Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PEMBELAJARAN BERBASIS OTAK

Untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Neurosience Dalam


Pembelajaran
Dosen Pengampu : Drs. Sunaryo, M.DS

Disusun oleh
Nama : Khairunnisa
NIM : 1786206374
PRODI : PGSD

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2021

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kami panjatkan kepada allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami
dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul Perbedaan Cara Berfikir Otak
Kanan dan Otak Kiri Pada Manusia ini. Makalah ini dibuat untuk memenuhi
tugas UAS mata kuliah Neuroscience dan Pembelajaran, dan juga untuk
menambah pengetahuan bagi para pembaca. Semoga isi dari makalah ini dapat
bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembacanya.

Tangerang, Januari 2021


Penulis

Khairunnisa

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................1
C. Tujuan..............................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. Pengertian Otak.............................................................................................3
B. Bagian-bagian Otak.......................................................................................4
C. Pembelajaran Berbasis Otak.........................................................................4
D. Prinsip Pembelajaran Berbasis Otak.............................................................5
E. Elemen Esensial..........................................................................................10
F. Tahap-Tahap Pembelajaran Berbasis Otak.................................................10
G. Faktor-faktor Pembelajaran Berbasis Otak.................................................11
H. Esensi Pembelajaran Berbasis Otak............................................................12
BAB III..................................................................................................................14
PENUTUP..............................................................................................................14
A. Kesimpulan...................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Otak merupakan pusat segala aktivitas tubuh, mulai dari datangnya


stimulus, pemrosesan, hingga feed back yang diberikan oleh tubuh semuanya
merupakan hasil dari campur tangan organ yang satu ini. Otak juga dapat
diibaratkan sebagai sebuah perangkat lunak yang siap memproses segala
sesuatu yang diterima oleh alat-alat indra untuk kemudian diinterpretasikan.

Otak memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Semua


organ tubuh termasuk pancaindra dan otot terhubung dengan saraf atau neuron
yang bertugas sebagai penghantar sinyal ke otak.

Otak manusia dibagi menjadi tiga, yakni otak besar, otak kecil, dan otak
tengah. Dalam otak besar tedapat otak kanan dan kiri yang sama-sama
memiliki manfaat luar biasa dalam kehidupan manusia. Keluarbiasaan otak
kanan dan kiri ini tentunya juga diikuti dengan otak tengah dan otak kecil yang
pada dasarnya memiliki peranan yang tak kalah pentingdengan otak besar. Nah
disini akan dijelaskan bagaimana peranan otak dalam pembelajaran.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian otak?


2. Apa saja bagian-bagian otak?
3. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran berbasis otak?
4. Apa saja prinsip pembelajaran berbasis otak?
5. Apa saja elemen esensial pembelajaran berbasis otak?
6. Apa saja tahap-tahap pembelajaran berbasis otak?
7. Apa saja factor dalam pembelajaran berbasis otak?

1
8. Apa esensi dari pembelajaran berbasis kemampuan otak?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian otak.


2. Untuk mengetahui bagian-bagian otak.
3. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan pembelajaran berbasis otak.
4. Untuk mengetahui prinsip pembelajaran berbasis otak.
5. Untuk mengetahui elemen esensial pembelajaran berbasis otak.
6. Untuk mengetahui saja tahap-tahap pembelajaran berbasis otak.
7. Untuk mengetahui factor dalam pembelajaran berbasis otak.
8. Untuk Mengetahui esensi dari pembelajaran berbasis kemampuan otak.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Otak

Otak merupakan pusat segala aktivitas tubuh, mulai dari datangnya


stimulus, pemrosesan, hingga feed back yang diberikan oleh tubuh
semuanya merupakan hasil dari campur tangan organ yang satu ini. Otak
juga dapat diibaratkan sebagai sebuah perangkat lunak yang siap
memproses segala sesuatu yang diterima oleh alat-alat indra untuk
kemudian diinterpretasikan. Organ ini juga merupakan bagian dari sistem
saraf pusat yang berperan sebagai koordinator atau pusat pengendali dalam
tubuh. Selain itu, sistem sarf pusat yang terdapat di otak berperan penting
dalam menentukan respon seseorang terhadap stimulus atau rangsangan
yang diterimanya dari lingkungan.

Otak memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia.


Semua organ tubuh termasuk pancaindra dan otot terhubung dengan saraf
atau neuron yang bertugas sebagai penghantar sinyal ke otak.

Pekerjaan otak dilakukan oleh setiap bagian otak yang meliputi otak
besar (otak kanan dan kiri), otak kecil (cerebellum), dan otak tengah
(midbrain). Ketiga bagian otak inilah yang merupakan pusat dari
koordinasi pikiran manusia

Otak besar atau yang disebut juga dengan otak depan merupakan
gabungan dari otak kanan dan otak kiri. Kedua belahan otak ini memiliki
fungsi sendiri-sendiri yang sangat bermanfaat dalam kehidupan manusia.
Fungsi otak ini berkaitan dengan kemampuan inteligensi dan emosional
dalam diri seseorang yang digambarkan dengan otak kanan dan otak kiri.
Sementara itu, otak kecil atau otak belakang memiliki peranan sebagai
pengendali koordinasi urutan gerakan. Dan yang terakhir adalah bagian

3
otak yang paling kecil ukurannya, yakni otak tengah. Otak tengah mungkin
tidak terlalu banyak dikenal seperti otak kanan, kiri, maupun otak kecil.
Namun, ia memiliki kegunaan yang sangta luar biasa. Salah satunya yaitu
sebagai stasiun relai atas stimulus dari indra pendengaran dan penglihatan.

B. Bagian-bagian Otak

Menurut teori Otak Triune, otak manusia terdiri dari tiga bagian,
yaitu otak reptil, sistem limbik, dan neokortek.
Otak reptil adalah otak paling sederhana. Tugas utama otak ini
adalah mempertahankan diri. Otak ini menguasai fungsi otomatis seperti
degupan jantung dan sistem peredaran darah. Disinilah pusat perilaku
naluriah yang cenderung mengikuti contoh dan rutinitas secara membuta.
Otak reptil diyakini sebagai otak hewan yang berfungsi untuk mengejar
kekuasaan. Ia akan berbuat apa saja demi mencapai tujuan yang
diinginkannya termasuk untuk mempertahankan diri.
Sistem limbik adalah otak tengah yang memainkan peranan besar
dalam hubungan manusia dan dalam emosi. Fungsi otak ini bersifat sosial
dan emosional. Di otak ini juga terkandung sarana untuk mengingat jangka
panjang.
Neokorteks adalah otak yang paling tinggi tingkatnya. Otak ini
memiliki fungsi tingkat tinggi, misalnya mengembangkan kemampuan
berbahasa, berpikir abstrak, memecahkan masalah, merencanakan
kedepan, dan berkreasi. Otak ini yang membuat manusia berbeda dengan
makhluk lain ciptaan Tuhan.
Proses pendidikan mestinya mengembangkan setiap bagian otak.
Pembelajaran mestinya mengembangkan kemampuan-kemampuan yang
berhubungan dengan fungsi neokorteks, melalui pengembangan berbahasa,
memecahkan masalah, dan membangun kreasi.

4
C. Pembelajaran Berbasis Otak
Pembelajaran berbasis kemampuan otak adalah sebuah cara
berpikir tentang proses pembelajaran. Ia bukanlah semacam obat mujarab,
bukan puala sebuah solusi untuk mengatasi semua masalah. Ia bukan
merupakan sebuah program, dogma, atau resep bagi para guru. Ia juga
bukan sebuah tren atau trik. Namun ia hanyalah serangkaian prinsif, serta
sebuah dasar pengetahuan dan ketrampilan yang dengannya kita dapat
membuat keputusan-keputusan yang lebih baik tentang proses
pembelajaran.
Pembelajaran berbasis otak berkembang setelah perkembangan
neurosains yang kemudian memberikan sejumlah dampak pada
pendidikan, dan khususnya pada pembelajaran. Neurosains adalah kajian
tentang sistem saraf manusia, otak, serta basis biologis dari kesadaran,
persepsi, memori, dan pembelajaran.
Teori pembelajaran ini terutama berlandaskan peranan struktur dan
fungsi otak. Selama otak tidak dihalang-halangi untuk memenuhi proses
normalnya, berlangsunglah pembelajaran. Pada umumnya orang sering
salah kaprah dengan mengatakan bahwa seseorang dapat belajar,
kenyataannya setiap orang memang selalu siap untuk belajar. Setiap orang
dilahirkan dilengkapi dengan otak yang pada hakikatnya merupakan
prosesor yang sangat lengkap, penuh tenaga, efisien, dan dahsyat.
Terkait dengan peranan otak dalam pembelajaran perlu dipahami
dulu bahwa otak dibagi menjadi dua belahan (hemisphere), yang membagi
otak menjadi otak kiri dan otak kanan.

D. Prinsip Pembelajaran Berbasis Otak

a. Otak adalah suatu sistem adaptif yang kompleks.


Mungkin segi yang paling menarik dari otak adalah
kemampuannya untuk berfungsi pada setiap bagian otak dengan

5
berbagai cara secara simultan. Dua prinsip yang berlangsung disini
adalah:
1. Otak adalah suatu prosesor paralel, yang maknanya dapat
melakukan berbagai kegiatan berbeda pada suatu ketika, misalnya
serentak kita dapat melihat, mendengar dan merasakan sesuatu.
2. Bahwa pembelajaran terkait dengan seluruh fisiologi otak.
Pemikiran, emosi, imajinasi, predispoisi dan fisiologi bekerja
secara serentak dan interaktif. Dalam kaitan ini pembelajaran
harusnya disajikan sedemikian rupa sehingga sesuai dengan sifat
otak pembelajar yang kompleks dan multifaset. Pembelajar
bersangkut paut dengan peran seluruh faal tubuh. Seluruh
pembelajaran menyangkut kerja sama antara pikiran dan
tubuh (mind body), misalnya: gerak tubuh, penyediaan makanan,
siklus perhatian, dan sebagainya.
b. Otak manusia adalah otak social
Dalam dua tahun pertama setelah bayi manusia keluar dari rahim
ibunya, otak manusia dalam keadaan paling lentur, mudah
dipengaruhi, dan mudah menerima rangangan dari luar. Kita mulai
membentuk otak/ pikiran kita dengan cara berinteraksi secara dini
terhadap lingkungan dan hubungan antar personal. Otak manusia
bersifat sosial, akan berkembang dengan baik bila sering
terjadi sharing dengan orang lain. Itulah gunanya belajar dan
berkomunikasi dengan orang lain, itulah manfaat yang dapat dipetik
dari pembelajaran dalam kelompok.
c. Pencarian makna adalah fitrah manusia
Pencarian makna dapat diartikan secara umum sebagai cara
manusia untuk memahami pengalaman hidupnya. Ini adalah fungsi
otak yang terkait dengan upaya mempertahankan hidup dan
merupakan fungsi dasar dari otak/pikiran. Dalam kehidupan pencarian
makna selalu bertujuan dan di dorong oleh pencarian nilai hidup.
Termasuk dalam hal ini adalah pencarian terhadap jawaban

6
pertanyaan filosofis tentang, siapa saya, dan mengapa saya ada
disini?.
d. Pencarian makna terjadi dengan cara mencontoh atau meneladani
sesuatu.
Dalam mencontoh kita memasukkan peta-peta pikiran yang
skematis dan kategori-kategori, baik yang kita dapatkan dari luar,
maupun yang secara fitrah telah melekat dalam diri kita. Otak/pikiran
memerlukan, dan secara otomatis mencatat contoh-contoh yang
familiar sementara secara simultan mencari dan menanggapi
rangsangan yang baru muncul. Dengan demikian suatu pembelajaran
yang efektif harus memberikan kesempatan pada pembelajar untuk
merumuskan pola atau model mereka sendiri dalam memperoleh
pemahaman.
e. Emosi setiap orang bersifat kritis saat terjadi proses mencontoh
Apa yang kita pelajari dipengaruhi dan diorganisasikan oleh emosi
dan pola pikir kita yang terkait dengan harapan, bias personal dan
sangkaan, penghargaan diri, dan kebutuhan akan interaksi sosial.
Emosi dan pemikiran saling membentuk satu sama lain dan tidak
dapat dipisahkan. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa emosi
memberi warna terhadap makna. Sifat kritis emosi terhadap berbagai
contoh kehidupan ini misalnya dimanifestasikan dengan cara
memberikan perhatian, memberi makna, dan membentuk ingatan.
Dalam kaitan ini lingkungan emosi yang cocok akan memperkuat
keefektifan proses pendidikan.
f. Setiap bagian otak serentak menanggapi dan menciptakan bagian-
bagian maupun keseluruhan.

Walaupun konsep otak kanan dan otak kiri memang ada benarnya,
hal ini tidak menggambarkan seluruh fakta tentang otak. Pada orang
yang sehat kedua belahan otak tersebut berinteraksi pada setiap
aktivitas, baik itu aktivitas seni, penghitungan, saat melakukan

7
penjualan, mengerjakan akuntansi, dan sebagainya. Kedua belahan
otak tersebut bermanfaat untuk mengingatkan kita bahwa selagi otak
mereduksi informasi menjadi bagian-bagian kecil, pada saat yang
sama otak juga menanggapi informasi secara holistik.

g. Pembelajaran melibatkan baik perhatian terpusat maupun persepsi


terhadap sekeliling.
Otak menyerap informasi yang secara langsung disadari, namun
juga secara langsung menyerap informasi yang berada di belakang
pusat perhatian yang berlangsung seketika. Dalam kenyataannya hal
ini merupakan respons terhadap konteks sensori yang lebih besarpada
saat terjadinya pengajaran dan komunikasi antara guru dengan murid.
Terkait hal ini, pendidik dapat dan selayaknya menaruh perhatian
yang luas terhadap seluruh faset lingkungan pendidikan.
h. Pembelajaran selalu bersangkut paut dengan proses sadar maupun
proses nirsadar.
Salah satu aspek dari kesadaran adalah tahu akan, atau insaf akan
sesuatu. Umumnya pembelajaran kita adalah tidak sadar akan
pengalaman baru yang berlangsung, dan masukan sensori diproses di
bawah tataran kesadaran. Artinya bahwa pemahaman terhadap sesuatu
tidaklah berlangsung di dalam kelas, tetapi mungkin akan terjadi
berjam-jam, berminggu-minggu, bahkan beberapa bulan kemudian.
Hal ini juga bermakna bahwa pendidikan harus mengorganisasikan
apa yang mereka lakukan termasuk memfasilitasi timbulnya proses
nirsadar yang dialami oleh para siswanya. Tugas pokok guru dalam
pengajaran adalah membantu para pembelajar membuat yang tidak
tampak menjadi tampak.
i. Kita memiliki minimal dua cara untuk mengorganiasikan memori.
Walaupun banyak model terkait bagaimana memori beroperasi,
model yang amat penting adalah model yang dikembangkan oleh
O’keefe dan Nadel. Dua cara penting untuk mengorganisasikan

8
memori dalam otak kita adalah dalam bentuk memori takson (taxon
memory) dan memori setempat (locale memory). Memori takson
terkait dengan suatu himpunan sistem untuk mengingat informasi
yang relatif tidak berhubungan. Sistem ini dimotivasi oleh adanya
penghargaan dan hukuman (reward and punishment). Bentuk memori
yang kedua adalah memori spasial/otobiografis yang tidak
memerlukan latihan dan memungkinkan suatu cara mengingat
pengalaman yang segera dapat dipanggil kembali (instant). Melalui
kedua sistem memori ini maka baik informasi yang berguna maupun
informasi yang kurang berguna akan diorganisasikan dan disimpan di
lokasi yang berbeda. Informasi yang berguna akan disimpan dalam
memori takson, sedangkan memori yang kurang berguna akan
disimpan dalam memori setempat. Informasi disimpan dalam
sejumlah area di otak, dan dapat dipanggil kembali melalui bermacam
memori dan pelacakan neural (menggunakan saraf otak). Kita akan
mampu memahami secara lebih baik jika fakta-fakta terjalin secara
alami di dalam memori spasial.
j. Pembelajaran bersifat pengembangan.
Pengembangan/ pertumbuhan otak terjadi dengan berbagai cara.
Otak bersifat plastis dan dibentuk oleh pengalaman yang dialami
manusia. Apa-apa yang dialami pada waktu masih kecil akan menjadi
dasar bangunan otak pada saatb manusia berkembang menjadi
dewasa. Hal ini menjadi alasan mengapa bahasa asing sebaiknya
justru diperkenalkan kepada anak sejak masa kecil. Neuron secara
kontinyu tetap mampu membuat jaringan baru sepanjang kehidupan
manusia. Maknanya tidak ada batasan untuk tumbuh maupun
pembatasan terhadap kemampuan manusia untuk belajar lebih banyak.
k. Pembelajaran yang kompleks ditingkatkan oleh tantangan dan
dihambat oleh ancaman dan kecaman.
Otak/ pikiran belajar secara optimal, ia akan membuat koneksi
maksimum bila tersedia tantangan yang ssepadan di lingkungannya

9
yang mendorongnya untuk mengambil resiko. Akan tetapi
otak/pikiran akan menurun kapasitasnya bila mengalami ancaman atau
kecaman. Jadi sebagai pendidik harus meniadakan situasi
pembelajaran yang penuh ancaman atau kecaman, harus menciptakan
iklim pembelajaran yang santai tetapi menantang.
l. Setiap otak terorganisasi secara unik.
Kita memiliki sejumlah sistem otak yang sama namun sekaligus
juga memiliki sistem otak yang berbeda. Perbedaan ini terjadi sebagai
konsekuensi perbedaan genetik, atau mungkin juga terjadi karena
perbedaan pengalaman dan lingkungan kita. Perbedaan-perbedaan ini
biasanya diekspresikan berupa perbedaan gaya belajar, perbedaan
bakat, perbedaan kecerdasan, dan sebagainya.

E. Elemen Esensial

Agar pembelajaran berbasis otak dapat berlangsung dengan baik,


alamiah, Renata Caine dan Geoffrey Caine dalam edisi revisi pada sumber
yang sama (2002) menyatakan diperlukan adanya tiga elemen esensial
yang interaktif, yaitu;

1. Guru harus melibatkan dalam suatu pengalaman interaktif yang


kompleks, yaitu bersifat kaya dan nyata. Contohnya, untuk belajar
bahasa asing siswa diakomodasikan untuk mempelajari langsungsuatu
budaya asing. Pendidikan harus selalu mengedepankan peranan otak
sebagai prosesor paralel.
2. Setiap peserta didik harus menghadapi tantangan personal sendiri-
sendiri. Tantangan seperti itu akan merangsang pikiran siswa pada
keadaan kesiapan, kesiagaan, yang diinginkan. Ia akan selalu siap
belajar.
3. Agar peserta didik memperoleh wawasan tentang masalah, harus
diakomodasikan hadirnya analisis intensif dengan berbagai cara

10
pendekatan. Inilah yang disebut sebagai pengalaman proses
aktif (active processing experience).

F. Tahap-Tahap Pembelajaran Berbasis Otak

1. Persiapan
Pada tahap ini otak menyiapkan kemungkinan terjadinya koneksi
pembelajaran. Guru dapat mendorong berlangsungnya tahap persiapan ini
melalui diskusi tentang apa saja yang telah diketahui siswa tentang topik
khusus tersebut, dan menanyakan apa saja yang mereka sukai tentang
topik tersebut dan telah dikuasainya. Tahap ini biasa kita sebut apersepsi.
2. Akuisi
Selama tahap ini tersedia banyak kesempatan bagi otak untuk
menyerap informasi baru. Sepanjang tahap ini otak secara aktual
menciptakan koneksi antara pengetahuan terdahulu dan pengetahuan yang
baru. Pada tahap inilah guru menyampaikan informasi, baik itu berupa
pembelajaran langsung atau pembelajaran tak langsung.
3. Elaborasi
Para siswa bekerja berlandaskan informasi dan konsep-konsep
untuk menguatkan koneksi informasi serta untuk meluruskan informasi
yang keliru.
4. Pembentukan memori.
Pada tahap ini, otak bekerja berlandaskan skenario, menarik
informasi nirsadar dari konteks pembelajaran, melibatkan emosi, serta
kesadaran fisik pembelajar pada saat yang sama. Pembentukan memori
juga terjadi selama pembelajar istirahat atau tidur.
5. Integrasi fungsional.
Pada tahap ini pembelajar secara aktif menggunakan informasi
baru pada situasi pembelajaran yang nyata. Mereka menerapkan
keterampilan yang diperolehnya dalam konteks-konteks baru. Penerapan

11
pembelajaran ini menyebabkan informasi  pembelajaran diperkuat atau
diperluas.

G. Faktor-faktor Pembelajaran Berbasis Otak

Pembelajaran umumnya datang bukan dengan “lembaran kosong”,


tetapi dengan bank pengalaman otak yang sangat disesuaikan. Peta
kognitif mereka sudah merupakan refleksi sesuatu yang jauh lebih besar
daripada sekadar nilai tes atau pelajaran yang mereka terima di kelas
sebelumnya, ini hanyalah satu irisan kecil bagian neuronal. Bahkan, sejak
usia pra-sekolah, otak seorang pembelajar sudah terbentuk dengan
pengaruh yang sangat banyak termasuk lingkungan rumah, adik-kakak,
keluarga jauh, teman bermain, gen, trauma, stres, luka, kekerasan, ritual
dan pengharapan budaya, kesempatan-kesempatan pengayaan, penyertaan
primer, makanan, serta gaya hidup. Insiden yang tampaknya sepele
sekalipun seperti benturan di kepala dapat memberikan dampak seumur
hidup terkait dengan kemampuan pembelajaran. Misalnya, temporal
lobe yang sangat rentan (atau wilayah kunci otak lainnya) terluka, seorang
anak mungkin saja akan mengalami masalah-masalah fungsi emosi,
pemrosesan, dan memori. Kemungkinan asosiasi tentang luka di kepala ini
terhadap tantangan bagi pembelajar tidak akan pernah terjadi. Contoh ini
mengilustrasikan kompleksitas dari permasalahan yang banyak dihadapi
oleh para pendidik.
Kesulitan yang berkepanjangan juga merupakan faktor lainnya
yang membawa dampak negatif pada fungsi otak. Tubuh kita melepaskan
hormon stres (glukokortikoid) ketika merespons bahaya. Hal inilah yang
memicu “pertarungan dan pelepasan” serbuan adrenalin yang menunjang
pertahanan hidup kita ketika berhadapan dengan keadaan bahaya. Hal ini
tentunya, adalah respons positif jika ia memang menyelamatkan hidup
kita; akan tetapi, kalau tubuh kita sering melepaskan glukokortikoid untuk
merespons stres dan kekhawatiran yang kronis, mekanisme yang tadinya

12
dimaksudkan untuk menyelamatkan hidup kita menjadi terpakai secara
berlebihan, dan kemudian meninggalkan kita dalam kondisi ketegangan
terus menerus. Pada akhirnya, ini akan mengakibatkan pengaruh racun
pada neuron dan merusak memori. Di sisi lain, pengalaman-pengalaman
menyenangkan, menstimulasi pelepasan kimiawi (neurotransmiter) yang
dapat mengembangkan pengalaman pembelajaran.

H. Esensi Pembelajaran Berbasis Otak

Sebuah cara yang baik untuk dapat bekerja dengan pedoman ini
adalah dengan menuliskan masing-masing konsep pada sebuah kartu
indeks, kemudian buatlah daftar beberapa strategi praktis yang spesifik
untuk membuat agar pedoman itu benar-benar dijalankan. Kita harus
mempertimbangkan untuk memperkenalkan satu konsep dalam satu
minggu, dan berusaha dengan keras dalam implementasi. Dan juga masih
perlu mengintegrasikan konsep-konsep dari minggu-minggu sebelumnya,
tetapi setelah beberapa waktu, pendekatan baru akan terjadi secara
otomatis.

a. Pra-pemaparan dan Tahap Awal.


b. Waktu Pembelajaran Yang Memadai.
c. Tingkat Ancaman yang Rendah atau Tidak Ada.
d. Persiapan untuk Performa Akhir.
e. Keterlibatan yang Tinggi.
f. Keterlibatan Emosional Positif.
g. Pilihan Pembelajar.
h. Tantangan Yang Moderat Sampai Yang Tinggi.
i. Dukungan Teman Yang Kuat.
j. Menguasai Sasaran.
k. Waktu Non Pembelajaran yang Memadai.
l. Menyeimbangkan Kebaruan dan Keterprediksian.

13
m. Aman Untuk Mengambil Resiko.
n. Stres yang Moderat.
o. Mengubah dari Tingkat Energi Rendah ke Tinggi.
p. Input Multi Model.
q. Kekerapan Umpan Balik.
r. Merayakan Pembelajaran.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Otak merupakan pusat segala aktivitas tubuh, mulai dari datangnya
stimulus, pemrosesan, hingga feed back yang diberikan oleh tubuh semuanya
merupakan hasil dari campur tangan organ yang satu ini. Organ ini juga
merupakan bagian dari sistem saraf pusat yang berperan sebagai koordinator
atau pusat pengendali dalam tubuh.
Pembelajaran berbasis kemampuan otak adalah sebuah cara berpikir
tentang proses pembelajaran. Ia bukanlah semacam obat mujarab, bukan puala
sebuah solusi untuk mengatasi semua masalah. Ia bukan merupakan sebuah
program, dogma, atau resep bagi para guru. Ia juga bukan sebuah tren atau trik.
Namun ia hanyalah serangkaian prinsif, serta sebuah dasar pengetahuan dan
ketrampilan yang dengannya kita dapat membuat keputusan-keputusan yang
lebih baik tentang proses pembelajaran.

15
DAFTAR PUSTAKA

Gunadi Tri, optimalkan otak kanan, otak kiri, otak tengah dan otak kecil (Depok:
Penebarplus, 2010)
Jensen Eric, Brain Based Learning (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2008)
Hamruni, Strategi Pembelajaran (Yogyakarta: insan madani,2012)
Suyono & Hariyanto, Implementasi Belajar dan Mengajar (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2015)
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2006)

16

Anda mungkin juga menyukai