Anda di halaman 1dari 3

A.

Teori Perkembangan Motorik Elizabeth B Hurlock

Menurut Elizabeth B Hurlock (1978 : 150), perkembangan motorik berarti perkembangan


terkoordinasi. Pengendalian tersebut berasal dari perkembangan refleksi dan kegiatan masa yang ada pada
waktu lahir. Sebelum perkembangan tersebut terjadi, anak akan tetap tidak berdaya. Akan tetapi kondisi
ketidakberdayaan tersebut berlangsung secara cepat. Selama 4 atau 5 tahun pertama kehidupan pascalahir,
anak dapat mengendalikan gerakan yang kasar. Gerakan tersebut melibatkan bagian tubuh yang luas yang
digunakan dalam berjalan, berlari, melompat, berenang, dan sebagainya. Setelah berumur 5 tahun, terjadi
perkembangan yang besar dalam pengendalian koordinasi yang lebih baik yang melibatkan kelompok
otot yang lebih kecil yang digunakan untuk menggenggam, melempar, menangkap bola, menulis, dan
menggunakan alat. 1

Perkembangan Motorik Halus


Menurut Hurlock perkembangan motorik halus adalah meningkatnya pengkordinasian gerak
tubuh yang melibatkan oto dan syaraf yang jauh lebih kecil atau detail. Keduanya mampu
mengembangkan gerak motorik halus seperti meremas kertas, menyobek, menggambar, menulis, dan lain
sebagainya.2

Fungsi Perkembangan Motorik Anak


Keterampilan motorik yang berbeda memainkan peran yang berbeda pula dalam penyesuaian
sosial dan pribadi anak. Sebagai contoh, sebagian keterampilan berfungsi membantu anak untuk
memperoleh kemandiriannya, sedangkan sebagian lainnya membantu anak mendapatkan penerimaan
sosial. Hurlock (1978 : 163) menjelaskan secara kasar sesuai dengan fungsi yang dilayaninya dalam
penyesuaian sosial dan pribadi anak, ada 4 kategori fungsi keterampilan motorik anak :
1. Keterampilan Bantu Diri (Self-Help)
Untuk mencapai kemandiriannya anak harus mempelaj ari keterampilan motorik yang memungkinkan
mereka mampu melakukan segala sesuatu bagi diri mereka sendiri. Keterampilan tersebut meliputi
keterampilan makan, berpakaian, merawat diri dan mandi. Pada waktu anak mencapai usia sekolah,
penguasaan keterampilan tersebut harus dapat membuat anak mampu merawat diri sendiri dengan tingkat
keterampilan dan kecepatan seperti orang dewasa.
2. Keterampilan Bantu Sosial (Social-Help)
Untuk menjadi anggota kelompok sosial diterima di dalam keluarga, sekolah, dan tetangga, anak harus
menjadi anggota yang kooperatif. Untuk mendapatkan penerimaan kelompok tersebut, diperlukan
keterampilan tertentu, seperti membantu pekerjaan rumah atau
pekerjaan sekolah.
3. Keterampilan Bermain
Untuk dapat menikmati kegiatan kelompok sebaya atau untuk dapat menghibur diri di luar kelompok
sebaya, anak harus mempelajari keterampilan bermain bola, ski, menggambar, melukis, dan memani
pulasi alat bermain.
4. Keterampilan Sekolah
Pada tahun permulaan sekolah, sebagian besar pekerjaan melibatkan keterampilan motorik seperti
melukis, menulis, menggambar membuat keramik, menari, dan bertukang kayu. Semakin banyak dan
semakin baik pula penyesuaian sosial yang dilakukan dan semakin baik prestasi sekolahnya, baik dalam
prestasi akademis maupun dalam prestasi yang bukan akademis. 3 Insania Vol. 18 No.3, h. 466-467

1
Insania Vol. 18 No.3, h. 459.
2
Insania Vol. 18 No.3, h. 462.
3
Ibid, h. 466-467.
Bahaya dalam Perkembangan Motorik
Kebanyakan orang mengira bahwa satu-satunya bahaya yang serius dalam perkembangan keterampilan
dan koordinasi motorik anak adalah kekakuan. Tetapi menurut Hurlock (1978 : 164-167) tidak hanya itu
bahaya lain mungkin ada dan menimbulkan dampak psikologis yang serius. Sebagian bahaya tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Terlambatnya Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik yang terlambat berarti perkembangan motorik yang berada di bawah norma umur
anak. Akibatnya, pada umur ter- tentu anak tidk menguasai tugas perkembangan yang diharap kan oleh
kelompok sosialnya. Begitu juga Ratna Wulan (2011 : 29) men jelaskan bahwa keterampilan motorik
yang terlambat dapat mempengaruhi pem- bentukan kepribadian anak karena anak menyadari
keterlambatannya dan merasa tidak percaya diri sehingga konsep dirinya menjadi tidak baik.
2. Harapan Keterampilan yang Tidak Realistik
Sebagian guru memiliki harapan yang tidak realistik tentang kemam- puan motorik anak karena mereka
mengharapkan semua anak menye- suaikan diri dengan norma yang mereka pelajari sebelum menjadi
guru. Anak sendiri mungkin memiliki harapan keterampilan motorik
yang tidak realistik bahkan pada saat anak melihat seseorang yang me- miliki keterampilan tertentu
dengan cepat dan tepat, ia merasa bahwa melakukan keterampilan yang paling rumit itu adalah soal
mudah. Mereka tidak tahu bagaimana rumitnya keterampilan itu dan berapa lama waktu yang diperlukan
untuk menguasainya. Pada waktu anak mencoba, barulah dia tahu bahwa melakukannya jauh lebih sulit
dari yang dilihatnya.
3. Tidak Dapat Mempelajari Keterampilan Motorik yang Penting Kegagalan mempelajari keterampilan
motorik yang penting bagi anak akan merugikan penyesuaian sosial dan pribadi anak. Sebagai contoh,
karena anak memerlukan keterampilan bantu diri untuk dapat mandiri, ketika tidak bisa, pada umur 2-3
tahun anak akan merasa rendah diri.
4. Landasan Keterampilan yang Jelek
Menurut tradisi, praktek menjadikan sempurna ini hanya benar jika landasan keterampilannya baik.
Landasan yang jelas, yang merupakan hasil belajar dengan cara meniru model yang tidak baik, tidak akan
meng hasilkan buah baik dan pastilah bukan keterampilan yang sem- purna. Bahaya menerima keyakinan
tradisional itu sebenarnya timbul dari tekanan orang dewasa kepada anak untuk melakukan praktek tanpa
memperhatikan jenis keterampilan motorik yang sedang dipelajari.
5. Akrobatik
Segera setelah anak mempelajari suatu keterampilan biasanya anak merasa cukup puas dan untuk
mendapat kepopuleran, perhatian dan kepuasan yang lebih besar biasanya mereka mulai berakrobat atau
melaku kan keterampilan tersebut dengan cara yang tidak lazim. Meskipun secara temporer menimbulkan
perasaan lebih unggul dan kepuas an pribadi berakrobat seringkali menimbulkan akibat fisik dan
psikologis.
6. Pemakai Tangan Kiri
Pemakai tangan kiri atau kidal merupakan bahaya potensial bagi penyesuaian sosial dan pribadi yang
baik. Hal ini jelas berbahaya dalam dua kondisi berikut. Pertama, sebagai pemakai tangan kiri anak
menyadari bahwa mereka berbeda dan jika mereka merasa lebih rendah, hal itu akan mempengaruhi sikap
mereka terhadp perilaku mereka. Kedua, penggunaan tangan kiri menjadi bahaya yang nyata
bagi penyesuaian sosial dan pribadi yang baik jika hal itu menghambat anak untuk mempelajari
keterampilan dan menghasilkan keterampilan yang menurutnya berada di bawah kemampuannya. 4

4
Ibid, h. 467-468
http://ejournal.iainpurwokerto.ac.id/index.php/insania/article/download/1472/1074

PRINSIP PERKEMBANGANMenurut Hurlock (1978) bahwa ada 10 fakta dasar mengenai


perkembangan - yang biasanya disebut "prinsip-prinsip perkembangan", yaitu :
1. Prinsip pertama perkembangan adalah bahwa perkembangan menyangkut perubahan, tujuan
perkembangan adalah realisasi diri atau pencapaian kemampuan bawaan
2. Prinsip kedua perkembangan adalah bahwa perkembangan awal lebih penting daripada
perkembangan selanjutnya, karena dasar awal sangat dipengaruhi oleh proses belajar dan
pengalaman. Apabila perkembangan membahayakan penyesuaian pribadi dan sosial anak, ia
dapat diubah sebelum menjadi pola kebiasaan.
3. Prinsip ketiga perkembangan menekankan kenyataan bahwa perkembangan tmbul dari interaksi
kematangan dan belajar dengan kematangan yang menetapkan batas bagi perkembangan.
4. Prinsip keempat perkembangan adalah bahwa pola perkembangan dapat diramalkan, walaupun
pola yang dapat diramalkan ini dapat diperlambat atau dipercepat oleh kondisi lingkungan di
masa pralahir dan pascalahir.
5. Prinsip kelima perkembangan adalah bahwa pola perkembangan mempunyai karakteristik
tertentu yang dapat diramalkan. Yang terpenting diantaranya ialah adanya persamaan pola
perkembangan bagi semua anak; perkembangan berlangsung dari tanggapan umum ke tanggapan
spesifik, perkembangan terjadi secara berkesinambungan, berbagai bidang berkembangan dengan
kecepatan yang berbeda: perkembangan.
6. Prinsip keenam perkembangan adalah bahwa terhadap perbedaan individu dalam dan terdapat
korelasi dalam perkembangan yang sebagian karena pengaruh bawaan dan sebagian karena
kondisi lingkungan. Ini berlaku baik dalam perkembangan fisik maupun psikologis.
7. Prinsip ketujuh perkembangan adalah bahwa terdapat periode dalam pola perkembangan yang
disebut periode pralahir, masa neonatus, masa bayi, masa kanak-kanak awal, akhir masa kanak-
kanak dan masa puber. Dalam semua periode ini terdapat saat-saat keseimbangan dan
ketidakseimbangan; serta pola perilaku yang normal dan yang terbawa dari periode sebelumnya
biasanya disebut perilaku "bermasalah",
8. Prinsip kedelapan perkembangan adalah adanya harapan sosial untuk setiap periode
perkembangan. Harapan sosial ini berbentuk tugas perkembangan yang memungkinkan para
orang tua dan guru mengetahui pada usia berapa anak-anak mampu menguasai berbagai pola
perilaku yang diperlukan bagi penyesuaian yang baik. •
9. Prinsip kesembilan perkembangan adalah bahwa setiap bidang perkembangan mengandung
kemungkinan bahaya - baik fisik maupun psikologis - yang dapat mengubah pola perkembangan.
10. Prinsip kesepuluh perkembangan adalah bahwa kebahagiaan bervariasi pada berbagai periode
dalam pola perkembangan. Tahun pertama kehidupan biasanya yang paling bahagia dan masa
puber biasanya yang paling tidak bahagia.

Anda mungkin juga menyukai