Anda di halaman 1dari 36

MATA KULIAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

“ ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN MENINGITIS”

Oleh :
Amelia Rizky Damayanti 11161004

Bena Amadea Pallebo 11161008

Ira Andrianah 11161020

Meida Widya Fitriyani 11161024

Pega Hardiana Wdani 11161029

Rivani Agus Mawati 11161033

Shofi Alfiyyah 11161037

TikaWulandari Dwi Mahesti 11161041

Program Studi S1 Keperawatan ( Reguler 9A)

STIKes PERTAMINA BINA MEDIKA


TAHUN AJARAN 2018/2019
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat serta
karunia-Nya saya dapat menyelesaiakan makalah yang berjudul ​“​ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN MENINGITIS​”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi
satu tugas dalam mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III. Selain itu, pembuatan makalah
ini dimaksudkan untuk dapat menambah informasi serta wawasan kepada pembaca.

Dalam menyusun tugas kelompok ini, penyusun mengucapkan terimakasih kepada


pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini :

1. Ns. Yeni Malkis, S.Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III
2. Orang tua yang telah memberikan doa restu dan dukungan sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini.
3. Teman - teman yang telah banyak membantu menyusun dalam meyelesaikan makalah
ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh
karena itu penyusun sangat mengharapkan kritikan dan saran demi kesempurnaan makalah.

Jakarta, 8 September 2018

Penyusun

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Anatomi Fisiologi 3
B. Definisi Meningitis 5
C. Etiologi Meningitis 6
D. Klasifikasi Meningitis 8
E. Manifestasi Klinis Meningitis 11
F. Patofisiologi Meningitis 15
G. Komplikasi Meningitis 16
H. Pemeriksaan Penunjang Meningitis 16
I. Penatalaksanaan Meningitis 18
J. Pencegahan Meningitis 20
BAB III

A. Asuhan Keperawatan Meningitis 21

BAB IV PENUTUP

B. Kesimpulan 28

4
C. Saran 28

DAFTAR PUSTAKA

5
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di negara maju banyak penyakit menular yang telah mampu diatasi, bahkan
ada yang telah dapat dibasmi. Namun, masalah penyakit menular masih tetap
dirasakan oleh sebagian besar penduduk negara berkembang, salah satunya adalah
penyakit meningitis.Meningitis merupakan infeksi cairan otak yang disertai radang
selaput otak dan medulla spinalis yang superfisial. Lebih dari 70 % kasus meningitis
terjadi pada anak usia bawah lima tahun.

Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piameter
(lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat yang lebih ringan
mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial/suatu peradangan selaput
otak yang biasanya diikuti pulaoleh peradangan otak/peradangan pada selaput
meninges yang menyelubungi otak yangdisebabkan oleh bakteri atau virus.

Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada
cairan otak yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta.Meningitis serosa
ditandai dengan jumlah sel dan protein yang meninggi disertai cairanserebrospinal
yang jernih. Penyebab yang paling sering dijumpai adalah kuman Tuberculosis dan
virus.

Meningitis purulenta atau meningitis bakteri adalah meningitis yang


bersifatakut dan menghasilkan eksudat berupa pus serta bukan disebabkan oleh
bakterispesifik maupun virus. Meningitis Meningococcus merupakan meningitis
purulenta yang paling sering terjadi. Penularankuman dapat terjadi secara kontak
langsung dengan penderita dan droplet infection yaitu terkena percikan ludah, dahak,
ingus, cairan bersin dan cairan tenggorok penderita. Saluran nafas merupakan port
d’entrée utama pada penularan penyakit ini. Bakteri-bakteri ini disebarkan padaorang
lain melalui pertukaran udara dari pernafasan dan sekresi-sekresi tenggorokan yang
masuk secara hematogen (melalui aliran darah) ke dalam cairan serebrospinal dan

6
memperbanyak diri didalamnya sehingga menimbulkan peradangan pada selaput otak
dan otak.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah Anatomi Fisiologi Pada penyakit Meningitis?
2. Apakah definisi dari Meningitis ?
3. Apa etiologi dari Meningitis ?
4. Apa Klasifikasi Dari Meningitis ?
5. Apa manifestasi klinis dariMeningitis?
6. Apa patofisiologi dari Meningitis ?
7. Apa komplikasi dari Meningitis?
8. Apa pemeriksaan penunjang dari Meningitis ?
9. Bagaimana penatalaksanaan dari Meningitis?
10. Bagaimana cara Pencegahan dari Meningitis ?
11. Bagaimana Asuhan Keperawatan dari Meningitis?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui Anatomi Fisiologi Pada penyakit Meningitis
2. Untuk mengetahui definisi Meningitis
3. Untuk mengetahui etiologi Meningitis
4. Untuk mengetahui klasifikasi Meningitis
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis Meningitis
6. Untuk mengetahui patofisiologi Meningitis
7. Untuk mengetahui komplikasi Meningitis
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Meningitis
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan Meningitis
10. Untuk mengetahui cara mencegah Hemofilia
11. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Hemofilia

7
BAB II

PEMBAHASAN

A. ANATOMI FISIOLOGI

Otak dibungkus oleh selubung mesodermal, meninges. Lapisan luarnya adalah


pachymeninx atau duramater dan lapisan dalamnya, leptomeninx, dibagi menjadi
arachnoidea dan piamater.
1. Duramater
Dura kranialis atau pachymeninx adalah suatu struktur fibrosa yang
kuat dengan suatu lapisan dalam (meningeal) dan lapisan luar (periostal).
Kedua lapisan dural yang melapisi otak umumnya bersatu, kecuali di
tempat di tempat dimana keduanya berpisah untuk menyediakan ruang bagi
sinus venosus (sebagian besar sinus venosus terletak di antara
lapisan-lapisan dural), dan di tempat dimana lapisan dalam membentuk
sekat di antara bagian-bagian otak.
Duramater lapisan luar melekat pada permukaan dalam cranium dan
juga membentuk periosteum, dan mengirimkan perluasan pembuluh dan
fibrosa ke dalam tulang itu sendiri; lapisan dalam berlanjut menjadi dura
spinalis.Septa kuat yang berasal darinya membentang jauh ke dalam cavum
cranii. Di anatara kedua hemispherium terdapat invaginasi yang disebut
falx cerebri. Ia melekat pada crista galli dan meluas ke crista frontalis ke
belakang sampai ke protuberantia occipitalis interna, tempat dimana
duramater bersatu dengan tentorium cerebelli yang meluas ke dua sisi. Falx
cerebri membagi pars superior cavum cranii sedemikian rupa sehingga
masing-masing hemispherium aman pada ruangnya sendiri. Tentorium

8
cerebelli terbentang seperti tenda yang menutupi cerebellum dan letaknya
di fossa craniii posterior. Tentorium melekat di sepanjang sulcus
transversus os occipitalis dan pinggir atas os petrosus dan processus
clinoideus. Di sebelah oral ia meninggalkan lobus besar yaitu incisura
tentorii, tempat lewatnya trunkus cerebri. Saluran-saluran vena besar, sinus
dura mater, terbenam dalam dua lamina dura.
2. Arachnoidea
Membrana arachnoidea melekat erat pada permukaan dalam dura dan
hanya terpisah dengannya oleh suatu ruang potensial, yaitu spatium
subdural. Ia menutupi spatium subarachnoideum yang menjadi liquor
cerebrospinalis, cavum subarachnoidalis dan dihubungkan ke piamater oleh
trabekulae dan septa-septa yang membentuk suatu anyaman padat yang
menjadi system rongga-rongga yang saling berhubungan.
Dari arachnoidea menonjol ke luar tonjolan-tonjolan mirip jamur ke
dalam sinus-sinus venosus utama yaitu granulationes pacchioni
(granulationes/villi arachnoidea). Sebagian besar villi arachnoidea terdapat
di sekitar sinus sagitalis superior dalam lacunae lateralis. Diduga bahwa
liquor cerebrospinali memasuki circulus venosus melalui villi.
Cavum subaracnoidea adalah rongga di antara arachnoid dan piamater
yang secara relative sempit dan terletak di atas permukaan hemisfer
cerebrum, namun rongga tersebut menjadi jauh bertambah lebar di
daerah-daerah pada dasar otak. Pelebaran rongga ini disebut cisterna
arachnoidea, seringkali diberi nama menurut struktur otak yang berdekatan.
Cisterna ini berhubungan secara bebas dengan cisterna yang berbatasan
dengan rongga sub arachnoid umum.
Cisterna magna diakibatkan oleh pelebaran-pelebaran rongga di atas
subarachnoid di antara medulla oblongata dan hemisphere cerebellum;
cistena ini bersinambung dengan rongga subarachnoid spinalis. Cisterna
pontin yang terletak pada aspek ventral dari pons mengandung arteri
basilaris dan beberapa vena. Di bawah cerebrum terdapat rongga yang

9
lebar di antara ke dua lobus temporalis. Rongga ini dibagi menjadi cisterna
chiasmaticus di ats chiasma opticum, cisterna supraselaris di atas
diafragma sellae, dan cisterna interpeduncularis di antara peduncle
cerebrum. Rongga di antara lobus frontalis, parietalis, dan temporalis
dinamakan cisterna fissure lateralis (cisterna sylvii).
3. Piamater
Piamater merupakan selaput jaringan penyambung yang tipis yang
menutupi permukaan otak dan membentang ke dalam sulcus,fissure dan
sekitar pembuluh darah di seluruh otak. Piamater juga membentang ke
dalam fissure transversalis di abwah corpus callosum. Di tempat ini pia
membentuk tela choroidea dari ventrikel tertius dan lateralis, dan
bergabung dengan ependim dan pembuluh-pembuluh darah choroideus
untuk membentuk pleksus choroideus dari ventrikel-ventrikel ini. Pia dan
ependim berjalan di atas atap dari ventrikel keempat dan membentuk tela
choroidea di tempat itu.

B. DEFINISI MENINGITIS

Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak


dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur
(Smeltzer, 2001).

10
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan
spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi &
Rita, 2001).
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak
dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur.
(NANDA, 2012)
Meningitis merupakan keradangan pada daerah meningen, meningitis itu
sendiri terdiri atas meningitis tuberculosis, yang disebabkan oleh bakteri dan
meningitis virus atau disebut nonpurulen meningitis atau istilahnya disebut aseptic
meningitis yang disebabkan oleh virus. (A. Aziz Alimul Hidayat, 2006)
Meningitis adalah peradangan pada meninges, membran dari otak dan sumsum
tulang belakang. Hal ini paling sering disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, atau
jamur), tetapi juga dapat diproduksi oleh iritasi kimia, perdarahan subarachnoid,
kanker dan kondisi lainnya. (WHO, 2014)
Jadi meningitis adalah suatu reaksi keradangan yang mengenai satu atau semua
Lapisan selaput yang membungkus jaringan otak dan sumsum tulang belakang, yang
menimbulkan eksudasi berupa pus atau serosa. Disebabkan oleh bakteri spesifik atau
nonspesifik atau virus.

C. ETIOLOGI MENINGITIS

Penyebab dari meningitis adalah :


1. Bakteri
Bakteri merupakan penyebab tersering dari meningitis.Adapun beberapa bakteri yang
secara umum diketahui dapat menyebabkan meningitis adalah:
a. Haemophillus influenza
b. Nesseria meningitides (meningococcal)
c. Diplococcus pneumoniae (pneumococca)
d. Streptococcus, grup A
e. Staphylococcus aureus
f. Escherichia coli

11
g. Klebsiella
h. Proteus
i. Pseudomonas
2. Virus
Meningitis virus adalah infeksi pada meningen; cenderung jinak dan bisa
sembuh sendiri.Virus biasanya bereplikasi sendiri ditempat terjadinya infeksi awal
(misalnya sistem nasofaring dan saluran cerna) dan kemudian menyebar kesistem
saraf pusat melalui sistem vaskuler.
Virus : Toxoplasma Gondhi, Ricketsia. Ini terjadi pada penyakit yang
disebabkan oleh virus seperti: campak, mumps, herpes simplek, dan herpes zoster.
Virus herpes simplek mengganggu metabolisme sel sehingga sel mengalami
nekrosis.Jenis lainnya juga mengganggu produksi enzim atau neurotransmitter
yang dapat menyebabkan disfungsi sel dan gangguan neurologic.
3. Faktor predisposisi
Jenis kelamin: laki-laki lebih sering dibandingkan wanita.
4. Faktor maternal
Ruptur membrane fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan.
5. Faktor Imunologi
Defesiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobin, anak yang mendapat obat
imunosupresi.
6. Faktor resiko terjadinya meningitis :
a. Infeksi sistemik
Didapat dari infeksi di organ tubuh lain yang akhirnya menyebar secara
hematogen sampai ke selaput otak, misalnya otitis media kronis, mastoiditis,
pneumonia, TBC, perikarditis, dll.
Pada meningitis bacterial, infeksi yang disebabkan oleh bakteri terdiri
atas faktor pencetus sebagai berikut diantaranya adalah
1. Otitis media
2. Pneumonia
3. Sinusitis

12
4. Sickle cell anemia
5. Fraktur cranial, trauma otak
6. Operasi spinal
7. Meningitis bakteri juga bisa disebabkan oleh adanya penurunan
system kekebalan tubuh seperti AIDS.
b. Trauma kepala
Bisanya terjadi pada trauma kepala terbuka atau pada fraktur basis
cranii yang memungkinkan terpaparnya CSF dengan lingkungan luar melalui
othorrhea dan rhinorrhea
c. Kelainan anatomi
Terjadi pada pasien seperti post operasi di daerah mastoid, saluran
telinga tengah, operasi cranium.

D. KLASIFIKASI MENINGITIS
Berdasarkan perubahan Meningitis dibagi menjadi 2 golongan yang terjadi
pada cairan otak, yaitu :
1. Meningitis purulenta
Meningitis purulenta ada yang disebabkan metastasis infeksi dari
tempat lain yang menyebar melalui darah. Penyebabnya ialah meningokok
(Neisseria meningitidisis), pneumokok (Diplococcus pneumoniae),
haemophilus influenzae.Ada pula yang timbul karena perjalanan radang
langsung dari radang tulang tengkorak, mastoiditis misalnya, dari
tromboflebitis atau pada luka tembus kepala.Penyebabnya ialah streptokok,
stafilokok, kadang-kadang pneumokok.Likuor serebrospinal keruh
kekuning-kuningan karena mengandung pus, nanah.Nanah ialah campuran
leukosit hidup dan yang mati, jaringan yang mati dan bakteri.

13
Pada permulaan gejala awal meningitis purulenta adalah panas,
menggigil, nyeri kepala yang terus menerus, mual dan muntah, hilangnya
nafsu makan, kelemahan umum dan rasa nyeri pada punggung dan sendi,
setelah 12-24 jam tibul gambaran klinis meningitis yang lebih khas yaitu
nyeri pada kuduk dan brudzinski. Bila terjadi koma yang dalam,
tanda-tanda selaput otak akan menghilang, penderita takut akan cahaya dan
amat peka terhadap rangsangan, penderita sering gelisah, mudah
terangsang dan menunjukkan perubahan mental seperti bingung, hiperaktif
dan halusinasi. Pada keadaan koma yang berat dapat terjadi herniasi otak
sehingga terjadi dilatasi pupil dan koma.
2. Meningitis serosa
Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa.Penyebab
lain seperti lues, virus, Toxoplasma gondhii, Ricketsia.Likuor serebrospinal
jernih meskipun mengandung jumlah sel dan protein yang meninggi.
Meningitis tuberculosa masih sering dijumpai di Indonesia, pada anak dan
orang dewasa.Meningitis tuberculosis terjadi akibat komplikasi penyebab
tuberculosis primer, biasanya dari paru-paru.Meningitis bukan terjadi
karena terinfeksi selaput otak langsung penyebaran hematogen, tetapi
biasanya sekunder melalui pembentukan tuberkel pada permukaan otak,
sumsum tuang belakang atau vertebra yang kemudian pecah ke dalam
rongga arachnoid.
Tuberculosa ini timbul karena penyebaran mycobacterium
tuberculosa.Pada meningitis tuberculosa dapat terjadi pengobatan yang
tidak sempurna atau pengobatan yang terlambat.Dapat terjadi cacat
neurologis berupa parase, paralysis sampai deserebrasi, hydrocephalus
akibat sumbatan, reabsorpsi berkuran atau produksi berlebihan dari likuor
serebrospinal.Anak juga bisa menjadi tuli atau buta dan kadang-kadang
menderita retardasi mental.
Gambaran klinik pada penyakit ini mulanya pelan.Terdapat panas yang
tidak terlalu tinggi, nyeri kepala dan nyeri kuduk, terdapat rasa lemah,

14
berat badan yang menurun, nyeri otot, nyeri punggung, kelainan jiwa
seperti halusinasi. Pada pemeriksaan akan dijumpai tanda-tanda
rangsangan selaput otak seperti kaku kuduk dan brudzinski. Dapat terjadi
hemiparases dan kerusakan syaraf otak yaitu N III, N IV, N VI, N VII, N
VIII sampai akhirnya kesadaran menurun.

Sedangkan berdasarkan etologinya meningitis terbagi atas:


1. Meningitis Bakterial
Meningitis bakterial merupakan karakteristik inflamasi pada seluruh
meningen, dimana organisme masuk kedalam ruang arahnoid dan
subarahnoid.
Meningitis bakterial merupakan kondisi emergensi neurologi dengan
angka kematian sekitar 25 %.Meningitis bacterial adalah suatu peradangan
pada selaput otak, ditandai dengan peningkatan jumlah sel
polimorfonuklear dalam cairan serebrospinal dan terbukti adanya bakteri
penyebab infeksi dalam cairan serebrospinal.
Meningitis purulenta adalah radang selaput otak yang menimbulkan
eksudasi berupa pus, disebabkan oleh kuman non spesifik dan nonvirus.
Meningitis bakterial jika cepat dideteksi dan mendapatkan penanganan
yang tepat akan mendapatkan hasil yang baik. Meningitis bakterial sering
disebut juga sebagai meningitis purulen atau meningitis septik.
Bakteri yang dapat mengakibatkan serangan meningitis adalah;
Streptococcus pneuemonia (pneumococcus), Neisseria meningitides,
Haemophilus influenza, (meningococcus), Staphylococcus aureus dan
Mycobakterium tuberculosis.Streptococcus pneumoniae (pneumococcus),
bakteri ini penyebab tersering meningitis akut, dan paling umum
menyebabkan meningitis pada bayi ataupun anak-anak. Neisseria
meningitides (meningococcus) bakteri ini merupakan penyebab kedua
terbanyak setelah Streptococcus pneumoniae, Meningitis terjadi akibat
adanya infeksi pada saluran nafas bagian atas yang kemudian bakterinya
masuk kedalam peredaran darah.Haemophilus influenza, Haemophilus

15
influenzae type b (Hib) adalah jenis bakteri yang juga dapat menyebabkan
meningitis.Jenis bakteri ini sebagai penyebab terjadinya infeksi pernafasan
bagian atas, telinga bagian dalam dan sinusitis.Pemberian vaksin (Hib
vaksin) telah membuktikan terjadinya angka penurunan pada kasus
meningitis yang disebabkan bakteri jenis ini.Staphylococcus aureus,
Mycobakterium tuberculosis jenis hominis.
Pada orang dewasa, bakteri penyebab tersering adalah Diplococcus
pneumonia dan Neiseria meningitidis, stafilokokus, dan gram negatif.Pada
anak-anak bakteri tersering adalah Hemophylus influenza, Neiseria
meningitidis dan Diplococcus pneumonia. (Satyanegara, 2010)
2. Meningitis Virus
Meningitis virus biasanya disebut meningitis aseptik.Sering terjadi
akibat lanjutan dari bermacam-macam penyakit akibat virus, meliputi;
measles, mumps, herpes simplek, dan herpes zoster.
Meningitis virus adalah suatu sindrom infeksi virus susunan saraf pusat
yang akut dengan gejalah rangsang meningeal,pleiositosis dalam likuor
serebrospinalis dengan deferensiasi terutama limfosit,perjalanan penyakit
tidak lama dan selflimited tanpa komplikasi.
Virus penyebab meningitis dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu
virus RNA (ribonuclear acid) dan virus DNA (deoxyribo nucleid acid).
Contoh virus RNA adalah enterovirus (polio), arbovirus (rubella),
flavivirus (dengue), mixovirus (influenza, parotitis, morbili). Sedangkan
contoh virus DNA antaa lain virus herpes, dan retrovirus (AIDS).
Meningitis virus biasanya dapat sembuh sendiri dan kembali seperti
semula (penyembuhan secara komplit). Pada kasus infeksi virus akut,
gambaran klinik seperti meningitis akut, meningo-ensepalitis akut atau
ensepalitis akut.Derajat ringan akut meningo-ensepalitis mungkin terjadi
pada banyak infeksi virus akut, biasanya terjadi pada anak-anak, sedangkan
pada pasien dewasa tidak teridentifikasi.
3. Meningitis Jamur

16
Infeksi jamur dan parasit pada susunan saraf pusat merupakan penyakit
oportunistik yang pada beberapa keadaan tidak terdiagnosa sehingga
penanganannya juga sulit.
Manifestasi infeksi jamur dan parasit pada susunan saraf pusat dapat
berupa meningitis (paling sering) dan proses desak ruang (abses atau kista).
Angka kematian akibat penyakit ini cukup tinggi yaitu 30-40% dan
insidensinya meningkat seiring dengan pemakaian obat imunosupresif dan
penurunan daya tahan tubuh.
Meningitis kriptokokus neoformans biasa disebut meningitis jamur,
disebabkan oleh infeksi jamur pada sistem saraf pusat yang sering terjadi
pada pasien acquired immunodeficiency syndrome (AIDS).

E. MANIFESTASI KLINIS
Walaupun banyak jenis organisme penyebab meningitis, secara umum tanda
dangejalanya hampir sama semua, antara lain:
a. Secara umum gejala meningitis adalah sakit kepala, demam, mual,
muntah,photopobia, adanya tanda rangsang meningeal/iritasi meningen
seperti; kaku kuduk positif, tanda Kernig positif, dan tanda Brudzinski
positif, perubahan tingkat kesadaraan, kejang, peningkatan tekanan
intrakranial, disfungsi saraf kranial,dan penurunan status mental
(Ignatavicius & Wrokman, 2006; Hickey, 1997)
b. Salah satu komplikasi lanjut dari meningitis adalah koma, hal ini
merupakan prognosis yang buruk, dan dapat terjadi pada 5%-10% pasien
meningitis bakterial.
c. Tanda dan gejala lain yang tidak khas pada pasien meningitis adalah;
terjadi hipersensitivitas kulit, hiperanalgesia, dan hipotonus otot, walaupun
fungsi motorik masih dapat dipertahankan. Efek toksin pada otak atau
trombus padasuplai vaskular ke area serebral menyebabkan
ketidakmampuan permanen fungsi serebral, jika terjadi perubahan patologi,

17
maka dapat terjadi hemiparesis,demensia, dan paralisis (Hickey, 1997).
Obstruksi jalan napas atau disritmia jantung dapat terjadi.
d. Gejala meningitis yang diakibatkan dari infeksi dan peningkatan tekanan
intracranial (TIK):
1. Sakit kepala dan demam
Sakit kepala dan demam adalah gejala awal meningitis. Sakit
kepala dihubungkan dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai
akibat iritasi meningen. Demam umumnya ada dan tetap tinggi selama
perjalanan penyakit.
2. Perubahan pada tingkat kesadaran
Perubahan pada tingkat kesadaran dihubungkan dengan meningitis bakteri.
Disorientasi dan gangguan memori biasanya merupakan awal adanya
penyakit. Perubahan yang terjadi bergantung pada beratnya penyakit,
demikian pula respons individu terhadap proses fisiologi. Sesuai
perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi, tidak responsif, dan
koma.
3. Iritasi meningen
Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda yang mudah dikenali, yang
umumnya terlihat pada semua tipe meningitis.
a) Rigiditas nukal (kaku leher)
Rigiditas nukal merupakan tanda awal dan rigiditas nukal adalah upaya
untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme
otot-otot leher. Fleksi paksaan menyebabkan nyeri berat.
b) Tanda Kernig positif
Ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadaan fleksi ke arah
abdomen, kaki tidak dapat diekstensikan sempurna.
c) Tanda Brudzinski
Bila leher pasien difleksikan maka hasilnya adalah fleksi lutut dan
pinggul;bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah di salah

18
satu sisi, makagerakan yang sama terlihat pada sisi ekstremitas
yang berlawanan.
d) Fotofobia
Pada beberapa pasien, tanpa alasan yang diketahui pasien meningitis
mengalami fotofobia atau sensitive yang berlebihan terhadap
cahaya.
4. Kejang dan peningkatan TIK
Kejang terjadi sekunder akibat area fokal kortikal yang peka. Tanda-tanda
peningkatan TIK sekunder akibat eksudat purulen dan edema serebral.
5. Adanya ruam
Ruam merupakan salah satu cirri yang mencolok pada meningitis
meningokokal (Neisseria meningitis). Sekitar setengah dari semua
pasienmeningitis, terdapat ruam petekie dengan lesi purpura sampai
ekimosis padadaerah yang luas.
6. Infeksi fulminating
Terjadi pada sekitar 10 % penderita meningitis meningokokus, dengan
tanda-tanda septicemia : demam tinggi yang tiba-tiba muncul, lesi
purpura yang menyebar (sekitar wajah dan ekstremitas), syok, dan
tanda-tanda kuagulopatiintravascular diseminata (KID).

Manifestasi klinis pada anak:

1. Sakitnya tiba-tiba, adanya demam, sakit kepala, panas dingin, muntah,


kejang-kejang.
2. Anak menjadi irritable dan agitasi dan dapat berkembang photopobia,
delirium,halusinasi, tingkah laku yang agresif atau mengantuk stupor dan koma.
3. Gejala pada respiratory atau gastrointestinald. Adanya tahanan pada kepala jika
difleksikane. Kekakuan pada leher (Nuchal Rigidity)
4. Tanda kernig dan brudzinki (+)
5. Kulit dingin dan sianosish.
6. Peteki atau adannya purpura pada kulit infeksi meningococcus (meningo cocsemia)

19
7. Keluarnya cairan dari telinga meningitis peneumococal
8. Congenital dermal sinus, infeksi E. Colli
9. Manifestasi klinisnya biasanya tampak pada anak umur 3 bulan sampai 2 tahun
10. Nafsu makan menurun dan menangis meraung-raung.
11. Fontanel menonjol
12. Nuchal Rigidity, tanda-tanda brudzinki dan kernig dapat terjadi namun lambat

Manifestasi Pada Neonatus:

1. Sukar untuk diketahui manifestasinya, tidak jelas dan tidak spesifik, ada kemiripan
dengan anak yang lebih tua, seperti:
a. Menolak untuk makan
b. Kemampuan menelan buruk
c. Muntah dan kadang-kadang ada diare
d. Tonus otot lemah, pergerakan melemah dan kekuatan menangis melemah
e. Hypothermia/demam, joundice, iritabel, mengantuk, kejang-kejang
f. RR yang tidak teratur/apnoe, sianosis dan kehilangan BB.
g. Ketegangan , fontanel menonjol mungkin ada atau tidak
h. Leher fleksibel
i. Kolaps kardiovaskuler, kejang-kejang dan apnoe terjadi bila tidak
diobati/ditangani.

F. PATOFISILOGI

20
G. KOMPLIKASI MENINGITIS
Komplikasi yang muncul pada anak dengan meningitis, antara lain:

21
1. Munculnya cairan pada lapisan subdural (efusi subdural). Cairan ini muncul
karena adanya desakan pada intrakranial yang meningkat sehingga memungkinkan
lolosnya cairan dari lapisan otak ke daerah subdural.
2. Peradangan pada daerah ventrikuler ke otak (ventrikulitis).
Abses pada meningen dapat sampai ke jaringan kranial lain baik melalui perembetan
langsung maupun hematogen termasuk ke ventrikuler.
3. Hidrosepalus.
Peradangan pada meningen dapat merangsang kenaikan produksi Liquor Cerebro Spinal
(LCS). Cairan LCS pada meningitis lebih kental sehingga memungkinkan
terjadinya sumbatan pada saluran LCS yang menuju medulla spinalis. Cairan
tersebut akhirnya banyak tertahan di intrakranial.
4. Abses otak.
Abses otak terjadinya apabila infeksi sudah menyebar ke otak karena meningitis tidak
mendapat pengobatan dan penatalaksanaan yang tepat.
5. Epilepsi
6. Retardasi mental.
Retardasi mental kemungkinan terjadi karena meningitis yang sudah menyebar ke
serebrum sehingga mengganggu gyrus otak anak sebagai tempat menyimpan
memori.
7. Serangan meningitis berulang.
Kondisi ini terjadi karena pengobatan yang tidak tuntas atau mikroorganisme yang sudah
resisten terhadap antibiotik yang digunakan untuk pengobatan.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Analisis CSS dari fungsi lumbal.
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jenis sel dan protein cairan
cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan TIK.

22
1) Meningitis bakterial: tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah
seldarah putih dan protein meningkat, glukosa meningkat, kultur positif
terhadap beberapa jenis bakteri.
2) Meningitis virus: tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel
darahputih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur
biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus
b. Glukosa serum: meningkat
c. LDH serum: meningkat (meningitis bakteri)
d. Sel darah putih: sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil (infeksi
bakteri)
e. Elektrolit darah: dinilai untuk mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan
elektrolit terutama hiponatremi.
f. Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan
otak.Normalnya kadar glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa
danpada pasien meningitis kadar glukosa cairan otaknya menurun dari nilai
normal.
g. ESR/LED: meningkat pada meningitis
h. Kultur darah atau hidung atau tenggorokan atau urine: dapat mengindikasikan
daerah pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi.
i. Uji tuberkulin positif dari kurasan lambung untuk meningitis tuberkulosis
2. Radiologi
a. MRI atau CT scan: CT-Scan dilakukan untuk menentukan adanya edema
cerebral atau penyakit saraf lainnya. Hasilnya biasanya normal, kecuali pada
penyakit yang sudah sangat parah. CT scan dapat membantu dalam
melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel, hematom daerah serebral,
hemoragik atautumor.
b. Rontgen dada/kepala/sinus: mengindikasikan adanya infeksi intrakranial.
c. Elektroensefalografi (EEG), akan menunjukkan perlambatan yang menyeluruh
di kedua hemisfer dan derajatnya sebanding dengan radang.

23
I. PENATALAKSANAAN MENINGITIS
1. Penatalaksanaan Terapeutik
a. Terapi antimikroba: antibiotik yang diberikan berdasarkan pada hasil
kultur, diberikan dengan dosis tinggi melalui intravena.
b. Mempertahankan hidrasi optimum: mengatasi kekurangan cairan dan
mencegah kelebihan cairan yang dapat menyebabkan edema.
c. Mencegah dan mengobati komplikasi: aspirasi efusi subdural (pada bayi),
terapi heparin pada anak yang mengalami DIC,
d. Mengontrol kejang: pemberian terapi antiepilepsi
e. Mempertahankan ventilasi
f. Mengurangi meningkatnya tekanan intra cranial
g. Penatalaksanaan syok bacterial
h. Mengontrol perubahan suhu lingkungan yang ekstrim
i. Memperbaiki anemia

2. Terapi Farmakologi
a. Meningitis bacterial
Terapi bertujuan untuk mengobati penyebab infeksi disertai perawatan
intensif suportif untuk membantu pasien melalui masa kritis. Sementara
menunggu hasil pemeriksaan terhadap bakteri penyebab, dapat diberikan obat
sebagai berikut : (Mansjoer Arif dkk, 2005)
1. Kombinasi ampisilin 12-18 gram dan kloramfenikol 4 gram,
diberikan secara intravena dalam dosis terbagi 4 kali per hari.
2. Dapat ditambahkan campuran trimetoprim 80 mg, sulfametoksazol
400 mg intravena
3. Dapat pula ditambahkan seftriakson 4-6 gram intravena
4. Meningitis yang disebabkan pneumokok, meningokok

24
1. Ampisilin 12-18 gram intravena dalam dosis terbagi per hari,
selama minimal 10 hari atau hingga sembuh
2. Meningitis yang disebabkan Haemophylus influenza
3. Kombinasi ampisilin dan kloramfenikol seperti diatas,
kloramfenikol disuntikkan intravena 30 menit setelah ampisilin.
Lama pengobatan 10 hari. Bila pasien alergi terhadap penisilin
dapat diberikan kloramfenikol.
5. Meningitis yang disebabkan Enterobacteriaceae
Sefotaksim 1-2 gram intravena tiap 8 jam. Bila resisten terhadap
sefotaksim berikan campuran trimetoprim 80 mg dan
sulfometoksazol 400 mg per infus 2 kali 1 ampul per hari, selama
minimal 10 hari.

b. Meningitis tuberculosis
Saat ini telah tersedia berbagai macam tuberkulostatika. Tiap jenis
tuberkulostatika mempunyai mempunyai spesifikasi farmakologis tersendiri.
Berikut ini adalah beberapa contoh tuberkulostatika yang dapat
diperoleh di Indonesia : (Harsono, 2005)
1. Rifampisin
Diberikan dengan dosis 10 – 20 mg/kgBB/hari. Pada orang dewasa
diberikan dengan dosis 600 mg/hari, dengan dosis tunggal.
2. Isoniazid
Diberikan dengan dosis 10-20 mg/kgBB/hari. Pada dewasa dengan dosis
400 mg/hari.
3. Etambutol
Diberikan dengan dosis 25 mg/kgBB/hari sampai 1.500 mg/hari selama
lebih kurang 2 bulan. Obat ini dapat menyebabkan neuritis optika.
4. Streptomisin
Diberikan intramuskular selama lebih kurang 3 bulan. Tidak boleh
digunakan terlalu lama. Dosisnya adalah 30-50 mg/kgBB/hari.

25
5. Kortikosteroid
Biasanya dipergunakan prednison dengan dosis 2-3 mg/kgBB/hari (dosis
normal 20 mg/hari dibagi dalam 3 dosis) selama 2-4 minggu
kemudian diteruskan dengan dosis 1 mg/kgBB/hari selama 1-2
minggu. Pemberian kortikosteroid lebih kurang diberikan 3 bulan.
Steroid diberikan untuk menghambat reaksi inflamasi, menurunkan
edema serebri, dan mencegah perlengketan meningens.
6. Pemberian tuberkulin intratekal
Pemberian tuberkulin intratekal bertujuan untuk mengaktivasi enzim
lisosomal yang menghancurkan eksudat di bagian dasar otak.
Berbagai macam tuberkulostatika mempunyai efek samping yang beragam.
Di samping sifat autotoksik, streptomisin juga bersifat nefrotoksik.
INH dapat mengakibatkan neuropati, rifampisin dapat
menyebabkan neuritis optika, muntah, kelainan darah perifer,
gangguan hepar, dan flu-like symptoms. Etambutol bersifat
hepatotoksik dan dapat menimbulkan polineuropati dan kejang
(Harsono, 2005).
c. Meningitis viral
Meningitis virus biasanya dapat sembuh sendiri dan kembali seperti semula
(penyembuhan secara komplit).

J. PENCEGAHAN MENINGITIS

Berikut beberapa langkah untuk mencegah penyakit meningitis.


1. Vaksin
Untuk mencegah penyakit meningitis adalah dengan melakukan vaksinasi. Para ahli medis
menyarankan, melakukan vaksinasi tersebut ketika berusia 11—12 tahun atau
16—21 tahun. Usia-usia ini adalah umur rawan terkena meningitis.
2. Jaga kekebalan tubuh
Menjaga kekebalan tubuh sangat diperlukan sebagai bentuk pencegahan. Mengkonsumsi
makanan sehat seperti sayur, buah dan makanan berprotein dapat membantu

26
menjaga kekebalan tubuh. Olahraga juga disarankan agar meningkatkan kekebalan
tubuh. Dan Tidur yang cukup.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS

1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Lakukan pengkajian dimulai dari identitas Klien, yang meliputi : Nama,
Jenis kelamin, Usia, Tanggal lahir, Agama, Suku bangsa, Alamat, dan Tanggal
Pengkajian.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan apa yang klien keluhkan, seperti :
hipertermi, kejang, dan penurunan tingkat kesadaran.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat Penyakit Sekarang yaitu klien mengalami salah satu atau
beberapa dari keluhan utama.
Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui untuk mengetahui
jenis kuman penyebab. Disni harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang
timbul seperti kapan mulai serangan, sembuh, atau bertambah buruk. Pada
pengkajianklien meningitis, biasanya didapatkan keluhan yang berhubungan
dengan akibatdari infeksi dan peningkatan TIK.
Keluhan gejala awal tersebut biasanya sakit kepala dan demam.
Sakitkepala dihubungkan dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai

27
akibat iritasi meningen. Demam umumnya ada dan tetap tinggi selama
perjalanan penyakit. Keluhan kejang perlu mendapat perhatian untuk dilakukan
pengkajian lebih mendalam, bagaimana sifat timbulnya kejang, stimulus apa
yang seringmenimbulkan kejang, dan tindakan apa yang diberikan dalam
upaya menurunkan keluhan kejang tersebut.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit.
Penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan adanya hubungan
atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi pernahkah klien
mengalami infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media,mastoiditis, anemia sel
sabit, dan hemoglobin opatis lain, tindakan bedah saraf,riwayat trauma kepala,
dan adanya pengaruh imunologis pada masa sebelmunya. Riwayat sakit TB
paru perlu ditanyakan pada klien terutama apabilaadan keluhan batuk produktif
dan pernah menjalani pengobatan obat antituberkulosis yang sangat berguna
untuk mengidentifikasi meningitis tuberkulosa. Pengkajian pemakaian
obat-obat yang sering digunakan klien, spertipemakaian obat kortikosteroid,
pemakaian jenis-jenis antibiotik dan reaksinya(untuk menilai resistensi
pemakaian antibiotik) dapat menambah komprehensifnya pengkajian.
Pengkajian riwayat ini dapat mendukungpengkajian dari riwayat penyakit
sekarang dan perupakan data dasar untukmengkaji lebih jauh dan untuk
memberikan tindakan selanjutnya.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat adanya keluarga Biasanya di dapatkan data adanya infeksi yang dialami ibu
pada akhir kehamilan.
f. Dasar - dasar pengkajian pasien
1) Kepala :
Inspeksi : bentuk kepala oval, rambut kusam, sedikit pembengkakan pada bagian
kepala.
Palpasi : nyeri tekan pada bagian kepala.
2) Mata :

28
Inspeksi : ketika dilakukan pemeriksaan reaksi pupil menggunakan senter klien
memejamkan matanya dengan kuat, konjungtiva pucat, warna sklera putih,
terdapat lingkaran hitam disekitar mata.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada bagian mata.
3) Hidung
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, warna hidung sama dengan warna kulit sekitar
wajah.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
4) Mulut :
Inspeksi : mukosa bibir kering dan pucat, terdapat warna keputih-putihan pada
lidah, gusi warna merah muda, gigi kurang bersih.
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan di sekitar mulut.
5) Telinga :
Inspeksi : warna kulit sama dengan warna kulit disekitar, simetris telinga kiri
dengan yang kanan.
Palpasi : nyeri tekan disekitar telinga.
6) Leher :
Inspeksi : warna kulit sama dengan warna kulit disekitar , tidak ada pembesaran
vena jugularis.
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, terdapat nyeri tekan pada punggung
leher.
7) Ekstremitas atas :
Inspeksi : terdapat ruam petechie.
Palpasi : nyeri tekan pada kulit.
8) Dada :
Inspeksi : warna kulit sama dengan warna kulit disekitar, tidak ada pembengkakan.
Palpasi : nyeri tekan pada dada.
Perkusi : pekak.
Auskultasi : bunyi pernafasan rales (crekles).
9) Abdomen :

29
Inspeksi : warna kulit sama dengan warna kulit disekitar, bentuk abdomen cekung.
Auskultasi : bunyi peristaltik usus 37x/menit
Palpasi : nyeri tekan di abdomen kiri atas
Perkusi : bunyi timpani
10) Ektremitas bawah
Inspeksi : ektremitas bawah simetris kiri dan kanan dan terdapat pembengkakan
pada bagian lutut dan pergelangan kaki, babinski positif
Palpasi : nyeri tekan pada bagian lutut dan pergelangan kaki
g. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
a. Analisis CSS dari fungsi lumbal.
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jenis sel
dan protein cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya
peningkatan TIK.
1. Meningitis bakterial: tekanan meningkat, cairan
keruh/berkabut, jumlah seldarah putih dan protein
meningkat, glukosa meningkat, kultur positif
terhadap beberapa jenis bakteri.
2. Meningitis virus: tekanan bervariasi, cairan CSS
biasanya jernih, sel darahputih meningkat, glukosa
dan protein biasanya normal, kultur biasanya
negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur
khusus
b. Glukosa serum: meningkat
c. LDH serum: meningkat (meningitis bakteri)
d. Sel darah putih: sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil
(infeksi bakteri)
e. Elektrolit darah: dinilai untuk mengidentifikasi adanya
ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremi.

30
f. Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan
otak.Normalnya kadar glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum
glukosa danpada pasien meningitis kadar glukosa cairan otaknya
menurun dari nilai normal.
g. ESR/LED: meningkat pada meningitis
h. Kultur darah atau hidung atau tenggorokan atau urine: dapat
mengindikasikan daerah pusat infeksi atau mengindikasikan tipe
penyebab infeksi.
i. Uji tuberkulin positif dari kurasan lambung untuk meningitis
tuberkulosis
2) Radiologi
a. MRI atau CT scan: CT-Scan dilakukan untuk menentukan adanya
edema cerebral atau penyakit saraf lainnya. Hasilnya biasanya normal,
kecuali pada penyakit yang sudah sangat parah. CT scan dapat
membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel,
hematom daerah serebral, hemoragik atautumor.
b. Rontgen dada/kepala/sinus: mengindikasikan adanya infeksi
intrakranial.
c. Elektroensefalografi (EEG), akan menunjukkan perlambatan yang
menyeluruh di kedua hemisfer dan derajatnya sebanding dengan
radang.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan TIK
b. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
c. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peningkatan TIK
d. Gangguan rasa nyaman (mual) berhubungan dengan peningkatan TIK
3. Intervensi

No gnosa Keperawatan Tujuan/ Kriteria Intervensi

31
Hasil

guan perfusi jaringan Setelah diberikan Mandiri


serebral askep selama(…x…) 1. Pertahankan tirah
berhubungandengan Jam diharapkan baring dengan posisi
peningkatan TIK mendapatkan kriteria kepala datar dan
hasil: pantautanda vital
1. Tingkat sesuai indikasi
kesadaranme setelahdlakukan
mbaik pungsi lumbal.
(GCS:E4 M6 2. Pantau/catat status
V5). neurologis,seperti
2. TTV dalam GCS.
batas normal 3. Pantau tanda tanda
3. Klien tidak vital

1. sakit kepala. 4. Berikan waktu


4. Klien tidak istiahat
kaku kuduk. antaraaktivitas
5. Tidak terjadi perawatan dan
kejang. batasilamanya
6. Klien tidak tindakan tersebut.
gelisah.
Kolaborasi
1. Berikan cairan IV
dengan alatcontrol
khusus.
2. Pantau GDA.
Berikan
terapioksigen sesuai
kebutuhan.

32
ermi berhubungan Setelah diberikan ri
dengan proses asuhan keperawatan 1. Pantau Vital Sign
inflamasi selama (...x…) jam 2. Berikan Kompres
diharapkan hangat
mendapatkan kriteria
Kolaborasi
hasil:
1. Kolaborasikan
1. Suhu tubuh
2. dengan dokter
dalam batas
pemberian obat
normal
penurun panas
2. Klien tidak
sakit kepala
3. Klien merasa
lebih
bertenaga

Gangguan rasa Setelah diberikan Mandiri


nyaman (nyeri) asuhan keperawatan 1. Pantau Vital Sign
berhubungan selama (...x…) jam 2. Berikan Posisi yang
dengan peningkatan diharapkan nyaman
TIK mendapatkan kriteria 3. Tingkatkan tirah
hasil: baring,
1. Ttv dalam bantukebutuhan
3.
batas normal perawatan diri yang
2. Rasa nyaman penting.
klien
Kolaborasi
meningkat
1. Kolaborasikan
3. Klien tidak
dengan dokter akan
merasakan
pemberian analgetik
nyeri

33
Gangguan rasa Setelah diberikan ri
nyaman (mual) asuhan keperawatan 1. Tawarkan makanan
berhubungan selama (...x…) jam porsi kecil tapisering.
dengan peningkatan diharapkan 2. Sajikan makanan
TIK mendapatkan kriteria dalam
hasil: keadaanhangat.
1. Klien tidak 3. Beri dorongan untuk

4. merasa mual makan denganorang


dan muntah lain (keluarga,
2. Nafsu makan saudara, atauorang
klien tua).
meningkat
Kolaborasi
1. Kolaborasikan
dengan ahli gizi akan
pemberian nutrisi

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

34
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang melapisi otak
danmedula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri, atau organ-organ jamur
Meningitis merupakan salah satu penyakit infeksi SSP yang akut dan memilikiangka
kematian dan kecacatan yang tinggi. Diagnosis meningitis sering
mengalamikelambatan karena gejala dan tanda klinis meningitis tidak spesifik
terutama pada bayi.Penyebab-penyebab dari meningitis meliputi, Bakteri piogenik
yang disebabkan oleh bakteri pembentuk pus, terutamameningokokus, pneumokokus,
dan basil influenza, Virus yang disebabkan oleh agen-agen virus yang sangat
bervariasi, dan Organisme jamur.
B. SARAN
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca dapat memperoleh ilmu yang
lebih tentang penyakit meningitis dan bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada
pasien dengan meningitis

35
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 1997.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah.Jakarta: EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2009.Buku Saku Patofisiologi . Jakarta: EGC

arpenito, L.J. 2003.Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

Doengoes E.Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Long, Barbara C. 1996.Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan ProsesKeperawatan.

Bandung: yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan

Muttaqin,Arif. 2008.Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem Persarafan.Jakarta:


Salemba Medika

Sylvia A. Price. 2006.Patofosiologi Konsep Penyakit . Jakarta: EGC

https://www.scribd.com/doc/137540908/ASKEP-Meningitis

36

Anda mungkin juga menyukai