Anda di halaman 1dari 11

Asesment dan Instrumen Pengembangan Afektif pada Anak Usia Dini

NB : Tambahan bila perlu

Kata afektif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI (2001) adalah berbagai
perilaku yang berkaitan dengan perasaan, sedangkan dalam KBBI online dijelaskan bahwa afektif
adalah : (1) Berkenaan dengan perasaan seperti takut, cinta; (2) mempengaruhi keadaan perasaan dan
emosi; dan (3) lingkungan mempunyai gaya atau makna yang menunjukkan perasaan (tentang gaya
bahasa atau makna). Dari penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kata afektif berarti
adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan perasaan, seperti rasa cinta, benci, takut.

Taraf Kemampuan Uraian


Mau menginternalisasikan Mau menunjukkan perilaku yang
nilai-nilai (karakterisasi) dikendalikan oleh suatu sistem
Memiliki suatu sistem nilai yang nilai
dijadikan pedoman berperilaku, Kata Kunci: bertindak,
sehingga perilaku menjadi menunjukkan, memperaktekkan,
konsisten, bisa diprediksikan dan memodifkasikan, mendengarkan,
yang terpenting menjadi ciri atau mengusulkan, mengajukan
karakteristik pribadi yang pertanyaan, memverifikasikan,
bersangkutan (Internalizing memberikan layanan
Values) Contoh: menunjukkan
kemandirian saat mengerjakan
sesuatu secara mandiri. Mampu
bekerja sama dalam aktivitas
kelompok. Menerapkan
pendekatan sasaran (objective
approach) dalam memecahkan
masalah. Menunjukkan
komitmen terhadap etika dalam
praktik sehari-hari. Mau
mengubah pendapat dan perilaku
menyesuaikan diri dengan bukti-
bukti baru. Meghargai orang lain
apa adanya, bukan berdasarkan
penampilan mereka.
Mau mengorganisasikan nilai- Mau mengorganisasikan nilai-
nilai nilai mengikuti urutan prioritas
Mengorganisasikan nilai ke tertentu
dalam skala prioritas Kata Kunci: menggabungkan,
(mengurutkan dari yang paling membandingkan,
penting/bernilai sampai yang mempertahankan, menjelaskan,
paling kurang penting/kurang merumuskan,
bernilai) dengan cara menggeneralisasikan,
membandingkan berbagai nilai mengintegrasikan,
yang berbeda, mengatasi konflik- memodifikasi,mengorganisasikan
konflik yang terjadi antar nilai- , menyintesiskan
nilai yang berbeda tersebut Contoh: menyadari pentingnya
menyeimbangkan antara
kebebasan dan tanggung jawab.
Mau
dan akhirnya mampu bertanggung jawab atas
menciptakan suatu sistem nilai tindakannya. Menjelaskan fungsi
yang khas bagi dirinya perencanaan sistematis dalam
(Organization) pemecahan masalah. Mau
menerima dan mengikuti aneka
standar etika profesi. Mampu
menyusun rencana masa depan
selaras dengan kemampuan,
minat dan keyakinan pribadi.
Mampu mengatur waktu secara
efektif untuk memenuhi
kebutuhan belajar dan bermain
dengan teman
Mau memberikan nilai/mau Mau memberikan nilai pada
memandang bernilai, mulai dari sesuatu
sekedar menerima sesuatu Kata Kunci: menunjukkan,
sebagai bernilai sampai menjelaskan, mengikuti,
menunjukkan komitmen yang mempersilakan, memberikan
lebih kompleks. Kemampuan ini pembenaran, mengusulkan,
didasari oleh internalisasi memilih, mempelajari
terhadap serangkaian nilai-nilai Contoh: menunjukkan
spesifik tertentu (valuing) keyakinan tentang keunggulan
proses yang demoktratis. Peka
terhadap keberagaman individu
maupun budaya. Menunjukkan
kemampuan memecahkan aneka
masalah. Mau mengusulkan
suatu rencana perbaikan
kehidupan bersama dan
mengikutinya dengan penuh
komitmen
Mau memberikan respon Mau berperan aktif dalam
terhadap fenomena tertentu, kegiatan belajar, berpartisipasi
meliputi mau berpartisipasi aktif, Kata Kunci: mau menjawab,
mau memberikan perhatian dan memberikan bantuan, mau
reaksi terhadap fenomena mengikuti perintah, memberi
tertentu. Hasil belajar yang salam, mau membantu, mau
ditekankan : mau menjawab dan melakukan, memilih
merasakan kepuasan dengan Contoh: mau berpariispasi
memberikan respon (Responding dalam diskusi kelas. Mau
to Phenomena) memberikan
presentasi di depan kelas. Mau mengajukan pertanyaan tentang aneka
gagasan, konsep model yang baru di dengar untuk lebih
memahaminya. Mengetahui aturan tentang kebersihan dan mau
mematuhinya
Mau menerima fenomena Mau menyadari, menunjukkan
tertentu, yaitu mau menyadari, kemauan untuk mendengarkan
mau mendengarkan atau mau Kata Kunci: bertanya, memilih,
memberikan perhatian mendeskripsikan, mengikuti,
(Receiving Phenomena) memberikan, menyebut nama,
menunjuk, duduk, menjawab
pertanyaan
Contoh: mendengarkan guru
atau teman dengan rasa hormat.
Mendengarkan dan mengingat
nama orang atau teman baru
yang diperkenalkan

Taksonomi tujuan pengajaran ranah afektif menurut Krathwohl, Bloom, dan Masia di atas dapat
digambarkan diatas.

b. Instrumen minat

Instrumen minat memiliki tujuan untuk memperoleh informasi mengenai minat peserta didik terhadap
suatu pembelajaran, dan kemudian digunakan untuk meningkatkan minat terhadap pembelajaran
tersebut. Adapun pengertian dari minat dibedakan menjadi dua jenis. Ada pengertian secara
konseptual dan juga pengertian secara operasional. Definisi minat secara konseptual yaitu watak yang
tersusun melalui pengalaman yang mendorong individu untuk mencari objek, aktivitas, pengertian,
ketrampilan untuk tujuan perhatian atau penguasaan. Sedangkan definisi dari minat secara operasional
yaitu minat adalah keinginan seseorang tentang keadaan suatu objek. Indikator minat pada
pengajaran tema Tanaman : (1) memiliki hasil kerja menggambar tanaman, (2) berusaha memahami
bagian-bagian tanaman, (3) memiliki LKA tema tanaman, (4) selalu hadir dalam pembelajaran, (5)
dan lain sebagainya. Berikut merupakan contoh bitir instrumen minat terhadap tema tanaman :

Jawaban
No. Pertanyaan
Ya Tidak
1. Memiliki hasil kerja menggambar tanaman
2. Berusaha memahami bagian-bagian tanaman
3. Memiliki LKA tema tanaman
4. Selalu hadir dalam pembelajar

c. Instrumen Konsep Diri

Konsep diri merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri yang menyangkut keunggulan dan
kekurangannya. Sedangkan menurut definisi operasional konsep diri merupakan pernyataan tentang
kemampuan diri sendiri menyangkut suatu pembelajaran. Instrumen konsep diri memiliki tujuan
untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Informasi yang didapatkan mengenai
kelemahan dan kelebihan peserta didik berguna untuk menentukan program yang tepat digunakan
oleh peserta didik kelak. Adapun contoh indikator penilaian konsep diri yaitu : (1) pembelajaran yang
mudah, (2) kecepatan memahami pembelajaran, (3) pembelajaran yang dirasa sulit, (4) kekuatan dan
kelemahan fisik,(5) dan lain sebagainya. Berikut contoh instrumen konsep diri terhadap pembelajaran
yaitu :

Jawaban
No. Pertanyaan
Ya Tidak
1. Saya sulit menghitung banyak balok
2. Saya mudah menyimak cerita guru
3. Saya mudah menulis angka
4. Saya kesulitan menghafalkan angka
5. Saya mampu membuat mozaik
6. Saya membutuhkan waktu lama untuk menggambar
7. Saya mampu membuat kolase
8. Saya bisa berjalan di papan titian
9. Saya senang bermain drama
10. Saya senang bermain finger painting
d. Instrumen Nilai

Nilai merupakan konsep penting dalam pengembangan kompetensi peserta didik. Nilai berhubungan
dengan keyakinan, sikap, dan aktivitas seseorang. Sikap atau perbuatan seseorang merupakan refleksi
dari nilai yang dianutnya. Nilai memiliki beberapa difinisi yaitu dari definisi konseptual dan juga
definisi operasional. Menurut definisi konseptual nilai merupakan keyakinan yang dalam terhadap
suatu pendapat, kegiatan, dan objek tertentu. Sedangkan definisi operasionalnya yaitu, nilai
merupakan keyakinan seseorang mengenai keadaan suatu objek atau kegiatan. Instrumen nilai
bertujuan untuk mengungkap nilai keyakinan seorang peserta didik informasi yang diperoleh berupa
nilai dan keyakinan yang positif dan negatif. Keyakinan yang positif harus diperkuat sedangkan
keyakinan yang negatif harus diperlemah dan mungkin juga dapat dihapuskan. Contoh dari indikator
nilai yaitu : (1) keyakinan atas kompetensi guru, (2) keyakinan atas peran sekolah,(3) keyakinan atas
keberhasilan peserta didik,(4) keyakinan atas harapan masyarakat, dan lain sebagainya. Berikut
merupakan contoh instrumen nilai peserta didik :

Jawaban
No. Pertanyaan
Ya Tidak
1. Saya berkeyakinan bahwa kinerja guru sudah
maksimal
2. Saya berkeyakinan bahwa sekolah turut berperan
dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat
3. Saya beryakinan bahwa prestasi belajar peserta
didik dapat ditingkatkan
4. Saya berkeyakinan bahwa prestasi yang diperoleh
peserta didik adalah hasil usahanya.

Untuk mengetahui aspek afektif pada peserta didik (sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral) selain
melalui kuisioner, juga dapat dilakukan melaui pengamatan. Pengamatan terhadap suatu aspek afektif
dapat dilakukan ketika proses belajar berlangsung. Oleh karena itu sebelum mengajar harus
menyiapkan perangkatnya untuk mencatat aspek afektif yang muncul ketika proses belajar
berlangsung.

e. Instrumen Moral

Moral diartikan sebagai sikap atau tindakan yang dianggap baik atau tidak baik. Instrumen moral
bertujuan untuk mengetahui moral dari pserta didik. Indikator moral peserta didik : (1) adanya
keperdulian terhadap tugas yang diberikan oleh guru, (2) menepati janji, (3) perduli terhadap orang
lain (4) jujur, (5) dan lain sebagainya. Berikut merupakan contoh instrumen moral peserta didik :
Jawaban
No. Pertanyaan
Ya Tidak
1. Jika berjanji kepada orang yang lebih dewasa,
selalu menepatijanjinya
2. Jika berjanji sama otag yang lebih muda, saya tidak
mesti menepati
3. Saya meminta bantuan orang lain apabila saya tidak
sanggup menyelesaikan masalah
4. Saya akan memberi bantuan kepada orang yang
sedang mengalami kesulitan..

3. Skala Instrumen

Skala Instrumen yang sering digunakan dalam proses penilaian adalah skala likert, skala beda sematic
dan skala thurstone.

a. Skala Likert
Skala ini disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh lima respon yang
menunjukkan tingkatan. Misalnya: SS (sangat setuju), S (setuju), TB (tidak
berpendapat/abstain), TS (tidak setuju), STS (sangat tidak setuju). Langkah-langkah
pembuatan skala ini yaitu :
1. Menentukan objek sikap yang akan dikembangkan
2. Menyusun kisi-kisi instrumen
3. Adanya keseimbangan antarapernyataan positif dan pernyataan negatif
4. Menulis butir-butir pernyataan dengan prinsip :
a. Rumusan pernyataan singkat
b. Menggunkan kalimat yang sederhana dan tidak banyak interpretasi
(menimbulakan penafsiran ganda)
c. Hindari pernyataan tentang fakta
d. Dindari penggunaan kata-aka semua, selalu, tidak pernah, dan sejenisnya.
5. Sistem penskoran yang digunakan untuk skor tertinggi diberi nilai 5 dan untuk
terendah diberi skor nilai 1.
Contoh instrumen skala Likert :
Skala
No. Pernyataan
STS TS N S SS
1. Belajar menggambar sangat
menyenangkan
2. Belajar menggambar sangat sulit
3. Tidak semua orang harus bisa
menggambar
4. Belajar menggambar sangat
menyenangkan
5. Belajar menggambar harus dibuat mudah
Keterangan :
SS : Sangat Setuju
S: Setuju
N : Natral
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju

b. SkalaThurstone
Skala ini mirip dengan skala Likert karena merupakan suatu instrumen yang pilihan
jawabannya menunjukkan tingkatan. Perbedaan skala Thurstone dengan skala Likert, pada skala
Thurstone rentang skala yang disediakan lebih dari lima pilihan, dan disarankan sekitar sepuluh
pilihan jawaban (misalnya dengan rentang angka 1 s/d 11 atau a s/d k). Jawaban di tengah adalah
netral, semakin ke kiri semakin tidak setuju, sebaliknya semakin ke kanan semakin setuju. Skala
ini terdiri atas 7 kategori dengan ketentuan untuk yang paling besar diberi nilai 7 dan yang paling
kecil diberi nilai 1. Contoh instrumen Thurstone :
Skala
No. Pernyataan
1 2 3 4 5 6 7
1. Saya senang belajar menggambar
2. Belajar menggambar sangat bermanfaat
3. Belajar menggambar sangat sulit
4. Saya belajar menggambar pohon
5. Belajar menggambar membosankan

c. Skala beda Sematic


Langkah-langkah menyusun skala ini yaitu :
1. Menentukan objek sikap yang akan dikembangkan.
2. Memilih dan membuat daftar konsep yang relevan dengan objek penilaian.
3. Menggunakan kata sifat yang tepat
4. Menentukan rentang skala pasangan bipolar dan penskorannya.
Contoh instrumen skala beda sematik yaitu :
Main Musik
Baik 1 2 3 4 5 6 7 Tidak Baik
Berguna 1 2 3 4 5 6 7 Tidak berguna
Aktif 1 2 3 4 5 6 7 Pasif

4.Sistem Penskoran
Dalam sistem penskoran terlebih dahulu skala instrumen yang digunakan. Untuk selanjutnya
dilakukan analisis terhadappeserta didik dan tingkat rombongan belajar dengan cara
menentukan kumulatif dan sampingan baku skor. Setelah dianalisis kemudian ditafsirkan
untuk mengetahui minat peserta didik terhadap suatu materi pembelajaran. hasil analisis dan
penafsiran ditindaklanjuti oleh guru dengan cara mengadakan perbaikan seperti perbaikan
metode pembelaaran, perbaikan media belajar, perbaikan dan pengadaan alat peraga, dan lain
sebagainya.

5.Telaah Instrumen
Telaah instrumen dilakukan oleh teman sejawat. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
keterbacaan substansi yang ditanyakan serta bahasa yang digunakan jangan sampai habis.

6.Merakit Instrumen
Setelah instrumen ditelaah maka kemudian diperbaiki, untk selanjutnya instrumen dirakit
dengan langkah-langkah :
a. Menentukan tata letakinstrumen (disusun sebaik mungkin sehingga responden tertarik
untuk mengisinya)
b. Menggunkan pertanyaan atau pernyataan instrumen sesuaidengan tingkat kemudahan
dalam menjawabnya.
c. Pedoman pengisian instrumen.
7.Uji Coba Instrumen
Setelah dirakit, instrumen diujicobakan kepada responden sesuai dengan tujuan penilaian itu
sendiri. Responden yang dimaksud bisa seorang peserta didik, guru, dan atau wali peserta
didik. Pada saat uji coba instrumen perlu dicatat saran-saran dari responden.
8.Analisis Hasil Uji Coba
Hasil ujicoba dianalisis yang meliputi variasi jawaban dari setiap butir pertanyaan atau
pernyataan. Analisis uji coba diharapkan memberikan informasi yang berupa variasi jawaban,
indeks beda dan indeks keandalan instrumen

9.Perbaikan Instrumen
Perbaikan ini dilakukan terhadapbutir pertanyaan ataupernyataan yang tidak baik,
berdasarkan analisis uji coba. Bisa saja hasil telaah instrumen baik, namun hasil uji coba
empirik tidak baik. Oleh karena itu instrumen harus diperbaiki.

10.Kegiatan pengukuran
Kegiatan pengukuran ini harus dilakukan dengan situasi dan kondisi yang mendukung
responden, sehingga instrumen kuisionerdapat diisi dengan baik dan benar sesuai dengan
pedoman pengisian dengan baik.

11. Penafsiran Hasil Pengukuran


Penafsiran hasil pengukuran dilakukan dengan menggunkan distribusi normal dengan
menggunkanan dua kategori, diantaranya sikap positif dan sikap negatif. Sikap positif berarti
minat atau sikap peserta didik terhadap suatu objek atau kegiatan positif. Sedangkan negatif
artinya sikap atau minat peserta didik terhadapsuatu objek atau kegiatan negatif.
Kategori sikap/minat pserta didik :
No. Skor Rata-rata kelas Ktegori Sikap/Minat
1. Sama atau lebh besardari 40 Sangat positif
2. 30-39 Positif
3. 20-29 Negatif
4. Kurang dari 20 Sangat negatif

Keterangan :
- Skor rata-rata kelas yaitu jumlah skor semua peserta didik dibagi jumlah peserta didik
- Kategori sikap/minat sangat positif, jika di atas batas bawah skor
- Kategori sikap/minat sangat negatif/negatif, jika kurang dari skor batas bawah.
Daftar pustaka

Haryati M (2010) Model & Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan. Gaung
Persada Press. Jakarta

Purwanto (2009). Evaluasi Hasil Belajar. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Qomari R. (2008). Pengembangan Instrumen Evaluasi Domain Afektif. STAIN


Purwokerto

Rahmawati A. (2014). Pengembangan Afektif Anak Usia Dini. Universitas Sebelas


Maret Surakarta

Anda mungkin juga menyukai