Anda di halaman 1dari 11

“STRATEGI PENERAPAN DAN PERAN GURU DALAM

PEMBELAJARAN SAINS DI PAUD”


Mata Kuliah : Pengenalan Matematika dan Sains Pada AUD
Dosen : Miftachul Jannah, M.Pd

Disusun Oleh :
Irma Mulyani (0106.1801.011)
Saripah (0106.1801.
Nia Nur’aeni (0106.1801.
Mila Wahyuni (0106.1801.

FAKULTAS TARBIYAH
PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DR. KHEZ MUTTAQIEN
PURWAKARTA
PENDAHULUAN
Pembelajaran pengenalan sains haruslah dikemas dalam bentuk
yang menarik dan sesuai dengan tingkat daya tangkap anak usia dini agar
pengetahuan sains menjadi pembelajaran yang menyenangkan dan menjadi
pengantar dalam mempelajari sains pada tingkat satuan pendidikan yang
akan datang. Pembelajaran pengenalan sains merupakan pembelajaran yang
berorientasi dan memiliki ruang lingkup tentang kejadian-kejadian yang ada
di alam. Pembelajaran sains membuat peserta didik menjadi lebih aktif untuk
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Menurut Ade Utami, dkk (2013:
522) sains merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran
dan pembuktian atau pengetahuan yang melingkupi suatu kebenaran umum
dari hukum-hukum alam yang terjadi misalnya didapatkan dan dibuktikan
melalui metode ilmiah. Belajar sains berarti belajar tentang percobaan-
percobaan untuk membuktikan sebuah kejadian. Sains berisi kegiatan
penemuan-penemuan, observasi, eksperimen dan pemecahan masalah.

Menurut Permendiknas 137 tahun 2014 kegiatan sains yang diajarkan


pada anak usia dini adalah mengklasifikasikan berdasarkan fungsi,
menunjukkan aktivitas bersifat eksploratif dan menyelidiki, menyusun
perencanaan kegiatan yang akan dilakukan, mengenal sebab akibat tentang
lingkungan, menunjukkan inisiatif dalam memililih tema, dan memecahkan
permasalahan sederhana. Peran guru dalam pembelajaran sains memberikan
pengaruh yang besar terhadap kemampuan anak dalam mencapai tujuan dan
manfaat dari belajar sains. Guru perlu menempatkan posisi agar anak mampu
belajar secara natural dan menemukan pengetahuan baru dari setiap kegiatan
yang dilaksanakan. Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau
latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang. Pendidikan dapat
mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia yang menentukan
keberhasilan pembangunan suatu bangsa. Menurut Undang-Undang Sisdiknas
No 20 Tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan akhlak
mulia serta keterampilan yang diperuntukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Pendidikan merupakan satuan tindakan yang memungkinkan
terjadinya belajar dan perkembangan (Dimyati, 2009: 7). Pendidikan
merupakan proses interaksi yang mendorong terjadinya belajar. Dengan
adanya belajar terjadilah perkembangan jasmani dan mental siswa. Sehingga
diperlukan suatu pendidikan sebagai pondasi setiap diri manusia.Pendidikan
perlu dimulai sejak usia dini, agar setiap individu memiliki kesiapan untuk
mengejar ketertinggalan kita dalam memasuki era globalisasi, terutama
masalah kualitas sumber daya manusia. Pendidikan anak usia dini adalah
upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia
Untuk mengambil sampel orang tua yang akan diberikan angket dan guru
yang akan diwawancarai dari setiap satuan PAUD digunakan teknik Sampling
Fraction Cluster untuk menentukan formula ukuran sampel pada enam tahun
yang dilakukan melalui pemberian stimulus pendidikan agar membantu
perkembangan, pertumbuhan baik jasmani maupun rohani sehingga anak
memiliki kesiapan memasuki pendidikan yang lebih lanjut (Yamin, 2012: 1).
Guru sebagai pendidik menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional merupakan tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi. Pada pasal 2 dalam UU yang sama mengungkapkan bahwa
Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada
jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Sebagai tenaga yang profesional, guru mempunyai peran yang sangat
strategis, pada pasal 2 ayat (1) UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 kedudukan
guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan martabat dan
peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu
pendidikan nasional.
ISI/ULASAN
STRATEGI PENERAPAN DAN PERAN GURU DALAM
PEMBELAJARAN SAINS DI PAUD
A. Pengertian Kemampuan Sains Pada Anak Usia Dini
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011 : 296) kemampuan adalah
perihal mampu, kesanggupan, Kecakapan dan Kekuatan. Pengertian sains untuk
anak usia dini adalah bagaimana memahami sains berdasarkan sudut pandang
anak. Karena kita memandang dimensi sains dari kacamata anak, maka akan
berimplikasi pada kekeliruan – kekeliruan dalam menentukan hakikat sains bagi
anak usia dini yang berdampak cukup signifikan terhadap pengembangan
pembelajaran sains itu sendiri kepada mereka. Hal tersebut tentunya secara
langsung maupun tidak langsung akan berdampak pula pada proses dan
produknya yaitu anak – anak sendiri.
Menurut Irnaningtyas (2013 : 5), sains (science) berasal dari kata latin
Scientia yang artinya pengetahuan. Sains merujuk pada sistem untuk mendapatkan
pengetahuan melalui pengamatan dan eksperimen serta berbagai bidang ilmu yang
bersifat ilmiah.. Selanjutnya Amien (dalam Nugraha, 2005 : 3) mendefinisikan
sains sebagai bidang ilmu alamiah, dengan ruang lingkup zat dan energi baik yang
terdapat pada makhluk hidup maupun tak hidup dengan lebih banyak
mendiskusikan tentang alam.
Conant (dalam Nugraha, 2005: 3 - 4) memberi pengertian sains sebagai
ilmu teoritis yang didasarkan atas pengamatan dan percobaan- percobaan terhadap
gejala alam yang berupa makrokosmos (alam semesta) dan mikrokosmos (isi alam
semesta yang lebih terbatas, khususnya tentang manusia dan sifat-sifatnya). Fisher
(1975) mengartikan sains sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh
dengan menggunakan metode-metode yang berdasarkan pada pengamatan dengan
penuh ketelitian.
Hagel (dalam Nugraha, 2005: 4) mengartikan sains dalam 3 aspek;
pertama, dari aspek tujuan, sains adalah sebagai alat untuk menguasai alam dan
untuk memberikan sumbangan kepada kesejahteraan manusia. Kedua, sains
sebagai suatu pengetahuan yang sistematis dan tangguh dalam arti merupakan
suatu hasil atau kesimpulan yang didapat dari berbagai peristiwa. Ketiga, sains
sebagai metode, yaitu merupakan suatu perangkat aturan untuk memecahkan
masalah, untuk mendapatkan atau mengetahui penyebab dari suatu kejadian dan
untuk mendapatkan hukum-hukum atau teori dari obyek yang diamati.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
pengertian sains atau IPA secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam
atau ilmu yang mempelajari tentang peristiwa – peristiwa yang terjadi di alam.
Sains adalah sistem tentang alam semesta yang diperoleh melalui pengumpulan
data melalui observasi dan eksperimen terkontrol. Sains merupakan produk atau
hasil dari proses penyelidikan ilmiah yang dilandasi oleh sikap dan nilai – nilai
tertentu.
Sedangkan kemampuan sains anak usia dini adalah kesanggupan atau
kecakapan yang dimiliki anak untuk mempelajari dan menguasai lingkungan alam
di sekitar anak yang diperoleh melalui proses mengaenal, mengamati dan
melakukan percobaan atau eksperimen.
B. Pengenalan Sains Untuk Anak Usia Dini
Menurut Suyanto (2005: 83) Pengenalan sains untuk anak TK / PAUD
lebih ditekankan pada proses daripada produk. Proses sains dikenal dengan
metode ilmiah, yang secara garis besar meliputi: Observasi,menemukan masalah,
melakukan percobaan, menganalisis data dan mengambil kesimpulan. Untuk anak
TK /PAUD ketrampilan proses sains hendaknya dilakukan secara sederhana
sambil bermain. Kegiatan sains memungkinkan anak melakukan eksplorasi
terhadap berbagai benda, baik benda hidup maupun benda tak hidup yang ada
disekitarnya. Anak belajar menemukan gejala benda dan gejala peristiwa dari
benda-benda tersebut.
Pengenalan pembelajaran sains melatih kemampuan anak menggunakan
lima inderanya untuk mengenal berbagai gejala benda dan gejala persitiwa. Anak
dilatih untuk melihat, meraba, membau, merasakan dan mendengar. Semakin
banyak keterlibatan indera dalam belajar, anak semakin memahami apa yang
dipelajari. Anak memperoleh pengetahuan baru dari hasil penginderaanya dengan
berbagai benda yang ada disekitarnya.
Menurut Piaget (dalam Suyanto : 86), anak usia TK berada pada fase
perkembangan Pra operasional dan menuju konkret operasional. Untuk itu
pengenalan kegiatan sains sebaiknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan
yang dilaluinya. Berikut adalah kriteria pengenalan pembelajaran sains untuk anak
TK yaitu: Bersifat Konkret: kegiatan pembelajara dilakukan sambil bermain
dengan benda – benda konkret (nyata), hubungan sebab – akibat terlihat secara
langsung: anak usia 5 – 6 tahun masih sulit menghubungkan sebab – akibat yang
tidak terlihat secara langsung karena pikiran mereka yang bersifat transduktif.
Sebaliknya, hubungan sebab – akibat yang terlihat secara langsung akan
memudahkan anak mengetahui adanya hubungan sebab – akibat.
Slamet Suyanto (2005 : 85) Melalui pengenalan proses sains, anak dapat
melakukan percobaan sederhana. Percobaan tersebut melatih anak
menghubungkan sebab dan akibat dari suatu perlakuan sehingga melatih anak
berfikir logis. Dalam pembelajaran sains, anak juga berlatih menggunakan alat
ukur non standar, seperti: jengkal, depa atau kaki. Selanjutnya anak berlatih
menggunakan alat ukur standar seperti mistar, meteran atau timbangan. Anak
secara bertahap berlatih menggunakan satuan ukur yang akan memudahkan anak
untuk berfikir secara logis dan rasional.
Tahapan pengenalan sains untuk anak usia dini sesuai dengan usianya
Sujiono (2008: 12.21) mengungkapkan bahwa tahapan dalam pengembangan
sainspada anak usia dini sangat bergantung pada pengalaman, usia dan tingkat
perkembanganya. Untuk itu ada beberapa indikator yang harus diperhatikan
berdasarkan kelompok atau usia yaitu:
Usia 3-4 tahun, Pada usia ini anak mulai menjelajah dan melakukan
penelitian terhadap apa yang ia lihat disekitarnya, mulai menyukai ilmu
pengetahuan dan mau bekerja sama dengan orang dewasa, mulai berkembangnya
kemampuan berbahasa. Mereka mulai berhubungan dan melakukan diskusi tetapi
masih sulit dalam pengucapan kata – kata. Mereka memerlukan orang dewasa
untuk selalu mendengarkan dan “mengerti” apa yang mereka ucapkan. Belajar
jadi lebih mudah karena mereka sudah mulai mengerti aktivitas yang akan dia
kerjakan dan mulai percaya pada guru, orang tua atau pengasuhnya.
Usia 4-5 tahun, Pada usia ini anak mulai menggunakan gambaran untuk
mewakili dan mengungkapkan ide – ide , mulai memikirkan penjelasan dari apa
yang mereka teliti, baik itu fakta ataupun imajinasi, mulai mampu menyeleksi
aktivitas yang dilakukan. Pada awalnya anak bereksperimen dengan bekerja di
laboratorium baru kemudian dipraktekan ditemapat yang sesungguhnya. Sebagai
contoh: anak menanam biji dalam pollybag atau gelas plastik bekas kemudian
setelah biji mulai tumbuh daun, kemudian anak akan menanam biji tersebut di
lahan tanah yang lebih luas untuk bertanam.
Usia 5-6 tahun, Pada usia ini anak mulai tertarik pada buku – buku yang
berhubungan dengan aktivitas dari praktek sains dengan beberapa ilustrasi –
ilustrasi berupa gambar, mulai mem ahami konsep sains yang bersifat abstrak,
tetapi tetap disertai dengan contoh – contoh nyata yang konkret dan praktek
langsung, memiliki perhatian yang intens untuk berbagai aktivitas sains, mereka
mulai dapat menikmati kegiatan yang dilakukan dalam kurun waktu beberapa
hari. Misalnya, pada saat anak melakukan percobaan menanam dan mengamati
proses bertumbuhnya tanaman yang mereka tanam dari hari pertama, kedua,
ketiga dan setelah lewat dari seminggu.
C. Peran Guru dalam Perencanaan Pengenalan Sains Anak Usia Dini
Sebelum memulai kegiatan pembelajaran guru mempersiapkan RPPH
(rencana pelaksanaan pembelajaran harian) yang dibuat satu minggu sekali
mengacu pada tema dan RPPM (rencana pelaksanaan pembelajaran
mingguan) yang telah dibuat sebelumnya. RPPH tersebut mencakup tujuan
pembelajaran, kompetensi dasar yang dicapai, indikator, media pembelajaran,
jadwal pembelajaran, serta lembar penilaian harian anak.
RPPH tersebut menjadi acuan guru saat menyiapkan kegiatan dan
media pembelajaran. Dalam satu hari terdapat 3 kegiatan yang disiapkan oleh
guru, dan pemilihan media disesuaikan dengan kegiatan dalam RPPH. Apabila
media (bahan dan alat) pembelajaran yang dibutuhkan tidak tersedia di kelas,
maka guru harus menyiapkan dan membuat sendiri media tersebut. Hal ini
dikarenakan tidak semua media pembelajaran tersedia lengkap di dikelas
terutama saat melakukan kegiatan pengenalan sains yaitumelakukan
percobaan.
Alat permainan anak maupun media pembelajaran yang sudah
dimiliki oleh guru yang ada di dalam kelas lainnya, guru meletakkan atau
menyimpan bahan main anak maupun media pembelajaran di dalam lemari
dan keranjang-keranjang plastik, yang terdiri dari balok plastik, mainan
playdough, bola-bola kecil, buncham, mainan mobil, mainan miniature,
binatang, keranjang kecil, mainan telepon, dan lain-lain yang sudah tercampur
yang diletakkan diatas lemari.
D. Peran Guru dalam Penerapan Pengenalan Sains Pada Anak Usia Dini
Pelaksanaan atau penerapan pembelajaran harus sesuai dengan
perencanaan yang telah guru buat. Seluruh kebutuhan anak pada saat
pembelajaran juga harus dapat terpenuhi dengan baik. Pada saat proses
pembelajaran guru kelas dan guru pendamping akan melihat anak dengan cara
berkeliling kesetiap kegiatan. Guru akan melihat pekerjaan yang anak
lakukan, jika ada kesulitan guru akan membimbing dan memberi motivasi
kepada anak untuk menyelesaikan kegiatannya. Jika ada anak yang sudah
selesai dengan tugasnya, guru memberikan arahan kepada anak untuk kegiatan
selanjutnya.
Peran guru dalam penerapan pengenalan sains, disini guru terlibat
langsung dalam kegiatan sains tersebut karena kegiatan pengenalan sains
yang ada dan selalu dilakukan oleh guru adalah kegiatan percobaan saja. Oleh
sebab itu setiap guru juga mempunyai caranya masing- masing dalam
memberikan motivasi pada anak atau dukungan kepada anak dalam
melakukan percobaan sains, anak juga diberikan kesempatan untuk
melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuan, tidak dengan dipaksa, anak
juga harus merasa senang saat melakukannya.
Terdapat beberapa kegiatan yang disiapkan, untuk menentukan
kegiatan yang akan dilakukan anak pertama kali, guru biasanya menentukan
dengan berbagai cara, biasanya anak yang lebih rapi duduknya atau yang
dapat menjawab pertanyaan guru, akan lebih dulu dapat melakukan kegiatan
tersebut. Setelah melakukan kegiatan yang pertama anak akan langsung
melakukan kegiatan yang selanjutnya. Pada saat kegiatan pembelajaran guru
sesekali berkeliling untuk melihat pekerjaan anak, biasanya guru lebih banyak
terfokus pada anak yang membutuhkan bantuan atau masih memerlukan
bimbingan dalam menyelesaikan tugasnya. Guru selalu memberikan motivasi
kepada anak, guru menyuruh anak untuk tidak ribut dan cepat selesai
mengerjakan kegiatan. Guru terkadang melakukan komunikasi, seperti
bercakap-cakap, dan tanya jawab dengan anak secara terbuka.
Di dalam kegiatan pengenalan sains yang dapat mengembangkan
pengetahuan anak tetang sains seperti, percobaan kain putih dan hitam dan
telur bernafas. Media yang digunakan dalam kegiatan sebenarnya sudah cukup
umum dan beragam, seperti kertas origami, krayon, lem, gunting, pewarna
makanan, kapas, biji-bijian, dan sebagainya. Anak-anak juga sudah cukup
paham dalam menggunakan media-media tersebut, karena ada beberapa yang
sudah sering digunkan dan juga sudah dicontohkan oleh guru, walaupun
terkadang sesekali bertanya. Disini guru dapat membimbing anak
menggunakan media belajar dan memberikan kesempatan kepada anak untuk
mencoba sendiri.
E. Tujuan dan Manfaat Mengembangkan Kemampuan Sains Pada Anak
Usia Dini
Menurut Suyanto (2005 : 85) Selain tujuan diatas, pengembangan pembelajran
sains pada pendidikan anak usia dini juga memiliki beberapa manfaat yang sangat
penting bagi perkembangan kemampuan anak, diantaranya yaitu:
1. Observasi, melalui pembelajaran sains anak berlatih menggunakan semua
inderanya untuk melakukan observasi atau penginderaan terhadap berbagai
benda, selain ituanak juga berlatih mengenal nama benda, mengamati bagian-
bagian, memberi nama bagian serta fungsinya.
2. Klasifikasi, pembelajaran sains memungkinkan anak untuk berlatih
mengelompokan benda-benda berdasarkan ciri tertentu ( warna, ukuran,
bentuk dan fungsi).
3. Melakukan pengukuran, yaitu pembelajran sains melatih anak menggunakan
alat ukur untuk mengukur jarak, berat dan volume dimulai dengan alat ukur
nonstandar menuju ke alat ukur standar
4. Menggunakan bilangan, yaitu menggunakan angka untuk menyatakan
sesuatu secara kuantitatif. Melalui pengenalan angka anak juga dapat
menghitung banyak benda , membaca angka seperti pada alat ukur dan
menuliskan angka.
5. Mengenal berbagai benda hidup dan benda tak hidup beserta gejalanya,
yaitu berinteraksi, melakukan eksplorasi/ penyelidikan dan percobaan
sederhana dengan berbagai benda hidup maupun benda mati dan gejalanya.

Anda mungkin juga menyukai