Anda di halaman 1dari 26

TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III


ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN
SISTEM PERSARAFAN (STROKE)

Disusun Oleh :
Rosinta Oktaviani NIM : 009.01.31.17
Rita Yuniarti NIM : 010.01.31.17

1
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem persarafan
(meningitis, tetanus dan mielopati). Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Ns.
Aprilliani Siburian, S. Kep, MSN selaku dosen mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah III yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan, serta pengetahuan kita mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan
penyakit stroke.Kami juga menyadari, sepenuhnya bahwa dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang. Mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri, maupun orang yang membacanya terima kasih.

Jakarta, September 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Umum................................................................................................................. 1
Bab II Pembahasan
2.1 Definisi............................................................................................................................ 2
2.2 Anatomi Fisiologi........................................................................................................... 2
2.2.1 Sistem Saraf Pusat................................................................................................ 3
2.2.2 Sistem Saraf Tepi.................................................................................................. 7
2.3 Etiologi............................................................................................................................ 9
2.4 Patofisiologi.................................................................................................................... 12
2.5 Manifestasi Klinik........................................................................................................... 15
2.6 Farmakologi.................................................................................................................... 15
2.7 Terapi Diet...................................................................................................................... 16
2.8 Asuhan keperawatan pada klien dengan stroke.............................................................. 16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 21
3.2 Saran............................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................ 22

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penderita stroke saat ini menjadi penghuni terbanyak dibangsal atau
ruangan pada hampir semua pelayanan rawat inap penderita penyakit saraf.
karna, selain menimbulkan beban ekonomi bagi penderita dan keluarganya,
stroke juga menjadi beban pemerintah dan asuransi kesehatan.
Berbagai fakta menunjukkan bahwa sampai saat ini stroke masih
merupakan masalah utama di bidang neurologi maupun kesehatan pada
umumnya untuk mengatasi masalah ini diperlukan strategi penanggulangan
stroke yang mevncakup aspek preventif, terapi rehabilitasi, dan promotif.
Keberadaan unit stroke dirumah sakittak lagi sekedar pelengkap tetapi
sudah menjadi keharusan, terlebih bila melihat angka penderita stroke yang
terus meningkat dari tahun ketahun di Indonesia. Karna penangganan stroke
yang cepat, tepat dan akurat akan meminimalkan kecacatan yang ditimbulkan.
Untuk itulah penulis menyusun makalah mengenai stroke yang menunjukkan
masih menjadi salah satu pemicu kematian tertinggi di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apakah definisi stroke?
b. Apakah etiologi stroke?
c. Apakah patofisiologi stroke?
d. Bagaimana farmakologistroke?
e. Bagaimana asuhan keperawatan stroke?

1.3 Tujuan Umum


1. Untuk memberrikan pengalaman tentang asuhan keperawatan dengan kasus
stroke
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui patofisologi stroke

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Stroke timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang
menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan
penderita menderita kelumpuhan atau bahkan kematian. Ada dua klafikasi
umum cedera serebrovaskular, yaitu stroke iskemik dan hemoragik. Stroke
iskemik terjadi akibat penyumbatan aliran darah ateri yang lama kebagian
otak dan stroke hemoragik terjadi akibat pecahnya pembuluh darah.

Sumber: Keperawatan Medikal Bedah II,2016

2.2 Anatomi Fisiologi


Sistem saraf merupakan jaringan sistem manunggal dan terpadu.
Sistem saraf dikelompokkan menjadi dua yaitu, sistem saraf pusat dan saraf
tepi.
Sistem saraf manusia mempunyai struktur yang kompleks dengan
berbagai fungsi yang berbeda saling mempengaruhi. Satu fungsi saraf
terganggu secara fisiologi akan berpengaruh terhadap fungsi tubuh yang lain.
Sistem Saraf dikelompokan menjadi dua bagian besar yaitu susunan
saraf pusat/Central Nervous System (CNS) dan susunan saraf
perifer/Peripheral Nervous System (PNS).

2
2.2.1 Sistem Saraf Pusat
Sistem saraf pusat terdiri dari otak sampai medula spinalis.
Masing-masing lindungi oleh tulang tengkorak. Sistem saraf pusat
meupakan sistem sentral pengontrol tubuh yang menerima,
menginterprestasi dan mengintegrasi semua stimulus, serta
menyampakan implus saraf otot dan kelenjar.
1. Otak
Otak manusia memiliki berat sekitar 1.400 gram dan tersusun oleh
sekitar 100 miliar neuron. Masing-masing neuron mempunyai 1.000
sampai 1.000 koneksi sinaps dengan sel sel saraf lainnya. Otak
merupakan jaringan yang konsistensinya kenyal dan terletak
didalam ruangan yang tertutup oleh kranium (tulang tengkorak) dan
diselubungi oleh jaringan yang disebut selaput meninges. Selaput
meninges dibedakan menjadi tiga, yaitu lapisan keluar yang melekat
pada tulang (duramater), lapisan tengah antara durameter dan
piameter (arachnoid), dan lapisan selaput otak yang paling dalam
yang langsung berhubungan dengan permukaan jaringan otak serta
mengikuti konvulosinya (piamater)

Sumber: Steemit.com, 2017

3
Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar
(serebrum), otak depan (diensefalon) otak tengah (mesensefalon),
otak kecil (serebelum), sumsum lanjutan (medulla oblongata), dan
pons.
a Otak Besar (Serebrum)
Merupakan sruktur system saraf yang terbesar dan paling
rumit. Bagian otak ini terdiri dari sepasang hemisfer yang
tersusung oleh 3 hal:
1. Korteks serebri
2. Massa putih/ substansi alba
3. Ganglia basal
b Otak Tengah (Mesensefalon)
Segemen batang otak yang berlokasi antara diensofalon dan pons.
Bagian otak ini merupakan penghubung antara pons dan
serebelum dengan serebrum. Struktur anatomi fungsional otak
tengah terdiridari empat bagian:

1. Tektum
2. Tegmentum
3. Substansia nigra
4. Pendukulus serebri
c Otak Depan (Diensefalon)

Diensefalon adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan


struktur-struktur disekitar ventrikel ketiga dan membentuk inti
bagian dalam serebrum. Diensefalon biasanya dibagi menjadi
empat wilayah yaitu, talamus, subtalamus, epitalamus dan
hipotalamus. Diensefalon memproses rangsang sensorik dan
membantu mencetuskan atau memodifikasi reaksi tubuh terhadap
rangsang-rangsang tersebut.

4
d Otak Kecil (Serebelum)
Serebelum memiliki 3 fungsi utama, yaitu mempertahankan
postur dan keseimbangan, tonus otot dan koordinator gerakan
volunteer
2. Pembuluh darah otak
Sirkulasi darah ke otak ada sirkulasi anterior dan sirkulasi
posterior. Sirkulasi anterior adalah arteri karotis komunis dengan
cabang distolnya yaitu arteri karotis internal, arteri serebri media
dan arteri serebri anterior. Sirkulasi posterior adalah vertebrobasilar
yang berasal dari arteri vertebralis kanan dan kiri kemudian bersatu
menjadi arteri basilaris dan seluruh percabangannya termasuk
cabang akhirnya yaitu arteri serebri posterior kanan dan kiri.
Ada tiga sirkulasi yang membentuk sirkulasi willisi di otak.
Ketiga sirkulasi tersebut adalah 1) sirkulasi anterior terdiri dari
arteri serebri media, arteri serebri anterior dan arteri komunikans
anterior yang menghubungkan kedua arteri serebri anterior, 2)
sirkulasi posterior yang terdiri dari arteri serebri posterior dan 3)
arteri komunikans posterior yang menghubungkan arteri serebri
media dengan arteri serebri posterior. Kegunaan sirkulasi Willisi ini
adalah untuk proteksi terjaminnya pasokan darah ke otak, apabila
terjadi sumbatan di salah satu cabang. Contohnya bila terjadi
sumbatan parsial pada proksimal dari arteri serebri anterior kanan,
maka arteri serebri kanan ini akan menerima darah dan arteri
karotis komunis lewat arteri serebri anterior kiri dan arteri
komunikans anterior(modul, neurovascular perdossi,2009)

5
Sumber: The Anatomical Basis of Medicine and sugery , 2008

Arteri serebri anterior memperdarahi daerah medis hemisfer


serebri, lobus frontal bagian superior dan lobus pariental bagian
superior. Arteri serebri media memperdarahi daerah lobus frontal
inferior, parietal inferolateral dan lobus temporal bagian lateral.
Arteri serebri posterior memperdarahi lobus oksipital dan lobus
temporal bagian medial.
Batang otak memperdarahi secara ekslusif dari sirkulasi
posterior. Medulla oblongata menerima darah dari arteri vertebralis
melalui arteri perforating medial dan lateral, sedangkan pons dan
midbrain (mesensefalon) menerima darah dari arteri basilaris yaitu
perforating lateral dan medial.
e Pons merupakan jembatan penghubung antara otak tengah
dengan medula oblongata
f Sumsum Lanjutan (Medulla Oblongata)
Sumsum lanjutan berfungsi menghantar impuls yang
datang dari medula spinalis menuju ke otak. Sumsum
sambung juga memengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti

6
detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi,
gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan.
g Sumsum Tulang Belakang

Sumsum tulang belakang memiliki 2 fungsi utama,


yaitu sebagai penghubung impuls yang berasal dari otak serta
sebagai pusat gerak refleks. Sumsum tulang belakang
menempati rongga tulang belakang dan berbentuk
memanjang.

Sumber: Pendidikan.co.id, 2017


Saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31 pasang
saraf gabungan. Berdasarkan asalnya, saraf sumsum tulang
belakang dibedakan atas 8 pasang saraf leher (servikal), 12
pasang saraf punggung (thorakal), 5 pasang saraf pinggang
(lumbal), 5 pasang saraf pinggul (sakral), dan satu pasang
saraf ekor (koksigeal).

2.2.2 Sistem Saraf Tepi


Sistem saraf tepi adalah terdiri dari sel-sel dan serabutnya
yang terletak di luar system saraf pusat yang merupakan
membawa informaasi keseluruh bagian tubuh.

7
a. Saraf somatik
Saraf somatik terdiri dari sel-sel saraf yang menerima
dan memproses input sensorik eksternal dari reseptor
sensorik serta menghantarkannya menuju susunan saraf
pusat. Sistem ini meregulasi kontraksi volunter otot rangka,
saraf somatik terbagi menjadi 12 pasang saraf kranial, 12
pasang saraf kranial yaitu:

Sumber: id.wikipedia.org, 2017

Kompone
Saraf Kranial n Fungsi
I. Nervus
Olfaktorius Sensorik Penciuman
II. Nervus Optikus Sensorik Penglihatan
III. Nervus
Okulomotorius Motorik Mengangkat bola mata atas konstriksi pupil
IV. Nervus
Troklearis Motorik Gerakan mata kebawah dan kedalam
Otot temporalis dan maseter (menutup
V. Nervus rahang dan mengunyah gerakan rahang
Trigeminus Motorik kelateral
VI. Nervus Abdusen Motorik Deviasi mata kelateral
Otot-otot ekspresi wajah termasuk otot
VII. Nervus Facialis Motorik dahi, sekeliling mata serta mulut
VIII. Nervus
Audiotorius Sensorik Pendengaran
IX. Nervus
Glosofaringeus Motorik Faring: menelan, refleks muntah
X. Nervus Vagus Motorik Faring: menelan
Sensorik Faring, laring: refleks muntah
XI. Nervus
Aksesorius Motorik Menggerakan kepala, leher dan bahu
XII. Nervus Hipoglosus Motorik Pergerakan lidah

8
Sumber: Buku Gangguan Sistem Persarafan, 2012
b. Saraf otonom
Saraf otonom terbagi menjadi 2 yaitu:
Sistem saraf simpatik, yang mempunyai aktifitas stimulus
khususnya pada keadaan darurat. Responnya antara lain adalah
peningkatan denyut jantung dan kekuatan otot jantung,
peningkatan gula darah dan peningkatan tekanan darah.
Sistem saraf parasimpatik, berkaitan dengan aktifitas untuk
konservasi dan restorasi, seperti penurunan denyut jantung dan
kekuatannya aktivitas gastrointestinal (pencernaan dan absorbsi
makanan).

Sumber: Ilmudasar.com,2016
2.3 Etiologi
Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu: stroke iskemik dan stroke hemoragik
a. Stroke iskemik (non hemoragik) yaitu tersumbatnya pembuluh darah
yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan
terhenti. 80% stroke adalah stroke iskemik.
Stroke iskemik dibagi menjadi 3 jenis , yatu :
1. Stroke trombotik: proses terbentuknya thrombus yang membuat
penggumpalan

9
2. Stroke embolik: tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah

b. Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya


pembuluh darah otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada
penderita hipertensi.
Stroke hemoragik ada 2 jenis, yaitu :
1. Hemoragik intraserebal: pendarahan yang terjadi didalam jaringan
otak
2. Hemoragik subaraknoid: pendarahan yang terjadi pada ruang
subraknoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan
jaringan yang menutupi otak)

10
2.4 Patofisiologi

Factor pencetus / etiologi Penimbunan lemak / kolesterol Lemak yang sudah nekrotik Mengandung kolesterol
yang meningkat dalam drah dan berdegenarasi dengan infiltrasi
limfosit (thrombus)

Arteriosklerosis Pembuluh darah Penyempitan pembuluh


menajadi kaku dan pecah darah (oklusi vaskuler)

Thrombus / emboli di
cerebral Alirah darah terhambat
Stroke hemoragik Kompresi jaringan otak
Stroke non hemoragik
Eritrosit bergumpal,
Heriasi endotel rusak

Suplai darah dan o2 ke


Proses metabolism
otak Cairan plasma hilang
dalam otak terganggu

Resiko ketidakefektifan Peningkatan TIK Edema cerebral


perfusi jaringan otak
12
Gangguan rasa
nyaman nyeri

Arteri carotis interna Arteri vertebra basilaris Aretri cerebri media

Disfungsi N.II
(OPTIKUS) KERUSAKAN N.I Kerusakan Disfungsi N.XI
(Olfaktorius ), N II neurocerebrospinal N. VII (assesories)
( optikus), N. IV (Faciaslis), N.IX
Pe aliran darah (Troklearis ), N. XII (glosofaringeus )
(hipoglasus )
Pe fungsi motoric
Perubahan ketajaman Control facial/oral dan muskuluselektal
sensori, penghidu, menjadi lemah
Penurunan kemampuan
penglihatan dan
retina untuk menangkap
pengecap
obyek/bayangan
Ketidakmampuan bicara
Ketidakmampuan,
kebutaan menghidu, melihat, kelemhan pada
mengecap satu/keempat
Kerusakan articular, anggota gerak
tidak dapat berbicara
(disatria)
Resiko jatuh Mk: Ganguaan Heniparase/piagi
perubahan persepsi kanan/kiri
sensori Mk: Kerusakan
komunikasi verbal

13
Kerusakan komunikasi Tirah baring lama
Penurunan fungsi N.X
fisik
(vagus) dan
glosovaringeus
Kerusakan integritas Luka deku bitus
kulit
Proses menelan tidak
efektif

refluks Mk: Gangguan menelan

disfagia

anoreksia

Mk: Ketidakseimbangan
nutrisi dari kebutuhan
tubuh

14
2.5 Manifestasi Klinis
a Kesulitan berbicara dan kebingungan.
b Kelumpuhan atau mati rasa pada wajah, lengan atau kaki. Kesulitan
melihat dalam satu atau kedua mata.
c Sakit kepala
d Kesulitan berjalan

2.6 Farmakologi :
1) Stroke iskemik
Untuk mengobati stroke iskemik, aliran darah ke otak harus cepat
dikembalikan dengan beberapa prosedur berikut:
Terapi dengan obat penghancur gumpalan darah harus dimulai dalam
4,5 jam jika mereka diberikan ke pembuluh darah (semakin cepat,
semakin baik). Perawatan cepat tidak hanya meningkatkan peluang
pasien untuk bertahan hidup tetapi juga dapat mengurangi komplikasi.
Obat yang mungkin diberikan adalah injeksi intra-vena activator
plasminogen jaringan (tPA) injeksi intra-vena activator plasminogen
jaringan rekombinan (tPA), juga disebut alteplase, dianggap sebagai
pengobatan standar untuk stroke iskemik. Injeksi (tPA) biasanya
diberikan di melalui vena di lengan.

2) Stroke hemoragik
Stroke hemoragik berfokus pada pengendalian pendarahan dan
mengurangi tekanan di otak. Pasien yang mengkonsumsi warfarin
(coumadin, jantoven) atau obat anti platelet seperti clopidogrel (Plavix)
untuk mencegah pembekuan darah, sebaiknya diberikan obat-obatan
transfuse produk darah untuk melawan efek pengencer darah. Selain
itu, pasien dapat diberikan obat untuk menurunkan tekanan diotak

15
(tekanan intrakranial), menurunkan tekanan darah, dan mencegah
vasospasme atau kejang. Setelah pendarahan diotak berhenti, perawatan
biasanya melibatkan perawatan medis yang membantu tubuh menyerap
darah. Jika area perdarahan besar, dokter mungkin melakukan oeprasi
untuk

2.7 Terapi Diet


1. Diet rendah garam jika penyakit tidak ada penyerta
2. Nasi tim/Bubur
3. Lauk (ikan, ayam)
4. Konsumsi cairan 6-8 gelas/hari
5. Serat cukup, yaitu untuk mengurangi kadar kolestrol

2.8 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Stroke

A. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan untuk mencerna makanan, penurunan fungsi hipoglosus
2. Hambatan komunikasi verbal b.d penurunan fungsi otot facial / oral
3. Kerusakan mobilitas fisik b.d hemiparesis, kehilangan keseimbangan dan
koordinasi, spastisitas dan cedera otak.

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dankriteria hasil Intervensi

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari NOC NIC


kebutuhan tubuh
Manajemen nutrisi
 Status nutrisi : asupan
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk
makanan dan cairan - Kaji adanya alergi
memenuhi kebutuhan metabolik
 Status nutrisi : asupan

16
Yang ditandai dengan : nutrisi makanan
- Kolaborasi dengan ahli
 Kram abdomen
Setelah dilakukan tindakan gizi untuk menentukan
 Nyeri abdomen
keperawatan 3x24 jam. jumlah kalori dan nutrisi
 Menghindari makanan Dengan kriteria hasil : yang dibutuhkan pasien
 Berat badan 20% atau lebih dibawah - Adanya peningkatan - Anjurkan pasien untuk
berat badan ideal bearat badan sesuai meningkatkan intake fe
 Kerapuhan kapiler dengan tujuan - Anjurkan pasien untuk
 Diare - Berat badan ideal sesuai meningktakan protein dan
 Kehilangan rambut berlebihan dengan tinggi badan vitamin c
 Bising usus hiperaktif - Mampu mengidentifikasi - Berikan substansi gula
 Kurang makanan kebutuhan nutrisi - Yakinkan diet yang
 Kurang informasi - Tidak ada tanda tanda dimakan mengandung
 Kurang minat pada makanan malnutrisi tinggi serat utnuk
 Penurunan berat badan dengan asupan - Menunjukkan mencegah konstipasi
makanan adekuat peningkatan fungsi - Berikan makanan yang
pengecapan dari menelan terpilih (sudanh
 Kesalahan konsepsi
- Tidak terjadi penurunan dikonsultasikan dengan
 Kesalahan informasi
berat badan yang berarti ahli gizi)
 Membran mukosa pucat
 Ketidakmampuan memakan makanan - Monitor numlah nutrisi

 Tonus otot menurun dan kandungan kalori


- Berikan informasi tentang
 Mengeluh gangguan sensasi rasa
kebutuhan nutrisi
 Mengeluh asupan makanan kurang dari
- Kaji kemampuan pasien
RDA (recommended daily allowance)
untuk mendapatkan nutrisi
 Cepat kenyang setelah makan
yang dibutuhkan
 Sariawan rongga mulut
 Steatorea Pemantauan nutrisi
 Kelemahan otot pengunyah
- Bb pasien dalam batas
 Kelemahan otot untuk menelan
normal
- Monitor adanya
Faktor-faktor yang berhubungan : penurunan berat badan
- Monitor tipe dan
 Faktor biologis
jumlah aktivitas yang
 Faktor ekonomi
biasa dilakukan
 Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi
- Monitor interaksi anak

17
nutrient atau orang tua selama
 Ketidakmampuan untuk mencerna makan
makanan - Monitor lingkungan
 Faktor psikologis selama makan
- Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak
selama jama makan
- Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
- Monitor mual dan
muntah
- Monitor kadar
albumin, total
protein,Hb, dan kadar
Ht
- Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
- Monitor pucat,
kemerahan,dan
kekeringan jaringan
kongjungtiva
- Monitor kalori dan
intake nutrisi

Kerusakan mobilitas fisik b.d hemiparesis, NOC NIC


kehilangan keseimbangan dan keordinasi,  Gerakan sendi : - Latihan terapi :
2.
spatissitas, dan cedera otak aktif ambulasi
 Tingkat mobilitas - Monitoring
Definisi : keterbatasan pada keterbatasan fisik,
 Perawatan diri vitalsinging sebelum
tubuh atau satu lebih atau estrimitas secara
(ADLS) dan sesudah latihan
mandiri dan terarah
 Kinerja transfer dan lihat respon

18
Yang ditandai dengan : pasien saat latihan
Setelah dilakukan tindakan - Konsultasikan dengan
 Penurunan waktu reaksi
keperawatan 3x24 jam. terapi fisik tentang
 Kesulitan membolak balik posisi
Dengan kriteria hasil : rencana ambulasi
 Melakukan aktifitas lain sebagai - Klien meningkatkan sesuai dengan
pengganti pergerakan (misal :
dalam aktifitas fisik kebutuhan
meningkatkan perhatian pada aktifitas
- Mengerti tujuan - Bantu klien untuk
orang lain, mengendalikan prilaku,
dari peningkatan menggunakan tongkat
focus pada ketunadayaan atau aktifitas
mobilitas saat berjalan dan
sebelum sakit)
- Memverbalisasikan cegah terhadap cidera
 Dispnea setelah beraktifitas
perasaan dalam - Kaji kemampuan klien
 Perubahan cara berjalan meningkatkan dalam mobilisasi
 Gerakan bergetar kekuatan dan - Latih klien dalam
 Keterbatasan kemampuan melakukan kemampuan pemenuhan kebutuhan
keterampilan motoric halus berpindah ADLS secara mandiri
 Keterbatasan kemampuan melakukan - Memperagakan sesuai kemampuan
keterampilan motoric kasar penggunaan alat - Damping dn bantu
 Tremor akibat pergegerakan sendi abntu untuk klien saat mobilisasi
 Ketidakstabilan fostur mobilisasi ( wolker ) dan bantu penuhi
kebetuhan ADLS
klien
- Ajarkan klien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika
diperlukan

.3.3…. llpkpk2 3 Hambatan komunikasi verbal b.d penurunan NOC NIC


mle’jojgrepw'[zs fungsi otot facial / oral  Kontrol diri Peningkatan komunikasi :
defisit bicara
Definisi : penurunan, kelambatan, atau
Setelah dilakukan tindakan - Beri satu kalimat simple
ketiadaan kemampuan untuk menerima,
keperawatan 3x24 jam. setiap ketemu, jika
memproses, mengirim, dan / atau menggunakan
Dengan kriteria hasil : diperlukan
sistem symbol
 Komunikasi : - Konsultasikan dengan
Yang ditandai dengan : penerimaan intrepretasi dokter kebutuhan terapi
dan ekspresi pesan lisan,

19
 Tidak ada kontak mata tulisan, dan non verbal wicara
 Tidak dapat bicara meningkat - Dorong pasien untuk
 Kesulitan menyusun kalimat  Komunikasi ekspresif berkomunikasi secara

 Kesuiltan memahami pola komunikasi (kesulitan berbicara): perlahan

yang biasa penerimaan komunikasi - Dengarkan dengan penuh

 Kesuiltan dalam kehadiran tertentu dan interpretasi pesan perhatian


verbal atau non verbal - Berdiri didepan pasien
 Kesulitan menggunakan ekspresi wajah
 Komunikasi reseptif ketika berbicara
 Tidak bicara
(kesulitan mendengar): - Gunakan kartu baca,
 Dispnea
penerimaan komunikasi kertas, pensil, bahasa
 Ketidakmampuan menggunakan ekspresi
dsn interpretasi pesan tubuh, gambar, dan lain
tubuh
verbal atau non verbal lain untuk memfasilitasi
 Ketidakmampuan menggunakan ekspresi
 Gerakan terkoordinasi: komunikasi dua arah yang
wajah
mampu mengkoordinasi optimal
 Pelo
gerakan dalam - Beri anjuran kepada pasien
 Sulit bicara
menggunakan isyarat dan keluarga tentang
 Gagap
 Mampu mengontrol penggunaan alat bantu
 Deficit penglihatan total respon ketakutan dan bicara
 Bicara dengan kesulitan kecemasan terhadap - Berikan pujian positif
 Menolak bicara ketidakmampuan - Anjurkan kunjungan
berbicara keluarga secara teratur
Faktor yang berhubungan :  Mampu memanajemen untuk memberi stimulus
 Ketiadaan orang terdeket kemampuan fisik yang komunikasi
 Perubahan konsep diri dimiliki
- Anjurkan ekspresi diri
 Perubahan sistem saraf pusat dengan cara lain dalam
 Harga diri rendah kronik menyampaikan informasi
 Perubahan harga diri (bahasa isyarat)
 Perbedaan budaya - Konsultasikan dengan
 Penurunan sirkulasi ke otak dokter kebutuhan terapi
 Perbedaan yang berhubungan dengan usia wicara
perkembangan
 Gangguan emosi
 Kendala lingkungan
 Kurang informasi
 Hambatan fisik

20
 Kondisi psikologi
 Stress
 Efek samping obat (misal : agen
farmaseutikal)

BAB III

PENUTUP

3.1

3.1 Kesimpulan
Stroke timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang
menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan
penderita menderita kelumpuhan atau bahkan kematian (Batticaca, 2008).
Ada dua klafikasi umum cedera serebrovaskular, yaitu stroke iskemik dan
hemoragik.
Stroke iskemik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang
menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti,
sedangkan stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah otak.

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan
dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan pedoman pada banyak banyak sumber yang dapat dipertanggung

21
jawabkan. Maka dari itu penulis mengharapakan kritik dan saran mengenai
pembahasan makalah dalam kesimpulan diatas.

Daftar Pustaka

Satyanegara, 2014.Ilmu Bedah Syaraf.Edisi V.jakarta: PT.Gramedia.

Purwanto, Hadi.2016.Keperawatan Medikal Bedah II

Judith.,M.,2016.Diagnosis Keperawatan.Ed;X Diagnosa nanda-I, Intervensi Nic,


Hasil Noc

Nurarif, Huda, Amin & Kusuma, Hadi. 2016 .Asuhan Keperawatan Praktis. Edisi
Revis Jilid 2.Jogjakarata:MediaAction

Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Rudi haryono, ns., M. Kep. & Maria Putri Sari Utami, M. Kep. 2019. Keperawatan
Medikal Bedah II

22
23

Anda mungkin juga menyukai