Anda di halaman 1dari 10

ASBABUL WURUD

Disusun guna memenuhi tugas


Mata Kuliah : Ulumul Hadist II
Dosen Pengampu : Emillia Sari, M.Hum

Disusun Oleh :
Nyayu Hafiza (18010027)
Riana Ulfa (18010030)

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


SEKOLAH TINGGI ILMU AL-QUR’AN AL-LATHIFIYAH
2019 M/ 1440 H

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hadis atau as-Sunnah merupakan salah satu sumber ajaran Islam yang menduduki
posisi sangat signifikan, baik secara struktural maupun fungsional. Secara struktural,
hadis menduduki posisi kedua setelah al-Qur’an, namun jika dilihat secara fungsional,
hadis merupakan bayan (menjelaskan) terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang bersifat ‘am
(umum), mujmal (global) atau mutlaq. Ketika mencoba memahami hadis, tidak cukup
hanya melihat teks hadisnya saja, maka kita perlu mengetahui asbabul wurudnya.Dan
perlu dicatat bahwa ada hadist yang mempunyai asbabul wurud dan juga tidak
mempunyai asbabul wurud.

Oleh karena itu, kita perlu mempelajari asbabul wurud untuk dapat memahami
suatu hadis. Sedangkan untuk hadis yang tidak mempunyai asbabul wurud, kita mungkin
dapat menggunakan pendekatan sejarah, sosiologi, dan lainnya sebagai analisis dalam
memahami hadist.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Asbabul wurud?


2. Apa saja macam-macam dari Asbabul wurud?
3. Apa urgensi dari mengetahui Asbabul wurud?
4. Apa saja kitab-kitab yang berbicara tentang asbabul wurud?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian Asbabul wurud
2. Mengetahui macam-macam dari Asbabul wurud
3. Mengetahui urgensi dari mengetahui Asbabul wurud
4. Mengetahui kitab-kitab tentang Asbabul wurud

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Asbabul Wurud


Kata “asbab”adalah jama’ dari “sabab”.Menurut ahli bahasa diartikan dengan
“al-habl” (tali),saluran,yang artinya dijelaskan sebagai: “segala yang menghubungkan
satu benda dengan benda yang lainnya”.1 Sedangkan kata wurud berarti
sampai,muncul,dan mengalir.2

Dalam pengertian yang lebih luas, Menurut as-Suyuthi, secara terminologi


asbabul wurud diartikan sebagai berikut:

‫أنه مايكون طريقا لتحديد المراد من الحديث من عموم أو خص وص أو إطلقا أو تقييد أو نسخ أو نحوذلك‬

“Sesuatu yang menjadi thariq (metode) untuk menentukan maksud suatu hadis
yang bersifat umum, atau khusus, mutlak atau muqayyad, dan untuk menentukan ada
tidaknya naskh (pembatalan) dalam suatu hadis.”3

Dari uraian tersebut,asbab al-wurud al-hadist dapat diberi pengertian yakni “suatu
ilmu pengetahuan yang membicarakan tentang sebab-sebab Nabi SAW menuturkan
sabdanya dan waktu beliau menuturkan itu”4

B. Macam-Macam Asbabul Wurud


1. Berupa Ayat al-Qur’an
Menurut Imam as-Suyuthi, asbabul wurud itu dapat dikategorikan menjadi
tiga macam yaitu: Sebab yang berupa ayat al-Qur’an. Artinya disini ayat al-
Qur’an itu menjadi penyebab Nabi SAW mengeluarkan sabdanya. Contohnya
antara lain adalah firman Allah SWT yang berbunyi:

1Munzier Suparta,Ilmu Hadis,(Rajawali Pers: Jakarta,2016),Hlm. 38.


2 Ibid
3 Ibid, Hlm 39.
4 Ibid
“Orang- orang yang beriman, dan mereka tidak mencampuradukkan iman
mereka dengan kezhaliman, mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan
dan mereka itu orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-An’am:82)5

2. Berupa Hadist
Ini dapat ditemukan dalam hadits Nabi yang sulit dipahami oleh sementara
sahabat,lalu beliau menjelaskannya. Contohnya: Ucapan Malaikat pada lisan Bani
Adam mengenai mayit kebaikan dan keburukannya

Diriwayatkan oleh al-Hakim dalam al-Mustadrak, al-Muhamila di dalam majlis


imla' al-Ashbahani, dan ad-Dailami dari jalurnya, dari Anas, ia berkata:
"Rasulullah saw, bersabda:

‫ق وعولىَ أويل ر‬
‫سنورة بورنيِ آودوم بروماَ رفيِ اَيلوميررء رمون اَيلوخييرر وواَل ش‬
‫شرر‬ ‫إرشن رشلر ومولئروكةة فيِ اَلرأض توينرط ق‬
‘Sesungguhnya Allah memiliki malaikat di bumi yang berbicara melalui
lisan bani Adam dengan hal-hal yang terdapat pada (diri seseorang dari)
kebaikan dan keburukan.'(HR.Dailami).6

Asbabul Wurud Hadits :

Diriwayatkan oleh al-Hakim, dan ia menshahihkannya, al-Baihaqi dalam


Syu'ab al-Iman, dari Anas ia berkata: "Aku pernah duduk bersama Nabi saw, lalu
dibawa melewati beliau jenazah seseorang, Nabi bertanya: 'Jenazah siapakah itu?'
Mereka (para shahabat) menjawab: 'Jenazah si fulan, semasa hidupnya ia
mencintai Allah dan Rasul-Nya, melakukan amal ketaatan kepada Allah dan
selalu bersegera dalam melakukannya.' Lalu Rasulullah saw berkata: 'Dikabulkan,
dikabulkan, dikabulkan.' Lalu jenazah lain dibawa melewati beliau. Mereka (para
shahabat) berkata: 'Jenazah si fulan al-fulan. Sewaktu hidupnya ia membenci
Allah dan Rasul-Nya, melakukan amalan-amalan (kemaksiatan) kepada Allah dan
bersemangat dalam melakukannya.' Lalu beliau bersabda: 'Dikabulkan,
dikabulkan, dikabulkan.' Lalu mereka pun bertanya: 'Wahai Rasulullah, ucapanmu

5 Adi Fadli “Asbab Al-Wurud Antara Teks Dan Konteks”.Vol. VII No. 2 Juli-Desember 2014.
6 M.Syafi’i Wasya Al-Lamunjani, Ulumul Hadist,(Rq Press,Sumsel),Hlm 69.
pada jenazah dan pujianmu atasnya! Pada jenazah pertama dipuji dengan
kebaikan, sedang jenazah lainnya dicela dengan keburukan, lalu engkau berkata
kepada keduanya: 'semoga dikabulkan, semoga dikabulkan, dan semoga
dikabulkan?' Beliau berkata: 'Benar, wahai Abu Bakar, sesungguhnya Allah
memiliki malaikat di bumi yang berbicara melalui lisan Bani Adam dengan hal-
hal yang terdapat pada diri seseorang dari kebaikan dan keburukan.'"7

3. Berupa Peristiwa atau Pernyataan Para Sahabat


Hal ini dapat ditemukan misalnya dalam hadits al-Syuraid yang datang
kepada Rasul, ketika Fathu Makkah dan berkata: “saya bernazar jika Allah
memberikan keberhasilan kepada tuan dalam membebaskan kota Makkah, saya
akan shalat di Bait al-Maqdis”. Kemudian Rasul pun menjawab bahwa:

ٔ ‫ﺻلة ﰲ ﻫﺬاَ اَﳌسﺠﺪ اَ لﻒ فيماَ ﺳﻮاَﻩ من اَﳌ ٔ من ماَئة اَ فﻀﻞ ساَﺟﺪ‬

“Shalat di masjid ini (Masjidil Haram) seratus kali lipat lebih baik dibanding di
masjid-masjid lainnya”.8

Mendengar pernyataan sahabat tersebut, lalu Nabi bersabda: “Shalat di


sini, yakni Masjid al-Haram itu lebih utama”. Nabi saw. lalu bersabda: “Demi zat
yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, seandainya kamu shalat di sini (Masjid
al-Haram) maka sudah mencukupi bagimu untuk memenuhi nazarmu”. Kemudian
Nabi saw., bersabda lagi: “Shalat di Masjid ini, yaitu Masjid al-Haram itu lebih
utama daripada seratus ribu kali shalat di selain al-Masjid al-Haram.9

C. Urgensi Asbabul Wurud

Asbabul wurud mempunyai peranan yang sangat peting dalam rangka memahami
suatu hadis. Adapun urgensi dan signifikansi asbabul wurud menurut Imam as-
Suyuthi antara lain untuk:

7 Imam Suyuthi, Asbabul Wurud al-Hadist,(tahqiq dan takhrij),2012


8 Adi Fadli “Asbab Al-Wurud Antara Teks Dan Konteks”.Vol. VII No. 2 Juli-Desember 2014 Hlm. 386.
9 Muhammad Ali, “Asbabul Wurud” TAHDIS Volume 6 Nomor 2 Tahun 2015 Hlm. 89.
1. Menentukan adanya takhshish (pengkhususan) hadis yang bersifat umum (‘am) :

Contoh hadis : ‫صلةا القاعد على النصف من صلةا القائم‬

“Shalat orang yang sambil duduk pahalanya separoh dari orang yang shalat
sambil berdiri.” (HR.Ahmad)

Pengertian “shalat” dalam hadis tersebut masih bersifat umum, bisa shalat fardhu
bisa juga shalat sunnah. Jika ditelusuri melalui asbabul wurudnya, maka akan dapat
dipahami bahwa yang dimaksud “shalat” dalam hadis itu adalah shalat sunnah,
bukan shalat fardhu. Pada waktu itu penduduk Madinah sedang terjangkit suatu
wabah penyakit. Maka kebanyakan para sahabat lalu melakukan shalat sunnah
sambil duduk. Pada waktu itu, Nabi kebetulaan datang dan tahu bahwa mereka suka
melakukan shalat sunnah dengan sambil duduk. Inilah yang dimaksud dengan
takhshish, yaitu menentukan kekhususan suatu hadis yang bersifat umum, dengan
memperhatikan konteks asbabul wurud.

2. Membatasi pengertian hadis yang masih mutlak.

Contoh dari asbab al-wurud yang berfungsi sebagai pembatasan terhadap


pengertian mutlaq sebagaimana hadits berikut: ‫قاَل رأﺳﻮل ا ﺻلىَ ا عليه و ﺳلم من ﺳن‬
َ‫فى‬

َ‫اَلﺳلم ﺳنة حسنة فعمﻞ بهاَ بعﺪﻩ كتب له مثﻞ اَﺟر من عمﻞ بهاَ ول ينقص من اَﺟﻮرأﻫم شيِء من ﺳن فى‬

‫اَلﺳلم ﺳنة ﺳيئة فعمﻞ بهاَ بعﺪﻩ كتب عليه مثﻞ وزرأ من عمﻞ بهاَ ول ينقص من اَزواَرأﻫم شيِء‬

Artinya:

“ Rasulullah bersabda: barang siapa melakukan suatu sunnah hasanah (tradisi


atau prilaku yang baik) dalam Islam, lalu sunnah itu diamalkan oleh orang-orang
sesudahnya, maka ia akan mendapatkan pahalanya seperti pahala yang mereka
lakukan, tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Demikian pula sebaliknya,
barang siapa yang melakukan suatu sunnah sayyi’ah (tradisi atau perilaku yang
buruk) lalu diikuti orang-orang sesudahnya, maka ia akan ikut mendapatkan dosa
mereka, tanpa mengurangi sedikit pun dosa yang mereka peroleh”.
Asbab al-wurud hadits tersebut adalah ketika Rasulullah bersama-sama sahabat,
tiba-tiba datanglah sekelompok orang yang kelihatan sangat susah dan kumuh.
Ternyata mereka adalah orang-orang miskin, meliahat hal demikian Rasulullah
merasa iba kepada mereka. Setelah shalat berjama’ah Rasulullah berpidato yang
menganjurkan untuk berinfak. Mendengar hal tersebut seorang sahabat keluar dan
membawa sekantong makanan untuk orang-orang miskin tersebut. Melihat hal
tersebut maka Rasulullah bersabda sebagaimana hadits di atas. Melihat asbab al-
wurud di atas, kata sunnah yang masih bersifat mutlak (belum dijelaskan oleh
pengertian tertentu) dapat disimpulkan adalah sunnah yang baik, dalam hal ini
adalah bersedekah.10

3. Mentafshil (memerinci) hadis yang masih bersifat global.

4. Menentukan ada atau tidaknya nasakh mansukh dalam suatu hadist

‫افطر الحاجم و المحجوم‬

“Puasa orang yang berbekam (canthuk) dan yang minta dibekam adalah batal.”
(HR. Imam Ahmad)

‫قال رسول ا صلى ا عليه وسلم ل يفطر من قاء ول من احتلم ول من احتجم‬

“Tidak batal puasa orang yang muntah, orang yang bermimpi keluar sperma dan
orang yang berbekam.” (HR. Abu Dawud).

Menurut pendapat Imam asy-Syafi’i dan Imam Ibnu Hazm, Hadis pertama
sudah dinasakh (dihapuskan) dengan hadis yang kedua. Karena hadis pertama
datang lebih awal dari pada hadis yang kedua. yang pertama menyatakan bahwa
orang yang membekam dan dibekam sama-sama batal puasanya. Sedangkan hadits
kedua menyatakan sebaliknya.11

5. Menjelaskan ‘illat (sebab-sebab) ditetapkannya suatu hukum.

6. Menjelaskan maksud suatu hadis yang masih musykil (sulit dipahami).12

10 Agus Kusman,”Ilmu Asbabul Wurud Beserta Contoh-Contoh Hadisnya” Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah,Jakarta,Hlm. 3-4

11 Ibid,Hlm 5
D. Kitab-Kitab yang Menjelaskan tentang Asbab Wurud

Ilmu mengenai asbab wurud al-hadits ini sebenarnya telah ada sejak
zaman sahabat. Hanya saja ilmu ini belum tersusun secara sistematis dalam suatu
bentuk kitab-kitab. Demikian kesimpulan al-Suyuti dalam al-Luma’ fi Asbab
Wurud al-Hadits. Namun kemudian, seiring dengan perkembangan dunia keilmuan
waktu itu, ilmu asbab al-wurud menjadi berkembang. Namun para ulama ahli hadis
merasakan perlu disusun suatu kitab secara tersendiri mengenai asbab al-wurud.
Adapun kitab-kitab yang banyak berbicara mengenai asbab al-wurud antara lain
adalah:

1. Asbab Wurud al-Hadits karya Abu Hafs al-Ukbari (w. 339 H.), namun kitab
tersebut tidak ditemukan sampai sekarang.

2. Asbab Wurud al-Hadits karya Abu Hamid ‘Abd al-Jalil alJabari. Kitab tersebut
juga belum ditemukan saat ini.

3. Asbab Wurud al-Hadits atau yang disebut juga al-Luma’ fi Asbab Wurud al-
Hadits, karya Jalal al-Din ‘Abd al-Rahman alSuyuti. Kitab tersebut sudah ditahqiq
oleh Yahya Isma‘il Ahmad.

4. Al-Bayan wa al-Ta’rif karya Ibnu Hamzah al-Husaini al Dimasyqi (w. 1110 H).13

BAB III

12 Ulin Niam Marsuri,”Asbabul Wurud”Uin Walisongo,2016,Hlm. 8-9.


13 Muhammad Ali, “Asbabul Wurud” TAHDIS Volume 6 Nomor 2 Tahun 2015 Hlm. 95.
PENUTUP

A. Simpulan
Asbabul wurud ini merupakan sejarah yang harus kita ketahui asal-usul nya dan
kejadian saat Nabi SAW bersabda lisan ataupun tulisan dengan mengetahui sebab
mengapa Nabi SAW menyampaikannya
Dengan pengertian lain asbabul wurud merupakan faktor mengapa suatu hadist
tersebut dapat muncul,dan ini mempunyai peranan penting untuk kita semua untuk
memahami sebuah hadist.
B. Saran
Makalah ini masih banyak memiliki kekurangan disetiap bagiannya,dikarenakan
keterbatasan referensi,untuk itu kami sangat membutuhkan saran dari dosen dan
teman-teman untuk memperbaiki untuk kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA
Suparta Munzier, 2016, Ilmu Hadist, Rajawali Press, Jakarta.

Wasya Al-Lamunjani Syafi’i, 2013, Ulumul Hadist, Rq Press, Sumsel.

Suyuti Imam,2012, Asbabul Wurud Al-Hadist.

Fadli Adi, 2014, Asbabul Wurud Antara Konteks Dan Teks, Vol. VII, No. 2

Ali Muhammad, 2015, Asbabul Wurud Vol.6, No.2

Kusman Agus, Ilmu Asbabul Wurud Beserta Contoh-Contoh Hadistnya, UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta.

Marsuli Ulin Na’im, 2016, Asbabul Wurud, UIN Walisongo

Anda mungkin juga menyukai