HADIS-HADIS T ENTANG KIAMAT T IDAK T ERJADI HINGGA KALIAN MEMERANGI KAUM BERSANDALKAN …
Esa Agung
Masalah Populer
Farijal Adi Nugroho
Studi Takhrij Hadits;
(Meneliti Hadits al-Arba’in al-Nawawiyyah no. 10)
Firman Sholihin
Pendahuluan
Salah satu fungsi kegiatan takhrij adalah menyingkap kebenaran dari suatu
ungkapan yang ‘katanya’ ungkapan tersebut adalah sabda Nabi Saw, dengan dibuktikan
kebenarannya lewat beberapa metode penelitian yang sudah dibakukan oleh para ulama
ahli hadits. Dalam pandangan Muhammad Mahmud Bakkar, pengetahuan tentang
takhrij merupakan hal yang sangat penting dan tidak dapat dihindari bagi orang yang
berkecimpung dalam bidang ilmu-ilmu syar’iyyah, terlebih bagi orang yang berkecipung
dalam bidang hadits dan ilmu-ilmunya. Karenanya, turur Muhammad, seorang penuntut
ilmu tidak boleh mempersaksikan suatu hadits yang dia sendiri tidak mengetahui
letaknya dalam kitab-kitab hadits (kitab, bab dan nomor—pen), tidak mengetahui
sanadnya, dan tidak mengetahui derajat hadits tersebut (shahih, hasan atau dla’if-nya—
pen).1
Kegiatatan takhrij ini pun menjadi sangat penting, terutama bagi sang juru dakwah
secara khusus, karena mereka menjadi ujung tombak penyebaran ajaran Islam, dan secara
umum bagi kaum muslimin, agar mereka tidak menceritakan suatu ucapan yang mereka
sandarkan kepada Nabi Saw, padahal setelah diteliti (ditakhrij) ternyata ucapan tersebut
diragukan statusnya sebagai sabda Nabi Saw karena kedla’ifannya, atau bisa juga
dipastikan bahwa ucapan tersebut bukan sabda Nabi Saw karena statusnya maudlu’ (hanya
dibuat-buat/palsu). Selain itu, agar mereka juga tidak mengamalkan atau mengucapkan
sesuatu tanpa pengetahuan yang jelas, sehingga sekalipun tindak dan ucapnya itu benar
tapi tidak berbuah amal, karena mereka tidak tahu bahwa tindakan dan ucapan tersebut
sebenarnya sebuah sabda Nabi Saw; hadits.
1
Muhammad Mahmud Bakkar, ‘Ilmu Takhrij al-Ahadits; Ushuluhu-Tharaiquhu-Manahijuhu, (Riyadl: Dar
Thayyibah, Cet. Ke-3, 1418 H/1997 M), Hal. 17.
Redaksi Ungkapan
Adapun redaksi hadits al-Arba’in al-Nawawiyyah no. 10 yang akan menjadi objek
kajian kali ini, adalah sebagai berikut:
2
Abu Zakariyya bin Syarf al-Nawawi, Kitab al-Arba’un al-Nawawiyyah, Takhrij wa Ta’liq: Ahmad ‘Abdul-Razaq
al-Bakari, (Kairo: Darus-Salam, Cet. Ke-4, 1428 H/2007 M), Hal. 9-10.
3
Q.S al-Mu’minun (23): 51.
4
Q.S al-Baqarah (2): 172.
5
Ahmad Izzan, Studi Takhrij Hadits; Kajian Tentang Metodologi Takhrij dan Kegiatan Penelitian Hadits,
(Bandung: Tafakur, Cet. Ke-1, 1433 H/2012 M), Hal. 3.
asal-usulnya dari mana, maka tidak akan diketahui pula sanadnya secara lengkap,
sehingga penelitian kualitasnya pun menjadi terhambat.
Jika merujuk pada kutipan redaksi hadits di atas, informasi pertama yang kita
dapat dari Imam al-Nawawi adalah; hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Muslim,
tentunya dalam kitab Shahih-nya, dan sahabat yang menjadi sumber periwayatannya
adalah Abu Hurairah Ra. Berangkat dari informasi ini, maka ada beberapa metode yang
bisa ditempuh dalam pembuktian otentisitas hadits tersebut, di antararanya:
Pertama, Takhrij melalui nama perawi hadits dari kalangan sahabat. Kitab yang
penulis pakai dalam metode ini adalah kitab al-Musnad karya Imam Ahmad bin Hanbal.
Kitab tersebut merupakan kitab hadits yang tersusun sesuai nama sahabat yang
meriwayatkannya. Sebagaimana yang kita ketahui, sahabat yang menjadi sumber
periwayatan hadits ini adalah Abu Hurairah. Oleh karea itu, percarian pun terfokus pada
hadits-hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah yang dihimpun oleh Imam Ahmad
dalam Musnad-nya tersebut. Berikut snapshot hasil penelusuran penulis:6
Kedua, Takrij melalui lafal pertama matan hadits. Dalam mempraktekan metode
ini, penulis menggunakan kitab Shahih al-Jami’ al-Shaghir wa Ziyadatuhu karya Syaikh
Nashirud-Din al-Albani. Awalnya, penulis menyangka bahwa hadits tersebut akan berada
pada deretan huruf alif yang bersambung dengan huruf nun. Penulis sempat kecewa ketika
tidak menemukan hadits tersebut pada deretan alif-nun, namun ketika penulis
6
Abu ‘Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad al-Syaibani, Musnad al-Imam Ahmad
bin Hanbal, Tahqiq, Takhrij, & Ta’liq: Syu’ab al-Arnauth & ‘Adil Mrsyid, dll., (Bairut: Mu’assasah al-Risalah,
Cet. Ke-1, 1417 H/1997 M), Vol. 14, Hal. 90, Hadits no. 8348.
meneruskan pencarian sampai huruf alif-ya, panulis—Alhamdulillah—malah menemukan-
nya pada deretan huruf tersebut. Dari pencarian tersebut, informasi baru yang penulis
dapat adalah; hadits tersebut bukan hanya diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih-
nya saja, namun ada dua mukharrij lain yang mengeluarkan hadits tersebut, yaitu Imam
Ahmad dalam Musnad-nya dan Imam al-Tirmidzi dalam Sunan-nya. Berikut snapshot hasil
penelusuran penulis:7
Ketiga, Takhrij melaui salah satu kata yang terdapat dalam redaksi hadits, yang
mana kata tersebut menjadi ciri khas dari redaksi hadits yang tengah dicari. Kitab yang
bisa digunakan untuk pencarian menggunakan metode ini adalah; kitab al-Mu’jam al-
Mufahras li Alfazh al-Hadits al-Nabawi karya A. J. Weinsinck—seorang orientalis yang
merupakan guru besar bahasa Arab di Universitas Leiden. Adapun kata yang khas dalam
redaksi hadits tersebut menurut penulis ada dua; yaitu kata thayyibat dan asy’atsa. Berikut
snapshot hasil penelusuran penulis:8
7
Muhammad Nashirud-Din al-Albani, Shahih al-Jami al-Shaghir wa Ziyadatuhu, (Bairut: al-Maktab al-Islami,
Cet. Ke-3, 1408 H/1988 M), Vol. 1, Hal. 532, Hadits no. 2744.
8
A. J. Weisinck & Muhammad Fu’ad ‘Abdul-Baqi, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfazh al-Hadits al-Nabawi,
(Laiden: Maktabah Brill, 1936 M), untuk kata thayyibat Vol. 4, Hal. 69, dan untuk kata asy’atsa Vol. 3, Hal.
135.
Dari hasil di atas kita bisa lihat bahwa; jika kita melakukan pencarian dengan
menggunakan kata thayyibat, maka kita hanya akan mendapati informasi bahwa hadits di
atas hanya diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih-nya kitab al-zakah hadits no. 65
saja. Sedangkan menurut pencarian menggunakan kata asy’atsa, informasi yang didapat
lebih lengkap, yaitu; hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih-nya
kitab al-zakah hadits no. 64, Imam al-Tirmidzi dalam Sunan-nya bab tafsir surah ke-2 hadits
ke-26, Imam al-Darimi dalam Sunan-nya kitab al-riqaq bab ke-9, Imam Ahmad dalam
Mudnad-nya Vol. 2, Hal. 328.
Keempat, melalui tema hadits yang tengah dicari. Kitab yang penulis gunakan
untuk metode ini adalah kitab Kanz al-‘Ummal fi Sunan al-Aqwal wa al-Af’al karya Syaikh
al-Mutqi al-Hindi. Kitab tersebut merupakan kitab takhrij yang disusun berdasarkan tema
hadits secara alphabetis. Pencarian dengan metode ini—menurut penulis—dirasa cukup
sulit, karena seorang pentakhrij harus bisa menyimpulkan isi kandungan hadits, sehingga
bisa diketahui tema yang terkandung di dalamnya sebelum melakukan pencarian. Penulis
mencoba menerka tema yang terkandung dalam hadits tersebut, yaitu tentang makanan
dan do’a. Sejauh penelusuran penulis, penulis tidak menemukan tema tentang makanan
(al-Tha’am) dalam kitab Kanz al-‘Ummal karya al-Hindi ini. Oleh karena itu, penulis
langsung mengalihkan pencarian ke tema tentang do’a (al-Du’a). Berkat taufiq dari Allah
Swt, akhirnya penulis menemukan hadits yang tengah dicari pada deretan hadits dalam
tema tersebut. Berikut snapshot hasil pencarian penulis:9
9
‘Ala’ud-Din ‘Ali al-Mutqi bin Hassamud-Din al-Hindi al-Burhan Fauri, Kanz al-‘Ummal fi Sunan al-Aqwal wa
al-Af’al, (Bairut: Mu’assasah al-Risalah, Cet. Ke-5, 1405 H/1985 M), Vol. 2, Hal. 81, bab adab al-du’a Hadits
no. 3236.
Informasi yang didapat dari kitab Kanz al-‘Ummal ini sangat serupa dengan
informasi yang didapat dari kitab Shahih al-Jami al-Shaghir, yaitu; hadits tersebut
dirwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih-nya, Imam Ahmad dalam Musnad-nya dan
Imam al-Tirmidzi dalam Sunan-nya.
Dari empat metode pencarian di atas, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa
hadits tersebut terdapat dalam empat kitab hadits primer, yaitu Imam Muslim dalam
Shahih-nya, Imam Ahmad dalam Musnad-nya, al-Tirmidzi dalam Sunan-nya, dan al-Darimi
dalam Sunan-nya.
Berkut rincian kitab, bab, no. hadits, hukum pentahqiq atau pentashihnya, serta
matan dan sanadnya secara lengkap dari masing-masing perawi:
1. Shahih muslim kitab al-zakah bab qabul al-shadaqah min al-kasab al-thayyib wa tarbiyatiha
no. 65 – (1015):
ح ثنا فضيل بن، ح ثنا أبو أسام، ) ح ثني أبو ك ي محم بن العا1 6( - 56
قا سو ه صل: قا، عن أبي ه ي، عن أبي حا م، ح ثني ع بن ثابت،م ق
ه أم ام مني بما أم، ه طي ا يقبل ا طيبا، «أيها الناس: ه علي سل
ً َ ْ ُ َ ۡ َ َٰ ْ ُُ ُ ُ َ َ َ
ٰ
]6 : } [ام منو..ت وٱع ا ص ِحا َ ٓ { : فقا، ب ام سلي
ِ يأي ا ٱلرسل ُ ا ِم ٱلطيِب
ۡ ُ َٰ َۡ َ َ َٰ َ ِ ْ ُُ ْ ُ َ َ َ َ َ َ
] ث ك ال جل : } [البق.. ت ما رزقنك ٓ { : قا
ِ يأي ا ٱَِي ءامن ا ُ ا م طيِب
مش ب، مطعم ح ام، يا ب، يا ب، يم ي ي ل السما،يطيل السف أشعث أغبر
» فأنى يستجاب ل ل ؟، غ بالح ام، ملبس ح ام،ح ام
2. Musnad Ahmad bin Hanbal bab musnad Abi Hurairah Ra no. 8348 (Ta’liq Syu’aib al-
Arnauth: Isnaduhu hasan).
ه - 43عن أبي ه ي ،قا :قا سو ه صل ه علي سل « :أيها الناس،
ُ َ َ
يأي َ ا ٱلر ُسل
ه أم ام مني بما أم ب ام سلي ،فقا ٓ { : طي ا يقبل ا طيبا،
ْ ُُ ْ َ َ َ ۡ ْ ُُ ْ
ٱع َ ُ ا َص ٰ ًِحا[ }..ام منو ]6 :قا ٓ { :
يأي َ ا ٱَِي َ َء َام ُن ا ُ ا مِ تو َ
ُ ا ِم َ ٱلطيِبٰ ِ
َ َٰ َ َ َۡ َٰ ُ
ك ۡ [ }..البق ،] :ث ك ال جل يطيل السف أشعث أغبر ،ث يم ت ما رزقن طيِب ِ
ي ه ل السما :يا ب ،يا ب ،مطعم ح ام ،مش ب ح ام ،ملبس ح ام ،غ
بالح ام ،فأنى يستجاب ل ل »
3. Sunan al-Tirmidzi kitab al-tafsir al-quran bab wa min surah al-baqarah no. 2989 (Hukum
al-Albani: Hasan):
- 2 2ح ثنا عب بن حمي ،قا :ح ثنا أبو نعي ،قا :ح ثنا فضيل بن م ق ،عن
ع بن ثابت ،عن أبي حا م ،عن أبي ه ي ،قا :قا سو ه صل ه علي سل :
«يا أيها الناس ،ه طي ا يقبل ا طيبا ه أم ام مني بما أم ب ام سلي ،
ي َأي اَ َ ۡ ْ
ٱع َ ُ ا َص ٰ ًِحا[ }..ام منو ]6 :قا ٓ َ { : ٰ َ َ ُ ُ ُُ ْ َ َ َ
فقا ٓ { :
يأي ا ٱلرسل ُ ا ِم ٱلطيِب ِ
تو
ِ َ َٰ َ َ َ َٰ ُ ۡ َُ ْ ُُ ْ
] قا :ك ال جل يطيل ك ۡ [ }..البق : ت ما رزقنٱَِي َ َءامن ا ُ ا م طيِب ِ
السف أشعث أغبر يم ي ه ل السما يا ب ،يا ب مطعم ح ام ،مش ب ح ام،
ملبس ح ام ،غ بالح ام ،فأنى يستجاب ل ل »
4. Sunan al-Darimi kitab al-riqaq bab fi akl al-thayyib no. 2759 (Ta’liq Husain Salim Asad
al-Darani: Isnaduhu shahih ‘ala syarth Muslim):
- 2أخبرنا أبو نعي ،ح ثنا الفضيل ابن م ق ،ح ثنا ع بن ثابت ،عن أبي
حا م ،عن أبي ه ي قا :قا سو ه صل ه علي سل « :يا أيها الناس ه
ُ َ َ
يأي َ ا ٱلر ُسل
طي ا يقبل ا الطي ،ه أم ام مني بما أم ب ام سلي قا ٓ { :
ْ ُُ ْ َ َ َ ۡ ْ ُُ ْ
ٱع َ ُ ا َص ٰ ًِحا[ }..ام منو ]6 :قا ٓ { :
يأي َ ا ٱَِي َ َء َام ُن ا ُ ا ِم تو َ
ُ ا ِم َ ٱلطيِبٰ ِ
َ َٰ َ َ َۡ َٰ ُ
ك ۡ [ }..البق ] :قا :ث ك ال جل يطيل السف ,أشعث أغبر, ت ما رزقن طيِب ِ
يم ي ي ل السما :يا ب ,يا ب ،مطعم ح ام ،ملبس ح ام ،مش ب ح ام ،غ
بالح ام ،فأنى يستجاب ل ل ؟!»
Dengan demikian, terbuktilah keotentikan hadits al-Arba’un al-Nawawiyyah no. 10
ini sebagai hadits yang mempunyai sanad lengkap dan ditulis dalam beberapa al-mashadir
al-ashliyyah sebagaimana telah disajikan pembahsannya di atas. Wallahu a’lam
Daftar Pustaka
Muhammad Mahmud Bakkar, ‘Ilmu Takhrij al-Ahadits; Ushuluhu-Tharaiquhu-Manahijuhu,
(Riyadl: Dar Thayyibah, Cet. Ke-3, 1418 H/1997 M).
Abu Zakariyya bin Syarf al-Nawawi, Kitab al-Arba’un al-Nawawiyyah, Takhrij wa Ta’liq:
Ahmad ‘Abdul-Razaq al-Bakari, (Kairo: Darus-Salam, Cet. Ke-4, 1428 H/2007 M).
Ahmad Izzan, Studi Takhrij Hadits; Kajian Tentang Metodologi Takhrij dan Kegiatan Penelitian
Hadits, (Bandung: Tafakur, Cet. Ke-1, 1433 H/2012 M).
Abu ‘Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad al-Syaibani,
Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, Tahqiq, Takhrij, & Ta’liq: Syu’ab al-Arnauth
& ‘Adil Mrsyid, dll., (Bairut: Mu’assasah al-Risalah, Cet. Ke-1, 1417 H/1997 M).
‘Ala’ud-Din ‘Ali al-Mutqi bin Hassamud-Din al-Hindi al-Burhan Fauri, Kanz al-‘Ummal fi
Sunan al-Aqwal wa al-Af’al, (Bairut: Mu’assasah al-Risalah, Cet. Ke-5, 1405 H/1985
M).
Abu al-Hasan bin Muslim bin al-Hajjaj al-Qusairi al-Naisaburi, Shahih Muslim, (Riyadl:
Baitul-Afkar al-Daulah, 1419 H/1998 M).
Abu Muhammad ‘Abdullah bin ‘Abdur-Rahman bin al-Fadl bin Bahram al-Darani,
Musnad al-Darimi—al-ma’ruf bi—Sunan al-Darimi, Tahqiq: Salim Asad al-Darani,
(Riyadl: Darul-Mughni, Cet. Ke-1, 1421 H/2000 M).
Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurah al-Tirmidzi, al-Jami’ al-Kabir; Sunan al-Tirmidzi,
Tahqiq: Syu’aib al-Arnauth & Jamal ‘Abdul-Lathif, (Bairut: Darur-Risalah al-
‘Ilmiyyah, Cet. Ke-1, 1430 H/2009 M).