Noken merupakan sebuah kerajinan tangan khas Papua berupa tas yang terbuat dari serat pohon yang dirajut. Noken mempunyai fungsi sosial, yaitu menjadi identifikasi asal suku. Karena corak, bentuk, dan pewarnaan pada noken dari setiap suku berbeda-beda. Noken juga mempunyai fungsi budaya, karena digunakan dalam semua acara adat. Noken juga mempunyai fungsi ekonomi, yaitu sebagai penyimpan bahan makanan untuk keperluan mendesak. Noken juga mempunyai fungsi politik, dengan digunakannya noken dalam pemilu, Noken digunakan sebagai media pemungutan suara yang dilakukan oleh masyarakat dan diwakilkan oleh kepala suku. Nama noken dipakai pada sistem Noken karena Noken sendiri memiliki peranan penting dalam pengambilan suara di 12 Kabupaten di Papua. Sistem noken adalah sistem pemilihan umum yang penggunanya menggunakan noken yang digantungkan pada salah satu kayu dan digunakan sebagai pengganti kotak suara. Kepala suku dalam Sistem Noken memiliki peranan yang amat penting karena penentuan hasil pemilukada di daerah itu ditentukan oleh kepala suku di daerah itu. Sistem ini bertumpu pada pengaruh kepala suku. Kepala suku memiliki peranan yang amat penting dalam sistem ini. Seorang kepala suku bukan hanya menjadi pemimpin politik tetapi menjadi pemimpin dalam setiap aspek yang berkembang di masyarakat, baik itu sosial, ekonomi, dan budaya. Secara teknis pelaksanaan sistem noken berdasarkan Keputusan KPU Provinsi Papua No 1/Kpts/KPUProv.030/2013 Tentang Mekanisme Pemilihan Mengunakan Sistem Noken dapat di bedakan menjadi 2 model yaitu: pemilihan dengan menggunakan sistem noken yang dilakukan di lapangan terbuka yang berada di sekitar area Tempat Pemungutan Suara (TPS) dan adalah pemilihan yang di wakilkan oleh kepala suku (model ikat/sistem perwakilan). Model pertama panitia penyelenggara dalam hal KPPS setempat membolehkan kelompok masyarakat untuk membawa atau KKPS sendiri yang menyediakan noken sebagai pengganti kotak suara yang berjumlah sesuai dengan jumlah pasangan calon dalam suatu pemilihan umum. Selanjutnya noken tersebut kemudian ditancapkan pada sebatang kayu dengan gambar kandidat yang masing-masing ditempel pada kayu tersebut, setelah itu masyarakat berbaris tepat di depan noken sesuai dengan calon yang akan di pilih. Pada model kedua kepala suku mendatangi panitia penyelenggaran pemilihan umum untuk pengambilan umum untuk mengambil surat suara sesuai dengan jumlah pemilih sukunya yang terdaftar. Setelah menerima surat suara, kepala suku kemudian mengisi surat suara dengan menusuk gambar pilihannya dan menyerahkan semua surat suara tersebut kepada panitia. Model inilah yang seringkali disebut dengan sistem ikat atau sistem perwakilan oleh kepala suku (big man). Model ini dianggap bertentangan dengan UU No 15 Tahun 2011 karena melanggar asas luber jurdil, karena semua pemilihan suara diwakilkan dan bukan dilakukan oleh si pemilih langsung. Hal ini menuai pro dan kontra, si satu sisi sistem ini baik karena tingkat literasi yang rendah di Papua terkhususnya untuk daerah pegunungan tengah Papua mengefisiensi waktu pengumpulan surat suara akan tetapi sistem big man ini bertentangan dengan asas luber jurdil yang merupakan hak demokrasi yang dimiliki oleh setiap masyarakat.
2.2 Sejarah digunakannya Sistem Noken
Sistem Noken merupakan kebudayaan nasional yang dilestarikan dari generasi ke generasi di Papua khususnya wilayah Pegunungan Tengah. Sistem Noken sendiri terbagi atas dua macam, yang satu Sistem Noken berarti perwakilan yang dilakukan oleh kepala suku seluruh surat masyarakatnya (Big Man) dan Sistem Noken yang hanya menjadikan Noken sebagai tempat pengganti kotak suara. Sistem Noken sendiri hadir diatas segala keterbatasan yang ada, bukan hanya kondisi geografis wilayah Pegunungan Tengah yang sulit dijangkau akan tetapi sulitnya masuk sistem informasi dan komunikasi ke wilayah Pegunungan Tengah itu sendiri. Tidaklah mudah mencapai distrik-distrik pedalaman wilayah Pegunungan Tengah yang dikelilingi oleh hutan lebat dan kontur geografis yang berlika-liku, kondisi geografis yang sulit tersebut menghambat pemerataan kotak suara di seluruh wilayah di Papua khususnya pedalaman Papua seperti wilayah Pegunungan Tengah, biaya yang tidak sedikit juga harus dikeluarkan oleh para calon kepala daerah untuk memaparkan visi dan misinya, sehingga lahirlah Sistem Noken yang dipercayakan kepada kepala suku untuk melaksanakan dalam pemilukada. Dalam Sistem Big man kepala suku bukan hanya memaparkan visi misi tetapi juga mewakilkan seluruh masyarakat untuk memilih kepala daerah, dalam Sistem Noken yang diakui oleh Mahkamah Konstitusi kepala suku hanya memaparkan visi dan misi serta membiarkan masyarakat untuk berdiskusi siapa yang akaln mereka pilih dan mencapai kesepakatan. Sistem Noken ini diatur dalam MK No. 47-81/PHPU-A- VII/2009 tanggal 09 Juni 2009 karena dianggap sebagai nilai dan budaya yang hidup di Papua menganut sistem pemilihan Langsung, Umum, Bebas dan Terbuka (LUBET) walaupun masih dianggap bertentangan dengan asas LUBER JURDIL karena melanggar asas langsung, suara dapat diwakilkan oleh orang yang dipercaya apabila berhalangan hadir, melanggar asas rahasia karena pemilihan dengan Sistem Noken berarti masyarakat telah mengetahui siapa yang akan dipilih oleh semua masyarakat karena kepala daerah yang dipilih telah didiskusikan terlebih dahulu oleh daerah tersebut dan berdasarkan kesepakatan bersama.
2.3 Cara masyarakat menentukan dan memilih kepala daerah
Masyarakat wilayah Pegunungan Tengah akan mulai melakukan diskusi-diskusi mengenai calon kepala daerah yang akan mereka pilih tepat setelah nama para calon kepala daerah itu diumumkan di daerah mereka, diskusi-diskusi dilaksanakan baik secara spontan maupun terencana. Diskusi tersebut dilakukan dimana saja mereka dapat bertemu salah satu contohnya yaitu rumah adat. Diskusi tersebut biasanya dipimpin oleh pemuka agama ataupun guru yang mereka percaya dapat mengarahkan mereka untuk lebih mengenal calon-calon kepala daerah yang akan mereka pilih. Bagi sebagian besar masyarakat wilayah pedalaman, visi dan misi bukanlah hal yang penting untuk mereka bahas dalam diskusi mereka dalam menentukan calon kepala daerah yang akan mereka pilih. Bagi mereka visi dan misi belum dapat dipercaya dan diuji kebenarannya, mereka lebih memilih untuk mencari informasi tentang calon kepala daerah tersebut, mulai dari pekerjaan apa saja yang pernah ia lakukan, hobi, kebiasaan yang sering ia lakukan, nilai-nilai hidup yang ia pegang serta jika ia berasal dari sebuah desa tertentu masyarakat akan mencari kontribusinya terhadap desa tersebut dan kemajuan apa saja yang terjadi di desa itu. Informasi sebanyak-banyaknya akan dicari oleh seluruh masyarakat desa sampai mereka mandapatkan gambaran apakah calon kepala daerah itu layak untuk mereka pilih, kemudian mereka melakukan pengujian terhadap satu dengan yang lain dalam diskusi sehingga dicapailah kesepakatan yang calon mana yang akan mereka pilih dan berapa suara yang akan dialokasikan pada calon kepala daerah terpilih tersebut. Pemilihan dengan Sistem Noken ini sangat transparan, para masyarakat kampung telah menetapkan siapa yang mereka pilih dan pemenang pemilihan di daerah itu telah ditentukan sebelum hari pemilihan tiba. Semua warga kampung berpartisipasi bersama dalam pemilihan, mereka tidak mempermasalahkan dimana mereka akan melakukan pencoblosan dan suara tersebut dapat diwakilkan oleh orang yang dipercaya asal yang kepala daerah yang dipilih telah sesuai dengan kesepakatan seluruh masyarakat kampung.
2.4 Masalah yang ditimbulkan Noken
Berdasarkan pilkada yang dilaksanakan diwilayah Pegunungan Tengah, ada banyak konflik yang terjadi karena pelaksanaan Sistem Noken, hal ini karena Sistem Noken dianggap mematikan hak perorangan, menggunakan big man sebagai perwakilan, mengklaim suara salah satu kampung dan diberikan ke salah satu calon dari beberapa calon. Dengan Sistem Noken pasangan calon sudah bisa tahu mereka menang atau kalah bahkan sebelum hari pemilihan tiba, hal ini disebabkan karena Sistem Noken melanggar asas bebas dan rahasia. Sistem Noken seharusnya perlahan dihilangkan karena Sistem Noken sendiri tidak diatur dalam UU Pemilukada, jika alasannya adalah efisiensi diamana penduduk kampung yang jauh tidak perlu datang untuk memberikan suara, hal itu tidak tepat. Hal ini merupakan tanggung jawab KPU wilayah untuk melayani masyarakat sejauh apapun untuk memberikan suara. Perludem atau Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi meninjau bahwa Sistem Noken perlu dibenahi, pasalnya sistem ini memicu konflik antar masyarakat. Dalam Sistem Noken yang melanggar asas rahasia dalam asas luber jurdil akan langsung diketahui calon pasangan kepala daerah terpilih karena pemilihannya diwakilkan oleh suku, sehingga suku- suku yang kepala daerahnya menang sajalah yang mendapatkan pembangunan lebih sedangkan yang tidak memilih kepala daerah terpilih itu pada saat pilkada daerahnya menjadi terbelakang atau cenderung diabaikan, hal inilah yang memicu konflik antar suku di Papua sehingga memakan banyak korban. KPU sendiri telah berupaya menghapus Sistem Noken akan tetapi keputusan akhir tetap pada wilayah masing-masing. Adapun wilayah tidak setuju atas penghapusan Sistem Noken karena dianggap sebagai budaya turun-temurun, Perludem merekomendasikan KPU RI dan Bawaslu RI agar menjamin pelaksanaan sistem noken sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan diawasi dengan baik. Pelaksanaannya harus transparan dan akuntabel dan membuka ruang keterlibatan publik secara luas. Untuk jangka panjang, ketentuan sistem noken perlu dibenahi kembali.