Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II


MENINGITIS

DOSEN : NS. SRI YULIANTI,S.KEP.,M.KEP


KELAS : 11 C KEPERAWATAN

KELOMPOK VII
IMROATUR ROSIDAH (201801108)
INDAH SUWANDEWI (201801109)
ANDRIAN BIMA WICAKSONO (201801096)
NILUH GABRIELA (201801119)

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Meningitis”
dengan sebaik-baiknya.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah mengalami berbagai hal baik
suka maupun duka. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan
selesai dengan lancar dan tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan, serta
bimbingan dari berbagai pihak. Sebagai rasa syukur atas terselesainya makalah ini,
maka dengan tulus penulis sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut
membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan


baik pada teknik penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua
pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan dapat diterapkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang berhubungan
dengan judul makalah ini.

Palu,17 Maret 2020

Penyusun

Kompok VII
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................
A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
C. Tujuan.............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................
A. Anatomi Fisiologi...........................................................................................
B. Konsep Medis.................................................................................................
C. Terapi Komplementer.....................................................................................
D. Pencegahan Primer,Sekunder, Tersier...........................................................
E. Proses Keperawatan........................................................................................
BAB III PENUTUP....................................................................................................
A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Meningitis merupakan peradangan yang terjadi pada selaput otak (araknodia
dan piamater) yang di sebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur .
Di negara – negara yang sedang berkembang, termasuk indonesia, penyakit
infeksi ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama. Salah
satunya adalah infeksi akut selaput otak yang disebabkan oleh bakteri dan
menimbulkan purulen pada cairan otak, sehingga dinamakan meningitis purulenta.
Di samping angka kematiannya yang masih tinggi, banyak penderita yang
menjadi cacat akibat keterlambatan dalam diagnosis dan pengobatan. Meningitis
purulenta merupakan keadaan gawat darurat. Terapi yang diberikan bertujuan
memberantas penyakit infeksi disertai perawatan intensif suportif, untuk
membantu pasien melalui masa kriyis. Pemberian antibiotik yang cepat dan tepat,
serta dengan dosis yang sesuai, penting untuk menyelamatkan nyawa dan
mencegah terjadinya cacat. Oleh karena itu, petugas kesehatan khususnya perawat,
wajib mengetahui gejala – gejala dan tanda – tanda meningitis purulenta serta
penatalaksanaannya.
Dewasa ini penyakit meningitis merupakan penyakit yang serius karena
letaknya dekat dengan otak dan tulang belakang sehingga dapat menyebabkan
kerusakan kendali gerak, pikiran, bahkan kematian. Kebanyakan kasus meningitis
disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur atau parasit yang
menyebar dalam darah dan cairan otak.
Daerah “Sabuk Meningitis” di Afrika terbentang dari Senegal di barat
Ethiopia di timur. Daerah ini ditinggali kurang lebih 300 juta jiwa manusia. Pada
1996 terjadi wabah meningitis dimana 250.000 orang menderita penyakit ini
dengan 25.000 korban jiwa. Meningitis bacterial terjadi pada kira-kira 3 per
100.000 orang setiap tahunnya di Negara-negara barat. Studi populasi secara luas
memperlihatkan bahwa meningitis virus lebih sering terjadi sekitar 10,9 per
100.000 orang, dan lebih sering terjadi pada musim panas. Di Brasil, angka
meningitis bacterial lebih tinggi, yaitu 45,8 per 100.000 orang setiap tahun.
Oleh karena itu mengingat jumlah penyebaran penyakit infeksi meningitis
semakin hari semakin meningkat, kami bermaksud untuk mengulas lebih lanjut
mengenai penyakit Meningitis melalui makalah yang berisi laporan pendahuluan
serta asuhan keperawatan teori.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Anatomi Fisiologi Meningitis?
2. Apa saja Konsep Medis Meningitis?
3. Apa saja Terapi Komplementer Miningitis?
4. Bagaimana Pencegahan Primer, Sekunder, dan Tersier Miningitis?
5. Bagaimana Proses Keperawatan secara Teori?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah Meningitis ini yakni sebagai syarat untuk
memenuhi tugas dari dosen mata kuliah dan mahasiswa dapat mengetahui tentang
antara lain:
1. Untuk mengetahui apa saja Anatomi Fisiologi Meningitis
2. Untuk mengetahui apa saja Konsep Medis Meningitis
3. Untuk mengetahui apa saja Terapi Komplementer Meningitis
4. Untuk mengetahui bagaimana Pencegahan Primer, Sekunder, dan Tersier
Meningitis
5. Untuk mengetahui bagaimana Proses Keperawatan secara Teori
BAB II

PEMBAHASAN

A. ANATOMI FISIOLOGI

1. Otak
Otak merupakan suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan
pusat komputer dari semua alat tubuh, bagian dari saraf sentral yang terletak
di dalam rongga tengkorak (kranium) yang dibungkus oleh selaput otak yang
kuat
2. Perkembangan Otak
Otak terletak dalam rongga kranium (tengkorak) berkembang dari sebuah
tabung yang mulanya memperlihatkan tiga gejala pembesaran otak awal
a. Otak depan menjadi hemister serebri, korpus striatum, talamus serta
hipotalamus
b. Otak tengah, tegmentum, krus serebrium, korpus kuadrigeminus

c. Otak belakang, menjadi pons varol, mediula oblongata dan serebellum


3. Meingitis (Selaput Otak)
Selaput yang membungkus otak dan sumsum tulang belakang,
melindungi struktur saraf halus yang membawa pembuluh darah dan cairan
sekresi (Cairan Serebro spinalis), memperkecil benturan atau getaran yang
terdiri dari 3 lapisan.
a. Duramater (lapisan sebelah luar)
Selaput keras pembungkus otak yang berasal dari jaringan ikat tebal
dan kuat, dibagian tengkorak terdiri dari selaput tulang tengkorak dan
duramater propia di bagian dalam. Di dalam kanalis vertebralis kedua
lapisan ini terpisah. Duramater pada tempat tertentu mengandung rongga
yang mengalirkan darah vena dari otak, rongga ini dinamakan sinus
longitudinal superior, terletak diantara kedua hemisfer otak.
b. Arakhnoid (Lapisan Tengah)
Merupakan selaput halus yang memisahkan duramater dengan
piamater membentuk sebuah kantong atau balon berisi cairan otak yang
meliputi seluruh susunan saraf sentral. Medula spinalis terhenti setinggi
dibawah Lumbal I – II terdapat sebuah kantong berisi cairan, berisi saraf
perifer yang keluar dari medula spinalis dapat dimanfaatkan untuk
mengambil cairan otak yang disebut lumbal.
c. Piamater ( Lapisan Sebelah Dalam)
Merupakan selaput tipis yang terdapat pada permukaan jaringan otak,
piamater berhubungan dengan arakhnoid melalui struktur-struktur jaringan
ikat yang disebut trabekel. Tepi falks serebri membentuk sinus longitudinal
inferior dan sinus sagitalis inferior yang mengeluarkan darah dari flaks
serebri. Tentorium, memisahkan serebri dengan serebulum.
Diafragma sellae, lipatan berupa cincin dalam duramater dan menutupi
sela tursika sebuah lekukan pada tulang stenoid yang berisi hipofiser.
Sistem Ventrikel. Terdiri dari beberapa bagian rongga dalam otak yang
berhubungan satu sama lainnya ke dalam rongga itu, fleksus koroid
mengalirkan cairan (liquor serebro spinalis). Fleksus koroid dibentuk oleh
jaringan pembuluh darah kapiler otak tepi, bagian paimater membelok
kedalam ventrikel dan menyalurkan serebro spinalis. Cairan serebro
spinalis adalah hasil sekresi fleksus koroid. Cairan ini bersifat alkali bening
mirip plasma.

Sirkulasi Caitan Serebro Spinalis. Cairan ini disalurkan oleh fleksus


koroid kedalam ventrikel yang ada dalam otak, kemudaian cairan masuk ke
dalam kanalis sumsum tulang belakang adn ke dalam ruang subaraknoid
melalui ventrikularis.
Setelah melintasi ruangan seluruh otak dan sumsum tulang belakang maka
kembali ke sirkulasi melaluigranulasi arakhnoid pada sinus (sagitalis
superior).
4. Perjalanan Cairan-Cairan Serebro Spinalis.
Setelah meninggalkan ventrikel lateralis (ventrikel I dan II) cairan otak dan
sumsum tulang belakang menuju ventrikel III melalui foramen monroi dan
terus ke ventrikel IV melalui aquaduktus silvi cairan di alirkan ke bagian
medial foramen magendi selanjutnya ke sisterna magma dan ke kanalis
spinalis. Dari sisterna magma cairan akan membasahi bagian-bagian dari
otak, selanjutnya, cairan ini akan di absorpsi oleh vili-vili yang terdapat pada
arakhnoid, cairan ini jumlahnya tiodak tetap biasanya berkisar antara 80 –
200 cm mempunyai reaksi alkalis.
Fungsi cairan serebro spinalis :
a. Kelembaban otak dan medula spinalis.
b. Melindungi alat-alat dalam medula spinalis dan otak dari tekanan.
c. Melicinkan alat-alat dalam medula spinalis dan otak.
Komposisi cairan serebro spinalis terdiri dari air, protein, glukosa, garam,
dan sedikit limfosit dan CO2.
B. KONSEP MEDIS
1. Devinisi
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi
otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ
jamur(Smeltzer, 2001). Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid
dan piamater). Bakteri dan virus merupakan penyebab utama dari meningitis.
Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh
salah satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok,
Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal
dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat
(Suriadi & Rita, 2001).
Meningitis / Radang selaput otak adalah Infeksi pada cairan serebrospinal
(CSS) disertai radang pada pia dan araknoid; ruang subaraknoid, jaringan
superficial otak dan medulla spinalis, kuman-kuman dapat masuk ke setiap
bagian ruang subaraknoid dan dengan cepat sekali menyebar ke bagian yang
lain, sehingga leptomening medulla spinalis terkena. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa meningitis selalu merupakan suatu proses serebrospinal.
(Harsono : 1996).
2. Aspek epidemiologi
Epidemiologi meningitis bervariasi antar wilayah, dengan jumlah kasus
meningitis <
2 kasus per 100.000 di benua asia.
Menurut WHO, belumada estimasi akurat mengenai prevalensi kejadian
dan mortalitas meningitis di dunia. Didapatkan data bahwa terdapat negara-
negara endemik tinggi meningitis, yaitu negara afrika sub sahara dengan >10
kasus per 100.000 penduduk setiap tahunnya.
Terdapat 2-10 kasus meningitis per 100.000 penduduk setiap tahunnya
pada beberapa negara eropa, amerika selatan, dan australia. Di asia,
diperkirakan terjadi <2 kasus per 100.000 penduduk setiap tahunnya.
Berdasarkan data kementrian kesehatan tahun 2011, didapatkan jumlah
kasus meningitis terjadi pada laki-laki sebanyak 12.010 pasien dan wanita
sebanyak 7.371 pasien dengan jumlah kematian 1.025.
3. Etiologi
a. Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae
(pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus
haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae,
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa
b. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia
c. Faktor predisposisi : jenis kelamin lakilaki lebih sering dibandingkan
dengan wanita
d. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu
terakhir kehamilan
e. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.
f. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan
dengan sistem persarafan
4. Patofisiologi
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti
dengan septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis
bagian atas. Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas,
otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur
bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis.
Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah
dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen,
semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di
dalam meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan
penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan
metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat
purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis.
5. Pathway

Invasi kuman ke selaput ota

Peningkatan TIK

Gangguan fungsi
sistem regulasi

Hipertemia

Gangguan rasa Gangguan Gangguan


Gangguan nyaman peresepsi sensorik kesadran
metabolisme otak

Perubahan Gangguan
keseimbangan dan mobilitas fisik
sel netron

Gangguan
Difusi ion kalium
perfusi jaringan
dan natrium

Lepas muatan
listrik

kejang

Berkurangnya
koordinasi otot

Resiko trauma
fisik
6. Manifestasi Klinis
Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :
a. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering
b. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif,
dan koma.
c. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sebagai berikut:
1) Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala mengalami
kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.
2) Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam
keadan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan
sempurna.
3) Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi
lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah
pada salah satu sisi maka gerakan yang sama terlihat peda sisi
ektremita yang berlawanan.
d. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
e. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat
eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan
karakteristik tanda-tanda vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi),
pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat
kesadaran.
f. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
g. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-
tiba muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati
intravaskuler diseminata.
7. Klasifikasi
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang
terjadi pada cairan otak, yaitu :
a. Meningitis serosa
Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan
otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium
tuberculosa. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan
Ricketsia.
b. Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak
dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae
(pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus
haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae,
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.
8. Pencegahan
a. Istirahat yang cukup
b. Menghindari asap rokok
c. Jaga jarak dengan orang yang terinfeksi
d. Cuci tangan tiap kali beraktifitas
e. Rutin berolahraga
f. Jangan berbagi makanan atau barang pribadi
g. Gunakan masker
h. Pilih makanan yang telah dipasteurisasi
Selain beberapa upaya di atas, pencegahan meningitis juga dapat
dilakukan dengan menerima vaksin atau imunisasi. Beberapa vaksin yang
digunakan untuk mencegah meningitis meliputi :
1) Vaksin pneumococcal. Vaksin ini memberikan perlindungan terhadap
bakteri pneumococcal.
2) Vaksin Hib. Vaksin ini melindungi pasien dari bakteri haemophilus
influenzae tipe B penyebab meningitis.
3) Vaksin Men C. Vaksin ini melindungi pasien dari bakteri
meningococcal grub C.
4) Vaksin MMR. Vaksin ini berfungsi untuk melindungi pasien dari
kondisi yang memicu meningitis, seperti gondongan,campak, dan
rubella.
5) Vaksin ACWY. Vaksin ini memberi perlindungan pada pasien
terhadap bakteri meningococcal grub A,C,W, dan Y.
6) Vaksin meningitis B. vaksin meningitis B berfungsi untuk melindungi
pasien dari bakteri meningococcal tipe B.
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis lebih bersifat mengatasi etiologi dan perawat
perlu menyesuaikan dengan standar pengobatan sesuai tempat bekerja yang
berguna sebagai bahan kolaborasi dengan tim medis. Secara ringkas
penatalaksanaan pengobatan meningitis meliputi pemberian antibiotic yang
mampu melewati barier darah otak ke ruang subarachnoid dalam konsentrasi
yang cukup untuk menghentikan perkembangbiakan bakteri. Baisanya
menggunakan sefaloposforin generasi keempat atau sesuai dengan hasil uji
resistensi antibiotic agar pemberian antimikroba lebih efektif digunakan.
a. Obat anti-infeksi (meningitis tuberkulosa):
1) Isoniazid 10-20 mg/kgBB/24 jam, oral, 2x sehari maksimal 500 mg
selama 1 setengah tahun.
2) Rifampisin 10-15 mg/kgBB/24 jam, oral, 1 x sehari selama 1 tahun.
3) Streptomisin sulfat 20-40 mg/kgBB/24 jam, IM, 1-2 x sehari selama 3
bulan.
b. Obat anti-infeksi (meningitis bakterial):
1) Sefalosporin generasi ketiga
2) Amfisilin 150-200 mg/kgBB/24 jam IV, 4-6 x sehari
3) Klorafenikol 50 mg/kgBB/24 jam IV 4 x sehari.
c. Pengobatan simtomatis:
1) Antikonvulsi, Diazepam IV; 0,2-0,5 mgkgBB/dosis, atau rectal: 0,4-0,6
mg/kgBB, atau fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari atau Fenobarbital
5-7 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari.
2) Antipiretik: parasetamol/asam salisilat 10 mg/kgBB/dosis.
3) Antiedema serebri: Diuretikosmotik (seperti manitol) dapat digunakan
untuk mengobati edema serebri.
4) Pemenuhan oksigenasi dengan O2.
5) Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik: pemberian
tambahan volume cairan intravena.
10. Komplikasi
a. Hidrosefalus obstruktif
b. MeningococcL Septicemia ( mengingocemia )
c. Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal
bilateral)
d. SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )
e. Efusi subdural
f. Kejang
g. Edema dan herniasi serebral
h. Cerebral palsy
i. Gangguan mental
j. Gangguan belajar
k. Attention deficit disorder
C. TERAPI KOMPLEMENTER
1. Homoeopati
Meskipun beberapa studi telah meneliti efektivitas terapi homeopati yang
spesifik, homeopaths profesional dapat mempertimbangkan solusi berikut ini
untuk membantu meringankan gejala meningitis, di samping perawatan medis
standar. Sebelum meresepkan obat, homeopaths memperhitungkan tipe
konstitusional seseorang - fisik, emosional, dan psikologis anda. Seorang ahli
homeopathy berpengalaman menilai semua faktor ini ketika menentukan
pengobatan yang paling tepat untuk setiap individu.
a. Apis mellifica - untuk meningitis pada anak-anak dengan sakit kepala
intens seperti mereka yang mengenakan kepala mereka ke dalam bantal.
b. Arnica montana - untuk meningitis setelah operasi atau cedera kepala.
Obat ini paling tepat bagi individu yang sering tidak tegas dan merasa
tidak ada yang salah dengan mereka.
c. Belladonna - untuk tiba-tiba mengalami demam tinggi yang menyertai
meningitis. Obat ini paling tepat bagi individu yang panas dan memerah
dengan pupil lebar, dan mungkin memiliki mimpi buruk dan delusi.
2. Bryonia - untuk meningitis dengan gangguan kesadaran dan gerakan
karakteristik mulut di mana rahang bergerak dari sisi ke sisi cukup pesat
dalam cara yang agak berkerut.
3. Helleborus - untuk meningitis dengan gangguan kesadaran dan pingsan.
Individu juga mungkin sedih dan memohon bantuan. Gemetar atau bergulir
kepala juga dapat terjadi.
4. Hyocyamus - untuk meningitis dengan kejang kekerasan yang terjadi dengan
jeritan dan grinding gigi.
Perawatan ini tidak boleh digunakan untuk meningitis tanpa arah dan
pengawasan oleh dokter homeopati yang terlatih dan bersertifikat.
5. Terapi Ozone
Selain Imunisasi, pencegahan penularan penyebab meningitis dapat
dilakukan dengan Ozone Therapy baik dengan metode Saline atau Apheresis.
Ozone Therapy Selain membunuh Bakteri, Virus, dan Jamur, Ozone dapat
merangsang dan meningkatkan imunitas tubuh, memperbaiki sirkulasi
jaringan, mempercepat epitelisasi jaringan dan merangsang regenerasi sel.
D. PENCEGAHAN PRIMER,SEKUNDER, TERSIER
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer dilakukan untuk mencegah timbulnya faktor resiko
meningitis bagi individu yang belum mempunyai faktor resiko dengan
melaksanakan pola hidup sehat. Pencegahan penyakit infeksi meningitis dapat
dilakukan dengan pemberian vaksin pada bayi agar mendapatkan kekebalan
tubuh terhadap bibit penyakit tersebut.
Untuk meningitis dengan bakteri Haemophilus influenza dapat dicegah
dengan pemberian imunisasi vaksin gabungan H. influenza tipe b yang dapat
diberikan mulai pada sekitar usia 2 bulan atau sesegera mungkin sesudahnya.
Untuk mencegah terinfeksi meningitis bakteri N. meningitidis pada anak
resiko tinggi umur di atas 2 tahun dianjurkan untuk mendapatkan vaksin
quadrivalen meningokokus terhadap serogrup A, C, Y, dan W135. Vaksin ini
dapat diberikan untuk kontak terpajan dan selama epidemik penyakit
meningokokus.
Untuk penderita resiko tinggi meningitis bakteri S. pneumonia harus
mendapat vaksin pneumokokus. Sedangkan pada meningitis virus, dapat
dicegah dengan pemberian vaksin virus yang efektif untuk polio, campak,
parotitis, dan rubella. Pencegahan juga dapat dilakukan dengan mengurangi
kontak langsung dengan penderita, mengurangi tingkat kepadatan di
lingkungan perumahan dan lingkungan seperti barak, sekolah, tenda, dan
kapal.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini dan
pengobatan segera.
3. Pencegahan Tersier
Pada tingkat pencegahan ini bertujuan untuk menurunkan kelemahan
dan kecacatan akibat meningitis dan membantu penderita untuk melakukan
penyesuaian terhadap kondisi-kondisi yang tidak diobati lagi, dan mengurangi
kemungkinan untuk mengalami dampak neurologis jangka panjang misalnya
tuli atau ketidakmampuan untuk belajar.32 Fisioterapi dan rehabilitasi juga
dapat dilakukan untuk mencegah dan mengurangi cacat
E. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identifikasi pasien
Pada pengkajian identitas yang perlu ditekankan adalah umur, karena
Meningitis paling sering menyerang anak-anak dengan usia < 15 tahu n
b. Keluhan utama
Alasan paling menonjol pada pasien Meningitis ketika dating ke RS
adalah penurunan kesadaran, kejang dan anak lemah
c. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan ada-ada keluhan panas mendadak yang disertai menggil dan
saat demam kesadaran komposmentis . turunnya panas terjadi antara hari
ke-3 s/d ke-7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan
batuk, pilek, nyeri telan, mual muntah, anoreksia, diare/konstipasi, sakit
kepala, nyeri oto dan persendian, nyeri ulu hati dan pendarahan pada
kulit, gusi dll
d. Riwayat penyakit dahulu/yang pernah dialami
Penyakit apapun yang pernah diderita, pada Meningitis anak baru
mengalami serangan ulangan Meningitis dengan tipe virus dan bakteri
yang berbeda
e. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindarkan
f. Riwayat gizi
Status gizi anak yang terkena Meningitis dapat bvervariasi karena semua
anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko bila terdapat
factor predisposisinya. Anak yang menderita Meningitis sering
mengalami keluhan mual muntah, dan nafsu makan .Bila kondisi ini
berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang cukup maka
akn mengalami
g. Kondisi lingkungan
Menigitis sering diderita oleh orang-orang yang tinggal didaerah padat
penduduk & lingkungan yang kurang bersih hingga menyebabkan
munculnya virus dan bakteri
h. Pola kebiasaan
1) Nutrisi & Metabolisme : Nafsu makan menurun
2) Eliminasi : Pada Meningitis grade III- IV dapat terjadi
hematuna
3) Istirahat Tidur : Anak dapat mengalami kurang tidur akibat
nyeri oto/
Persendian
4) Kebersihan : b/d upaya keluarga untuk menjadi kebersihan
lingkungan, terutama sarang nyamuk
5) Perilaku : b/d tanggapan/ respon keluarga bila ada
anggota keluarga
yang sakit atau bagaimana untuk menjadi
kesehatan.
i. Pemeriksaan Fisik
Berdasarkan Grade Meningitis keadaan fisik anak adalah sebagai berikut :
1) Grade I : Kesadaran komposmentis, kead umum lemah,
adanya
perdarahan spontan TD & N lemah
2) Grade II : Kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah,
nadi lemah,
kecil & tidak teratur serta TD menurun
3) Grade III : Kesadaran apatis, somnolen, lemah, N lemah,
kecil dan
tidak bisa teratur serta TD menurun
4) Grade IV : Kesadaran koma, N tidak teraba, TD tidak dapat
diukur, rr
tidak teratur, aknal dingin, berkeringat & kulit
tampak biru.
j. Kepala & Leher
Muka tampak kemerahan karena demam, konjungtiva anemis & epitaksis
pada ge II, III & IV Mukosa mulut kering, eksmosis & nyeri telan.
k. Dada
Bentuk simetris, kadang terdapat sesak napas. Pada px poto thorax
terdapat cairan yang tertimbun pada panu kanan (efusi pleura). Ronkhi
biasanya terdapat pada gr III & IV.
l. Abdomen
Biasanya mengalami nyeri tekan, hepatomegali & asitas.
m. Sistem Integumen
Adanya ptekia pada kulit, turgor mnurun , muncul keringat dingin &
lembab, kuku sianomis, CRT >3 dtik.
n. Ekstermitas
Akral dingin, nyeri otot & persendian.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Intoleransi Aktivitas b/d Kelemahan otot umum
sekunder
b. Ketidakefektifan jalan nafas b/d kejang
c. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b/d
penyumbatan

3. Rencana Perawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional Ttd


Keperawatan

1. Intoleransi Setelah dilakukan 1. Kaji - Mempengaruhi


Aktivitas b/d
tindakan kemampuan pilihan
Kelemahan keperawatan pasien intervensi
otot umum selama 1 x 24 jam, melakukan - Memberikan
sekunder diharapkan aktivitas informasi dan
dapat 2. Awasi TTV perkembangan
mempertahankan sesudah tingkat
aktivitas , aktivitas catat aktivitas anak
dengan KH : respon - Meningkatkan
- Melaporkan terhadap istirahat untuk
penigkatan toleransi tingkat menurunkan
aktivitas aktivitas kebutuhan
- Menunjukan 3. Berikan oksigen
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional Ttd
Keperawatan
penurunan tanda lingkungan - Membantu bila
fisiologis intoleransi yang tenang perlu, harga
misal nadi dan dan pola diri
pernafasan normal bermain yang ditingkatkan
- Menunjukan nyaman dan bila pasien
perilaku hidup sehat aman melakukan
4. Berikan sendiri
bantuan dalam
aktivitas pasien - Nutrisi yang
bila pasien tepat
tidak memperlancar
memungkinkan sirkulasi darah
untuk ke jaringan
melakukan
5. Kolaborasi
pemberian
nutrisi pasien

2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan1. Kaji frekuensi - Kecepatan


jalan nafas b/d
keperawatan selama 1 x 24 kedalaman biasanya
kejang jam fungsi pernafasan pernnafasan meningkat dan
adekuat, dengan KH : dan ekspansi terjadi
- Mendemostrasikan dada peningkatan
batuk efektif dan 2. Auskultasi kerja nafas
suara nafas yang bunyi nafas - Bunyi nafas
bersih dan catat menurun atau
- Menunjukan jalan adanya bunyi tidak ada jalan
nafas yang paten nafas nafas
(klien tidak merasa adventisius
tercekik,irama nafas, seperti krekels
frekuensi pernafasan dan mengi - Dapat
dalam rentang 3. Anjurkan meningkatkan
noramal ) pasien pola nafas
- Mampu melakukan - Memaksimalka
mengidentifikasi nafas dalam . n bernafas
dan mencegah faktor 4. Kolaborasi dengan
yang dapat pemberian meningkatkan
menhambat jalan tambahan masukan
nafas oksigen . oksigenasi .
- Mengidentifika
si defisiensi &
5. Kolaborasi kebutuhan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional Ttd
Keperawatan
pemeriksaan pengobatan
darah lengkap atau respon
terhadap terapi
3. Resiko Setelah dilakukan 1. Monitoring -Memberikan info
ketidakefektifan tindakan keperawatan vital, kaji tentang derajat
perfusi selama pengisian atau
jaringan otak b/d1 x 24 jam, kapiler,warna keadekuatan
penyumbatan diharapkan klien tidak kulit atau perfusi
mengalami membra jaringan-
pendarahan, dengan mukosa jaringan
KH : membantu
2. Catak keluhan menentukan
- Berkomunikasi rasa dingin, intervensi
dengan jelas pertahankan
Sesuia suhu -Vasokontriksi
dengan kemampuan lingkungan dan penurunan
- Tekanan sistol dan tubuh hangat sirkulasi
diastol dalam sesuai indikasi. perifer
rentang yang kenyamanan
diharapkan klian atau
kebutuhan rasa
3. Kaji kulit
hangat .
untuk rasa
-Perubahan
dingi, pucat,
menunjukan
sianosis,
penurunan
keterlambatan
sirkulasi atau
pengisian
hipoksia
kapiler .
-Dehidrasi tidak
4. Pertahankan
hanya
intake cairan
menyebabkan
.
hipovolemia,
5. 5.Kolaborasi
tetapi juga
pemeriksaan darah
meningkatkan
lengkap
oklusi kapiler
dan penurunan
perfusi ginjal
-Mengidentifikasi
defisiensi dan
kebutuhan
pengobatan
atau respon
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional Ttd
Keperawatan
terhadap nyeri

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut Smeltzer (2001), Meningitis merupakan radang pada meningen
(membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh
virus, bakteri atau organ-organ jamur.
Penyebab dari penyakit meningitis antara lain Bakteri; Mycobacterium
tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis
(meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus,
Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas
aeruginosa. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia
Faktor predisposisi yang berperan antara lain jenis kelamin laki laki lebih
sering dibandingkan dengan wanita. Faktor maternal anatar lain ruptur membran
fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan. Sedangkan faktor
imunologinya adalah defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.
Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan
sistem persarafan. Meningitis dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu
Meningitis serosa dan Meningitis purulenta.
Intervensi yang dapat diberikan kepada pasien dengan meningitis antara lain:
a. beri tindakan isolasi sebagai pencegahan Tirah baring dengan posisi kepala
datar.
b. Pantau adanya kejang
c. Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin di atas mata, berikan posisi
yang nyaman kepala agak tinggi sedikit, latihan rentang gerak aktif atau pasif
dan masage otot leher.
d. Kaji derajat imobilisasi pasien.
e. Pantau perubahan orientasi, kemamapuan berbicara,alam perasaaan, sensorik
dan proses pikir.
f. Kaji status mental dan tingkat ansietasnya
B. SARAN
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya mahasiswa
keperawatan dapat memperoleh ilmu yang lebih tentang penyakit meningitis dan
bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan meningitis.
Semoga makalah ini dapat dijadikan sumber literature yang layak digunakan
untuk mahasiswa
DAFTAR PUSTAKA

Long, Barbara C. perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan.


Bandung : yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan; 1996

Doenges, Marilyn E, dkk.(1999).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih Bahasa, I Made
Kariasa, N Made Sumarwati. Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester,
Yasmin asih. Ed.3. Jakarta : EGC.

Amin Huda Nurarif , 2013. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda . Edisi 2 Jakarta: Media action

Doenges, E.M.2000.Rencana asuhan keperawatan. Edisi 3 EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai