Disusun Oleh :
FAKULTAS USHULUDDIN
2021/2022
i
KATA PENGANTAR
Kelompok 8
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL
A. Kesimpulan ..................................................................6
B. Saran.............................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................7
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Haji dan umrah merupakan salah satu ibadah yang diwajibkan bagi setiap
muslim yang mampu.1 Kewajiban ini merupakan rukun Islam yang kelima.
Karena haji merupakan kewajiban, maka apabila orang yang mampu tidak
melaksanakannya maka berdosa dan apabila melaksanakannya mendapat pahala.
Sedangkan makna haji bagi umat Islam merupakan respon terhadap panggilan
Allah SWT.2 Berbicara tentang kewajiban haji dan umrah, telah diterangkan
dalam Firman-Nya. Firman Allah SWT dalam Al-Qur‟an:
ر هللIIا الحج واللعمII وأتمىArtinya; “Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah
karena Allah.”: (QS. Al-Baqarah: 196).3
B. RUMUSAN MASALAH
1
Abdurachman Rochimi, 2010. Segala Hal Tentang Haji Dan Umroh. Jakarta, PT. Gelora Aksara
Pratama, hal 9
2
Dien Majid, 2008. Berhaji Dimasa Kolonial. Jakarta, CV. Sejahtera, hal 36
3
Al-Qur’an (QS. Al Baqoroh: 196)
2
C. TUJUAN PEMBAHASAN
BAB II
PEMBAHASAN
ٍ اَل ُم َعلَى خَ ْمI بُنِ َي اإْل ِ ْس:لَّ َمI ِه َو َسIصلَّى هللاُ َعلَ ْي
:س َ ِ قَا َل َرسُوْ ُل هللا:ض َي هللاُ َع ْنهُ َما قَا َل ِ َع ِن ا ْب ِن ُع َم َر َر
. َانIض م ر م ْو Iص و
َ َ َ ِ َ َ َ َ ِ جِّ ح ْ
ال و ة اI َ
ك َّ
ز ال ء اIَ
ِ َِ ِت ْ
ي إ و ة اَل I َّ
الص ام َ قإ
ِ َِ ِ و هللا ل
ُ س
ُْو ر ًا
د م ح
َ َّ َ ُ َ ُم نَّ َ أ و هللا َّ الَِشهَا َد ِة أَ ْن اَل إِ ٰلهَ إ
.رواه البخاري ومسلم واللفظ للبخاري
Dari Ibnu Umar r.a., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Islam dibangun atas
lima hal; bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan sungguh Muhammad
adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji, dan puasa (di
bulan) Ramadhan.” (H.R. Al-Bukhari dan Muslim)
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َولَ َد ْتهُ يَقُو ُل َم ْن َح َّج هَّلِل ِ فَلَ ْم ِ ع َْن أَبِ ْي هُ َري َْرةَ َر
ُ ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ قَا َل َس ِمع
َّ ِْت النَّب
َ ي
ُ
. رواه البخاري ومسلم.ُث َولَ ْم يَ ْف ُس ْق َر َج َع َكيَوْ ِم أ ُّمه ْ ُيَرْ ف
Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, “Aku pernah mendengar Nabi saw.
bersabda, “Siapa yang berhaji karena Allah, lalu ia tidak berkata kotor dan
berbuat fasik, maka ia kembali seperti hari ketika dilahirkan ibunya.”
(H.R. Al-Bukhari dan Muslim)
اIIا بَ ْينَهُ َمII َر ِة َكفَّا َرةٌ لِ َمI َرةُ إِلَى ْال ُع ْمI ْال ُع ْم:ا َلIIَصلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق
َ ِض َي هللاُ َع ْنهُ أَ َّن َرسُوْ َل هللاِ ع َْن أَبِ ْي ه َُر ْي َرةَ َر
ُ َّ ْ َّ
. رواه البخاري ومسلم.ْس لهُ َجزَ ا ٌء إِال ال َجنة َ َ َو ْال َحجُّ ْال َم ْبرُو ُر لَي
ا تَ ْنفِيII ةَ بَ ْينَهُ َمIإ ِ َّن ْال ُمتَابَ َعIَ َر ِة فIابِعُوْ ا بَ ْينَ ْال َحجِّ َو ْال ُع ْمIَ ت:ا َلIَلَّ َم قIصلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسَ ع َْن ُع َم َر َع ِن النَّبِ ِّي
.ُْس لِ ْل َح َّج ِة ْال َم ْبرُو َر ِة ثَ َوابٌ إِاَّل ْال َجنَّة َ ض ِة َولَي َّ ِب َو ْالفِ َث ْال َح ِد ْي ِد َوال َّذهَ َوب َك َما يَ ْنفِ ْي ْال ِكي ُر خَ ب
َ ُْالفَ ْق َر َوال ُّذن
)(رواه الترمذي والنسائي وابن ماجه
Dari Umar r.a. dari Nabi saw., beliau bersabda, “Dekatkanlah kalian antara
haji dan umrah (baik haji diikuti dengan umrah atau umrah diikuti dengan
haji), karena sesungguhnya mendekatkan di antara keduanya itu dapat
menghilangkan kefaqiran dan dosa-dosa (yang kecil-kecil) sebagaimana
kir (tempat yang digunakan untuk menyalakan api) dapat menghilangkan
kotoran besi, emas, dan perak. Dan tidak ada pahala (yang pantas) bagi
2
Ihram Ihram
Sa’i Sa’i
Tahallul
Tartib
Thawaf ifadho
Sa’i
.Artinya; Aku niat melaksanakan haji dan berihram karena Allah Swt
Niat umrah
ُ ْت ال ُع ْم َرةَ َوأَحْ َر ْم
ت بِهَا هلِل ِ تَ َعالَى ُ نَ َوي
.Artinya; Aku niat melaksanakan umrah dan berihram karena Allah Swt
Ibadah haji mengandung nilai-nilai historis. Dari sejak mengenakan pakaian ihram
yang melambangkan kezuhudan manusia sebagai latihan untuk kembali kepada fitrahnya
yang asli, yaitu sehat dan suci-bersih. Dengan pakaian seragam putih, mereka berkumpul
melakukan Ukuf di ‘Arafah. Kata ukuf berarti berhenti, sedang kata ‘arafah berarti naik-
mengenali. Dari makna bahasa ini dapat diperoleh suatu hikmah, bahwa Ukuf di ‘Arafah,
pada hakekatnya, adalah suatu usaha di mana secara fisik, tubuh kita berhenti di Padan
‘Arafah, lalu jiwa-spiritual kita naik menemui Allah swt. Ukuf di ‘Arafah ini memberikan
rasa keharuan dan menyadarkan mereka akan yaumul mahsyar, yang ketika itu, manusia
diminta untuk mempertanggung jawabkan atas segala yang telah dikerjakannya selama di
dunia. Di Padan ‘Arafah itu, manusia insaf dengan sesungguhnya akan betapa kecilnya
dia dan betapa agungnya Allah, serta dirasakannya bahwa semua manusia sama dan
sederajat di sisi Allah, sama-sama berpakaian putih-putih, memuji, berdoa, sambil
mendekatkan diri kepada Allah, Tuhan semesta alam.
Ibadah thawwaf dan sa’i yang dilakukan secara serempak dalam suasana khusyu’
mengesankan keagungan Allah. Bacaan-bacaan yang dikumandangkan mensucikan dan
mentauhidkan Allah memberi makna bahwa kaum muslim harus hidup dinamis,
senantiasa penuh gerak dan perjuangan, bahkan pengorbanan demi untuk menggapai
keridhaan Allah swt. Peristiwa sa’i mengingatkan manusia akan perlunya hidup sehat
disertai usaha sungguh-sungguh dan perjuangan habis-habisan dalam meraih kesehatan,
kesejahteraan, dan kebahagiaan paripurna.
Pada bulan haji, umat Islam se dunia mengadakan pertemuan tahunan secara besar-
besaran, yang pesertanya berdatangan dari seluruh penjuru dunia, yang terdiri atas
berbagai bangsa. Mereka semua dipersatukan di bawa lindungan Ka’bah. Ka’bah-lah
yang menjadi lambang persatuan dan kesatuan umat. Pertemuan seperti inilah yang perlu
dimanfaatkan oleh umat Islam dalam rangka pembinaan dan pembangunan masyarakat
Islam baik nasional maupun internasional.
Dengan menunaikan ibadah haji, umat Islam didorong untuk menjadi manusia
yang luas gerak dan pandangan hidupnya, yang dapat menambah ilmu dan
pengalaman dengan berbagai bahasa. Melalui perkenalan itu lahir saling
pengertian yang lebih baik, rasa hormat, dan saling harga-menghargai di antara
sesama umat Islam dari berbagai penjuru dunia. Syarat ”mampu dan kuasa”, sebagaimana
firman Allah swt. dalam QS Ali ’Imran/3:97, telah ditetapkan oleh Allah untuk
menunaikan ibadah haji, mendidik setiap umat Islam agar mereka menjadi kuat dan sehat
dalam bidang harta benda, fisik, dan rohani untuk dapat melakukan ibadah haji, yang
sifatnya wajib hanya sekali seumur hidup. Karena itu, syarat ini pula mengisyaratkan
bahwa haji merupakan ibadah fisik, ibadah rohani, dan ibadah dana.
1
BAB III
PENUTUP