A. PENDAHULUAN
Banyak karya para ulama klasik, menengah, dan kontemporer yang membahas
mengenai hadis nabi Muhammad SAW. Karya tersebut dikategorikan menjadi beberapa
macam, yakni kitab hadis primer, kitab hadis sekunder, kitab hadis tersier, kitab
campuran dengan ilmu penunjang agama Islam yang lainnya, dan lain sebagainya. 1
Salah satu dari sekian kitab tersebut, adalah kitab yang berjudul “Jāmi’ Al
Aḥādīts Al Qudsīyah”. Kitab yang berisikan hadis-hadis qudsī, yakni hadis dari nabi
Muhammad SAW yang melalui nabi sebagai perantara dari perkataan Allah SWT.
Untuk lebih jelasnya, akan penulis bahas lebih lanjut pada bagian isi makalah ini.
Kitab tersebut ditulis dan disusun oleh ‘Ishām Al Dīn Al Shabābitī. Seorang
ulama yang mencari dan mengumpulkan hadis-hadis qudsī dari banyak kitab ke dalam
satu kitab, yakni “Jāmi’ Al Aḥādīts Al Qudsīyah”.
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai kitab, ada baiknya untuk lebih
mengenal sang pengarang, yaitu ‘Ishām Al Dīn Al Shabābitī.
1
Kuliah perdana mata kuliah “Studi Kitab Hadis” dengan Prof. Dr. Suryadi, M.Ag pada tanggal
19 September 2015, dan mata kuliah “Proposal Tesis” dengan Dr. Nurun Najwah, M.Ag pada tanggal 18
September 2015.
2
Dari situs www.wikimapia.org, http://wikimapia.org/9385192/ar/-عصام-الشيخ-االسالمي-الداعية-مننزل
الصبابطي-الدين, diakses pada tanggal 2 Oktober 2015.
3
Bisa dicari dengan kata kunci “”عصام الدين الصبابطي.
1
2
4
Abū ‘Abd Al Raḥmān ‘Ishām Al Dīn Al Shabābitī, Jāmi’ Al Aḥādīts Al Qudsīyah: Mausū’ah
Jāmi’ah Masyrūḥah Wa Muḥaqqaqah Wa Madzīlah Bi Fahāris ‘Ilmīyah (Kairo: Dār Al Riyān Li Al
Turāts, Tth), juz. 1, hal. 13.
5
Muhammad ‘Ajaj Al Khathib, Ushul Al Hadits: Pokok-Pokok Ilmu Hadits (Jakarta: Gaya
Media Pratama, 2013), hal. 9.
6
Teungku Muhammad Hasbi Al Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits (Semarang:
Pustaka Rizki Putra, 2009), hal. 18.
7
Teungku Muhammad Hasbi Al Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, hal. 18.
3
serta hadis qudsī hanya diturunkan lewat jalan ilham atau jalan mimpi.8
Pernyataan ini juga didukung oleh Al Mullā ‘Alī bin Muḥammad Al Qārī seperti
yang dikutip oleh M. Quraish Shihab dalam buku beliau yang berjudul “40 Hadits
Qudsi Pilihan”.9
Adapun perbedaan hadis qudsī dengan hadis nabi adalah hadis qudsī dinisbatkan
kepada Allah SWT dan nabi Muhammad SAW hanya menceritakan dan
meriwayatkannya dari Allah SWT, sedangkan hadis nabi dinisbatkan kepada nabi
Muhammad SAW. Oleh sebab itu, hadis yang dinisbatkan kepada Allah SWT
dibedakan dengan menyebut bahwa hadis itu adalah hadits qudsīyi atau hadits
ilahīyi, yakni dinisbatkan kepada yang Dzat yang Maha Tinggi. Maka hadis yang
dinisbatkan kepada nabi disebut dengan hadis nabawīyi. nabi Muhammad SAW
juga bersabda,
:
10
8
Teungku Muhammad Hasbi Al Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, hal. 18.
9
M. Quraish Shihab, 40 Hadits Qudsi Pilihan (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hal. 3.
10
Abū Dāwud, Sunan Abī Dāwud, kitab Al Sunnah, bab 6, hadis. 4606. Diambil dari CD Al
Maktabah Al Syāmilah.
11
Abū ‘Abd Al Raḥmān ‘Ishām Al Dīn Al Shabābitī, Jāmi’ Al Aḥādīts Al Qudsīyah: Mausū’ah
Jāmi’ah Masyrūḥah Wa Muḥaqqaqah Wa Madzīlah Bi Fahāris ‘Ilmīyah, juz. 1, hal. 19.
4
Al Qur`ān Al Karīm
Hadis Qudsī
Hadis Nabawī
12
Abū ‘Abd Al Raḥmān ‘Ishām Al Dīn Al Shabābitī, Jāmi’ Al Aḥādīts Al Qudsīyah: Mausū’ah
Jāmi’ah Masyrūḥah Wa Muḥaqqaqah Wa Madzīlah Bi Fahāris ‘Ilmīyah, juz. 1, hal. 19-20.
5
13
M. Quraish Shihab, 40 Hadis Qudsi Pilihan, hal. 12.
14
M. Quraish Shihab, 40 Hadis Qudsi Pilihan, hal. 12.
15
Abū ‘Abd Al Raḥmān ‘Ishām Al Dīn Al Shabābitī, Jāmi’ Al Aḥādīts Al Qudsīyah: Mausū’ah
Jāmi’ah Masyrūḥah Wa Muḥaqqaqah Wa Madzīlah Bi Fahāris ‘Ilmīyah, juz. 1, hal. 20.
16
Abū ‘Abd Al Raḥmān ‘Ishām Al Dīn Al Shabābitī, Jāmi’ Al Aḥādīts Al Qudsīyah: Mausū’ah
Jāmi’ah Masyrūḥah Wa Muḥaqqaqah Wa Madzīlah Bi Fahāris ‘Ilmīyah, juz. 1, hal. 20-21.
6
17
Abū ‘Abd Al Raḥmān ‘Ishām Al Dīn Al Shabābitī, Jāmi’ Al Aḥādīts Al Qudsīyah: Mausū’ah
Jāmi’ah Masyrūḥah Wa Muḥaqqaqah Wa Madzīlah Bi Fahāris ‘Ilmīyah, juz. 1, hal. 21.
18
Abū ‘Abd Al Raḥmān ‘Ishām Al Dīn Al Shabābitī, Jāmi’ Al Aḥādīts Al Qudsīyah: Mausū’ah
Jāmi’ah Masyrūḥah Wa Muḥaqqaqah Wa Madzīlah Bi Fahāris ‘Ilmīyah, juz. 1, hal. 22-24.
7
Abū ‘Abd Al Raḥmān ‘Ishām Al Dīn Al Shabābitī, Jāmi’ Al Aḥādīts Al Qudsīyah: Mausū’ah
19
Abū ‘Abd Al Raḥmān ‘Ishām Al Dīn Al Shabābitī, Jāmi’ Al Aḥādīts Al Qudsīyah: Mausū’ah
20
22
Abū ‘Abd Al Raḥmān ‘Ishām Al Dīn Al Shabābitī, Jāmi’ Al Aḥādīts Al Qudsīyah: Mausū’ah
Jāmi’ah Masyrūḥah Wa Muḥaqqaqah Wa Madzīlah Bi Fahāris ‘Ilmīyah, juz. 1, hal. 37-42.
9
bagian kelima terdapat dua bab, dan bagian keenam terdapat satu kitab. Berikut adalah
pembagian bab hadis yang ada di dalam masing-masing kitab tersebut:
Bagian Bab Jumlah Jumlah
bahasan hadis
I 1. Al Tauḥīd Wa Al Īmān 37 231 hadis
2. Al Shalāh 21
3. Al Infāq Wa Al Shadaqah 17
4. Al Shaum 17
5. Al Ḥajj 11
II 6. Al Amr Bi Al Ma’rūf Wa Al Nahy 7 116 hadis
‘An Al Munkar
7. Al Jihād Fī Sabīl Allāh 9
8. Mā Nahā Allāh ‘Anhu 27
III 9. Al Dzikr Wa Al Du’ā` 49 195 hadis
10. Al Taubah Wa Al Inābah 24
IV 11. Al Maut Wa ‘Adzāb Al Qubr 4 216 hadis
12. Al Qiyāmah 28
13. Al Syafā’ah 24
14. Ru`yah Allāh Yauma Al Qiyāmah 10
15. Rahmāt Allāh 12
16. Al Jannah 13
V 17. Al Birr Wa Ḥusn Al Khuluq 31 182 hadis
18. Al Anbiyā` Wa Al Sābiqīn Wa Mā 24
Yakūnu Fī Ākhir Al Zamān
VI 19. Al Fadhā`il 67 210 hadis
Total Hadis Qudsī 1150 hadis
Dari skema di atas, dapat diperhatikan bahwa jumlah seluruh hadis qudsī yang
dikumpulkan oleh Al Shabābitī dalam kitab ini adalah 1150 hadis. Pembagian tiap
bagian dalam kitab ini pun dapat dilihat berdasarkan kepada topik bahasan dari tiap
bagian. Pada bagian pertama, dibahas mengenai lima rukun Islam yang senantiasa
dilaksanakan oleh tiap individu muslim, yaitu syahadat yang berisikan ajaran keimanan
dan tauhid kepada Allah, shalat yang dilakukan setiap hari, infaq dan shadaqah bagi
mereka yang memiliki harta, puasa yang wajib dilakukan oleh umat dalam bulan
Ramadhan setiap tahunnya, dan haji yang dilaksanakan bagi mereka yang mampu.
Pada bagian kedua, adalah hadis qudsī yang berkaitan dengan pembahasan
mengenai amalan-amalan umat Islam yang berhubungan dengan sosial, yakni hubungan
antara satu orang dengan orang yang lain, yaitu perintah kepada kebajikan dan larangan
atas perbuatan buruk, jihad di jalan Allah, dan apa yang Allah larang dalam kehidupan
sosial seorang muslim.
12
Pada bagian ketiga, adalah pembahasan mengenai ibadah setiap individu yang
tidak berkaitan dengan batasan seperti tempat dan waktu, dengan artian bahwa ibadah
tersebut dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja, yakni berdzikir kepada Allah,
berdoa, bertaubat dan kembali kepada Allah jika melakukan hal yang berdosa atau
maksiat.
Pada bagian keempat, adalah hadis qudsī yang berkaitan dengan eskatologi,
yakni hal-hal gaib yang tidak akan diketahui selama manusia masih hidup, seperti
kematian, azab dalam kubur, hari kiamat, syafaat di akhir zaman, melihat Allah SWT,
kasih sayang Allah SWT, dan Surga.
Pada bagian kelima, adalah pembahasan yang berhubungan dengan perbuatan
baik, akhlak dan perangai yang mulia, kisah-kisah mengenai para nabi dan mereka yang
hidup sebelum masa nabi Muhammad SAW, dan apa yang akan terjadi di akhir zaman.
Kemudian, pada bagian terakhir dari kitab ini, yaitu bagian keenam, adalah
pembahasan mengenai keutamaan-keutamaan.
169
211 7
23
Hadis qudsī di atas adalah perihal kembalinya amal seorang yang berpuasa kepada
Allah SWT. Bukan membahas mengenai tata-cara atau bagaimana caranya
melaksanakan puasa, akan tetapi hadis qudsī di atas lebih menjelaskan kepada
imbalan yang akan diterima oleh seorang yang berpuasa. Imbalan berpuasa ini
menjadi hal yang spiritual karena hanya akan diketahui oleh Allah SWT sebagai
Dzat yang memberikan imbalan, dan si orang yang berpuasa yang menjalankan
ibadah puasanya di satu hari itu.
Contoh yang lain, adalah hadis berikut ini,
148
8728 16
24
Hadis qudsī di atas membahas mengenai memberikan infaq atau shadaqah lebih
baik dibandingkan jika harta tersebut ditahan. Hadis di atas tidak membahas
mengenai masalah fiqhīyah mengenai infaq atau shadaqah seperti takaran
23
Abū ‘Abd Al Raḥmān ‘Ishām Al Dīn Al Shabābitī, Jāmi’ Al Aḥādīts Al Qudsīyah: Mausū’ah
Jāmi’ah Masyrūḥah Wa Muḥaqqaqah Wa Madzīlah Bi Fahāris ‘Ilmīyah, juz. 1, hal. 295.
24
Abū ‘Abd Al Raḥmān ‘Ishām Al Dīn Al Shabābitī, Jāmi’ Al Aḥādīts Al Qudsīyah: Mausū’ah
Jāmi’ah Masyrūḥah Wa Muḥaqqaqah Wa Madzīlah Bi Fahāris ‘Ilmīyah, juz. 1, hal. 259.
14
56
3328 5
25
2864 3
26
25
Abū ‘Abd Al Raḥmān ‘Ishām Al Dīn Al Shabābitī, Jāmi’ Al Aḥādīts Al Qudsīyah: Mausū’ah
Jāmi’ah Masyrūḥah Wa Muḥaqqaqah Wa Madzīlah Bi Fahāris ‘Ilmīyah, juz. 1, hal. 55.
26
Abū ‘Abd Al Raḥmān ‘Ishām Al Dīn Al Shabābitī, Jāmi’ Al Aḥādīts Al Qudsīyah: Mausū’ah
Jāmi’ah Masyrūḥah Wa Muḥaqqaqah Wa Madzīlah Bi Fahāris ‘Ilmīyah, juz. 1, hal. 58.
15
60
60
27
328
64 238
28
3. Tidak ditemukan hadis qudsī dalam kitab ini yang diteliti kualitas dari segi
matannya, semua kualitas hadis dalam kitab ini adalah kualitas dari segi sanad
hadisnya. Hal ini penulis konfirmasi dengan melihat semua kualitas hadis yang
ada di bagian pertama dari kitab ini, yakni dari kitab Al Tauḥīd Wa Al Īmān
sampai dengan kitab Al Ḥajj. Bagian ini penulis pilih karena pada bagian ini
terdapat hadis paling banyak dibandingkan bagian-bagian yang lainnya.
Setelah melihat satu per satu kualitas hadis yang disampaikan oleh Al Shabābitī
dalam bagian pertama tersebut, maka dari 231 hadis qudsī itu, terdapat 93 hadis
qudsī yang berkualitas shaḥīḥ al sanad, 10 hadis qudsī berkualitas shaḥīḥ li
ghairihi, 11 hadis qudsī berkualitas ḥasan al sanad, 5 hadis berkualitas ḥasan li
27
Abū ‘Abd Al Raḥmān ‘Ishām Al Dīn Al Shabābitī, Jāmi’ Al Aḥādīts Al Qudsīyah: Mausū’ah
Jāmi’ah Masyrūḥah Wa Muḥaqqaqah Wa Madzīlah Bi Fahāris ‘Ilmīyah, juz. 1, hal. 60.
28
Abū ‘Abd Al Raḥmān ‘Ishām Al Dīn Al Shabābitī, Jāmi’ Al Aḥādīts Al Qudsīyah: Mausū’ah
Jāmi’ah Masyrūḥah Wa Muḥaqqaqah Wa Madzīlah Bi Fahāris ‘Ilmīyah, juz. 1, hal. 488.
16
29
Abū ‘Abd Al Raḥmān ‘Ishām Al Dīn Al Shabābitī, Jāmi’ Al Aḥādīts Al Qudsīyah: Mausū’ah
Jāmi’ah Masyrūḥah Wa Muḥaqqaqah Wa Madzīlah Bi Fahāris ‘Ilmīyah, juz. 1, hal. 312-313.
30
Contoh lihat Abū ‘Abd Al Raḥmān ‘Ishām Al Dīn Al Shabābitī, Jāmi’ Al Aḥādīts Al
Qudsīyah: Mausū’ah Jāmi’ah Masyrūḥah Wa Muḥaqqaqah Wa Madzīlah Bi Fahāris ‘Ilmīyah, juz. 1, hal.
83.
17
31
Contoh lihat Abū ‘Abd Al Raḥmān ‘Ishām Al Dīn Al Shabābitī, Jāmi’ Al Aḥādīts Al
Qudsīyah: Mausū’ah Jāmi’ah Masyrūḥah Wa Muḥaqqaqah Wa Madzīlah Bi Fahāris ‘Ilmīyah, juz. 1, hal.
83.
32
Contoh lihat Abū ‘Abd Al Raḥmān ‘Ishām Al Dīn Al Shabābitī, Jāmi’ Al Aḥādīts Al
Qudsīyah: Mausū’ah Jāmi’ah Masyrūḥah Wa Muḥaqqaqah Wa Madzīlah Bi Fahāris ‘Ilmīyah, juz. 1, hal.
90.
33
Contoh lihat Abū ‘Abd Al Raḥmān ‘Ishām Al Dīn Al Shabābitī, Jāmi’ Al Aḥādīts Al
Qudsīyah: Mausū’ah Jāmi’ah Masyrūḥah Wa Muḥaqqaqah Wa Madzīlah Bi Fahāris ‘Ilmīyah, juz. 1, hal.
49, 52, dan lain sebagainya.
34
Contoh lihat Abū ‘Abd Al Raḥmān ‘Ishām Al Dīn Al Shabābitī, Jāmi’ Al Aḥādīts Al
Qudsīyah: Mausū’ah Jāmi’ah Masyrūḥah Wa Muḥaqqaqah Wa Madzīlah Bi Fahāris ‘Ilmīyah, juz. 1, hal.
56.
35
Contoh lihat Abū ‘Abd Al Raḥmān ‘Ishām Al Dīn Al Shabābitī, Jāmi’ Al Aḥādīts Al
Qudsīyah: Mausū’ah Jāmi’ah Masyrūḥah Wa Muḥaqqaqah Wa Madzīlah Bi Fahāris ‘Ilmīyah, juz. 1, hal.
57.
18
c. Sang pengarang hanya memberikan penjelasan dan syarḥ singkat untuk hadis-
hadis qudsī yang kualitasnya shaḥīḥ saja.36 Adapun hadis yang kualitasnya di
bawah shaḥīḥ, seperti shaḥīḥ li ghairihi dan seterusnya, maka pengarang hanya
memberikan al takhrīj atas hadis, pendapat ulama sebelumnya, dan pendapat
pribadi beliau tentang sanadnya saja, tanpa menjelaskan matannya, dan sedikit
sekali dari hadis tersebut yang diberikan syarḥ dan ta’līq.37
d. Masih ada sebagian hadis yang kualitasnya masih dipertanyakan atau tidak
dihukumkan oleh sang pengarang. Pengarang hanya memberikan tempat
kosong atau memberikan tanda tanya (?) untuk mengisi tempat di bawah hadis
itu. Hal ini kemungkinan karena di kitab yang menjadi sumber dari hadis
tersebut juga tidak disebutkan sanad hadisnya.38
e. Terlepas dari ijtihad yang dilakukan oleh sang pengarang. Penulis mengatakan
bahwa kitab ini hanya kumpulan hadis-hadis qudsī dari banyak kitab, disertai
dengan al takhrīj, al taḥqīq, syarḥ al gharīb, atau ta’līq di sebagian hadis
dalam kitab ini.
Demikian kelebihan dan kekurangan yang penulis temukan, selanjutnya adalah
penutup dari tulisan ini.
G. PENUTUP
Demikian pembahasan mengenai kitab “Jāmi’ Al Aḥādīts Al Qudsīyah” karya
Abū ‘Abd Al Raḥmān ‘Ishām Al Dīn Al Shabābitī. Kitab ini merupakan usaha dan jerih
payah ijtihad beliau dalam mengumpulkan hadis-hadis qudsī dari berbagai kitab dan
disusun sedemikian rupa sehingga menjadi satu kitab utuh yang berisikan seribu lebih
hadis qudsī. Usaha ini merupakan kepedulian oleh seorang ulama Muslim di dunia
untuk belajar dan menjaga khazanah agama Islam. Oleh sebab itu, sebagai penutup bagi
tulisan ini, penulis hanya dapat mengatakan bahwa usaha untuk mengembangkan,
36
Contoh lihat Abū ‘Abd Al Raḥmān ‘Ishām Al Dīn Al Shabābitī, Jāmi’ Al Aḥādīts Al
Qudsīyah: Mausū’ah Jāmi’ah Masyrūḥah Wa Muḥaqqaqah Wa Madzīlah Bi Fahāris ‘Ilmīyah, juz. 1, hal.
52.
37
Contoh lihat Abū ‘Abd Al Raḥmān ‘Ishām Al Dīn Al Shabābitī, Jāmi’ Al Aḥādīts Al
Qudsīyah: Mausū’ah Jāmi’ah Masyrūḥah Wa Muḥaqqaqah Wa Madzīlah Bi Fahāris ‘Ilmīyah, juz. 1, hal.
88-89.
38
Contoh lihat Abū ‘Abd Al Raḥmān ‘Ishām Al Dīn Al Shabābitī, Jāmi’ Al Aḥādīts Al
Qudsīyah: Mausū’ah Jāmi’ah Masyrūḥah Wa Muḥaqqaqah Wa Madzīlah Bi Fahāris ‘Ilmīyah, juz. 1, hal.
115.
19
melestarikan, dan menjaga hadis nabi Muhammad SAW beserta dengan keilmuannya
masih terus bisa dilakukan dan diusahakan sepanjang masa.
Dengan demikian, hadis memiliki ruang lingkup yang sangat luas dan tidak akan
selesai untuk dijelajahi dan dipelajari oleh cendikiawan dan sarjanawan, baik dari
kalangan Muslim maupun yang non-Muslim. Salah satu upaya tersebut dapat dilihat
dari keberhasilan ‘Ishām Al Dīn Al Shabābitī dalam mengumpulkan dan
mengkodifikasi kembali hadis-hadis qudsī dari berbagai kitab, dan menjadikannya
dalam satu kitab utuh, yaitu “Jāmi’ Al Aḥādīts Al Qudsīyah”.
20
DAFTAR PUSTAKA
Khathib, Muhammad ‘Ajaj Al. 2013. Ushul Al Hadits: Pokok-Pokok Ilmu Hadits.
Jakarta: Gaya Media Pratama.
Shabābitī, Abū ‘Abd Al Raḥmān ‘Ishām Al Dīn Al. Tth. Jāmi’ Al Aḥādīts Al Qudsīyah:
Mausū’ah Jāmi’ah Masyrūḥah Wa Muḥaqqaqah Wa Madzīlah Bi Fahāris
‘Ilmīyah. Kairo: Dār Al Riyān Li Al Turāts.
Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi Al. 2009. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits.
Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Kuliah “Studi Kitab Hadis” dengan Prof. Dr. Suryadi, M.Ag pada tanggal 19
September 2015.
Kuliah “Proposal Tesis” dengan Dr. Nurun Najwah, M.Ag pada tanggal 18 September
2015.
CD Kepustakaan
Situs Internet
www.wikimapia.org