Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PSIKOLOGI FAAL

“BAHASA DAN OTAK”


Dosen Pengampu : Sarah, S.Psi., M.Psi., PSIKOLOG

Di Susun Oleh:

1. Hanifatul Kullataeni (11836042)


2. Dinda Maulida Sugesta (11836047)
3. Mytha Wulanda Kasseh (11836051)
4. Siti Daffa Azzahra (1836057)
5. Olga Fedlia Ramadhani P. (11836062)
6. Ayu Lestari (11836068)
7. Rizky Sani Fortuna (11836072)
8. Hazizah (11836076)

Kelompok 3
Semester/Kelas: III B

JURUSAN PSIKOLOGI ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, senantiasa kami ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga
saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga kami diberi kesempatan
yang luar biasa ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang
“Bahasa dan Otak”.

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kami haturkan untuk junjungan kita, yaitu Nabi
Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk Allah SWT untuk kita semua, yakni
Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi
seluruh alam semesta.

Adapun penulisan makalah ini merupakan bentuk pemenuhan tugas mata kuliah
Psikologi Faal. Tidak lupa ucapan terima kasih kepada Ibu Sarah, S.Psi., M.Psi., PSIKOLOG
selaku dosen pengampu mata kuliah yang telah menyerahkan kepercayaannya kepada kami
guna menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Selain itu kami juga sadar bahwa pada makalah sederhana ini terdapat banyak
kekurangan. Oleh sebab itu, kami berharap krititk dan saran untuk kemudian dapat direvisi di
masa yang selanjutnya. Kami berharap makalah ini dapat dimengerti dan berguna untuk
menambah wawasan kita sebagai pembaca. Kami mohon maaf apabila dalam makalah ini
terdapat perkataan yang tidak berkenan dihati.

Pontianak, 07 Oktober 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI.............................................................................................................................. i

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1


A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 1


A. Otak dan Strukturnya......................................................................................................... 1
B. Perkembangan, Asal-usul dan Hierarki Linguistik Bahasa ............................................... 1
C. Hubungan Otak dan Bahasa .............................................................................................. 1
D. Gangguan Pada Otak Yang Berkaitan Dengan Bahasa ..................................................... 1
E. Pendekatan Neurosains Kognitf Tentang Bahasa .............................................................. 1

BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 1


A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 1
B. Saran ............................................................................................................................... 1

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................... iv

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia selalu memiliki keingintahuan tentang apa yang ada dibalik bukit di lembah, dan
letak hulu suatu sungai. Pada masa lalu para penjelajah termasyur menyaksikan dan
menemukan hal-hal baru yang menabjukkan. Namun pada masa kini, para ilmuan mengalihkan
penjelajahannya bukan keluar melainkan ke dalam, kesebuah teritori yang bahakan lebih
penting, kesebuah area yang begitu dekat dengan kita, begitu menabjukkan, dan sekaligus
begitu keras menjaga rahasia-rahasianya. Teritori ini, yang menjadi sasaran dan penjelajahan
oleh para ahli kognitif, adalah otak manusia, dengan segala kerumitannya.

Otak manusia hanyalah suatu tempat yang luas dan memiliki dimensi yang rumit, namun
kemampuannya dalam memproses informasi seolah tak terbatas. Jaringan neuron yang rumit
dalam otak manusia, yang saling berhubungan satu sama lain adalah system paling rumit yang
dikenal manusia. kemampuan otak untuk melakukan analisis terhadap sinyal-sinyal sensoris
dan pemahamannya (termasuk pemahaman tentang dunia ini) sungguh rumit, bagaimana
sebuah informasi diproses lalu dikeluarkan dalam bentuk ucapan, bahasa yang digunakan oleh
setiap manusia dalam berinteraksi di kehidupan sehari-hari.

Oleh karena itu dalam makalah ini kami membahas tentang otak dan Bahasa dimana kedua
hal ini saling berkaitan dan saling memengaruhi manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian, Struktur Otak ?
2. Pengertian, Struktur Tata Bahasa, Hierarki Linguistik Bahasa ?
3. Hubungan Otak Dan Bahasa ?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian, Struktur Otak
2. Untuk Mengetahui Pengertian, Struktur Tata Bahasa, Hierarki Linguistik Bahasa
3. Untuk Mengetahui Hubungan Otak Dan Bahasa

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Otak dan Strukturnya
Otak manusia adalah struktur pusat pengaturan yang memiliki volume sekitar 1350 cc, dan
terdiri atas seratusjuta sel saraf atau neuron. Otak merupakan dasar dari kesadaran, persepsi,
ingatan, dan emosi. Otak manusia memiliki bagian-bagian yang masing-masing punya peran
dan fungsinya. Otak manusia bertanggung jawab terhadap pengaturan seluruh badan dan
pemikiran manusia.

a) Struktur-struktur otak

Secara garis besar system otak manusia dapat dibagi menjadi tiga bagian yakni :

1. Otak besar (cerebrum)

Pada manusia bentuk serebral korteks berlekuk-lekuk atau berlipat-lipat. Korteks


serebral telah menjadi berfokus penelitian selama lebih dari serratus tahun karena diasumsikan
menjadi pusat proses berpikir dan kognisi. Korteks serebral lapisan halus dan tipis yang
dipadati oleh kelompok-kelompok sel yang menjalankan fungsi (seperti berpikir).

Kenyataannya, kognisi (persepsi, memori, pemecahan masalah, pemprosesan Bahasa


juga terjadi pada bagian ini). Korteks serebral terdiri atas dua bagian, yakni belahan otak kiri
(hemisfer kiri) dan belahan otak kanan (hemisfer kanan). Hemisfer kanan mengontrol
pemprosesan informasi spasial dan visual (melihat, memperkirakan, atau memahami ruang,
atau benda secara tiga dimensi). Sementara hemisfer kiri mengontrol kegiatan berbahasa
disamping, tentu saja, proses kognitif yang lain. Koordinasi diantara keduanya dimungkinkan
karena adanya struktur yang menyatukan kedua belah hemisfer ini, yakni, korpus kalosum.
Struktur yang berbentuk mirip tulang rawan ini berperan dalam menyampaikan informasi
diantara kedua hemisfer.

b) Bagian-bagian korteks serebral dibagi menjadi empat macam, keempat area ini antara lain:

- Lobus frontal

Yang berfungsi dalam pengendalian impuls, pertimbangan, pemecahan masalah,


pengendali dan pelaksana perilaku dan pengorganisasian yang kompleks.

2
- Lobus temporal

Bagian ini berfungsi memproses sinyal-sinyal auditori, pendengaran, pemprosesan


auditori tingkat tinggi (bicara), pengenalan wajah.

- Lobus pariental

Bagian ini berfungsi untuk menginterpretasikan informasi sensoris dari panca indera,
pemanipulasian objek dan pemprosesan visual-spasial.

- Lobus oksipital

Berfungsi memproses visual yakni menerima informasivisual dari retina, memproses


informasi tersebut dan mengirimkannya ke area-area yang relevan. Lobus oksipital disebut juga
korteks striat.

2. Otak kecil (cerebellum)

Otak kecil terletak dibagian belakang kepala dekat dengan ujung leher bagian atas.
Serebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak, diantaranya :

- Megatur sikap atau posisi tubuh

- Mengontrol keseimbangan

- Koordinasi otak dan gerakan tubuh

- Mengontrol dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari seperti gerakan
mengendarai mobil, gerakan saat menulis, dan gerakan mengunci pintu.

3. Batang otak

Batang otak berada di dalam tulang tengkorak atau bagian rongga kepala dan
memanjang sampai ketulang punggung atau sumsum tulang belakang. Bagian ini mengatur
fungsi dasar manusia seperti pernapasan, denyut jantung, suhu tubuh, dan proses pencernaan.

Terdiri dari tiga bagian yaitu :

a. Masencephalon (otak tengah)

Merupakan bagian teratas dari batang otak yang menghubungkan otak besar dan otak
kecil, bagian ini berfungsi mengontrol respon penglihatan gerakan mata dan pembesaran pupil
mata serta mengatur gerakan tubuh dan pendengaran.

3
b. Medulla Oblongata

Merupakan titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri badan menuju bagian
kanan badan begitu sebaliknya. Bagian ini berfungsi mengontrol fungsi otomatis otak seperti
detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan.

c. Pons

Merupakan stasiun pemancar yang berfungsi mengirimkan data ke pusat otak dengan
formasi retikuler. Dengan kata lain berfungsi menentukan apakah kita terjaga atau tertidur.

B. Perkembangan, Asal-usul dan Hierarki Linguistik Bahasa


a. Perkembangan Bahasa

Kita dilahirkan untuk berbicara dan memahami bahasa. Area-area khusus otak, seperti
area Broca dan Wernicke, menunjukkan bahwa genetika menyediakan kita dengan fondasi
fondasi neurologis untuk bahasa. Itu semua dimulai dari masa kecil. Dari kelahiran sampai usia
6 bulan, bayi membuat satu “perlakuan besar” tentang keramaian. Mereka berteriak, bercicit,
menggeram, bersorak, dan membuat kita kehabisan tenaga. Dan mereka pun berkicau.
Dasarnya merupakan produksi dari apa yang kemudian akan menjadi huruf vokal (a, e, I, o,
dan u)

Dari 6 bulan sampai sekitar 10 bulan, mereka menghasilkan suara yang agak lebih rumit
yang disebut babbling (berbicara tanpa ada koherensi). Pertama-tama, mereka mempraktikkan
huruf vocal secara lebih tepat, dimulai dengan bersuara dengan bibir membentuk huruf o, huruf
vocal belakang (oo, oh, ah…), dan menggunakan cara mereka sendiri dalam mengeluarkan
huruf vocal depan yang mana bibirnya tetap datar (ee, eh, ay…). Konsonan pertama pertama
adalah h, m, dan b, yang bisa dikombinasikan dengan huruf vocal untuk membuat sebuah suku
kata. Sesudah itu, mereka menambahkan p, t, d, n, w, f, dan v. Setelah itu mereka akan
menambahkan huruf k, g dan ng. Kemudian mereka menambahkan s dan z. Sedangkan untuk
mendapatkan bunyi sh, ch, h, dan th, bayi akan membutuhkan waktu sedikit lama. Bunti yang
paling terakhir yang bisa didapatkan adalah l dan r.

Ibu dan ayah memainkan bagian besar dalam pembentukan bahasa anak. Kita
diprogramkan oleh beberapa cara untuk menyuarakan bahasa, kita harus belajar bahasa spesifik
dari orang yang ada disekitar kita. Ibu harus bisa menyesuaikan ucapannya dengan tingkat
ucapan anak-anak. Inilah yang disebut dengan motherese.

4
Pada usia 10 bulan, anak bisa membentuk kata-katanya sendiri. Banyak anak yang
memahami antara 5 sampai 10 kata dan yang paling cepat dari ¼ diantara mereka sampai bisa
memahami 40 kata. Dari usia 12-18 bulan disebut tahapan 1 kata. Tiap kata menyatakan suatu
kalimat dengan sendirinya. Pada usia 12 bulan, Banyak anak yang bisa menghasilkan 3 atau 4
kata, dan memahami 30 sampai 40 kata. Ada beberapa anak yang memahami dan bahkan
menggunakan sebanyak 80 kata. Pada usia 14 bulan, jumlah kata-kata yang dipahami sampai
berjumlah 50 sampai 100 dan bahkan yang paling lambat sekalipun mampu mengetahui 20
sampai 50 kata. Sedangkan pada usia 18 bulan, banyak anak yang bisa menghasilkan 25 sampai
50 kata dan memahami ratusan kata. Antara usia 18 sampai 24 bulan (kira-kira) kita melihat
permulaan dari dua kalimat kata dan ucapan telegrafis. Setelah usia 24 bulan, anak mulai
menggunakan konstruksi gramatikal dari jenis yang beragam.

b. Asal-usul Bahasa

Ada banyak teori tentang asal-usul Bahasa menurut Goerge Boeree. Kebanyakan teori
ini mempunyai nama-nama tradisional yang membingungkan. Berikut ini adalah
pemaparannya.

1. Teori Mama, Bahasa dimulai dengan suku kata yang paling mudah disematkan pada
objek-obejk yang paling signifikan.
2. Teori Ta-Ta, Sir Richart Paget, yang terpengaruh oleh pemikiran Darwin, percaya
bahwa gerakan tubuh itu lebih dahulu muncul daripada bahasa.
3. Teori Bow-Wow, Bahasa dimulai sebagai imitasi dari suara-suara alam – Moo, Choo-
Choo, suara tabrakan, suara bel, suara desis, suara dentuman, suara meong, dan
sebagainya.
4. Suara Pooh-Pooh, Bahasa dimulai dengan kata seru, teriakan, emosi yang instingtif,
seperti “oh!” untuk rasa terkejut dan “aduh!” untuk rasa sakit.
5. Teori Ding-Dong, Sebagian orang, termasuk linguis terkenal, Max Muller,
Menunjukkan Bahwa ada sebuah kesesuaian yang agak misterius antara suara dan
makna.
6. Teori Yo-He-Ho, Bahasa dimulai dengan nyanyian yang bersifat ritmik, yang mungkin
berasal dari dengkuran para pekerja berat. Linguis D.S. Diamond menunjukkan bahwa
ini mungkin yang disebut bantuan atau kerja sama yang disertai dengan isyarat yang
sesuai.

5
7. Teori Sing-Song, Linguis Denmark, Jesperson, menunjukkan bahwa bahasa muncul
dari permainan, gelak tawa, mendekut, berkencan, berkomat-kamit secara emosional,
dan senada dengan itu.
8. Teori Hei kamu, Seorang linguis bernama Revesz menunjukkan bahwa kata selalu
membutuhkan kontak interpersonal, dan bahasa itu dimulai sebagai suara untuk
memberi sinyal baik itu sinyal identitas (inilah aku!) dan kepemilikkan (aku
bersamamu!). Teori ini lebih ini lebih umum disebut sebagai teori kontak
9. Teori Hocus Pocus, Bahasa memangberakar dalam sejenis ospek magis atau
keagamaan dari kehidupan nenek moyang. Mungkin mulai dengan menyebut
permainan binatang dengan suara-suara magis, yng kemudian menjadi nama-nama
mereka.
10. Teori Eureka, Bahasa memang sengaja diciptakan. Mungkin sebagian nenek moyang
mempunyai ide untuk menentukan suara-suara yang tidak beraturan menjadi sesuatu
hal tertentu yang mempunyai makna.

c. Hierarki Linguistik Bahasa

lienguistik adalah ilmu yang mempelajari Bahasa, dengan topik pembelajaran meliputi
struktur Bahasa dan berfokus pada pendeskripsian suara-suara, makna-makna, dan tata Bahasa
dalam percakapan. Para ahli linguistic telah mengembangkan sebuah kerangka kerja Bahasa
yang bersifat hierarkis (berjenjang). Hierarki linguistic berkisar dari komponen-komponen
yang fundamental ke komponen-komponen gabungan (compound components) hingga ke
komponen-komponen yang sangat rumit.

a. Bagian-bagian dalam hierarki linguistic Bahasa


1. Fonem

Ialah sebuah unit dasar Bahasa lisan yang, saat digunakan sebagai sebuah unit tunggal,
tidak memiliki makna sama sekali. Fonem adalah suara-suara tunggal dalam percakapan yang
direpresentasikan oleh sebuah symbol tunggal. Fonem dihasilkan oleh koordinasi yang rumit
dari paru-paru, pita suara, larynx, bibir, lidah, dan gigi. Fonem dapat berupa huruf hidup (ee
seperti dalam heat, I seperti dalam hit) atau konsonan (t seperti dalam tee, p seperti dalam pea).

2. Morfem

Morfem adalah unit-unit terkecil yang memiliki makna. Morfem dapat berupa kata-kata
atau bagian-bagian kata seperti prefix (awalan), sufiks (akhiran), atau kombinasi prefix-sufiks.

6
Morfem dapat berbentuk morfem bebas atau morfem terkait (bounded morphemes).
Morfem bebas adalah unit-unit bermakna yang berdiri secara mandiri (seperti, color, orange,
dog, drive) sedangkan morfem terikatadalah bagian-bagian kata (colorless, oranges, driving).
Dengan menggabungkan morfem-morfem, kita dapat membentuk jutaan kata- hamper-hampir
tidak terbatas.

3. Morfologi

Adalah studi mengenai struktur kata-kata. Salah satu Batasan liguistik dalam Bahasa
inggris menyatakan bahwa jumlah maksimumn konsanan yang dapat membentuk suatu suku
kata-kata adalah tiga; pada umumnya kurang dari dua. Sebuah Batasan liguistik lainnya
menyatakan bahwa huruf-huruf tertentu misalnya q dan d atau j dan z tidak pernah muncul
berdampingan. Batasan-batasan tersebut, termasuk kecenderungan berlebih-lebihan
(redundancy) dalam Bahasa inggris, berfungsi mengurangi jumlah kekeliruan dalam transmisi
dan penyediaan.

4. Sintaksis

Adalah peraturan-peraturan yang mengendalikan kombinasi kata-kata dalam frase dan


kalimat. Jumlah variasi kata-kata yang dapat dihasilakan manusia hanya dibatasi oleh waktu
dan imjinasi, dalam upaya memahami struktur Bahasa, para ahli linguistic telah memusatkan
upaya mereka dala dua aspek yaitu:

- produktivitas mengacu pada ketikterbatasan jumlah kalimat, frase atau ucapan yang
mungkin muncul dalam suatu Bahasa dan sifat keteraturan.
- Regularitas, mengacu pada pola-pola sistematik dalam kalimat, frase atau ucapan.

C. Hubungan Otak dan Bahasa


Bahasa termasuk penting dalam kemampuan berbicara manusia, otak manusia sebelah
kiri merupakan bagian yang mengendalikan kemampuan berbicara. Sebenarnya otak kanan
memiliki sedikit kemampuan bicara ia punya kontrol yang bagus terhadap nama, dan kata-kata
makian, jika terjadi cidera otak pada belahan otak kiri pada masa kanak-kanak otak kananlah
yang mengambil alih fungsi kemampuan bicara.

Penelitian menemukan perihal otak terdapat sebuah area yang dinamakan area broca.
Area itu terletak dibagian bawah lobus frontal bagian kiri, yang berfungsi sebagai pusat
produksi bicara. Area Broca ini berperan dalam pembentukan kata dan kalimat, berhubungan
dengan struktur dan organisasi Bahasa. Program-program artikulasi disimpan di daerah ini,

7
bertanggung jawab untuk kaidah artikulasi yang menciptakan pola bunyi, untuk kaidah
morfologi dan sintaksis, antara lain dalam membentuk kata dan frasa. dan bahwa bicara
dihasilkan ketika program-program ini mengaktifkan daerah yang berdekatan di girus
prefrontal yang mengontrol otot-otot wajah dan rongga mulut.

Selain itu terdapat daerah kortikal komprehensi Bahasa yang kemudian dikenal sebagai
area Wernicke. Area ini berdekatan dengan area broca tetapi dalam lobus temporal disebelah
kanan dekat korteks auditori. Di area inilah kita memahami makna bicara.

D. Gangguan Pada Otak Yang Berkaitan Dengan Bahasa


Ketika saat mengalami cidera pada area broca dan Wernicke akan terjadi yang
Namanya afasia yaitu gangguan komunikasi yang disebabkan oleh kerusakan bagian otak yang
mengandung Bahasa (biasanya di hemisfer serebri kiri otak). Individu yang mengalami
kerusakan pada sisi kanan hemisfer serebri kanan otak mungkin memiliki kesulitan tambahan
diluar masalah bicara dan Bahasa. Afasia dapat menyebabkan kesulitan dalam berbicara,
mendengarkan, membaca, dan menulis, tetapi tidak mempengaruhi kecerdasan. Individu
dengan afasia mungkin juga memiliki masalah lain, seperti disastria, apraxia, dan masalah
menelan. Selain itu terdapat pula area yang bernama angular gyrus yang letaknya tepat di atas
dan dibalik area wernicke, area ini berfungsi sebagai penghubung antara pusat Bahasa dan
korteks visual. Jika area ini rusak akan menderita alexsia (ketidakmampuan membaca) dan
agraphia (ketidakmampuan menulis). Berikut macam-macam pembagian Afasia :

1. Global Afasia adalah afasia yang melibatkan semua aspek Bahasa dan mengganggu
komunakasi lisan. Penderita tidak dapat berbicara secara spontan atau melakukannya
dengan susah payah, menghasilkan tidak lebih fragmen perkataan.
2. Afasia Broca ditandai dengan tidak adanya gangguan spontan berbicara, sedangkan
pemahaman hanya sedikit terganggu. Pasien dapat berbicara dengan susah payah,
memproduksi kata-kata yang goyah dan tidak lancar (terbata-bata).
3. Afasia Wernicke ditandai dengan penurunan pemahaman yang kronik. Bicara tetap lancar
dan normal mondar-mandir, tetapi kata-kata penderita tidak bisa dimengerti.
4. Afasia Transkortikal, kata-kata yang didengar penderita dapat diulang, hubungan langsung
antara pengertian dan ekspresi Bahasa terganggu. Dapat mengutarakan perkataan singkat
dan tepat; masih menggunakan perkataan penggantinya.
5. Afasia Amnestic. Jenis afasia yang ditandai dengan gangguan penanaman dan mencari
perkataan. Bicara masih spontan dan fasih tapi sulit untuk menemukan kata atau
menggunakan simbol-simbol yang tepat misalnya ketika mau mengatakan kursi maka

8
diganti dengan kata duduk. Kemampuan untuk mengulang, memahami, dan menulis kata-
kata pada dasarnya normal.
6. Afasia Konduksi. Pengulangan sangat terganggu; fasih bicara spontan terganggu oleh jeda
untuk mencari kata-kata. Pemahaman Bahasa hanya sedikit terganggu.
7. Afasia Subkortikal. Bicara tidak lancar atau terputus, dapat menyebutkan kata dengan benar
dengan cara membeo, sulit memulai berbicara, kalimat singkat dan monoton, kemampuan
menulis kurang.
8. Afasia Sensorik ditandai dengan kehilangan pengertian Bahasa lisan dan Bahasa tulisan.
Kesulitan dalam memberikan makna pada rangsangan yang diterimanya. Biocara spontan
biasanya lancar hanya kadang-kadang kurang relevan dengan situasi pembicaraan.
9. Afasia Auditori, penderita tidak mampu memberikan makna pada apa yang didengarnya.

E. Pendekatan Neurosains Kognitf Tentang Bahasa


Berbahasa merupakan gabungan berurutan antara dua proses, yaitu proses produktif
dan proses reseptif. Proses produktif berlangsung pada diri penutur, yang membentuk kode-
kode bahasa yang bermakna dan berguna. Sedangkan proses reseptif berlangsung pada diri
pendengar yang menerima kode-kode bahasa yang bermakna dan berguna, yang disampaikan
oleh penutur melalui alat ucap, lalu diterima melalui alat pendengaran.

Proses produksi atau proses rancangan berbahasa disebut enkode. Sedangkan proses
penerimaan, perekaman, dan pemahaman disebuh proses dekode. (Chaer, 2009:45). Dapat
disederhanakan bahwa bahasa yang berprose dan keluar dari penurut, itu dinamakan enkode,
dan bahasa yang diterima alat pendengaran manusia dan diproses, itu dinamakan dekode.
Enkode dan dekode dalam bahasa akan menyangkut pada persoalan fonologi, gramatikal, dan
semantik. Dalam enkode, proses berbahasa yang dilalui yang pertama adalah mengolah ide
atau maksud yang ingin dituturkan, lalu dibentuk dalam susunan gramatikal, agar petutur
mengerti dengan apa yang disampaikan, kemudian barulah bentuk itu disampikan menjadi
bunyi bahasa lewat alat ucap oleh penutur. Sedangkan dalam proses dekode atau pada petutur
(penerima tuturan), proses yang terjadi pada enkode tadi justru terbalik. Alat pendengar
menerima bentuk fonologi terlebih dahulu, setelah itu otak akan menerima bentuk
gramatikalnya, hingga menangkap makna dari ujaran tersebut (semantik). Proses enkode dan
dekode itu dapat digambarkan melalui bagan berikut ini. Kedua proses (enkode dan dekode)
yang menjadi operator utama pengolahnya adalah otak.

9
Otak manusia bertanggung jawab terhadap pengaturan seluruh badan dan pemikiran
manusia. Oleh karena itu terdapat kaitan erat antara otak dan pemikiran. Otak dan sel saraf di
dalamnya dipercayai dapat memengaruhi kognisi manusia. Pengetahuan mengenai otak
memengaruhi perkembangan psikologi kognitif. Otak juga bertanggung jawab atas fungsi
seperti pengenalan, emosi. ingatan, pembelajaran motorik dan segala bentuk pembelajaran
lainnya (Wikipedia).

Otak manusia dibagi atas belahan (hemisfer) kanan dan belahan kiri. Kedua belahan
otak tersebut tidak melakukan fungsi yang sama. Dalam artian fungsi belahan tersebut berbeda-
beda. Belahan otak kanan, mengendalikan anggota tubuh sebelah kiri (khusus anggota tubuh
yang berpasangan), sedangkan belahan otak kiri mengendalikan anggota tubuh sebelah kanan.
Begitu juga dengan sistem fungsi dalam berpikir, belahan otak kanan lebih kepada pengolahan
ideasi yang bukan dalam bentuk bahasa. Sebaliknya, belahan otak kiri mengolah ideasi yang
berbentuk bahasa.

Pembicaraan tentang bahasa pada otak akan menjadi pengulasan yang panjang.
Penelitian yang dilakukan untuk persoalan ini telah dimulai dengan serius pada tahun 1848
sampai sekarang pun tentu mengalami perkembangan. Banyak yang akan dijabarkan, mulai
dari memahami fungsi umum otak, lalu dimana posisi bahasa bekerja dalam otak, bagaimana
perbedaan proses kebahasaan pada otak laki-laki dan perempuan, dan pembicaraan tentang
otak lainnya yang terus dilakukan. Penemuan-penemuan terus bermunculan, bahkan
menghimpit dan mematahkan penemuan-penemuan sebelumnya. Namun, dalam pembahasaan
ini, akan dilakukan pemadatan penjabaran, berdasarkan sumber utama buku psikolinguistik
yang ditulis oleh Abdul Chaer (2009), yang juga telah merangkum dari berbagai sumber
lainnya.

Penelitian mengenai bahasa pada otak manusia, yang terkenal dan bertahan dalam
beberapa dekade sampai ditemukan penelitian berikutnya, adalah penelitian yang dilakukan
oleh Paul Broca dan penelitian yang dilakukan oleh Carl Wernicke. Pada tahun 1861 Paul
Broca melakukan hal ini. Dia adalah seorang ahli bedah saraf yang mempelajari seorang pria
bernama Tan. Dia disebut Tan karena itu adalah satu-satunya kata pria bisa mengatakan. Tan
bisa memahami bahasa lisan, tetapi ia hanya bisa mengeluarkan suara yang terdengar seperti
‘Tan” Meskipun ia bisa membuat suara ini, itu tidak dianggap bahasa lisan karena tidak ada
informasi yang dipertukarkan. Ketika Tan meninggal, Broca mempelajari otaknya dan
menemukan lesi (memar atau tempat yucky) di bagian depan lobus temporal. Broca kemudian

10
pergi dan mempelajari otak lainnya pasien yang mirip dengan Tan. Ini adalah bagaimana ia
menemukan daerah Broca. Ini adalah wilayah otak yang memungkinkan kita untuk
menghasilkan bahasa lisan.

Sepuluh tahun setelah penemuan Broca, Carl Wernicke, seorang ahli saraf, membuat
penemuan yang sama; hanya saja kali ini pasiennya mampu berbicara. Meskipun mereka
berbicara, pidato itu tidak koheren atau hanya tidak masuk akal. Dia menemukan lesi pada sisi
yang sama dari otak sebagai area Broca, tapi di belakang lobus temporal. Kesimpulan dari
penemuannya, bahwa area yang dinamakan dengan namanya, Wernicke, merupakan area yang
menerima bentuk bahasa dari luar, atau dalam pembahasan sebelumnya, dinamakan dekode.

Berdasarkan penemuan Broca dan Wernicke itu, disimpulkan bahwa proses berbahasa
manusia terjadi di belahan otak kiri, atau hemisfer kiri. Posisinya adalah pada bagian yang
disebut dengan broca dan wernicke. Proses kerjanya seperti enkode dan dekode. Broca sebagai
enkode, yaitu melakukan pemproduksian bahasa, sedangkan wernicke berfungsi sebagai
dekode, yaitu melakukan pememahaman bahasa.

Beberapa penelitian selanjutnya masih menemukan kesimpulan yang sama dengan


Broca dan Wernicke, bahwa medan berbahasa manusia itu terletak pada bagian otak broca dan
wernicke. Teori lokalisasi dengan melakukan beberapa teknik dalam memahami proses
berbahasa pada otak, juga menemukan kesimpulan yang sama, bahwa kemampuan berbahasa
hanya terjadi pada hemisfer kiri. Namun hal ini kemudian dibantah oleh Yule (1985), Whitaker
(1997), dan Krasen (1997), yang melakukan penelitian lebih lanjut. Kesimpulan dari pendapat
mereka adalah, bahwa meskipun terdapat keunggulan pada hemisfer kiri, tetapi tidak semua
aspek bahasa dibatasi pada hemisfer kiri. Adanya kerja sama di antara bagian otak, ditunjukkan
oleh cara otak mengubah kata menjadi bahasa. Sebuah teori menyatakan bahwa otak
mempunyai wilayah konvergensi bahasa.

Pada akhirnya, teori broca dan wernicke, dan teori lokalisasi, digantikan oleh teori yang
berhipotesis adanya ‘hemisfer yang dominan’ yang mungkin pada hemisfer kiri ataupun
hemisfer kanan. Hal ini telah diiringi dengan bukti-bukti, berupa tes yang telah dilakukan, dan
kesimpulannya, bahwa kemampuan berbahasa tidak hanya pada hemisfer kiri saja, tetapi
hemisfer kanan pun juga dapat dilatih untuk difungsikan sebagai tempat kegiatan berbahasa.
Hemisfer kanan penting untuk fungsi emosi, lagu isyarat (gesture), baik emosinal maupun
verbal. Tanpa hemisfer kanan pembicaraan seseorang akan menjadi monoton, kesenyapan, tak
ada lagu kalimat, tanpa menampakan adanya emosi, tanpa disertai isyarat-isyarat Bahasa.

11
Dengan kata lain gerak, ekspresi, dan sebagainya pada hemisfer kanan membantu
menyatakan maksud dalam penyampaian Bahasa.

Otak adalah pusat komando untuk Bahasa dan komunikasi. Kerusakan pada area Broca
dan Wernicke akan terjadi yang Namanya afasia yaitu gangguan komunikasi yang disebabkan
oleh kerusakan bagian otak yang mengandung Bahasa (biasanya di hemisfer serebri kiri otak).
Individu yang mengalami kerusakan pada sisi kanan hemisfer serebri kanan otak mungkin
memiliki kesulitan tambahan diluar masalah bicara dan Bahasa. Afasia dapat menyebabkan
kesulitan dalam berbicara, mendengarkan, membaca, dan menulis, tetapi tidak mempengaruhi
kecerdasan

12
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Otak mempunyai peranan yang berbeda bagi fungsi kortikal. Terdapat dua sisi otak
manusia yaitu hemisfer kiri dan hemisfer kanan. Otak manusia memiliki peranan yang sangat
penting dalam kehidupan. Karena semua system gerak dalam tubuh di pengaruhi oleh otak,
begitu juga dengan Bahasa. Otak memegang peranan yang penting dalam berbahasa. Setiap
Bahasa yang kita keluarkan itu di proses melalaui otak terlebih dahulu agar terciptanya Bahasa
yang baik. Proses berbahasa terjadi pada belahan otak kiri, atau hemisfer kiri. Posisnya ada
pada area broca dan Wernicke. Broca melakukan pemproduksian Bahasa, sedangkan Wernicke
berfungsi dalam pemahaman Bahasa, dan gyrus prefontal yang berperan dalam dalam
pengontrolan otot-otot wajah dan rongga mulut saat akan berbicara.

B. Saran
Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami dengan senang hati bersedia
menerima segala kritik dan saran yang membangun untuk kebaikan penulisan dalam menyusun
makalah yang akan datang

13
DAFTAR PUSTAKA

Boeree, C.George. (2013). General Psychology : Psikologi Kepribadian, Persepsi,


Kognisi, Emosi, dan Perilaku. Yogyakarta : Prismasophie.

Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik: Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta.

Harianja, Nurilam. (2010). Jurnal : Hubungan Bahasa dan Otak. Medan : Universitas Negeri
Medan.

Solso, Robert L.dkk. (2007). Psikologi Kognitif Edisi Kedelapan. Jakarta : Erlangga.

Pinel, John. (2009). Biopsikologi Edisi Ketujuh: Terjemahan. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Wikipedia. Otak. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Otak. Dilihat pada tanggal 22 Oktober 2019.

iv

Anda mungkin juga menyukai