Anda di halaman 1dari 3

Nama : Irma Mulyani

NIM : 0106.1801.011
Prodi/Semester : PIAUD 4
Mata Kuliah : Ulumul Hadits
Dosen : Enan Kusnandar, M.Pd

Tugas Resume

ASBABUL WURUD DALAM HADITS DAN TA’LIQ AL-HADITS

Asbabul wurud al-hadits ini merupakan susunan idofah, yang terdiri dari
tiga unsur yaitu asbab, wurud dan al-hadits. Jika disederhanakan asbabul wurud
dapat diartikan sebagai sebab-sebab datangya sesuatu atau sebab sebab yang
melatar belakangi munculnya suatu hadits.

Menurut Al-Suyuti asbab al-wurud dapat dikategorikan menjadi 3 macam yaitu:

1. Sebab yang berupa ayat Al-Qur’an


Maksudnya, ayat Alquran itu menjadi penyebab Nabi saw. mengeluarkan
sabdanya. Contohnya antara lain firman Allah swt. yang berbunyi: ayat yang
artinya “Orang-orang yang beriman, dan mereka tidak mencampur adukkan
iman mereka dengan kedzaliman, mereka itulah orangorang yang mendapat
keamanan dan mereka itu orang-orang yang mendapatkan petunjuk” (Q.S. al-
An‘am: 82)
2. Sebab yang berupa hadits.
Maksudnya, pada waktu itu terdapat suatu hadis namun sebagian sahabat
merasa kesulitan memahaminya, maka kemudian muncul hadis lain yang
memberikan penjelasan terhadap hadis tersebut. Contoh hadis yang berbunyi :
ayat yang artinya “Sesungguhnya Allah SWT memiliki para malaikat di
bumi, yang dapat berbicara melalui mulut manusia mengenai kebaikan dan
keburukan seseorang”. (HR. al-Hakim)
3. Sebab yang berupa keterkaitan, yang berkaitan dengan para pendengar di
kalangan sahabat.
Sebagai contoh adalah persoalan yang berkaitan dengan sahabat Syuraid ibn
Suwaid al-Saqafi. Pada waktu Fath Makkah (pembukaan kota makkah) beliau
pernah datang kepada Nabi saw. seraya berkata: “Saya bernazar akan shalat
di Bait al-Maqdis”. Mendengar pernyataan sahabat tersebut, lalu Nabi
berssabda: “Shalat di sini, yakni Masjid al-Haram itu lebih utama”. Nabi saw.
lalu bersabda: “Demi zat yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya,
seandainya kamu shalat di sini (Masjid al-Haram) maka sudah mencukupi
bagimu untuk memenuhi nazarmu”. Kemudian Nabi saw., bersabda lagi:
“Shalat di Mesjid ini, yaitu Masjid alHaram itu lebih utama daripada seratus
ribu kali shalat di selain al-Masjid al-Haram.

Adapula urgensi-urgensi Asbabul Wurud Al-Hadits yaitu sebagai berikut :

1. Mempermudah memahami hadis-hadis, khususnya yang tampak bertentangan


satu sama lain
2. Membatasi pengertian hadis yang masih mutlaq
3. Mentafsil (merinci) hadis yang masih bersifat global.
4. Menentukan ada atau tidak adanya nash-mansukh dalam suatu hadis.
5. Menjelaskan ‘illat (sebab-sebab) ditetapkannya suatu hukum.
6. Menjelaskan maksud suatu hadis yang masih musykil (sulit dapahami
7. Menentukan adanya takhsis hadis yang bersifat umum.

Cara untuk mengetahui Asbabul Wurud Al-Hadits adalah sebagai berikut :

1. Melalui riwayat hadis Nabi, baik diungkapkan secara tegas dalam hadis itu
sendiri atau dalam hadis yang lain maupun dalam bentuk isyarat atau indikasi
saja
2. Melalui informasi (aqwal) Shahabah
3. Melalui ijtihad:
4. Melakukan pemahaman hadis dengan pendekatan historis, yaitu upaya
memahami hadis dengan mempertimbangkan kondisi historis-empiris pada
saat hadis disampaikan Nabi saw.
5. Pendekatan sosiologis, yaitu upaya memahami hadis dengan menyoroti dari
sudut posisi manusia yang membawanya kepada perilaku itu.
6. Pendekatan antropologis

Adapun Ilmu tahqiq al-hadits merupakan penjagagan atau penjelasan


tahap akhir terhadap perincian pemahaman hadits secara universal atau
keseluruhan khususnya yang terkait dengan substansi suatu hadits.

Contoh penerapan ilmu tahqiq al-hadits

“telah berbicara kepada kami Ya’qub, berkata Ibrahim ibn Sa’d dari ayahnya Al-
Qasim ibn Muhammad dari Aisyah ra., ia berkata : Rasulullah saw bersabda
“barang siapa yang mendatangkan hal baru dalam agama yang tidak termasuk
dalam bagian darinya (tidak ada dasar hukumnya) maka tertolak” (HR. Bukhori)

Cara tahqiq hadits di atas terdapat pada :

1. Shahih Al-Bukhori, Kitab Al-Shulhi, Bab Iza Istholahu ‘ala shulh Juur fa Al-
Shulh Mardud, hadis nomor 2250
2. Shahih Muslim, Kitab Al-Aqdhiyah, Bab Naqhd Al-Ahkam Al-Bathilah wa
Radd Muhaddatsat Al-Umur, hadits no 1718
3. Sunan Abu Daud, Kitab Al-Sunnah, Bab Fi Luzumi Al-Sunnah, hadits nomor
4606
4. Sunan Ibnu Majah, Kitab Al-Muqodimah, Bab Ta’dzim Hadits Rasulullah wa
Al-Taghlidz ‘ala Man ‘Aridhah, hadits nomor 14
5. Musnad Ahmad bin Hambal, hadits nomor 3311, 3975, 4298, 4840

Anda mungkin juga menyukai