Anda di halaman 1dari 6

ALAT PERMAINAN EDUKATIF

Alat permainan edukatif adalah segala susatu yang dapat digunakan sebagai sarana
untuk bermain yang mengandung nilai edukatif serta dapat mengembangkan seluruh
kemampuan anak. Alat Permainan Edukatif dapat dalam bentuk apa saja yang terdapat di
sekeliling anak-anak, misalnya sendok, gelas, plastik, piring plastik, dsb. Ada banyak
keuntungan dari penggunaan Alat Permainan Edukatif bagi anak yaitu membantu si anak dari
berbagai segi pemgembangan baik secara fisiki, kognitif, bahasa, emosi, sosial dan moral.

Beberapa contoh Alat Permainan Edukatif yang dapat mengembangkan berbagai


aspek dalam hidup anak :

1. Tree Smart

Merupakan permainan yang berbahan dasar karton jerami, kertas marmer, kain flanel,
lem tembak dan perekat kain. Cara memainkan Tree Smart ini adalah : setelah orang tua/
guru berhasil membuat Tree Smart atau anak yang membuatnya dengan bantuan
orangtua/guru maka orang tua/guru kemudian memperkenalkan kepada anak cara bermain
Tree Smart ini, yaitu :

 Karena Tree Smart terdiri dari bagian-bagian kertas yang memuat pertanyaan seputar
pengetahuan umum khusus anak-anak maka orang tua/guru mengarahkan anak untuk
memilih bagian yang sesuai dengan keinginannya.
 Setelah anak memilih maka ia mendapatkan pertanyaan sesuai dengan bagian yang ia
pilih misalnya apa lawan kata dari bahagia ?
 Begitu seterusnya sampai setiap anak mengumpulkan poin dari berhasilnya ia
menjawab berbagai pertanyaan yang mereka pilih.
 Dari situ, guru/ orang tua dapat mengapresiasi anak yang mendapatkan poin tinggi
dan mengajak anak dengan poin di bawahnya untuk mau lebih giat belajar lagi.

Aspek yang dikembangkan :

 Aspek kognitif, pada permainan ini anak diajak untuk mengasah pikirannya terhadap
apa saja yang sudah pernah ia pelajari, dengar dan tau sebelumnya, selain itu dengan
memainkan permainan ini dengan sekelompok anak maka anak-anak lain yang belum
tau akan juga ikut tahu pengetahuan lainnya.
 Aspek bahasa, permainan ini juga menambah kosa kata baru serta meningkatkan
kemampuan berkomunikasi anak baik terhadap orang yang lebih tua seperti
guru/orang tua serta terhadap teman sebayanya.

2. Balok Warna

Tentunya ketika kita masih TK, permainan balok warna bukanlah hal yang asing dan
dapat kita jumpai dimana saja terutama di sekolah maupun rumah. Dari balok-balok kayu
terpisah ini anak dapat membentuk bangunan ataupun berimajinasi tentang bentuk yang ingin
ia wujudkan dengan bimbingan orang tua/guru tentunya.

Cara memainkan :

 Orang tua/ guru memperkenalkan kepada anak bentuk dan kegunaan dari balok-balok
tersebut mengingat balok-balok warna tersebut tidak hanya terdiri atas satu ukuran
saja, ada yg berbentuk bujur sangkar, setengah lingkaran pipih, tabung dan
sebagainya.
 Setelah memperkenalkan bentuk-bentuk balok kepada anak, orang tua/ guru memberi
contoh ataupun membimbing anak dalam peletakan balok yang sesuai sehingga
mampu memberikan gambaran kepada anak.
 Biarkan anak mengembangkan imajinasinya sendiri terkait keinginannya membentuk
bangunan apa dengan pemantauan langsung dari orang tua/ guru berjaga-jaga ketika
anak bertanya kegunaan bentuk-bentuk lainnya.

Aspek yang dikembangkan :

 Aspek kognitif, dalam hal ini anak dilatih dalam pemecahan masalah, ketika orang
tua/guru meminta anak untuk merapihkan kembali balok warna setelah bermain
ketempat asalnya, maka anak akan melatih dirinya untuk menyusun kembali balok
kayu berdasarkan keberadaan wadah mengingat banyaknya bentuk balok warna yang
berbeda-beda, sehingga untuk terlihat rapi maka anak harus mengandalkan
kemampuan kognitifnya untuk memecahkan permasalahan tersebut.
 Aspek sosial emosional, ketika balok warna dimainkan bersama temannya maka anak
harus menekan egonya agar bisa bersama-sama dengan temannya berhasil untuk
membentuk bangunan yang mereka inginkan bersama. Anak diajarkan untuk sabar,
mau mendengarkan pendapat orang lain dan lebih peka terhadap lingkungannya.
 Aspek fisik motorik, menyusun, membongkar dan merapihkan kembali balok warna
ke tempat asalnya sesudah dimainkan akan merangsang berbagai pergerakan anak
yang juga penting bagi perkembangan respon terhadap saraf-saraf dan otot anatomi
anak serta sinkronasi antara otak dengan pergerakan tubuh.

3. Congklak

Congklak merupakan permainan tradisional Indonesia yang masih ada hingga


sekarang intensitas penggunannya tidak sebanyak dulu. Selain mengasikkan, permainan ini
juga dapat membantu anak dalam mengembangkan aspek-aspek pertumbuhan dalam
hidupnya.
Cara bermain congklak :

 Orang tua/guru memperkenalkan pada anak bahwa congklak merupakan permainan


yang terdiri atas 2 orang.
 Terdapat papan dengan lubang-lubang kecil dan lubang-lubang besar sebagai gudang,
Dalam permainan ini, lubang-lubang kecil tersebut nantinya diisi oleh 5-7 biji yang
terbuat dari kerang atau biji sawo, sedangkan lubang besar dibiarkan kosong.
 Nantinya, dua orang pemain secara bergantian memilih satu lubang kecil miliknya
untuk memindahkan biji-bijinya satu per satu ke lubang lainnya searah jarum jam,
hingga biji yang di genggaman habis dan berpindah ke gudang seluruhnya.
 Mainkan terus dengan putaran berturut-turut sampai satu pemain kehilangan semua
biji mereka, atau kedua pemain ingin berhenti bermain. Pada saat itu, pemain akan
menghitung biji untuk melihat siapa yang memiliki paling banyak, dan dengan
demikian menjadi pemenangnya.

Aspek yang dikembangkan :

 Aspek Kognitif, anak dengan bakat matematika memiliki keuntungan, karena aturan
memungkinkan anak untuk menentukan terlebih dahulu apakah dia akan menang atau
kalah sebelum memilih tumpukan bidak ganjil atau genap.
 Aspek agama, nilai dan moral, dengan permainan ini anak di ajarkan untuk bersikap
sportif, jujur, dan tidak memiliki sifat ingin menang sendiri atau egois atau egosentris
serta mengembangkan karakter anak dan juga untuk melestarikan kebudayaan yang
ada di indonesia.

4. Boneka Jari

Cara bermain boneka jari :

 Orang tua/guru menjelaskan karakter tiap boneka jari yang berbeda-beda.


 Membuat cerita berbentuk dialog agar anak mengerti maksud dari permainan tersebut.
 Membiarkan anak menggunakan boneka jari tersebut kemudian mengembangkan
imajinasinya sendiri berdasarkan apa yang pernah ia lihat di kehidupan nyata ataupun
layar TV.

Aspek yang dikembangkan :

 Aspek fisik motorik, adanya sinkronisasi antara otak dengan jari yang akan
digerakkan ketika peran dari boneka jari ini berganti sehingga mengasah anak lebih
berkonsentrasi terkait peran serta jari mana yang kemudian akan ia tampilkan.
 Aspek kognitif, meningkatkan konsentrasi serta anak dapat mengembangkan
pemikiran serta imajinasi terkait cerita yang akan ia sampaikan berdasarkan karakter
yang disediakan.
 Aspek bahasa, anak diajarkan untuk mampu mengembangkan bahasa yang sudah
pernah ia dengar dan mengkomunikasikannya kepada orang lain melalui media
boneka jari ini.

5. Puzzle

Cara bermain Puzzle :

 Acak puzzle
 Ajak anak mencocokan potongan puzzle tersebut
 Setelah selesai berikan pujian pada anak
Aspek yang dikembangkan :

 Aspek Kognitif, Puzzle adalah sumber stimulasi mental bagi anak-anak dari segala
usia, meskipun permainan puzzle telah dilakukan secara berulang-ulang, menuntut
pemecahan masalah dan keterampilan penalaran, konsentrasi dan daya ingat.
 Aspek Fisik Motorik, anak menyusun puzzle dengan menggunakan tangan, maka
motorik halus anak akan berkembang, mengembangkan koordinasi antara mata
dengan tengan merupakan hal yang sangat penting bagi anak kecil, dan dengan
mainan puzzle kardus adalah cara yang bagus untuk melakukannya.
 Aspek sosial emosional, anak bisa bekerjasama dengan temannya dalam menyusun
puzzle dan bias melatih kesabaran anak, ketekunan dan ketelitian dalam menyusun
puzzle tersebut.

Anda mungkin juga menyukai