Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

STROKE NON HEMORAGIK

KELAS : 3C KEPERAWATAN

DEVI FANESA PAKAYA 201801099

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIDYA NUSANTARA PALU

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah,Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Kami


panjatkan atas terselesaikannya makalah ini dengan judul (STROKE NON
HEMORAGIK) sebagai bahan ajar yang diberikan oleh dosen kepada Kami.

Selanjutnya, penyusun mengucapkan terimakasih kepada Ibu Sri Yulianti,


S.Kep.,Ns M.Kep yang telah memberikan bimbingan kepada kami dalam
penyusunan makalah ini.

Dengan terselesaikannya makalah ini kami berharap semoga makalah ini


dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.

Makalah ini tidaklah luput dari kekurangan, oleh karena itu kami
memohon maaf atas segala kekurangan tersebut dan kami harapkan saran dan
kritik untuk perbaikan makalah ini.

Demikian dari saya, atas perhatian kritik dan saran kami ucapkan terima
kasih.

Palu, September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar isi................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
B. Tujuan.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Anatomi Fisiologi......................................................................................3
B. Konsep Medis............................................................................................8
1. Definis.................................................................................................8
2. Aspek Epidiomologi............................................................................8
3. Etiologi................................................................................................9
4. Patofisiologi.........................................................................................10
5. Pathway...............................................................................................11
6. Manefestasi Klinis...............................................................................12
7. Klasifikasi............................................................................................13
8. Pencegahan..........................................................................................14
9. Penatalaksanaan..................................................................................15
10. Komplikas...........................................................................................16
C. Pencegahan primer,tersier dan sekunder...................................................17
D. Proses keperawatan
1. Pengkajian...........................................................................................20
2. Diagnosa Keperawatan........................................................................23
3. Intervensi dan Rasional.......................................................................24
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................32
B. Saran....................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut wiryanto stroke ini bisa mengenai siapa pun, terutama mereka yang
berusia 40 tahun ke atas. Dalam beberapa kasus, bahkan stroke menyerang
kalangan berusia muda. Salah satu penyebab tingkat meningkatnya kasus
penyakit pembuluh darah, seperti jantung dan stroke, adalah kurangnya
kesadran masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat.
Otak membutuhkan oksigen, meningkatkan usia harapan hidup, kemajuan
dibidang sosial ekonomi, serta perbaikan bidang pangan, tidak dibarengi
dengan kesadaran tersebut. Sebaliknya masyarakat kita sejak usia muda
dimanjakan dengan gaya hidup sembarangan.
Stroke secara mendis merupakan serangan otak. Padahal kita tahu, otak
adalah organ yang paling penting karena perannya dalam hamper semua
kegiatan yang dilakukan oleh tubuh manusia. Kegiatan-kegiatan itu mencakup
bergerak, merasa berfikir, berbicara, emosi, berkhyal, membaca, ,menulis,
berhitung, melihat, dan mendengar. Tugas yang beraneka ragam itu masing-
masing dikerjakan dengan koordinasi yang kompleeks dari bagian-bagian otak.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi stroke non hemoragik?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi stroke non hemoragik?
3. Bagaimana aspek epidemiologi stroke non hemoragik?
4. Apa saja penyebab atau etiologi stroke non hemoragik?
5. Bagaimana patofisiologi stroke non hemoragik?
6. Bagaimana pathway stroke non hemoragik?
7. Bagaimana manifestasi klinis stroke non hemoragik?
8. Bagaimana klasifikasi stroke non hemoragik?
9. Bagaimana cara pencegahan stroke non hemoragik?
10. Bagaimana penatalaksanaan stroke non hemoragik?
11. Apa saja komplikasi stroke non hemoragik?
12. Bagaimana pengkajian stroke non hemoragik?

1
13. Bagaimana diagnosa keperawatan stroke non hemoragik?
14. Bagaimana intervensi dan rasional stroke non hemoragik?
15. Apa saja komplikasi stroke non hemoragik?
16. Bagaimana hasil penelitian dalam keperawatan medis dalam keadaan
darurat

C. Tujuan
Diperoleh pengalaman nyata dalam menerapkan asuhan keperawatan klien
stroke non hemoragik melalui pendekatan proses keperawatan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi Fisiologi

Menurut syaifuddin, otak terdiri dari 3 bagian penting:

a. Serebelum (otak kecil)
Fungsi serebelum adalah:
1. Pusat penerima impuls dari reseptor sensori umum(paleaserebelum)
2. Untuk keseimbangan dan rangsangan pendengaran ke otak(arkhiosereb
elum)
3. Untuk mengatur gerakan (noeserebekum) 
b. Sereberum (otak besar)
Otak besar merupakan bagian terluar dan terbesar dari otak, berbentuktelur 
dan mengisi penuh bagian depan atas rongga tengkorak.Serebelum terdiri 4 l
obus yaitu,:
1. Lobus frontalis
2. Lobus parietalis
3. Lobus temporalis
4. Lobus oktipitalis
Adapun fungsi serebelum terdiri dari:

3
a. Mengingat pengalaman masa lalu
b. Pusat persarafan yang menangani aktifitaas mental, akal,intelegensi, kein
ginan dan memori.
c. Pusat menangis, BAB, dan BAK.
c. Batang otak
Batang otak terdiri dari diensefalon, mesensefalon, pons varoli danmedula o
blongata.
1. Diensevalon, bagian batang otak paling atas yang berfungsi:
a. Vasokonstriktor, mengecilkan pembuluh darah,
b. Respiratori/membantu proses pernafasan,
c. Mengontrol kegiatan refleks,
d. Membantu pekerjaaan jantung.
2. Mesensefalon berfungsi:
a. Membantu bola mata dan mengangkat kelopak mata,
b. Memutar mata dan pusat pergeraakaan mata.
3. Pons varoli berfungsi:
a. Penghubung antara kedua bagian serebelum,
b. Pusat saraf trigeminus
4. Medula oblongata berfungsi:
a. Mengontrol pekerjaan jantung
b. Mengecilkan pembuluh darah
c. Pusat pernafasan
d. Mengontrol kegiatan reflex
Cairan serebro spinalis diperoleh dalam ventrikel otak, didalam kanalis
sentralis medulla spinalis dan didalam organ subaraknoid.Lingual bekerja
sebagai bantalan pada system saraf menunjang bobot otak.cairan serebro spinal
dibuat pada ventrikel dipleksus khoroidesus mensekresi 500-570ml cairan
serebsopinal.Namun hanya 125-150ml yang bersirkulasi disekitar otak dan
medulla spinalis.Cairan kembali keotak dan di arbsorb diruruang
subrakhoid.Kemudian cairan serenro spinalis terus masuk kedalam sirkulasi
sistematik.

4
System sirkulasi pada otak terdiri dari perpaduan arteri-arteri yang besar
mengirimkan darah kedaerah:
1. Arteri karotis antara 60%-80% dari suplai darah
a. Arteri serebral anterior
1. Permukaan medial dari modus frontalis dan parientalis
2. Basl gangloir
3. Bagian dan kapsul korpus colsum intana
b. Arteri serebral media
1. Permuaan lobus parientalis dan temporalis
2. Prasental (motorik)
3. Giri paksa dsental (sensori)
2. Arteri vertebralis 20% dari suplai darah
a. Arteri basilaris
1. Batang otak
2. Cereblum
b. Arteri cerebral
1. Sebagian lobus temporal dan oksipital
2. Organ-organ vestibular
3. Apparatus cochlear

Meningen merupakan selaput yang membungkus otak dan sum-sum tulang


belakang. Melindungi struktur saraf halus yang membawa pembuluh darah dan
cairan sekresi selaput otak terdiri dari 3(tiga) lapisan :

1. Durameter
Merupakan lapisan paling luar. Menutup otak dan medulla spinalis. Sifat
dura materliat, tebal tidak elastis, berupa serabut dan berwarna abu-abu.
Bagian pemisah dura : faal-faal serebri yang merupakan lipatan dura yang
membentuk jaring-jaring membran yang kuat.
2. Arakhnoid
Merupakan membran bagian tengah, membran yang bersifat tipis dan
lembut ini mempunyai sarang laba-laba karena itu di sebut arachnoid.
Membran ini berwarna putih karena tidak dialiri darah. Pada dinding

5
arachnoid terdapat plelsus khoroid yang bertanggung jawab memproduksi
cairan serebrospinalis (CSS).
3. Piameter
Merupakan membran yang paling dalam berupa dinding yang tipis,
transparan yang menutupi otak dan meluas kesetiap lapisan daerah otak.
Cerebrum terbagi menjadi 2 bagian yaitu : hemister kiri dan kanan terdiri
dari 4 lobus utama yaitu frontal, pariental, temporal, oksipital. Cerebrum
adalah bagian terbesar dari otak dibungkus dari sebelah luar dengan
serebral korteks. Bagian luar hemister terdiri dari substansia grisea yang
disebut sebagai korteks serebri terletak di atas substansial alba yang
merupakan bagian dalam hemister dan dinamakan pusat medulla.
Area broca terletak di tengah konvulsi arteri serebral bagian tengah,
daerah ini bertanggung jawab untuk mengontrol kombinasi gerakan otot
yang dibutuhkan untuk mengucapkan masing-masing kata, sel-sel yang
menentukan otot-otot bicara berada di dalam area motorik pada korteks,
pengucapan membutuhkan sebuah kombinasi atau rangkaian kombinasi
kontaksi, tetapi juga tengkorak, lidah, pelatum mole, bibir dan dinding dada
harus berkontraksi. Sel-sel konvulsi broka langsung berhubungan dengan
sel-sel area motorik yang membuat kontrkasi otot pada waktu yang telat
dan dengan kekuatan yang sesuai.
Susunan saraf terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang (medulla
spinalis). Masing-masing dilindungi oleh tulang tengkorak dan kolumna
vertebralis, susunan saraf pusat merupakan system sentral pengontrol tubuh
yang menerima, menginterpretasi, danmengintegrasi semua stimulus
menyampaikan implus ke saraf otot dan kelenjar serta menciptakan aksi
selanjutnya.

4. Susunan saraf perifer


system saraf perifer terdiri dari saraf kranial, saraf spinal dan ganglia
(kumpulan sel saraf. Saraf kranial akan berhubungan dengan otak,
sementara saraf spinal berkaitan dengan medulla spenalis, susunan saraf

6
jenis ini terdiri dari sel-sel saraf, dan serabutnya terletak di luar otak dan
medulla spinalis, yang merupakan penghubung kebagian tubuh lainnya.
Ada dua tipe sel saraf pada susunan saraf perifer yaitu :
a. Aferen sensorik yang merupakan sel saraf yang menghantarkan informasi
darireseptor sensorik menuju susunan saraf pusat.
b. Aferen motorik yang meupakan sel saraf yang menghantarkan informasi
dari susunan saraf pusat menuju efektor (otot atau kelenjar).
5. Susunan saraf visceral
Divisi vesceral sensorik (Aferan visceral) mencangkup struktur neural
yang menghantarkan informasi sensorik dari reseptor organ visual :
kardiovaskuler, respirasi, digestif, traktus urinarius dan sistem reproduksi.

7
B. Konsep Medis
1. Defenisi
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer C.
Suzanne, 2002).
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah gangguan neurologik
mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah
melalui system suplai arteri otak (Sylvia A Price, 2006)
Stroke non hemoragik adalah sindroma klinis yang awalnya timbul
mendadak, progresi cepat berupa deficit neurologis fokal atau global yang
berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbul kematian yang
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non straumatik (Arif
Mansjoer, 2000).
Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat
emboli dan trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat,
baru bangun tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun
terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul
edema sekunder. (Arif Muttaqin, 2008).
2. Aspek Epidimiologi
Stroke merupakan penyebab utama kematian ketiga yang paling lazim
setelah penyakit kardiovaskuler di Amerika Serikat.Angka kematiannya
mencapai 147,470/tahun dan biaya riset 46 juta dolar US setahun.Selain
penyebab utama kematian juga merupakan penyebab utama kecacatan.Pada
keadaan berat pasien bisa menganggapnya serupa atau bahkan lebih berat
dari kematian. Sementara pada yang ringan akan mampu menyebabkan
penurunan status kesehatan pasien yang cukup bermakna dibandingkan
sebelumnnya.
Insiden stroke diamerika dalam 30-35 tahun terakhir mengalami
penurunan.Pada beberapa negara bagian, turunnya insiden sampai 54% baik
stroke non hemoragik maupun stroke hemoragik. Ini terjadi di Rochester,
Minnesota, Garraway antara tahun 1975-1979 dibandingkan dengan tahun

8
1945-1949. Di jepang insiden stroke lebih tinggi dibandingkan penyakit
jantung koroner. Mortalitas stroke dijepang lebih tinggi di Amerika.
Dilaporkan pula bahwa prevalensi stroke adalah 35,6 per 100.000
penduduk pada tahun 1986. Prevalensi stroke ini pada kelompok umur 25-
34 tahun adalah 6,9 per100.000 penduduk, pada kelompok umur 35-44
tahun adalah 20,4 per 100.000 penduduk, dan pada kelompok umur 55
tahun dan lebih adalah 27,6 per 100.000 penduduk.
Stroke merupakan penykit yang mengenai orang-orang pada usia
pertengahan dan usia tua. Tiga perempat dari seluruh kasus stroke baru
terjadi pada orang-orang berusia 65 tahun atau lebih. Insiden dan prevelansi
stroke akan meningkat dengan meningkatnya usia. Insiden: 0,5/1000 saat
usia 40 tahun meningkat menjadi 10/1000 pada usia >40 tahun dan sekitar
70/1000 pada usia 70 tahun.

3. Etiologi
a. Trombosis ( bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak ).
Trombus yang lepas dan     menyangkut di pembuluh darah yang lebih
distal disebut embolus.
b. Embolisme cerebral ( bekuan darah atau material lain )
Emboli merupakan 5-15 % dari penyebab stroke. Dari penelitian
epidemiologi didapatkan bahwa sekitar 50 % dari semua serangan iskmik
otak, apakah yang permanen atau yang transien, diakibatkan oleh
komplikasi trombotik atau embolik dari ateroma, yang merupakan
kelainan dari arteri ukuran besar atau sedang, dan sekitar 25 %
disebabkan oleh penyakit pembuluh darah kecil di intyrakranial dan 20 %
oleh emboli jantung. Emboli dapat terbentuk dari gumpalan darah,
kolesterol, lemak, fibrin trombosit, udara ,tumor, metastase, bakteri,
benda asing
c. Iskemia ( Penurunan aliran darah ke area otak)
(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131).

9
4. Patofisiologi
Suplai darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus,
emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum
(Hypoksia karena gangguan paru dan jantung).Arterosklerosis
sering/cenderung sebagai faktor penting trhadap otak. Thrombus dapat
berasal dari flak arterosklerotik atau darah dapat beku pada area yang
stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Oklusi
pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan oedema dan
nekrosis diikuti thrombosis dan hypertensi pembuluh darah.
Jika aliran darah kesetiap bagian otak terhambat karena trombus dan
embolus maka mulai terjadi kekurangan O2 kejaringan otak.Kekurangan
selama 1 menit dapat menyebabkan nekrosis mikroskopis neuron-neuron
area kemudian di sebut infark.
Kekurangan O2 pada awalnya mungkin akibat iskemik umumnya (karena
henti jantung / hipotensi ) / hipoksia karena proses anemia / kesulitan
bernafas. Jika neuron hanya mengalami iskemik,maka masih ada peluang
untuk menyelamatkannya. Suatu sumbatan pada arteri koroner dapat
mengakibatkan suatu infark disekitar zona yang mengalami kekurangan O2.
Stroke karena embolus merupakan akibat dari bekuan darah, lemak dan
udara, emboli pada otak kebanyakan berasal dari jantung.Sindrom neuron
vaskuler yang lebih penting terjadi pada stroke trombotik dan embolik
karena keterlibatan arteri serebral mediana (Hudak, G. 1996).

10
5. Patwhay

Faktor resiko stroke

Arteroskolorosis

Bekuan darah

Okulasi

Total Sebagian

CBF Tia

Rind
Iskemia neuron
Progresif

Stroke komplete
Infark Tergantung
pusat terkena
SNH

Gangguan Gangguan Gangguan Gangguan Gangguan


kesadaran sensori motorik otonomi bicara

Kerusakan Resti Kerusakan Deficit Kerusakan


perfusi mobilitas perawatan komunikasi
jaringan cidera
fisik diri verbal

6. Manefestasi Klinis

11
Tanda dan gejala dari stroke adalah (Baughman, C Diane.dkk,2000):
a. Kehilangan motorik
Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah
satu sisi) dan hemiparesis (kelemahan salah satu sisi) dan disfagia 
b. Kehilangan komunikasi
Disfungsi bahasa dan komunikasi adalah disatria (kesulitan berbicara)
atau afasia (kehilangan berbicara).
c. Gangguan persepsi
Meliputi disfungsi persepsi visual humanus, heminapsia atau kehilangan
penglihatan perifer dan diplopia, gangguan hubungan visual, spesial dan
kehilangan sensori.
d. Kerusakan fungsi kognitif parestesia (terjadi pada sisi yang berlawanan).
e. Disfungsi kandung kemih meliputi: inkontinensiaurinarius transier,
inkontinensia urinarius peristen atau retensi urin (mungkin simtomatik
dari kerusakan otak bilateral), Inkontinensia urinarius dan defekasiyang
berlanjut (dapat mencerminkan kerusakan neurologi ekstensif).
Pengaruh terhadap status mental: tidak sadar, konfus, lupa tubuh sebelah.
Pengaruh secara fisik: paralise, disfagia, gangguan sentuhan dan sensasi,
gangguan penglihatan.Pengaruh terhadap komunikasi, bicara tidak jelas,
kehilangan bahasa.
Dilihat dari bagian hemisfer yang terkena tanda dan gejala dapat berupa:

Hemisfer kiri Hemisfer kanan

a. Mengalami hemiparese 7. Hemiparese sebelah kiri tubuh


kanan 8. Penilaian buruk
b. Perilaku lambat dan hati- 9. Mempunyai kerentanan
hati terhadap sisi kontralateral
c. Kelainan lapan pandang sehingga memungkinkan
kanan terjatuh ke sisi yang
d. Disfagia global berlawanan tersebut
e. Afasia
f. Mudah frustasi

12
7. Klafikasi
Secara non hemoragik, stroke dapat dibagi berdasarkan manifestasi klinik
dan proses patologik (kausal):
a. Berdasarkan manifestasi klinis
1) Serangan Iskemik Sepintas/Transient Ischemic Attack (TIA).
Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di
otak akan menghilang dalam waktu 24 jam.
2) Defisit Neurologik Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic
Neurological Deficit (RIND)
Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih
lama dari 24 jam, tapi tidak lebih dari seminggu.
3) Stroke Progresif (Progressive Stroke/Stroke In Evaluation)
Gejala neurologik makin lama makin berat.
4) Stroke komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke)
Kelainan neurologik sudah menetap, dan tidak berkembang lagi.
b. Berdasarkan kausal
1) Stroke Trombotik
Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada
pembuluh darah di otak. Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah
yang besar dan pembuluh darah yang kecil.Pada pembuluh darah
besar trombotik terjadi akibat aterosklerosis yang diikuti oleh
terbentuknya gumpalan darah yang cepat. Selain itu, trombotik juga
diakibatkan oleh tingginya kadar kolesterol jahat atau Low Density
Lipoprotein(LDL). Sedangkan pada pembuluh darah kecil, trombotik
terjadi karena aliran darah ke pembuluh darah arteri kecil terhalang.Ini
terkait dengan hipertensi dan merupakan indikator penyakit
aterosklerosis.
2) Stroke Emboli/Non Trombotik
Stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau
lapisan lemak yang lepas.Sehingga, terjadi penyumbatan pembuluh
darah yang mengakibatkan darah tidak bisa mengaliri oksigen dan
nutrisi ke otak.

13
8. Pencegahan
Mengetahui faktor-faktor resiko Anda dan mengadopsi gaya hidup sehat
merupakan langkah terbaik yang dapat Anda ambil untuk mencegah stroke.
a. Kontrol tekanan darah tinggi (hipertensi). Salah satu hal paling penting
yang dapat Anda lakukan untuk mengurangi resiko stroke adalah untuk
menjaga tekanan darah terkendali. Jika anda pernah mengalami stroke,
menurunkan tekanan darah anda dapat membantu mencegah serangan
transient ischemic berikutnya atau stroke.
b. Berolahraga, mengelola stres, menjaga berat badan yang sehat, dan
membatasi asupan natrium dan alkohol adalah cara-cara untuk menjaga
tekanan darah tinggi di cek. Selain rekomendasi untuk perubahan gaya
hidup, dokter mungkin meresepkan obat untuk mengobati tekanan darah
tinggi, seperti diuretik, angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor
dan angiotensin reseptor blocker.
c. Turunkan kolesterol dan lemak jenuh asupan. Makan kurang kolesterol
dan lemak, terutama lemak jenuh, dapat mengurangi plak di arteri Anda.
Jika Anda tidak dapat mengendalikan kolesterol melalui perubahan pola
makan sendirian, dokter Anda mungkin akan meresepkan obat penurun
kolesterol.
d. Jangan merokok. Berhenti merokok mengurangi resiko stroke. Beberapa
tahun setelah berhenti, seorang mantan perokok resiko stroke adalah
sama dengan bukan perokok.
e. Kontrol diabetes. Mengelola diabetes dengan diet, olahraga,
pengendalian berat badan dan pengobatan. Kontrol ketat gula darah dapat
mengurangi kerusakan otak jika penderita mengalami stroke.
f. Menjaga berat badan yang sehat. Kelebihan berat badan lain yang
memberikan kontribusi pada faktor-faktor resiko stroke, seperti tekanan
darah tinggi, penyakit jantung dan diabetes.
g. Berolahragalah secara teratur. Latihan aerobik mengurangi resiko stroke
dalam banyak cara. Olahraga dapat menurunkan tekanan darah,
meningkatkan tingkat-tinggi density lipoprotein (HDL) kolesterol, dan
meningkatkan kesehatan secara keseluruhan pembuluh darah dan

14
jantung. Hal ini juga membantu Anda menurunkan berat badan,
mengendalikan diabetes dan mengurangi stres. Olahraga secara bertahap
sampai 30 menit kegiatan - seperti berjalan, joging, berenang atau
bersepeda jika tidak setiap hari, 1 hari dalam seminggu.
h. Kelola stres. Stres dapat menyebabkan peningkatan sementara dalam
tekanan darah - faktor resiko untuk pendarahan otak - atau hipertensi
bertahan lama. Juga dapat meningkatkan kecenderungan darah membeku,
yang dapat meningkatkan resiko stroke iskemik. Menyederhanakan hidup
Anda, berolahraga dan menggunakan teknik relaksasi semua pendekatan
yang dapat Anda belajar untuk mengurangi stres.
i. Minum alkohol dalam jumlah sedang, atau tidak sama sekali. Alkohol
dapat menjadi faktor resiko dan tindakan pencegahan stroke. Pesta
minum dan berat konsumsi alkohol meningkatkan resiko tekanan darah
tinggi dan stroke iskemik dan perdarahan.
j. Jangan gunakan obat-obatan terlarang. Banyak jalan obat, seperti kokain
dan kokain, yang menjadi faktor resiko untuk TIA atau stroke.
9. Penatalaksanaan
a. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral .
b. Anti koagulan: Mencegah memberatnya trombosis dan embolisasi.
(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131).
10. Komplikasi
Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi,
komplikasi ini dapat dikelompokan berdasarkan:
a. Berhubungan dengan immobilisasi
infeksi pernafasan, nyeri pada daerah tertekan, konstipasi dan
thromboflebitis.
b. Berhubungan dengan paralisis
nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi, deformitas dan terjatuh.
Berhubungan dengan kerusakan otak ,epilepsi dan sakit kepala.
c. Hidrocephalus
Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang mengontrol
respon pernapasan atau kardiovaskuler dapat meninggal.

15
C. Terapi Komplementer
Pengukuran tekanan darah dilakukan sebelum dan sesudah melakukan terapi
pijat kakimenggunakan lavender untuk mengetahui efektifitas dari terapi pijat
kaki. Sebelum diberikanterapi pijat kaki, posisi diatur senyaman mungkin agar
lebih rileks saat dilakukan pijat kaki.
Dalam hal ini penggunaan minyak lavender yang mengandung aromaterapi
juga sangat diperlukan agar memudahkan pemijat dalam melakukan pijat kaki
menggunakan lavender serta aromaterapi yang berguna agar klien merasa lebih
rileks saat dilakukan pemijatan.Setelah dilakukan terapi pijat kaki
menggunakan lavender selama 10 menit terjadi perbedaan tekanan darah
sebelum dan sesudah terapi pijat kaki menggunakan lavenderdimana tekanan
darah menjadi turun 10-20 mmHgtekanan darah sistol dan 5-10 mmHg tekanan
diastol.
Pijat merupakan suatu teknik yang dapat mempelancar peredaran darah,
memberi rasa rileks pada tubuh, menghilangkan stress, menghilangkan rasa
lelah dan letih dengan melakukan tekanan pada titik-titik tertentu yang dapat
memberikan rangsangan relaksasi yang mampu memperlancar aliran darah dan
cairan tubuh pada bagian-bagian tubuh yang berhubungan dengan titik syaraf
yang dipijat (Wijayakusuma, 2006).
Pijat kaki menggunakan lavender menimbulkan relaksasi yang dalam
sehingga meringankan kelelahan jasmani dan rohani dikarenakan sistem saraf
simpatis mengalami penurunan aktivitas yang akhirnya mengakibatkan
turunnya tekanan darah (Kaplan, 2006).
Menurut Dalimartha (2009), pada prinsipnya pijat yang dilakukan pada
penderita hipertensi adalah untuk memperlancar aliran energi dalam tubuh
sehingga gangguan hipertensi dan komplikasinya dapat diminimalisir, ketika
semua jalur energi terbuka dan aliran energi tidak lagi terhalang oleh
ketegangan otot dan hambatan lain maka risiko hipertensi dapat ditekan.
Menurut Tarigan (2009), salah satu cara terbaik untuk menurunkan tekanan
darah adalah dengan terapi pijat.

16
Sejumlah studi telah menunjukkan bahwa terapi pijat kaki menggunakan
lavender yang dilakukan secara teratur bisa menurunkan tekanan darah sistolik
dan diastolik, menurunkan kadarhormonestresscortisol, menurunkan sumber-
sumber depresi dan kecemasan, sehingga tekanan darah akan terus turun dan
fungsi tubuh semakin membaik.Pada penelitian Yuli dan Anik (2014) dengan
jumlah 40 responden yang terbagi menjadi 20 kelompok eksperimen, dan 20
responden kelompok kontrol.
Touchtherapy dengan esensial oillavender dilakukan selama 15-20 menit
setiap hari selama 7 hari.Pada klien Tn. D, terapi pijat kaki diberikan agar
tekanan darah tinggi yang dialami klien dapat diturunkan. Pengukuran tekanan
darah dilakukan sebelum dan sesudah melakukan terapi pijat kaki untuk
mengetahui efektifitas dari terapi pijat kaki.
Dalam hal ini penggunaan minyak lavender, dimanaminyak dari lavender
dapat memberi kenyamanan pemijat dalam melakukan pijat kaki serta
aromaterapi yang berguna agar klien merasa lebih rileks saatdilakukan
pemijatan.
Hasil Pemberian Terapi Pijat Kaki Menggunakan Minyak lavender
Terhadap Penurunan Tekanan DarahPada kasus ini, penulis melakukan
pemijatan di ruang Stroke Center Terapi pijat kaki dilakukan 1 hari sekali
selama 7 hari, dengan durasi 10 menit 5 menit kaki kanan, 5 menit kaki kiri
dan dilakukan sebelum klien diberikan obat hipertensi (amlodipin) sehingga
menghindari terjadi nya bias dalam pemberian intervensi terhadap penurunan
tekanan darah.

D. Pencegahan Primer,Skunder Dan Tersier


1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer dilakukan untuk mengontrol factor-faktor risiko yang
dimiliki individu, tetapi belum terkena stroke dengan cara melaksanakan
gaya hidup sehat bebas stroke, antara lain:
a. Menghindari: rokok, stress, alkohol, kegemukan, konsumsi garam
berlebihan,obat-obatan golongan amfetamin, kokain dan sejenisnya.
b. Mengurangi: kolesterol dan lemak dalam makanan.

17
c. Mengendalikan: Hipertensi, DM, penyakit jantung (misalnya fibrilasi
atrium, infarkmiokard akut, penyakit jantung reumatik), dan penyakit
vaskular aterosklerotik lainnya.
d. Menganjurkan konsumsi gizi yang seimbang seperti, makan banyak
sayuran, buah-buahan, ikan terutama ikan salem dan tuna, minimalkan
junkfood dan beralih pada makanan tradisional yang rendah lemak dan
gula, serealia dan susu rendah lemak serta dianjurkan berolah raga secara
teratur.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder diberikan kepada penderita yang baru terkena atau
terancam akan menderita stroke melalui diagnosis dini serta pemberian
pengobatan yang cepat dan tepat untuk mencegah stroke berulang atau agar
stroke tidak berlanjut menjadi kronis. Tindakan yang dilakukan adalah:
a. Obat-obatan, yang digunakan: asetosal (asam asetilsalisilat) digunakan
sebagai obat antiagregasi trombosit pilihan pertama dengan dosis
berkisar antara 80-320 mg/hari, antikoagulan oral diberikan pada
penderita dengan faktor resiko penyakit jantung (fibrilasi atrium,
infarkmiokard akut, kelainan katup) dan kondisi koagulopati yang lain.
b. Clopidogrel dengan dosis 1x75 mg. Merupakan pilihan obat antiagregasi
trombosit kedua, diberikan bila pasien tidak tahan atau mempunyai
kontra indikasi terhadap asetosal (aspirin).
c. Modifikasi gaya hidup dan faktor risiko stroke, misalnya mengkonsumsi
obat antihipertensi yang sesuai pada penderita hipertensi, mengkonsumsi
obat hipoglikemik pada penderita diabetes, diet rendah lemak dan
mengkonsumsi obat antidislipidemiapada penderita dislipidemia,
berhenti merokok, berhenti mengkonsumsi alkohol, hindari kelebihan
berat badan dan kurang gerak.
3. Pencegahan Tersier
Tujuan pencegahan tersier adalah untuk mereka yang telah menderita
stroke agar kelumpuhan yang dialami tidak bertambah berat, memperkecil
penderitaan, dan membantu penderita stroke untukmelakukan penyesuaian-
penyesuaian terhadap kondisi-kondisi yang tidak dapat diobati lagi

18
(mengurangi ketergantungan pada orang lain dalam melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari).
Pencegahan tersier dapat dilakukan dalam bentukrehabilitasi fisik, mental
dan sosial. Rehabilitasi akan diberikan oleh tim yang terdiri dari dokter,
perawat, ahli fisioterapi, ahli terapi wicara dan bahasa, ahli okupasional,
petugas sosial dan peran serta keluarga.
a. Rehabilitasi FisikPada rehabilitasi ini, penderita mendapatkan terapi yang
dapatmembantu proses pemulihan secara fisik. Adapun terapi
yangdiberikan yaitu yang pertama adalah fisioterapi, diberikan untuk
mengatasi masalah gerakan dan sensoris penderita seperti masalah
kekuatan otot, duduk, berdiri, berjalan, koordinasi dan keseimbangan
serta mobilitas di tempat tidur.
b. Terapi yang kedua adalah terapi okupasional (OccupationalTherapist atau
OT), diberikan untuk melatih kemampuan penderita dalam melakukan
aktivitas sehari-hari seperti mandi, memakai baju, makan dan buang air.
Terapi yang ketiga adalah terapi wicara dan bahasa, diberikan untuk
melatih kemampuan penderita dalam menelan makanan dan minuman
dengan aman serta dapat berkomunikasi dengan orang lain.
c. Rehabilitasi Mental
Sebagian besar penderita stroke mengalami masalah emosional yang
dapat mempengaruhi mental mereka, misalnya reaksi sedih, mudah
tersinggung, tidak bahagia, murung dan depresi. Masalah emosional yang
mereka alami akan mengakibatkan penderita kehilangan motivasi untuk
menjalani proses rehabilitasi. Oleh sebab itu, penderita perlu
mendapatkan terapi mental dengan melakukan konsultasi dengan
psikiater atau ahki psikologi klinis.
d. Rehabilitasi Sosial
Pada rehabilitasi ini, petugas sosial berperan untuk membantu
penderita stroke menghadapi masalah sosial seperti, mengatasi perubahan
gaya hidup, hubungan perorangan, pekerjaan, dan aktivitas senggang.
Selain itu, petugas sosial akan memberikan informasi mengenai layanan
komunitas lokal dan badan-badan bantuan sosial.

19
E. Proses Keperawatan Secara Teori
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan
jam MRS, nomor register, diagnose medis.
b. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara
pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.
c. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien
sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah
bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh
badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
d. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia,
riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat
anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun
diabetes militus.
f. Pengkajian Fokus:
1) Aktivitas dan istirahat
Data Subyektif:
a. kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau
paralysis.
b. mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot )
Data obyektif:

a. Perubahan tingkat kesadaran


b. Perubahan tonus otot ( flaksid atau spastic), paraliysis
( hemiplegi) , kelemahan umum.

20
c. gangguan penglihatan
2) Sirkulasi
Data Subyektif:
a. Riwayat penyakit jantung ( penyakit katup jantung, disritmia,
gagal jantung , endokarditis bacterial ), polisitemia.
Data obyektif:
a. Hipertensi arterial
b. Disritmia, perubahan EKG
c. Pulsasi : kemungkinan bervariasi
d. Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
e. Integritas ego
Data Subyektif:
3) Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
Data obyektif:
a. Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan ,
kegembiraan
b. kesulitan berekspresi diri.
4) Eliminasi
Data Subyektif:
a. Inkontinensia, anuria
b. distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ), tidak adanya
suara usus( ileus paralitik )
c. Makan/ minum
Data Subyektif:
a. Nafsu makan hilang
b. Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK
c. Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia
5) Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah
Data obyektif:
a. Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan
faring )
b. Obesitas ( factor resiko )

21
c. Sensori neural
Data Subyektif:
a. Pusing / syncope ( sebelum CVA / sementara selama TIA )
b. nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub
arachnoid.
c. Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti
lumpuh/mati
d. Penglihatan berkurang
e. Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas
dan pada muka ipsilateral ( sisi yang sama )
6) Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
Data obyektif:
a. Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan ,
gangguan tingkah laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan
gangguan fungsi kognitif
b. Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua
jenis stroke, genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek
tendon dalamkontralateral.
c. Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )
d. Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan
ekspresif/ kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata
komprehensif, global / kombinasi dari keduanya.
e. Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran,
stimuli taktil
f. Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
g. Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada
sisi ipsi lateral
7) Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif:
8) Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
Data obyektif:
a. Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial

22
9) Respirasi
Data Subyektif:
a. Perokok ( factor resiko )
10) Keamanan
Data obyektif:
a. Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan
b. Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek,
hilang kewasadaan terhadap bagian tubuh yang sakit
c. Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang
pernah dikenali
d. Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi
suhu tubuh
e. Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap
keamanan, berkurang kesadaran diri
11) Interaksi social
Data obyektif:
Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan
intracerebral.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplagia
c. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi
darah otak.

23
3. Intervensi Dan Rasional

NO DIAGNOSA RENCANA RASIONAL

24
1. a.Gangguan perfusi 1. Berikan penjelasan 1. Keluarga lebih
jaringan otak yang kepada keluarga berpartisipasi
berhubungan dengan klien tentang sebab- dalam proses
perdarahan sebab gangguan penyembuhan
intracerebral. perfusi jaringan 2. Untuk mencegah
a. Tujuan : otak dan akibatnya perdarahan ulang
Perfusi jaringan otak 2. Anjurkan kepada 3. Mengetahui
dapat tercapai secara klien untuk bed rest setiap perubahan
optimal. total yang terjadi pada
b.Kriteria hasil : 3. Observasi dan catat klien secara dini
1. Klien tidak gelisah tanda-tanda vital dan untuk
2. Tidak ada dan kelainan penetapan
keluhannyeri tekanan intrakranial tindakan yang
kepalaGCS 456 tiap dua jam tepat
3. Tanda-tanda vital 4. Berikan posisi 4. Mengurangi
normal(nadi : 60-100 kepala lebih tinggi tekanan arteri
kali permenit, suhu: 15-30 dengan letak dengan
36-36,7 C, pernafasan jantung (beri bantal meningkatkan
16-20 kali permenit) tipis) draimage vena

25
5. Anjurkan klien dan memperbaiki
untuk menghindari sirkulasi serebral
batuk dan mengejan 5. Batuk dan
berlebihan mengejan dapat
6. Ciptakan meningkatkan
lingkungan yang tekanan intra
tenang dan batasi kranial dan
pengunjung potensial terjadi
7. Kolaborasi dengan perdarahan ulang
tim dokter dalam 6. Rangsangan
pemberian obat aktivitas yang
neuroprotektor meningkat dapat
meningkatkan
kenaikan TIK.
Istirahat total
dan ketenangan
mungkin
diperlukan untuk
pencegahan

26
terhadap
perdarahan
dalamkasus
stroke hemoragik
/ perdarahan
lainnya
7. Melindungi sel-
sel saraf dari
kerusakan

2. b. Gangguan 1) Ubah posisi 1) Menurunka


mobilitasfisikberhubu klien tiap 2 n resiko
ngandenganhemipare jam terjadinnya
se/hemiplegia 2) Ajarkan klien iskemia
1. Tujuan : untuk jaringan
Klien mampu melakukan akibat
melaksanakan latihan gerak sirkulasi
aktivitas fisik sesuai aktif pada darah yang
dengan ekstrimitas jelek pada

27
kemampuannya yang tidak daerah
4. Kriteria hasil sakit yang
a.Tidak terjadi 3) Lakukan tertekan
kontraktur sendi gerak pasif 2) Gerakan
b.Bertambahnya pada aktif
kekuatan otot ekstrimitas memberika
c.Klien menunjukkan yang sakit n massa,
tindakan untuk 4) Berikan tonus dan
meningkatkan papan kaki kekuatan
mobilitas pada otot serta
ekstrimitas memperbai
dalam posisi ki fungsi
fungsionalnya jantung
5) Tinggikan dan
kepala dan pernapasan
tangan 3) Otot
6) Kolaborasi volunter
dengan ahli akan
fisioterapi kehilangan

28
untuk latihan tonus dan
fisik klien kekuatanny
a bila tidak
dilatih
untuk
digerakkan

3. Gangguan 1) Berikan 1) Memenu


komunikasi verbal metode hi
yang berhubungan alternatif kebutuhan
dengan penurunan komunikasi, komunikas
sirkulasi darah otak misal dengan i sesuai
a.Tujuan bahasa isarat dengan
Proses komunikasi 2) Antisipasi kemampua
klien dapat berfungsi setiap n klien
secara optimal kebutuhan 2) Mencega
b.Kriteria hasil klien saat h rasa
1. Terciptanya suatu berkomunikas putus asa
komunikasi dimana i dan

29
kebutuhan klien dapat 3) Bicaralah ketergantu
dipenuhi dengan klien ngan pada
2. Klien mampu secara pelan orang lain
merespon setiap dan gunakan 3) Mengura
berkomunikasi secara pertanyaan ngi
verbal maupun yang kecemasan
isyarat jawabannya dan
“ya” atau kebingung
“tidak” an pada
4) Anjurkan saat
kepada komunikas
keluarga i
untuk tetap 4) Mengura
berkomunikas ngi isolasi
i dengan klien sosial dan
5) Hargai meningkat
kemampuan kan
klien dalam komunikas
berkomunikas i yang

30
i efektif
6) Kolaborasi 5) Memberi
dengan semangat
fisioterapis pada klien
untuk latihan agar lebih
wicara sering
melakukan
komunikas
i
6) Melatih
klien
belajar
bicara
secara
mandiri
dengan
baik dan
benar

31
32
F. Telah Evidence Based Pranctive (EBP)

33
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Stroke non hemoragik adalah sindroma klinis yang awalnya timbul

mendadak, progresi cepat berupa deficit neurologis fokal atau global yang

berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbul kematian yang

disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non straumatik (Arif

Mansjoer, 2000)

Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli

dan trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun

tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang

menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. (Arif

Muttaqin, 2008).

B.  Saran

Kepada pembaca diharapkan dengan adanya makalah ini dapat memahami

dan mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari bagaimana tindakan yang

dapat dilakukan jika menderita STROKE NON HEMORAGIK dan tindakan

yang dilakukan untuk mencegah penyakit STROKE NON HEMORAGIK

34
DAFTAR PUSTAKA

Hudak C.M.,Gallo B.M. 1996. Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik.


Edisi VI, Volume II. Jakarta: EGC.

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta: Media


Aesculapius FKUI

Marilynn E, Doengoes. 2000.Rencana Asuhan Keperawatan,Edisi 3. Jakarta:


EGC.

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Price, A. Sylvia.2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit edisi 4.


Jakarta: EGC.

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002.Buku Ajar Keperawatan


Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai