untuk ₰
meningkatkan vasodilatasi dan mencegah Dx 2 (Gangguan Intergritas Kulit/ Jaringan) ₰
vasokontriksi akibat ansietas S = Ny.S mengatakan siap untuk diamputasi
3 13.10 - Melatih Ny.S melakukan rentang gerak ROM O = Luka dipedis dextra yang dibebat kassa,
aktif sesuai kemapuan ₰ rembesan pus berwarna kuning tampak
4 13.20 - Mempertahankan posisi tempat tidur head up 60º berkurang, bau tercium disekitar tempat
₰ tidur ±15cm, Pitting oedema derajat I
kedalaman 1-3mm, CRT >2 detik, kaki
dextra tampak oedem eritema
A = Masalah Gangguan Integritas Kulit/
Jaringan teratasi sebagian
P = Intervensi dilanjutkan Dx 2 = 1,2,4,7
₰
Dx 3 (Gangguan Mobilitas Fisik)
S=-
O = Ny.S tampak tenang, masih tampak
lemah, posisi supine, aktifitas dibantu
sepenuhnya oleh keluarga, dapat miring
kanan kiri meskipun tampak berhati-hati
saat menggerakkan kaki, ROM aktif,
𝟓𝟓𝟓𝟓 𝟓𝟓𝟓𝟓
kekuatan otot 𝟒𝟒𝟒𝟒 𝟓𝟓𝟓𝟓,
TD = 130/60mmHg N=76×/menit
Suhu=36℃ RR=20×/menit
132
A = Masalah Gangguan Mobilitas Fisik
Teratasi Sebagian
P = Intervensi dilanjutkan Dx 3 = 1,3,4,5
₰
Dx 4 (Perfusi Perifer Tidak Efektif)
S=-
O = Tampak pitting oedema derajat I
kedalaman 1-3mm, waktu kembali
3detik, CRT >2 detik, oedem pada
ekstermitas bawah dextra, kulit sekitar
luka masih taampak kering dan eritema,
nadi dorsal menurun, tagar kulit
menurun.
A = Masalah Perfusi Perifer Tidak Efektif
Teratasi Sebagian
P = Intervensi dilanjutkan Dx 4 = 1,2,3,4
₰
Dx 5 (Gangguan Citra Tubuh)
S = Ny.S mengatakan siap dan ikhlas untuk
dioperasi
O = Ny.S tampak rileks, tenang, tampak
sering beristighfar, tampak siap
dilakukan operasi, paasien berpartisipasi
dalam perawatan dan pengembalian
keputusan operasi, dilakukan operasi Bk
(bawah lutut)
A = Masalah Gangguan Citra Tubuh Teatasi
Sebagian
P = Intervensi dilanjutkan Dx 5 = 3,4
133
20-07-2018 ₰ 21-07-2018 Dx 1 (Nyeri Akut) ₰
2 21.30 - Operan dengan perawat dinas siang ₰ 09.00 S = P : Ny.S mengatakan nyeri kakinya
23.00 - Melakukan tindakan kolaborasi dengan dokter semakin sakit
2,4 23.20 untuk pemberian obat Inf. Metranidazole 500mg ₰ Q : Cekot-cekot
- Mengganti cairan Inf.Metranidazole 500 dengan R : dikaki kanan bawah
2 23.50 cairan NaCl 0,9% 500cc 20tpm berjalan lancar ₰ S : skala 9 dari (0-10)
- Melakukan tindakan delegasi dari dokter Inf. T : Hilang timbul 1-5 menit
1,2 04.00 Cinam 1,5gr ₰ O = Kondisi umum conposment, tampak
- Mengobservasi tanda-tanda vital meringik kesakitan, saat muncul cekot-
TD = 135/80mmHg N=81×/menit cekot, tampak gelisah, nafsu makan
Suhu=36℃ RR=19×/menit menurun, berfokus pada diri sendiri
1 05.00 spO2=99% ₰ TD = 135/80mmHg N=81×/menit
- Menganjurkan Ny.S teknik pernapasan dalam, Suhu=36℃ RR=19×/menit
pernapasan perut untuk meningkatkan spO2=99%
2 06.00 vasodilatasi ₰ A = Masalah nyeri akut teratasi sebagian
2 - Melakukan perawatan luka secara aseptik P = Intervensi dilanjutkan Dx 1 = 1,2,3
- Mengobservasi kondisi luka basah hingga ke ₰
dressing sekunder berwarna kuning, kasa Dx 2 (Gangguan Intergritas Kulit/Jaringan) ₰
menempel kuat diluka, bau tercium disekitar S=-
tubuh pasien ± 15cm, warna luka kuning O = Tampak luka bebat kassa yang berwarna
avaskuler dan ada kehitaman (nekrotik), jaringan kuning hiingga ke dressing sekunder,
nekrotik di digii 2 & 3 hingga punggung kaki, kasa menempel kuat hingga ke luka, bau
banyak jaringan slough disisi luar dan dalam kaki, tercium disekitar tubuh pasien ± 15cm,
sebesar 6cm, panjang luka dari pergelangan warna luka kuning afakuler dan
hingga digii ± 22cm, tidak ada jaringan kehitaman (nekrotik), warna tepi luka
1 06.45 granulositdan eritrosit ₰ keputihan, ada jaringan nekrotik di digii
- Mengobservasi reaksi non verbal dari ₰ 2&3 hingga punggung kaki kanan,
2 ketidaknyamanan panjang luka dari pergelangan hingga
2 06.50 - Membilas luka dengan cairn NaCl 0,9% ₰ digii ± 22cm, tiadak ada jaringan
granulosit dan eritosit, ada jaringan
134
- Melakukan debridement untuk mengambil slough sebesar diameter 6cm kulit
2 07.00 jaringan slough dibagian kaki luar dan dalam ₰ sekitar luka eritema dan kering, ada
dengan diameter 6cm oedem di kaki kanan
- Mencuci luka dengan cairan NaCl 0,9% dan A = Masalah Gangguan Integritas Kulit/
2 07.10 Hydrogen Pyroxcine berwarna kuning, kemudian ₰ Jaringan teratasi sebagian
4 07.20 bilas lagi dengan NaCl 0,9% ₰ P = Intervensi dilanjutkan Dx 2 = 1,2,7
- Menutup luka dengan dressing kassa
2 07.30 - Mengkaji perfusi jaringan perifer warna kulit, ₰ Dx 3 (Gangguan Mobilitas Fisik) ₰
suhu, RCT, ndai dorsal pedis, dan ABI(0,6) S = Ny.S mengatakan badan masih lemas
3 07.50 - Melakukan pemeriksaan gula darah acak ₰ O = Keadaan umum lemah, kesadaran
156mg/dl composmentis, aktifitas dibantu oleh
- Melakukan latihan gerak ROM sesuai keluarga, Ny.S mampu melakukan ROM
kemampuan pasien dan latihan (Buerger-Allen) dan latihan Buerger-Allen, turgor kulit
dengan mengangkat kaki lebih tinggi dari kepala, menurun, saraf sensorik dan motorik
kemudian posisi duduk dengan kaki menggantung 𝟓𝟓𝟓𝟓 𝟓𝟓𝟓𝟓
masih baik, kekuatan otot 𝟒𝟒𝟓𝟓 𝟓𝟓𝟓𝟓,
2 08.00 digerakkan fleksi ekstensi dan memutar, ₰
TD = 135/80mmHg N=81×/menit
selanjutnya kembali ke posisi berbaring supine
Suhu=36℃ RR=19×/menit
- Membantu memberikan makanan diet B11900kal
spO2=99%
diet TKTP dan rendah kolesterol
A = Masalah Gangguan Mobilitas Fisik
Teratasi Sebagian
P = Intervensi dilanjutkan Dx 3 = 1,2,3
135
kulit menurun, tampak tidak
menyilangkan tungkai, posisi head up,
skor ABI 0,6 diukur dari brechal sinistra,
nadi dorsal pedis teraba cepat
A = Masalah Perfusi Perifer Tidak Efektif
Teratasi Sebagian
P = Intervensi dilanjutkan Dx 4 = 1,3,4,5
136
BAB 4
PEMBAHASAN
pada pasien Ny. S dengan Diabetes Melitus Gangren Pedis Dekstra di ruang III
2018. Melalui pendekatan studi kasus untuk membahas teori, fakta serta opini
4.1 Pengkajian
pada pasien dan keluarga, melakukan pemeriksaan penunjang medis, serta dari
1. Identitas
Suyono (2009) mengatakan usia >40 tahun memiliki risiko lebih tinggi
fungsi yang terjadi sesuai dengan teori penuaan wear and tear yang menyatakan
bahwa organ tubuh semakin lama digunakan akan mengalami kerusakan. Tidak
Pekerjaan Ny.S disebutkan adalah seorang ibu rumah tangga, dimana Ny.S
yang sedikit aktivitas dan jarang berolah raga. Aktivitas memiliki hubungan dengan
137
138
tekanan darah dan distribusi lemak tubuh yang dapat menurunkan risiko kejadian
sindrom metabolik. Selain itu aktivitas fisik yang cukup dapat mengurangi berat
badan mencegah terjadinya obesitas yang menjadi salah satu faktor risiko DM.
Dalam penelitiannya individu yang melakukan aktifitas fisik <3 x sehari memiliki
Ny.S mempunyai resiko yang aktual untuk menderita penyakit diabetes melitus
Tipe 2 atau NIDDM dengan onset kejadian terjadi setelah usia lebih dari 30 tahun.
Lebih sering dipengaruhi oleh faktor keturunan dan gaya hidup, kondisi ini bila
tidak di dukung dengan pola hidup sehat dan pola makan yang benar akan beresiko
kekambuhan terjadi.
Keluhan utama yang didapatkan pada tanggal 16-07-2018 jam 09.30 WIB
Ny.S mengatakan masih mengalami cekot-cekot pada kaki sebelah kanan. Nyeri
yang terjadi pada Ny. S dikarenakan adanya agen cidera fisik yaitu ulkus pada kaki
kanan 1/3 distal. Ulkus diabetik adalah luka yang terjadi pada pasien diabetik yang
melibatkan gangguan pada saraf peripheral dan autonomik, luka yang terjadi karena
adanya kelainan saraf, kelainan pembuluh darah dan kemudian adanya infeksi. Bila
infeksi tidak diatasi dengan baik hal itu akan berlanjut menjadi pembusukan bahkan
dextra sudah ±1 minggu tidak kunjung sembuh, terdapat jaringan nektrotik di digii
2&3 dan punggung kaki, terdapat banyak jaringan slough sebesar 6cm. Komplikasi
139
pada DM dapat dibedakan menjadi komplikasi akut dan kronis. Salah satu
mempunyai riwayat Diabetes Melintus sejak ±3 tahun yang lalu dan baru sekarang
terkena luka yang tidak kunjung sembuh. Penelitian Adji (2011) mengatakan bahwa
67% penderita DM tidak memiliki riwayat keluarga dengan DM. Penelitian lain
(Sumangkut, Supit, dan Onibala, 2013). Hal ini dikarenakan kejadian tingginya
kadar glukosa dalam darah tidak hanya disebabkan oleh abnormalitas genetik yang
glukokinase, gen mitokondrial, dan gen reseptor insulin) tetapi juga disebabkan
karena peningkatan beban kerja pangkreas, stres fisik (infeksi pangkreas) maupun
Pasien mengalami riwayat penyakit diabetes mellitus sejak lama, kondisi ini
yang memicu terjadinya komplikasi ulkus diabetikum, dan didukung oleh pasien
amputasi bila terdapat jaringan nekrosis, infeksi, dan perubahan bentuk kaki.
3. Pemeriksaan fisik
sebagai data dalam menegakkan diagnosa keperawatan yang aktual maupun masih
dibawah ini :
140
a. B1 (sistem penapasan)
pernapasa , bentuk dada normo chest, pergerakan dada simetris, napas spontan,
tidak menggunakan alat bantu napas, tidak ada otot bantu napas, fokal fremitus
teraba kanan dan kiri, suara napas vesikuler, irama pola napas (reguler), tidak ada
sesak, tidak ada ronki (-/-),tidak ada wheezing (-/-), tidak ada retraksi dinding dada
dan penggunaan otot bantu pernafasan maupun sianosis dan clubbing finger, RR :
badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton
b. B2 (sistem kardiovaskuler)
apex teraba, tidak ditemukan getaran/thrill, hasil perkusi pada jantung pekak, bunyi
jantung S1S2 tunggal, tidak ada bunyi jantung tambahan, tidak terdapat gallop,
murmur, tidak ada nyeri dada, ictus cordis pada ICS ke V midclaviculaline sinistra,
denyut karotis kuat terdapat edema pada ekstremitas dextra, pitting oedema derajat
I kedalaman 1-3mm dengan waktu kembali 3detik, akral HBM (Hangat, basah ,
Merah), TD : 160/80 mmHg, N : 108x/mnt, ABI (Ankle Brachial Indeks) 0,08, CRT
>2 detik. Komplikasi makrovaskuler yang sering terjadi pada penderita DM tipe 1
jantung coroner dan penyakit vaskuler perifer. Proses terjadinya penyakit jantung
141
koroner pada penderita DM disebabkan oleh kontrol gula darah yang buruk dalam
ekstremitas bawah. Pasien dengan gangguan pada vaskuler perifer akan mengalami
berkurangnya denyut nadi perifer dan kalu dikasio intermiten (nyeri pada pantat
atau betis ketika berjalan). Penyakit oklusif arteri yang parah pada ektremitas bawah
aktual terjadi pada Ny. S dimana pada pasien saat dilakukan pemeriksaan tanda-
tanda vital didapatkan tekanan darah yang meningkat 160/80 mmHg dengan
riwayat hipertensi yang disangkal dan ada gangren dipedis dextra. Hal tersebut
menghantarkan oksigen dan nutrisi ke bagian perifer. Pembuluh darah arteri yang
sel sehingga menyebabkan luka sukar sembuh sehingga luka cenderung nekrosis.
c. B3 ( sistem persarafan)
4-5-6 (membuka mata dengan spontan, orientasi pasien penuh, respon motorik
pasien baik), tidak ada kejang. Refleks fisiologi : bisep +/+, trisep +/+, patella +/+,
Refleks patologis : babinski -/-, kaku kuduk -/-, chaddock -/-, kernik -/, laseque -/-,
bruzunki -/-, pada pemeriksaan Nervus cranial I sampai XII tidak ada masalah.
142
Neuropati perifer, nyeri, rabaan atau sensasri sensorik berkurang, reflek tendon
penglihatan secara mendadak atau perlahan lahan, yang boleh dicurigai sebagai
penjelmaan retinopati atau katarak (Arisman, 2010). Nyeri yang dialami pasien
disebabkan karena agen cedera biologis yaitu adanya kerusakan integritas jaringan
pada pedis dextra. Komplikasi vaskuler jangka panjang dari diabetes juga
mikroangiopati seperti retinopati belum secara nyata/ aktual terjadi pada Ny. S
d. B4 (sistem perkemihan)
Sistem perkemihan pada Ny.S tidak didapatkan masalah yaitu pasien tidak
terpasang kateter, intake SMRS pasien 1700 cc/24 jam, intake MRS pasien 800
cc/24 jam (air putih), output 500 cc/24 jam, tidak ada distensi kandung kemih. Tidak
terdapat nyeri tekan pada abdomen. Pasien BAK di tempat tidur menggunakan
pispot ± 3 x/24 jam, warna kuning pekat. Menurut Waspadji dalam Soegondo
(2009) keluhan yang sering terjadi pada klien DM adalah Poliuria (banyak kencing).
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui
daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis. Sifat glukosa
adalah menghambat reabsorbsi air oleh tubulus ginjal mengakibatkan air banyak
keluar bersama glukosa dalam bentuk air kemih. Buang air kecil yang banyak dan
sering ini akan berpengaruh terhadap keseimbangan cairan dan elektrolit. Penulis
BAK spontan tanpa ada keluhan nyeri maupun retensi urine, sehingga tidak perlu
e. B5 (sistem pencernaan)
mukosa kering, tidak ada stomatitis, gusi merah muda, tidak terdapat edema, lidah
merah muda, bersih. faring merah muda, tidak terdapat lesi ataupun hiperemi,
bentuk perut supel, bising usus menurun di kuadran kiri bawah abdomen, suara
abdomen timpani di kuadran kanan atas, hepar dan lien tidak teraba, tidak terdapat
nyeri abdomen, diit B1 1900 kall, nafsu makan menurun (4-5sdm), frekuensi
3x/hari, tidak ada mual dan muntah (-), jenis nasi tim lunak, tidak terpasang NGT,
BAB 1x sehari dengan bantuan keluarga, konsistensi lembek, BB: 60 kg, TB : 157
cm, IMT : 24,39 (BB lebih). Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan
akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan (Sugondo, 2009). Obesitas
untuk mencukupi energi sel yang terlalu banyak. Berdasarkan teori dan kasus
penulis menyimpulkan pada sistem pencernaan secara aktual terjadi pada Ny.S
dimana pasien mengalami berat badan berlebih yang didasari dari penghitungan
pasien mobilisasi di tempat tidur, kemampuan pergerkan sendi bebas, tapi agak
terbatas pada ekstremitas bawah kanan, pasien mengatakan mudah lelah, skala
5555 5555
kekuatan otot , tidak ada fraktur, krepitasi, terdapat luka bebat gangren
4444 5555
pedis dextra, pengeluaran pus masih aktif hingga tampak pada dressing sekunder
144
berwana kekuningan, bau luka derajat 2 dan merembes ke dressing sekunder, bau
luka tercium hingga jarak 30cm, kulit sekitar luka tampak kering eritema, terdapat
banyak slough, ada jaringan nekrotik di digii 2 dan 3 hingga punggung kaki kanan,
nadi dorsalis pedis melemah, ABI (Anckle Brachial Indeks) 0,8, CRT >2dtk, akral
hangat basah merah, pitting oedeme derajat 1 dengan kedalam 1-3mm dan waktu
kembali 1-3detik, skala nyeri P : pasien mengatakan nyeri pada luka kaki kanan,
Q: cekot-cekot, R : jari tengah hingga punggung kaki sebelah kanan, S : 5 dari skala
(0-10), T : hilang timbul 1-5 menit. Manifestasi klinik Diabetes Mellitus menurut
Waspadji dalam Soegondo (2009) keluhan yang sering adalah lemas, lekas lelah
dan kurang tenaga. Hal ini disebabkan karena glukosa darah tidak dapat masuk ke
dalam sel sehingga sel mengalami kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan
maka sumber energi akan diambil dari cadangan lain yaitu lemak dan protein
mengalami keluhan lekas lelah dan kurang bertenaga. Faktor risiko terjadi ulkus
sensasi atau merasa kebas. Rasa kebas menyebabkan trauma yang terjadi pada
bagian kaki mengalami penurunan ekskresi keringat sehingga kulit kaki menjadi
145
kering dan mudah terbentuk fissura. Saat terjadi mikrotrauma keadaan kaki yang
pada Ny. S dengan keluhan badan lemas dan nyeri akut pada luka gangren
kadar glukosa dalam darah Ny.S yaitu 274mg/dl yang mengahambat sirkulasi
tidak juga sembuh. Hasil konsul Mikiobiologi 13 Juli 2018 spesimen pus
dokter memutuskan untuk melakukan amputasi below knee dextra pada Ny. S.
g. Sistem Endokrin
mempunyai riwayat Diabetes Melintus sejak ±3 tahun yang lalu dan baru sekarang
terkena luka yang tidak kunjung sembuh. Ditemukan tanda – tanda diabetes, yaitu
: mudah lapar, lemas, selalu mangantuk, GDA : 274mg/dl pada tanggal (16-07-
kelenjar getah bening. Diabetes Melitus adalah kumpulan penyakit metabolik yang
ditandai dengan hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin, kinerja insulin, atau
penurunan responsivitas sel (DM tipe II) terhadap insulin. Efek multisistem yang
Corwin, 2009; Wungouw & Marunduh, 2014; Billotta, 2014). Pada pasien terjadi
146
beberapa tanda dan gejala khas diabetes, hal ini di dukung juga dengan adanya
kadar gula darah pasien dibatas normal dan adanya luka yang sukar sembuh atau
luka gangren.
h. Sistem Pengindraan
anemis, sklera tidak ikterik, Lapang pandang normal, pupil isokor, gerakan bola
mata simetris. Telinga simetris, keadaan bersih, tidak ada serumen, tidak ada
benjolan, fungsi pendengaran normal. Tidak ada septum deviasi, tidak ada polip,
darah kecil pada retina mata dan perubahan lensa matayang mengalami
pembengkakan ketika kadar gula darah naik. Pengendalian kadar gula darah
SDKI (2016) pada Ny. S dengan diagnosis Diabetes Melitus Gangren Pedis yaitu:
Masalah ini ditegakkan berdasarkan data yang muncul pada klien meliputi
data subjektif yang didaptakan Ny. S mengatakan luka timbul sejak ± 1 minggu
yang lalu, P: Ny.S mengatakan nyeri pada luka kaki kanan, Q : Cekot-cekot, R :
147
Jari tengah merambat hingga punggung pergelangan kaki sebelah kanan, S : 5 dari
(0-10), T : Hilang timbul 1-5 menit. Data objektif didapatkan Ny.S tampak lemah,
tampak meringis kesakitan saat timbul cekot-cekot, saraf sensor masih berfungsi,
Gluc 274mg/dl (70-115mg/dl), pengeluaran pus aktif, tampak luka yang dibebat
kara di ekstenuitas bawah pedis dexta, bau luka derajat 2 dan merembes ke dressing
atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan fungsional,
dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan. Penulis berpendapat diagnosis ini ditegakkan dari
keluhan utama yang dirasakan pasien dengan sensasi tidak nyaman secara subjektif
yang disebabkan oleh penyakit arteri perifer yaitu penyakit penyumbatan arteri di
menimbulkan nyeri.
meliputi data subjektif yang didaptakan Ny.S mengatakan luka timbul sejak ± 1
minggu yang lalu awalnya hanya timbul dijari tengah kaki kanan hingga merambat
sampai punggung kaki. Data objektif didapatkan tampak luka hebat dipedis dextra,
kulit sekitar luka kering, tampak eritema disekitar luka, kaki dextra tampak oedema,
pengeluaran pus masih aktif, tampak rembesan berwarna kuning hingga kedressing
sekunder, bau tercium dari jarak 30cm derajat 2 merembes ke dressing sekunder,
diluka pedis dextra terdapat jaringan nektrotik di digii 2&3 dan punggung kaki,
terdapat banyak jaringan slough sebesar 6cm, warna dasar luka kuning avaskuler.
kulit (dermis dan/atau epidermis) atau jaringan (membran mukosa, kornea, fasia,
otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan/atau ligamen). Penulis berpendapat
diagnosis ini ditegakkan karena adanya luka ganggren diabetic nekrosis jaringan
perifer bagian pedis dextra akibat penyakit diabetes mellitus. Ulkus diabetes
darah kecil) pada tungkai bawah yang mengakibatkan aliran darah pada bagian
fungsinya akan terganggu, dan infeksi proses ulserasi (mengoreng) berupa ulkus
dan saraf.
data subjektif yang didaptakan Ny.S mengatakan kebutuhan dan aktifitas dibantu
keluarga dan sulit berjalan. Data objektif didapatkan Ny.S tampak lemah, tampak
𝟓𝟓𝟓𝟓 𝟓𝟓𝟓𝟓
enggan untuk bergerak, nyeri saat bergerak, kekuatan otot menurun ,
𝟒𝟒𝟒𝟒 𝟓𝟓𝟓𝟓
gangguan mobilitas fisik suatu keterbatasan dalam gerak fisik dari satu atau lebih
149
ulkus diabetes sehingga segala aktivitas dibantu oleh keluarga. Neuropati perifer
dan/atau vena
oedema pada ekstermitas bawah kanan, akral hangat basah merah (HBM), kulit
sekitar luka tampak kering dan kemerahan (eritema), pitting oedema derajat 1
kedalaman 1-3mm dengan waktu kembali 3detik, ada jaringan nekrotik di digii
2&3, penyembuhan luka lambat, turgor kulit menurun, warna dasar luka kuning
(avaskuler), nadi dosal pedis lemah, ABI (Anckle Brachial Indeks) 0,8, CRT >2dtk,
perifer tidak efektif yaitu penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat
perifer menyebabkan menurunnya sirkulasi darah pada kaki Ny.S yang terkena
penyakit).
data subjektif yang didaptakan Ny.S mengatakan lukanya timbul ±1 minggu dengan
150
luka yang cepat menghitam dijari kaki kanan dan tak kunjung sembuh. Data objektif
karena ulkus diabetik, pasien dapat menunjukkan bagian tubuh yang sakit, berbicara
tidak fokus. SDKI (2016) mendefinisikan gangguan citra tubuh yaitu perubahan
diabetes menyebabkan kerusakan jaringan saraf motorik, sensorik dan otonom yang
efisien (Nikmatur dan saiful, 2012). Pembahasan dari intervensi yang meliputi
Tujuan jangka panjang nyeri dapat berkurang, tujuan jangka pendek pasien
tidak mengeluh nyeri dengan perilaku adaptif : tanda-tanda vital dalam batas
normal, systole 100-130 mmHg, dyastole 60-80 mmHg, suhu 36-375 ℃, respirasi
mekanisme regulator adalah : a) Observasi tanda-tanda vital setiap 6jam atau setiap
151
(bernapas dalam, pernapasan perut, bayangkan hal yang menyenangkan) dan teknik
distraksi (terapi musik, terapi aktifitas, aplikasi pijatan) sebelum nyeri terjadi atau
meningkat, f) Hasil kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan nyeri untuk
proses penyembuhan luka, luka nampak muncul jaringan granulasi dan epitel, bau
berkurang, cairan yang keluar (pus, darah) berkurang, pitting oedema berkurang.
luka : lokasi, keadaan luka jaringan nekrotik, tanda-tanda infeksi lokal, dan
aseptik dan mengunakan dressing yang tepat sesuai luka, lakukan debridement juka
bubuk kopi disekitar lingkungan pasien, e) Hasil kolaborasi dengan tim ahli gizi
pemberian diet TKTP (tinggi kalori tinggi protein), f) Hasil kolaborasi dengan tim
yang optimal, tujuan jangka pendek mobilitas fisik tidak ada hambatan dengan
perilaku adaptif : pergerakan bebas, pasien dapat melakukan aktifitas sesuai dengan
regulator adalah : a) Observasi tanda-tanda vital setiap 6jam atau setiap pergantian
ROM untuk sendi yang terkena, bila tidak merupakan kontra indikasi, minimal satu
kali dalam satu pergantian jaga, d) Bantu pasien dalam mempertahankan posisi
tubuh secara anatomis dan fisiologis. Anjurkan mengatur posisi miring kanan kiri
setiap 2jam pada saat ditempat tidur, e) Ajarkan pasien dan keluarga teknik
dan/atau vena.
Tujuan jangka panjang perfusi perifer adekuat, tujuan jangka pendek aliran
darah perifer efektif dengan perilaku adaptif : warna dan suhu kulit tidak berubah,
kaki tetap bersih dan terbebas dari tekanan, pasien dapat mempraktekkan teknik
suhu, dan tekstur kulit pasien. Perhatikan catat dan laporkan bila muncul kebiruan
dan kehitaman pada kulit, b) Tinggikan kepala tempat tidur pasien 60°dan ubah tiap
2jam, c) Kaji CRT, nadi dorsal pedis, dan indeks anklebrachial, d) Ajarkan
153
rendah kolesterol dan rendah kalori, 4) Perlunya menghindari baju yang sempit,
merokok).
penyakit).
Tujuan jangka panjang pasien dapat menerima perubahan citra tubuh, tujuan
jangka pendek dapat dengan perilaku adaptif : pasien menerima perubahan citra
lalu dan sekarang), b) Kaji status mental pasien melalui wawancara dan observasi
dilakukan sejak tanggal 16-21 Juli 2018. Implementasi keperawatan pada masalah
setiap 6jam atau setiap pergantian shift jam 04.00 WIB, 12.00 WIB, 17.00 WIB. b)
dalam, pernapasan perut, bayangkan hal yang menyenangkan) dan teknik distraksi
(terapi musik, terapi aktifitas, aplikasi pijatan) sebelum nyeri terjadi atau
meningkat, f) Hasil kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan nyeri untuk
dengan diagnosis keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
: luka gangren pada hari pertama tanggal 16 Juli 2018 didapatkan data subjektif
Ny.S mengatakan nyeri pada luka kaki kanan, nyeri terasa cekot-cekot, nyeri berada
dijari tengah merambat hingga punggung pergelangan kaki sebelah kanan, skala
nyeri 5 dari (0-10), nyeri hilang timbul dalam waktu 1-5 menit. Data objektif
didapatkan Ny.S tampak lemah, tampak meringis kesakitan saat timbul cekot-cekot,
diatas bahwa masalah nyeri akut teratasi sebagian. Evaluasi dilakukan setiap hari,
setelah hari kedua perawatan 18 Juli 2018 didapatkan nyeri semakin bertambah data
subjektif Ny.S mengatakan masih cekot-cekot pada kaki, terasa cekot-cekot, diluka
155
kaki bawah kanan, skala 7 dari (0-10), hilang timbul 1-5 menit dan data objektif
didapatkan kesadaran composmentis, GCS 456, keadaan umum Ny.S masih tampak
lemah, sudah tidak tampak meringis kesakitan, wajah tampak rileks, saraf sensori
88×/menit, Suhu = 37℃, RR= 20×/menit, spO2= 99%, Gluc= 137mg/dl, Alb
=2,52g/dl selama 3tiga hari perawatan masalah nyeri aku teratasi sebagian.
dengan teknik aseptik dan mengunakan dressing yang tepat sesuai luka, lakukan
kolaborasi dengan tim ahli gizi pemberian diet TKTP (tinggi kalori tinggi protein),
f) Hasil kolaborasi dengan tim laboratorium untuk pemeriksaan kultur pus, h) Hasil
kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antibiotik injeksi Cinam 4x1,5.
dengan nekrosis kerusakan jaringan (luka gangren) pada hari pertama tanggal 16
Juli 2018 didapatkan data subjektif Ny.S mengatakan luka timbul sejak ± 1 minggu
yang lalu awalnya hanya timbul dijari tengah kaki kanan hingga merambat sampai
156
punggung kaki. Data objektif didapatkan tampak luka hebat dipedis dextra, kulit
sekitar luka kering, tampak eritema disekitar luka, kaki dextra tampak oedema,
pengeluaran pus masih aktif, bau tercium dari jarak 30cm derajat 2 merembes ke
tanggal 21 Juli 2018 didapatkan data subjektif Ny.S mengatakan ingin segera
sembuh. Data objektif didapatkan tampak luka hebat dipedis dextra, kulit sekitar
luka kering, tampak eritema disekitar luka, kaki dextra tampak oedema, pitting
oedema derajat I kedalaman 1-3mm dengan waktu kembali 3detik, pengeluaran pus
masih aktif, tampak rembesan berwarna kuning hingga kedressing sekunder, bau
tercium dari jarak 15cm derajat 2 merembes ke dressing sekunder, diluka pedis
dextra terdapat jaringan nektrotik di digii 2&3 dan punggung kaki, luka sepanjang
±20cm, terdapat banyak jaringan slough sebesar 6cm, warna dasar luka kuning
BK IC, tidak ada perdarahan, saraf sensorik dan motorik masih berfungsi, diit B1
1900 kall, terapi antibiotik Metronidazole 3x500, Cinam 4x1,5 Gluc= 137mg/dl
dari data diatas bahwa masalah gangguan integritas kulit/jaringan teratasi sebagian.
Mengbservasi tanda-tanda vital setiap 6jam atau setiap pergantian shift jam 04.00
ditempat tidur, c) Melakukan latihan ROM untuk sendi yang terkena, bila tidak
merupakan kontra indikasi, minimal satu kali dalam satu pergantian jaga, d)
fisiologis. Anjurkan mengatur posisi miring kanan kiri setiap 2jam pada saat
tanggal 16 Juli 2018 didapatkan data subjektif Ny.S mengatakan kebutuhan dan
aktifitas dibantu keluarga. Data objektif didapatkan Ny.S tampak lemah, berhati-
hati saat menggerakan kaki kanan, dapat melakukan ROM aktif, kekuatan otot
𝟓𝟓𝟓𝟓 𝟓𝟓𝟓𝟓
menurun 𝟒𝟒𝟒𝟒 𝟓𝟓𝟓𝟓 dari data diatas bahwa masalah gangguan mobilitas fisik teratasi
sebagian. Evaluasi dilakukan setiap hari, setelah hari ketiga perawatan 19 Juli 2018
didapatkan data subjektif Ny.S mengatakan lebaih baik dari sebelumnya. data
60° , pergerakan terbatas, kaki tidak disilangkan, kebutuhan dan aktifitas dibantu
oleh keluarga, turgor kulit menurun, saraf sensorik dan motorik masih berfungsi
𝟓𝟓𝟓𝟓 𝟓𝟓𝟓𝟓
Ny.S mampu melakukan ROM dan latihan Buerger-Allen, kekuatan otot 𝟒𝟒𝟓𝟓 𝟓𝟓𝟓𝟓,
dari data diatas bahwa masalah gangguan mobilitas fisik teratasi sebagian.
dan/atau vena
Mengkaji warna, suhu, dan tekstur kulit pasien. Perhatikan catat dan laporkan bila
muncul kebiruan dan kehitaman pada kulit, b) Meninggikan kepala tempat tidur
pasien 60°dan ubah tiap 2jam, c) Mengkaji CRT, nadi dorsal pedis, dan indeks
tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri dan/atau vena pada hari
pertama tanggal 16 Juli 2018 didapatkan data objektif tampak ada pitting oedema
derajat I kedalaman 1-3mm dengan waktu kembali 3detik, CRT >2 detik,
oedem, akral hangat basah merah, kulit sekitar luka tampak kering dan kemerahan,
tampak ada jaringan nekrotik di digii 2&3, penyembuhan luka lambat, turgor kulit
menurun, warna dasar luka kuning (avaskuler), nadi dosal pedis menurun dari data
diatas bahwa masalah perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan
aliran arteri dan/atau vena teratasi sebagian. Evaluasi dilakukan setiap hari, setelah
hari keenam perawatan 21 Juli 2018 didapatkan data objektif warna kulit sekitar
luka tampak kering kemerahan disekitar luka, suhu kulit/ akral hangat merah basah
(HMB), CRT >2 detik, nadi dosal menurun, pitting oedema derajat I kedalaman 1-
3mm waktu kembali 1-3 detik, pasien mampu melakukan teknik relaksasi napas
dalam dan pernapasan perut, posisi head up 60° , pergerakan terbatas, kaki tidak
disilangkan, Ny.S mampu melakukan latihan Buerger-Allen, ABI 0,8 (nadi sistotik
bawah 130 : nadi sistotik lengan 145), nadi dorsal pendis dextra lemah cepat,
pergerakan terbatas dari data diatas bahwa masalah perfusi perifer tidak efektif
penyakit).
pasien untuk mengungkapkan perasaan tentang dirinya (masa lalu dan sekarang),
b) Mengkaji status mental pasien melalui wawancara dan observasi minimal sehari
perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri dan/atau
vena pada hari pertama tanggal 16 Juli 2018 didapatkan data subjektif Ny.S
mengatakan lukanya timbul ± 1minggu dengan luka yang cepat menghitam dijari
kaki kanan. Data objektif didapatkan fungsi/struktur kaki kanan berubah, pasien
menunjukkan bagian tubuh yang sakit, berbicara tidak fokus, respon nonverbal
tampak lemah dari data diatas bahwa masalah gangguan citra tubuh teratasi
sebagian. Evaluasi dilakukan setiap hari, setelah hari keenam perawatan 21 Juli
2018 didapatkan data subjektif Ny. S mengatakn siap untuk dioperasi dan ingin
segera sembuh. Data objektif didapatkan konsidi umum pasien baik, kesadaran
menanyakan kapan dioperasi karena pasien ingin segera sembuh dari data diatas
PENUTUP
keperawatan secara langsung pada pasien Ny.S dengan diagnosis Diabetes Melitus
Gangren Pedis Destra di Ruang III Rumkital Dr. Ramelan Surabaya, maka penulis
dapat menarik beberapa kesimpulan sekaligus saran yang dapat bermanfaat dalam
5.1 Simpulan
Keperawatan pada pasien dengan Diabetes Melitus Gangren Pedis Dextra maka
tangga mengeluh nyeri pada luka kehitaman dan jari tengah kaki kanan yang
usia, pola hidup, serta riwayat Diabetes Melitus yang lama tidak
adanya luka dengan warna kulit disekitar luka kemerahan, ada oedema
ektermitas, ada pus, ada jaringan nekrotik dan slough, warna dasar luka
anatara lain nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik : luka gangren,
166
167
Gangren Pedis Dextra harus melihat kondisi pasien secara keseluruhan dan
selama 6 x 24 jam dengan bekerja sama secara tim dengan perawat ruangan.
gangguan mobilitas fisik, perfusi perifer tidak efektif, gangguan citra tubuh.
5.2 Saran
berikut:
formal maupun informal. Mengadakan pelatihan internal yang diikuti oleh perawat
elevasi ekstremitas bawah secara kooperatif pada pasien diabetes mellitus dengan
Penulis selanjutnya dapat menggunakan karya ilmiah akhir ini sebagai salah
satu sumber data untuk penelitian selanjutnya dan dilakukan penelitian lebih lanjut
DAFTAR PUSTAKA
Arisman. (2010). Obesitas, Diabetes Mellitus & Dislipidemia: Konsep, Teori &
Penunjang Aplikatif. Jakarta: EGC.
Bundó, M., Urrea, M., Muñoz, L., Llussà, J., Forés, R., & Torán, P. (2013).
[Correlation between toe-brachial index and ankle-brachial index in patients
with diabetes mellitus type 2]. Medicina Clínica, 140(9), 390-394. doi:
10.1016/ j.medcli.2012.03.012.
Gitarja, W.S. (2015). Perawatan Luka Certified Wound Care Clinican Associate
Student Handbook CWCCA 2015. Bogor : Wocare Center.
Helmawati, Triana. (2014). Hidup Sehat tanpa diabetes. Jakarta : Notebook pada
Pasien Rawat Jalan dengan Diabetes Mellitus (DM) Tipe 2 di RSD dr.
Soebandi Jember”. e-Jurnal Pustaka Kesehatan vol 2. PSIK Jember.
170
International Diabetes Federation (IDF). (2015). IDF Diabetes Atlas 7th Edition
2015. Diakses dari www.idf.org diperoleh tanggal 19 Juli 2018.
Irma P, Arisnty,. (2013). Konsep Dasar Manajemen Perawatan Luka. Jakarta : EGC.
Kaku, K. (2010) Pathophysiology of type 2 diabetes and its treatment policy. Japan
Medical Association of Journal 53 (1):41-46. 2010
Kariadi, Sri Hartini. (2009). Diabetes? Siapa Takut! Panduan Lengkap Untuk
Diabetisi, Keluarganya dan Profesional Medis. Bandung: Qanita.
LeMone, P., Burke, K.,Bauldoff, G. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Volume 1. Edisi 5. Jakarta : EGC.
Lipsky, B.A et al. (2012) infectious diseases society of America clinical practice
guideline for the diagnosis and treatment of diabetic foot infections. IDSA
Guideline for diabetic foot infection. CID 2012:54.
Maryuyani, A. (2013). Perawatan Luka Modern (Modern Wound care) Terkini dan
Terlengkap. Jakarta: IN MEDIA.
Nussbaumerová, B., Rosolová, H., Ferda, J., Sifalda, P., Sípová, I., & Sefrna, F.
(2011). [The ankle brachial index in type 2 diabetes]. Vnitrní Lékarství, 57(3),
299-305.
PAPDI, (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi IV. Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam, FKUI, Jakarta.
Price, Sylvia Anderson & Wilson, Lorraine McCarty. (2006). Pathofisiologi Konsep
Klinis Proses Proses Penyakit, Ed6, Vol 2. Jakarta: EGC.
Ribu, l., & Wahl, a. (2014). How patient diabetes who have foot and leg ulcer
perceive the nursing care they receive. Journal of wound care.
Riyadi dan Sukarmin. (2008). Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan
Eksokrin dan Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: PT.Graha Ilmu.
Roza,R.L., et al. (2015). Faktor Risiko Terjadinya Ulkus Diabetikum pada Pasien
Diabetes Mellitus yang Dirawat Jalan dan Inap di RSUP Dr. M. Djamil dan
RSI Ibnu Sina Padang, http://jurnal.fk.unand.ac.id, Diunduh tanggal 20 Juli
2018.
Simatupang, M. (2013). Hubungan Antara Penyakit Arteri Perifer dan Faktor Risiko
Kardiovaskular pada Pasien DM Tipe 2. Fakultas Kedokteran Universitas
Sam Ratulangi Manado.
Singh, S., Pai, D.R., & Yuhhui, C. Diabetic foot ulcer-Diagnosis and management.
Clinical research on foot & ankle 1: 120. Doi:10.4172/2329- 910X.1000120.
Smeltzer,S.C dan B.G Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Volume 3. Penerjemah Agung Waluyo dkk.
Jakarta: EGC.
Soegondo, S., Soewondo, P., & Subekti, I. (2009). Penatalaksanaan diabetes melitus
terpadu. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
172
Sudoyo, A.W.,dkk. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 3, Edisi Kelima.
Jakarta: Interna Publishing.
Sumpio, B. E., Schroeder, S.M., & Blume, P.A. (2005). Etiology and management of
foot ulceration dalam The wound management manual oleh Bok Y lee.
Singapura: The McGraw-Hill Companies.
Taylor, Cynthia M dan Ralph, Sheila Sparks. (2010). Diagnosis Keperawatan dengan
Rencana Asuhan. Jakarta : EGC
Wibowo, Daniel & Paryana, Daniel. (2009). Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta: Graha
Ilmu Publishing.
WHO. (2010). Why Urban Health Matters. Geneva: World Health Organization
Wijaya, A.S. dan Putri, Y.M. (2013). KMB 2 Keperawatan MediKal Bedah
Keperawatan Dewasa Teori Dan Contoh Asuhan Keperawatan. Nuha
Medika. Yogyakarta.
Lampiran 1
SPO TRANFUSI DARAH
3. Prosedur pelaksanaan
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b. Cuci tangan
c. Gantung larutan NaCl 0,9 % dalam botol untuk digunakan
setelah tranfusi darah.
d. Gunakan selang infus yang mempunya filter (selang Y atau
tunggal).
e. Lakukan pemberian infus NaCl 0,9 % (lihat prosedur
pemasangan infus) terlebih dahulu sebelum pemberian
tranfusi darah.
f. Sebelum dilakukan tranfusi darah terlebih dahulu memeriksa
identifikasi kebenaran produk darah: periksa kompatibilitas
dalam kantong darah, periksa kesesuaian dengan identifikasi
pasien, periksa kadaluwarsa, dan periksa adanya bekuan.
g. Buka set pemberian darah.
h. Untuk selang Y, atur ketiga klem.
i. Untuk selang tunggal, klem pengatur pada posisi off
j. Cara tranfusi darah dengan selang Y:
k. Tusuk kantong NaCl 0,9 %
174
Lampiran 2
SPO RAWAT LUKA INFEKSI 1
PENGERTIAN Merawat luka terinfeksi, luka + serum + pus + necrose
TUJUAN 1. Mencegah timbulnya infeksi
2. Observasi keadaan luka
1. Alat-alat steril
a. Sarung tangan
b. Pinset anatomi 1
c. Pinset Chiruurgie 2
d. Gunting lurus/bengkok
e. Kapas lidi 2
f. Kasa steril secukupnya
g. Kasa penekan / depress
h. Mangkok kecil/cucing 2 buah
2. Alat-alat non steril
a. Gunting verband
b. Plester
c. Bengkok/kantong plastic
d. Verband secukupnya
e. Yodbensin
PROSEDUR
f. Larutan Clorin 0.5%
g. Cairan Nacl 0.9%
h. Betadine
3. Menyiapkan pasien
a. Menjelaskan tujuan dilakukan prosedur
b. Meminta persetujuan pasien
c. Mengatur posisi pasien sesuai dengan kebutuhan
4. Pelaksanaan
a. Menempatkan alat kedekat pasien
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
c. Memakai sarung tangan
d. Bekas plester dibersihkan dengan yodbensin dan arah dalam
keluar
e. Pembalut dibuka dengan pinset dan taruh dibengkok
f. Luka dibersihkan dengan pinset dan taruh dibengkok
g. Kapas kotor taruh dibengkok, pinset masukan dilarutan
clorin 0.5%
h. Olesi luka dengan betadine, kemudian bersihkan betadine
dengan Nacl 0.9%
i. Tutup luka dengan kasas teril, kemudian pasang
plester/verband
j. Buang bahan terkontaminai ketempat sampah medis
k. Lakukan dekontaminasi alat-alat yang habis digunakan
kedalam larutan Clorine 0.5%
l. Lepas sarungtangan dan masukkan kedalam larutan clorine
0.5% (sebelum melepas sarungtangan cuci dulu di larutan
Clorine)
m. Pasien dirapikan dan alat-alat dibersikan
n. Dokumentasikan
Sumber: SPO tindakan keperawatan Rumkital Dr. Ramelan Surabaya, 2008
176
Lampiran 3
SPO INJEKSI INTRAVENA
PENGERTIAN Masukkan obat ke dalam tubuh melalui pembuluh darah vena
TUJUAN 1. Mempercepat penyerapan
2. Untuk pemeriksaan diagnostik, misal penyuntikan zat
kontras
1. Persiapan Alat
a. Sarung tangan
b. Bak injeksi steril dialasi kassa steril
c. Spuit steril (ukuran disesuaikan)
d. Jarum steril untuk mengoplos obat
e. Obat obatan yang diperlukan
f. Water for injection
g. Kapas alkohol dalam tempat tertutup
h. Perlak dan alasnya
i. Tempat sampah medis (untuk alat tajam dan alat yang
terkontaminasi)
2. Persiapan Pasien
Menjelaskan maksud dan tujuan dilakukan prosedur
3. Pelaksanaan:
a. Mencuci tangan sebelum maupun sesudah melakukan
tindakan
b. Mendekatkan alat ke pasien
c. Memakai sarung tangan
d. Mencocokan identitas pasien dengan buku injeksi
PROSEDUR e. Mengambil obat, membaca etiket dan mencocokan
dengan buku injeksi
f. Bila obat dalam sediaan serbuk, larutkan dengan
menggunakan water for injection, gunakan spuit steril,
jarum sendirikan dan simpan di bak injeksi
g. Menentukan lokasi pemberian injeksi secara tepat
h. Memasang perlak dan pengalas dibawahnya
i. Cari tempat penyuntikan obat pada slang iv
j. Lakukan desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah
tempat penyuntikan
k. Lakukan penyuntikan dengan menusukkan jarum spuit
dan masukkan obat perlahan dalam intravena.
l. Setelah selesai tarik spuit.
m. Lakukan observasi terhadap reaksi obat.
n. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
o. Catat prosedur yang dilakukan (nama obat, dosis, waktu
dan cara)
Sumber: SPO Tindakan Keperawatan Rumkital Dr. Ramelan Surabaya, 2008
177
Lampiran 4
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
LATIHAN TENIK RELAKSASI
Pengertian Merupakan metode aktif untuk mngurangi rasa nyeri pada
pasien yang mengalami nyeri kronis, Rileks sempurna yang
dapat mengurangi ketegangan otot,rasa jenuh, kecemasan
sehngga mencegah menghebatnya stimulasi nyeri.
Tujuan Untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri.
Persiapan Pasien 1. Mencuci tangan Beri salam
2. Perkenalkan diri (bila pasien baru)
3. Tanyakan kesediaan pasien untuk melakukan teknk
relaksasi
4. Jelaskan tujuan relaksasi
5. Memberitahu dan menjelaskan kepada pasien dan
keluarga mengenai prosedur yang akan dilakukan.
6. Posisikan pasien senyaman mungkin
Prosedur 1. Pasien menarik nafas dalam dan mengisi paru-paru dengan
Pelaksanaan udara.
2. Perlahan-lahan udara dihembuskan , membiarkan tubuh
menjadi kendor dan merasakan betapa nyaman hal
tersebut.
3. Pasien bernapas beberapa kali dengan irama normal.
4. Pasien menarik nafas dalam lagi dan menghembuskan
pelan-pelan dan membiarkan hanya kaki dan telapak kaki
yang kendor.
5. Pasien mengulang langkah keempat dan
mengkonsentrasikan pikiran pada lengan perut, punggung
dan kelompok otot-otot yang lain.
6. Setelah pasien merasa rileks, pasien dianjurkan bernafas
secara pelan-pelan . Bila nyeri menjadi hebat pasien dapat
bernafas dangkal dan cepat.
7. Kontrasikan masing-masing otot dalam 10 kali hitungan
kemudian lemaskan.
8. Lakukan latihan dengan musik yang santai, bila
dikehendaki.
9. Mengangkat bahu kemudian menurunkan dan
melepaskannya.
10. Mengepalkan kedua tangan selama 5 detikdan
melemaskanya dengan sempurna.
Daftar Pustaka
Hidayat, Aziz Alimul.2005.Buku Saku Pratikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:
EGC
Rosyidi,Kholid.2013.ProsedurPraktik Keperawatan.Jakarta : TIM
178
Lampiran 5
Foto luka Ny.S dengan Diabetes Melitus Gangren Pedis Dextra