Anda di halaman 1dari 25

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Eni Permatasari


NIM : P07120217056
Judul : LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn.S DENGAN TUMOR PARU DI RUANG PARU
(DAHLIA) RSUD ULIN BANJARMASIN

Banjarmasin, 19 Juli 2019

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Ns. Hammad Dian Handayani S, S.Kep,Ns


LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S DENGAN TUMOR PARU
DI RUANG PARU (DAHLIA)

A. KONSEP DASAR
    1.   Definisi
Tumor merupakan salah satu dari lima karakteristik inflamasi
berasal dari bahasa latin, yang berarti bengkak. Istilah Tumor ini
digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan biologikal
jaringan yang tidak normal. (Muhammad sidik hasanuddin, 2011)
Paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut dan
letaknya didalam rongga dada. Tumor paru adalah suatu jenis tumor yang
sulit di sembuhkan, tumor ini tumbuh di organ paru-paru. Tumor paru diakibatkan
oleh sel yang membelah dan tumbuh tidak terkendali di bagian organ paru-paru.
Proses keganasan pada epitel bronkus didahului oleh masa pra kanker. Perubahan
pertama yang terjadi pada masa prakanker disebut metaplasia skuamosa yang
ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan menghilangnya silia. (Divisi
Onkologi Toraks FKUI, 2015)

2. Klasifikasi

Tumor adalah suatu benjolan atau pembengkakan yang abnormal dalam tubuh
yang disebabkan oleh berbagai penyakit seperti keganasan dan infeksi. Tumor paru
merupakan tumor pada jaringan paru yang bersifat jinak ataupun ganas. Tumor
ganas paru merupakan tumor yang berasal dari tumor ganas epitel primer saluran
pernafasan yang menginvasi struktur jaringan disekitarnya dan dapat menyebar ke
seluruh tubuh melalui aliran darah dan sistem limfatik. Sel tumor pada tumor
jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada
umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan
sehat sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai
(serabut pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari
Hamartoma
jaringan sehat). Tumor paru dapat dibagi atas tumor jinak dan
 Paling sering dijumpai
ganas, pembagiannya antara lain :
 Didapati pada pasien diatas 40
tahun
 Sebagian besar (90%) ditemukan
di perifer paru dan sebagian di
sentral
 Berbentuk bulat dan berbatas
tegas
 Berukuran < 4cm
 Kalsifikasi gambaran “popcorn”
 Jarang dijumpaiantara -40 dan -
Nilai attenuasi
Jinak Papiloma  Berhubungan
120 HU menunjukkan
dengan adanya
lemak papilomavirus (HPV)
human
 Terjadi pada anak-anak dan
dewasa
 Lokasi di saluran nafas besar dan
dapat menyumbat jalan nafas

 Jarang dijumpai
Hemangioma  Disebabkan karena proliferasi
pembuluh darah yang tidak
normal
 Sering terjadi pada wanita
Insiden karsinoma 30%
Berasal dari epithelium squamosa di
jalan nafas
Karsinoma sel Lokasi di jalan nafas bagian
squamosa proksimal.
Dapat mengalami nekrosis
Dikaitkan dengan kebiasaan
merokok

NSCLC
(Non Small
Cell Lung Insiden karsinoma 50%
Cancer) Adenokarcinoma Berasal dari kelenjar mukus
Lokasi di perifer paru

Insiden karsinoma < 5%


Karsinoma large
Berasal dari sel epitel
Ganas cell
Lokasi di perifer paru

Insiden karsinoma < 5%


Dapat melepaskan hormon serotonin
Karsinoid
yang menyebabkan sindrom karsinoid
( flushing,diare, salivasi, wheezing)

SCLC
(Small Cell
Lung Cancer)

 Insiden karsinoma 20%


 Berasal dari sel-sel
neuroendokrin Kulchitsky
bronkus primer dan
sekunder
 Lokasi di sentral(bronkus)
      3. Etiologi
Meskipun etiologi sebenarnya dari tumor paru belum
diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang bertanggung jawab
dalam peningkatan insiden tumor paru atau faktor pendukung
dari tumor paru, antara lain :
1. Merokok dan asap rokok
Merokok merupakan penyebab utama dari sekitar 90%
kasus kanker paru-paru pada pria dan sekitar 70% pada
wanita. Semakin banyak rokok yang dihisap, semakin besar
risiko untuk menderita tumor atau kanker paru-paru.
Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu
hubungan statistik yang defenitif telah ditegakkan antara
perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari) dari kanker
paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai
kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok
ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan
telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola risiko
bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon
karsinogenik telah ditemukan dalam tar dari tembakau rokok
yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.
Kanker paru adalah sepuluh kali lebih umum terjadi pada
perokok dibanding pada bukan perokok. Resiko ditentukan
dengan riwayat jumlah merokok dalam tahun (jumlah bungkus
rokok yang digunakan setiap hari dikali jumlah tahun
merokok). Selain itu, makin muda individu memulai merokok,
makin besar resiki terjadinya tumor paru. Faktor lain juga
dipertimbangkan termasuk jenis rokok yang dihisap
(kandungan tar, filter dengan tidak berfilter).
Terdapat hubungan antara rata-rata jumlah rokok yang
dihisap per hari dengan tingginya insiden kanker paru.
Dikatakan bahwa, 1 dari 9 perokok berat akan menderita
kanker paru. Belakangan, dari laporan beberapa penelitian
mengatakan bahwa perokok pasif pun akan berisiko terkena
tumor paru. Anak-anak yang terpapar asap rokok selama 25
tahun pada usia dewasa akan terkena risiko kanker paru dua
kali lipat dibandingkan dengan yang tidak terpapar, dan
perempuan yang hidup dengan suami atau pasangan perokok
juga terkena risiko tumor paru 2-3 kali lipat.
Jika seseorang perokok menghentikan kebiasaan merokok,
maka penurunan risiko baru tampak setelah 3 tahun
penghentian dan akan menunjukkan risiko yang sama dengan
bukan perokok setelah 10-13 tahun.
Perokok pasif telah diidentifikasi sebagai penyebab yang
mungkin dari tumor paru pada bukan perokok. Dengan kata
lain, individu yang secara involunter terpajang pada asap
tembakau dalam lingkungan yang dekat (mobil, gedung)
berisiko terhadap terjadinya tumor paru. Opini publik telah
mengarah pada berbagai kampanye untuk melarang merokok
pada tempat-tempat umum seperti restoran, kantor, dan
pesawat udara.
2. Paparan zat karsinogen (asbestos, radiasi ion, radon arse)
Pemajanan (paparan) kronik terhadap karsinogen industrial,
seperti arsenic, asbestos, gas mustard, krom, asap oven untuk
memasak, nikel, minyak, dan radiasi telah dikaitkan dengan
terjadinya tumor atau kanker paru. Hukum telah dibuat untuk
mengendalikan pemajanan terhadap elemen tersebut
ditempat kerja.
Radon adalah gas tidak berwarna, tidak berbau yang
ditemukan dalam tanah dan bebatuan. Gas berat yg
mengandung radioaktif, berasal dari peluruhan radium, yang
terberat dikenal dengan nomor massa 222 dan termasuk seri
radioaktif uranium. Selama bertahun-tahun, gas ini telah
dikaitkan dengan pertambangan uranium tetapi sekarang
diketahui gas tersebut dapat menyusup ke rumah-rumah
melalui bebatuan didasar tanah.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt
di Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal (lebih
dari 50 % meninggal akibat kanker paru) berkaitan dengan
adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga
merupakan agen etiologi operatif.
Bahan-bahan industri yang paling banyak dihubungkan
dengan karsinoma bronkogenik adalah asbestos. Dinyatakan
bahwa asbestos dapat meningkatkan risiko kanker 6-10 kali.
Paparan industri ini baru tampak pengaruhnya setelah 15-20
tahun.
Lapangan pekerjaan lain yang dikaitkan dengan
peningkatan risiko terhadap kemungkinan menderita kanker
paru adalah penambang nikel, industri ion exchange resin
yang menggunakan klormetil eter dan bisklorometil eter,
penambang biji kromit serta industri pemakai arsenikum.
Bekerja dengan asbes, radiasi, arsen, kromat, nikel,
klorometil eter, gas mustard dan pancaran oven arang bisa
menyebabkan kanker paru-paru. Terdapat insiden yang tinggi
dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel (pelebur
nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah
hematite (paru-paru hematite) dan orang-orang yang bekerja
dengan asbestos dan dengan kromat juga mengalami
peningkatan insiden.
3. Polusi udara
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka tumor paru
yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa dan
walaupun telah diketahui adanya karsinogen dari industri dan
uap diesel dalam atmosfer di kota.
Berbagai karsinogen telah diidentifikasi, termasuk di
dalamnya adalah sulfur, emisi kendaraan bermotor, dan
polutan dari pengolahan pabrik. Bukti-bukti menunjukkan
bahwa insiden tumor paru lebih besar di daerah perkotaan
sebagai akibat penumpukan polutan dan emisi kendaraan
bermotor.

4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada penderita tumor paru yaitu :
(Muhammad Sidik Hasanuddin, 2011)
a. Batuk yang terus menerus dan berkepanjangan.
b. Napas pendek-pendek dan suara parau.
c. Batuk berdarah dan berdahak.
d. Nyeri pada dada ketika batuk dan menarik napas yang
dalam.
e. Hilang nafsu makan dan berat badan menurun.

5. Patofisiologi

Sebab-sebab keganasan tumor masih belum jelas, faktor


lingkungan seperti polusi udara, merokok, bekerja di industri,
semunya berkaitan dengan risiko terjadinya tumor. Permulaan
terjadinya tumor dimulai dengan adanya zat yang bersifat
intiation yang merangasang permulaan terjadinya perubahan sel.
Diperlukan perangsangan yang lama dan berkesinambungan
untuk memicu timbulnya penyakit tumor.
Initiation agen biasanya bisa berupa unsur kimia, fisik atau
biologis yang berkemampuan bereaksi langsung dan merubah
struktur dasar dari komponen genetik (DNA). Keadaan
selanjutnya diakibatkan keterpaparan yang lama ditandai dengan
berkembangnya neoplasma dengan terbentuknya tumor, hal ini
berlangsung lama mingguan sampai tahunan.
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub
bronkus menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga
terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan
karsinogen maka menyebabkan metaplasia, hyperplasia, dan
displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia,
hyperplasia, dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul
efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan
korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang
bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan
ulserasi bronkus diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala-
gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu,
demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengar pada
auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya
menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Tumor
paru dapat bermetastase ke struktur-struktur terdekat seperti
kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang
rangka.

6. Pathway
7. Komplikasi
Berbagai komplikasi dapat terjadi dalam penatalaksanaan kanker paru.Reseksi
bedah dapat mengakibatkan gagal napas, terutama ketika sistem jantung paru
terganggu sebelum pembedahan dilakukan.Terapi radiasi dapat mengakibatkan
penurunan fungsi jantung paru.Fibrosis paru, perikarditis, myelitis, dan kor
pulmonal adalah sebagian dari komplikasi yang diketahui.Kemoterapi, terutama
dalam kombinasi dengan terapi radiasi, dapat menyebabkan
pneumonitis.Toksisitas paru dan leukemia adalah potensial efek samping dari
kemoterapi.

Komplikasi yang sering muncul pada penderita tumor paru adalah:

a. Nyeri
b. Supresi sumsum tulang (anemia, leukemia, trombositopenia)
c. Ketidak seimbangan cairan dan biokimia.
d. Gejala-gejala disfungsi organ seperti kanker yang menyebar ke tempat yang
lebih jauh (otak, hepar, paru-paru, tulang, organ reproduksi, dll)

8. Penatalaksanaan
Pengobatan tergantung pada tipe sel, tahap penyakit, dan status fisiologi
(terutama status jantung dan paru) pasien.Secara umum, pengobatan dapat
mencakup pembedahan, terapi radiasi, kemoterapi, dan imunoterapi yang
digunakan secara terpisah atau dalam kombinasi.
a. Pembedahan
Reseksi bedah adalah metode yang lebih dipilih untuk pasien dengan
tumor setempat tanpa adanya penyebaran metastatik dan mereka yang fungsi
jantung paru yang baik. Tipe-tipe reseksi paru mungkin dilakukan: lobektomi
(satu lobus paru diangkat), lobektomi sleeve (lobus yang mengalami kanker
diangkat dan segmen bronkus besar direseksi), dan pneumonektomi
(pengangkatan seluruh paru).
Reseksi bedah yang menghasilkan penyembuhan sempurna sangat
jarang terjadi.Biasanya pembedahan untuk kanker sel kecil paru tidak
disarankan karena tipe kanker ini berkembang dengan cepat serta cepat
bermetastasis dan sangat luas.Pada banyak pasien dengan kanker bronkogenik,
lesi kanker tidak dapat dioperasi pada waktu didiagnosa.Operasi yang lazim
untuk tumor paru kecil yang tampaknya dapat disembuhkan adalah lobektomi
(pengangkatan lobus paru).Keseluruhan paru dapat diangkat (pneumonektomi)
dalam kombinasi dengan prosedur bedah lainnya, seperti reseksi yang
mencakup nodus limfe mediastinal.
Sebelum pembedahan, dilakukan tes fungsi paru-paru untuk
menentukan apakah paru-paru yang tersisa masih bisa menjalankan fungsinya
dengan baik atau tidak.Jika hasilnya jelek, maka tidak memungkinkan untuk
dilakukan pembedahan.
Pembedahan tidak dapat dilakukan jika:
 Kanker telah menyebar keluar paru-paru
 Kanker terlalu dekat dengan trakea
 Penderita memiliki keadaan yang serius (misalnya penyakit jantung
atau penyakit paru-paru yang berat)
b. Terapi Radiasi
Terapi radiasi dapat menyembuhkan pasien dalam persentasi yang
kecil.Terapi radiasi ini sangat bermanfaat dalam pengendalian neoplasma yang
tidak dapat direseksi tetapi yang responsif terhadap radiasi.Tumor sel kecil dan
epidermoid biasanya sensitif terhadap radiasi.Radiasi dapat juga digunakan
untuk mengurangi ukuran tumor untuk membuat tumor yang tidak dapat
dioperasi menjadi dapat dioperasi atau radiasi dapat digunakan sebagai
pengobatan paliatif untuk menghilangkan tekanan tumor pada struktur
vital.Terapi radiasi dapat mengendalikan metastasis medula spinalis dan
kompresi vena kava superior.Juga, iradiasi otak profilatik digunakan pada
pasien tertentu untuk mengatasi metastasis mikroskopik ke otak.Radiasi dapat
membantu menghilangkan batuk, nyeri dada, dyspnea, hemoptisis, dan nyeri
tulang dan hepar.Hilangnya gejala-gejala dapat berlangsung dari beberapa
minggu sampai beberapa bulan dan penting dalam meningkatkan kualitas sisa
hidup yang masih tersisa.
Terapi radiasi biasanya adalah toksik bagi jaringan normal di dalam
bidang radiasi.Komplikasi radiasi termasuk esophagitis, pneumonitis, dan
radiasi fibrosis paru yang dapat merusak kapasitas ventilasi dan difusi serta
secara signifikan mengurangi ketersediaan paru.Radiasi juga dapat
mempengaruhi jantung.
Indikasi terapi radiasi adalah:
1) Pasien dengan tumor paru-paru yang operable, tetapi berisiko
jika dilakukan operasi pembedahan.
2) Pasien dengan kanker adenokarsinoma atau sel skuamosa
inoperable dimana terdapat pembesaran kelenjar getah bening
pada hilus ipsilateral dan mediastinal.
3) Pasien kanker bronchus dengan oat cell.
4) Pasien kambuhan sesudah lobektomi atau pneumonektomi.
(Somantri,2007)
Komplikasi:
1. Esophagitis, hilang satu minggu sampai dengan sepuluh hari
sesudah pengobatan.
2. Pneumonitis: pada rontgen terlihat bayangan eksudat di
daerah penyinaran.
c. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor,
untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasis
luas, dan untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.Kombinasi dua atau lebih
pengobatan mungkin lebih menguntungkan dibanding pemberian dosis
tunggal.Sejumlah besar pengobatan bekerja terhadap kanker paru.Berbagai
agens kemoterapeutik, termasuk agens pengkelat (ifosfamid), platinum
analogus (cisplantin dan karboplatin), mitomisin C, vinka alkaloid (vinblastin
dan vindesin) dan etoposid (V-16) digunakan.Pilihan agens tergantung pada
pertumbuhan sel tumor dan fase spesifik siklus sel yang dipengaruhi
obat.Agens ini toksik dan mempunyai batas keamanan yang sempit.
Kemoterapi memberikan peredaan, terutama nyeri, tetapi kemoterapi
tidak menyembuhkan dan jarang dapat memperpanjang hidup.Kemoterapi
bermanfaat dalam mengurangi gejala-gejala tekanan dari kanker paru dan
dalam mengobati metastasis otak, medulla spinalis, dan pericardium.
9. Pemeriksaan Penunjang
a. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan
pleura
b. MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.
c. Radiologi
1) Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta
Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat
mendeteksi adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk,
ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara
pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang
rusuk atau vertebra.
2) Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
d. Laboratorium.
1) Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
2) Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi
kebutuhan ventilasi.
3) Tes kulit, jumlah absolute limfosit
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun
(umum pada kanker paru).
e. Histopatologi.
1) Bronkoskopi
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan
pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik
dapat diketahui).
2) Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya
perifer dengan ukuran
3) Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih
baik dengan cara torakoskopi.

4) Mediastinosopi.
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah
bening yang terlibat.
5) Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostik kanker paru dikerjakan bila
bermacam-macam prosedur non invasif dan invasif
sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

A. Pengumpulan Data.
1. Keadaan umum : lemah, sesak yang disertai dengan nyeri
dada, bingung, cemas, kurang istirahat.
2. Kebutuhan dasar:
a. Pola makan : nafsu makan berkurang karena adanya sekret
dan terjadi kesulitan menelan (disfagia), penurunan berat
badan.
b. Pola minum : frekuensi minum meningkat (rasa haus)
c. Pola tidur : susah tidur karena adanya batuk dan nyeri dada.
d. Aktivitas : keletihan, kelemahan.
B. Pemeriksaan fisik
1. Sistem pernafasan
a. Sesak nafas, nyeri dada
b. Batuk produktif tak efektif
c. Suara nafas : ronchi, wheezing, stridor, penurunan suara
nafas pada inspirasi
d. Serak, paralysis pita suara.
b. Retraksi dinding dada, penggunaan otot-otot bantu
pernafasan, menurunnya pergerakkan dinding dada,
peningkatan usaha untuk bernafas.
c. Sekret bisa mengalami meningkat, purulent.
2. Sistem kardiovaskuler dan sirkulasi
a. Takikardi, disritmia.
b. Menunjukkan efusi (gesekan pericardial).
c. Pucat, sianosis, diaphoresis, hipotensi, aritmia pada atrial
maupun ventrikular, penurunan cardiac out put (COP),
shock.
3. Sistem gastrointestinal
Anoreksia, disfagia, penurunan intake makanan, dan berat badan
menurun.

4. Sistem urinarius
Peningkatan frekuensi/ jumlah urine.
5. Sistem neurologis
a. Perasaan takut/ takut hasil pembedahan.
b. Kegelisahan.
B. Pengelompokan Data
1. Data Subjektif
Perasaan lemah, Sesak nafas, nyeri dada, batuk tak efektif,
serak, haus, anoreksia, disfalgia, berat badan menurun,
peningkatan frekuensi/ jumlah urine, dan takut.
2. Data Objektif
Batuk produktif, takikardi/ disritmia, menunjukkan efusi,
sianosis, pucat, gelisah, suara nafas : ronchi, wheezing,
stridor, penurunan suara nafas pada inspirasi.
C. Pemeriksaan penunjang
Analisa gas darah (didapatkan hypoksemia, acidosis, peningkatan
atau penurunan CO2). Fungsi pernafasan (penurunan VC,
peningkatan volume tidal). ECG (mungkin ditunjukkan adanya
arrytmia).

2. Diagnosa keperawatan

a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan


ekspansi paru.
b. Ketidakefektifan pembersihan jalan nafas berhubungan dengan
obstruksi jalan nafas.
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoksia kronik
pada jaringan paru.

3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa I : Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan


penurunan ekspansi paru.
NO DIAGNOSA NOC INTERVENSI
KEPERAWAT
NIC RASIONAL
AN

1 Ketidakefek  - Posisikan - Membantu


tifan pola Respiratory pasien untuk pasien lebih
nafas status:  memaksimalka relax
berhubunga ventiolatio n ventilasi - Mengetahui
n dengan n - Auskultasi keadaan paru
penurunan  Respiratory suara nafas, - Membantu pasien
ekspansi status: catat adanya yang
paru. Airway suara menggunakan
patency tambahan alat bantu
 Vital sign - Atur peralatan oksigen
status oksigen - Untuk

- Monitor adanya mengetahui


Kriteria Hasil :
kecemasan kondisi pasien
- Mendemons dalam segi
pasien
trasikan psikologis
terhadan
batuk oksigenasi
efektif
dengan
suara nafas
yang besih,
tidak ada
sianosis dan
dyspneu
(mamou
mengeluar-
kan septum,
mampu
bernafas
dengan
mudah,
tidak ada
pursed lips)
- Menunjukka
n jalan
nafas yang
paten (klien
tidak
merasa
tercekik,
irama nafas,
frekuensi
pernafasan
dalam
rentang
normal,
tidak ada
suara
abnormal)

- Tanda-
tanda vital
dalam
rentang
normal
(tekanan
darah, nadi,
pernafasan)

Diagnosa II : Ketidakefektifan pembersihan jalan nafas berhubungan


dengan obstruksi jalan nafas.
NO DIAGNOSA NOC INTERVENSI
KEPERAWAT
NIC RASIONAL
AN

1  Respiratory - Minta pasien - Memberikan


Ketidakefek
tifan Status: nafas dalam oksigen
pembersiha Ventilation sebelum tambahan ke
n jalan
 Respiratory suction jaringan tubuh
nafas
berhubunga status: dilakukan sebelum
n dengan Airway melakukan
patency - Informasikan pengisapan
obstruksi
jalan nafas. pada klien dan - Untuk menambah
Kriteria Hasil :
kluarga tentang pengetahuan
- Mendemons klien dan
suctioning
trasikan keluarga
batuk - Auskultasi
mengurangi
efektif dan suara nafas,
kecemasan
suara nafas catat adanya
- Mengetahui
yang bersih, suara
keadaan paru
tidak ada tambahan

sianosis dan
dyspneu
(mampu
mengeluar-
kan sputum,
mampu
bernafas
dengan
mudah,
tidak ada
suara nafas
abnormal)
- Menunjukka
n jalan
nafas yang
paten (klien
tidak
merasa
tercekik,
irama nafas,
frekuensi
pernafasan
dalam
rentang
normal,
tidak ada
suara nafas
abnormala)

- Mampu
mengidenti
fikasikan
dan
mencegah
faktor yang
dapat
menghamb
at jalan
nafas

Diagnosa III : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan


hipoksia kronik pada jaringan paru.
NO DIAGNOSA NOC INTERVENSI
KEPERAWAT
NIC RASIONAL
AN

1 - Respiratory - Posisikan pasien - Membantu


Gangguan
pertukaran Status: Gas untuk pasien lebih
gas exchange mamaksimalkan relax
berhubunga
- Respiratory ventilasi - Untuk
n dengan
hipoksia status: - Monitor respirasi mengetahui
kronik pada Ventilation dan status O2 apakah pasien
jaringan perlu alat bantu
- Vital Sign - Monitor pola
paru.
status nafas: atau tidak
bradipneu, - Untuk
Kriteria Hasil :
takipneu, memperjelas
- Mendemon diagnosis medis
kussmaul,
strasikan - Untuk
hiperventilasi,
peningkata mengetahui
cheyne stokes,
n ventilassi adanya
biot
dan tambahan
- Monitor suara
oksigenassi penyakit lain
nafas, seperti
yang apabila disertai
dengkur
adekuat dengkur

- Memelihara
kebersihan
paru-paru
dan bebas
dari tanda-
tanda
distress
pernafasan

- Mendemon
strasikan
batuk
efektif dan
suara nafas
yang
bersih,tidak
ada
sianosis
dan
dyspneu
(mampu
mengeluark
an sputum,
mampu
bernafas
dengan
mudah,tida
k ada
pursed lips)

- Tanda –
tanda vital
dalam
rentang
normal
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Hardhi Kusuma. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis.Jilid 1 & 2.


Yogyakarta: MediAction

Herdman, T.Heather. (2018). Nanda-I Diagnosis Keperawatan Definisi


dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC
Francis, Caia. 2011. Keterampilan Klinis Esensial Untuk Perawat: Perawatan
Respirasi. Jakarta: Penerbit Erlangga

Anda mungkin juga menyukai

  • Skema Hubungan Zat Gizi
    Skema Hubungan Zat Gizi
    Dokumen1 halaman
    Skema Hubungan Zat Gizi
    Eni Permata
    Belum ada peringkat
  • Managemen
    Managemen
    Dokumen9 halaman
    Managemen
    Eni Permata
    Belum ada peringkat
  • 2 159015 2tahunan 573
    2 159015 2tahunan 573
    Dokumen120 halaman
    2 159015 2tahunan 573
    Eni Permata
    Belum ada peringkat
  • Farmakologi Fix
    Farmakologi Fix
    Dokumen32 halaman
    Farmakologi Fix
    Eni Permata
    Belum ada peringkat
  • POLI Anaknya USIL, Tpi Syg
    POLI Anaknya USIL, Tpi Syg
    Dokumen22 halaman
    POLI Anaknya USIL, Tpi Syg
    Eni Permata
    Belum ada peringkat
  • Proposal TAK
    Proposal TAK
    Dokumen6 halaman
    Proposal TAK
    Eni Permata
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen1 halaman
    Bab Iii
    Eni Permata
    Belum ada peringkat
  • DM
    DM
    Dokumen17 halaman
    DM
    Eni Permata
    Belum ada peringkat
  • Cover Kti
    Cover Kti
    Dokumen7 halaman
    Cover Kti
    Eni Permata
    Belum ada peringkat
  • Askep Jiwa Eni
    Askep Jiwa Eni
    Dokumen24 halaman
    Askep Jiwa Eni
    Eni Permata
    Belum ada peringkat
  • LP LP
    LP LP
    Dokumen5 halaman
    LP LP
    Eni Permata
    Belum ada peringkat
  • Chapter II (3) - Dikonversi
    Chapter II (3) - Dikonversi
    Dokumen14 halaman
    Chapter II (3) - Dikonversi
    Eni Permata
    Belum ada peringkat
  • Hitungan
    Hitungan
    Dokumen6 halaman
    Hitungan
    Eni Permata
    Belum ada peringkat
  • Cover Kti
    Cover Kti
    Dokumen7 halaman
    Cover Kti
    Eni Permata
    Belum ada peringkat
  • Askep Jiwa Eni
    Askep Jiwa Eni
    Dokumen24 halaman
    Askep Jiwa Eni
    Eni Permata
    Belum ada peringkat
  • Perawat
    Perawat
    Dokumen7 halaman
    Perawat
    Eni Permata
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen10 halaman
    Bab Iii
    Eni Permata
    Belum ada peringkat
  • X
    X
    Dokumen10 halaman
    X
    Eni Permata
    Belum ada peringkat
  • Perawat
    Perawat
    Dokumen7 halaman
    Perawat
    Eni Permata
    Belum ada peringkat
  • Fraktu Rindu
    Fraktu Rindu
    Dokumen19 halaman
    Fraktu Rindu
    Eni Permata
    Belum ada peringkat
  • Resume Kasus Ca Mamae
    Resume Kasus Ca Mamae
    Dokumen4 halaman
    Resume Kasus Ca Mamae
    Eni Permata
    Belum ada peringkat
  • Fix UJI T BERPASANGAN BAB I, II, III DAFUS-3
    Fix UJI T BERPASANGAN BAB I, II, III DAFUS-3
    Dokumen12 halaman
    Fix UJI T BERPASANGAN BAB I, II, III DAFUS-3
    Eni Permata
    Belum ada peringkat
  • Bilas Lambung
    Bilas Lambung
    Dokumen13 halaman
    Bilas Lambung
    Eni Permata
    Belum ada peringkat
  • Hehehw JSJ
    Hehehw JSJ
    Dokumen74 halaman
    Hehehw JSJ
    Bella Ap
    Belum ada peringkat
  • Penyakit Dusta Pria
    Penyakit Dusta Pria
    Dokumen19 halaman
    Penyakit Dusta Pria
    Eni Permata
    Belum ada peringkat
  • Manajemen Pasca Bencana
    Manajemen Pasca Bencana
    Dokumen9 halaman
    Manajemen Pasca Bencana
    Eni Permata
    Belum ada peringkat
  • Hitungan
    Hitungan
    Dokumen6 halaman
    Hitungan
    Eni Permata
    Belum ada peringkat
  • POLI Mata Batin
    POLI Mata Batin
    Dokumen15 halaman
    POLI Mata Batin
    Eni Permata
    Belum ada peringkat
  • Anak Anak KITA
    Anak Anak KITA
    Dokumen20 halaman
    Anak Anak KITA
    Eni Permata
    Belum ada peringkat