Anda di halaman 1dari 15

MATA KULIAH : HADIS IBADAH DAN MUAMALAH

DOSEN PENGAMPUH : DMUHAMMAD ALI NGAMPO, M.AG.

WAWASAN HADIS TENTANG HAJI

Disusun Oleh :

1). Abdul Basith Muqaddim ( 30700121043 )


2). Meylinda Juwita ( 30700121045 )
3). M. Zulfikar Hidayatullah ( 30700121054 )

PROGRAM STUDI ILMU HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanallah Wa ta’ala karena telah


memberikan kesehatan dan kesempatan untuk dapat menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh Dosen Pengampuh Mata Kuliah Hadis Ibadah dan Muamalah, atas
rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas ini
dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi
Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, serta para sahabatnya, dan mudah-
mudahan sampai kepada kita semua. Amiin Yaa Rabbal ‘alamiin.

Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas ini masih jauh dari


kesempurnaan, maka pada kesempatan ini penulis mengharapkan kritikan dan
saran suntuk membangun dari pembaca agar tugas ini menjadi lebih baik lagi.
Semoga pemenuhan tugas ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Makassar, 05 september 2021

Kelompok 8

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR ...........................................................ii

DAFTAR ISI ..........................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................1

A. Latar Belakang .............................................................1


B. Rumusan Masalah ........................................................1
C. Tujuan Pembahasan .....................................................2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................3

A. Hadis Tentang Haji dan Umrah....................................3

B. Tujuan Dasar Hukum Hubungan Haji dan Umrah.......4

C. Syarat Syarat Wajib dan Sunnah Haji dan Umrah......5

a. Syarat ibadah haji dan umrah


b. Rukun ibdah haji dan umrah
c. Hal wajib dalam ibadah haji dan umrah
d. Hal sunnah dalam ibadah haji dan umrah

D. Hikmah Pelaksanaan Haji dan Umrah.........................5

BAB III PENUTUP................................................................6

A. Kesimpulan ..................................................................6
B. Saran.............................................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................7

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Haji dan umrah merupakan salah satu ibadah yang diwajibkan bagi setiap
muslim yang mampu.1 Kewajiban ini merupakan rukun Islam yang kelima.
Karena haji merupakan kewajiban, maka apabila orang yang mampu tidak
melaksanakannya maka berdosa dan apabila melaksanakannya mendapat pahala.
Sedangkan makna haji bagi umat Islam merupakan respon terhadap panggilan
Allah SWT.2 Berbicara tentang kewajiban haji dan umrah, telah diterangkan
dalam Firman-Nya. Firman Allah SWT dalam Al-Qur‟an:

‫ر هلل‬II‫ا الحج واللعم‬II‫ وأتمى‬Artinya; “Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah
karena Allah.”: (QS. Al-Baqarah: 196).3

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahannya


adalah:

1. Apa saja hadis tentang haji dan umrah.


2. Apa saja syarat dan rukun ibadah haji dan umrah
3. Tujuan dasar hukum hubungan haji dan umrah
4. Hikma melaksanakan ibadah haji dan umroh

1
Abdurachman Rochimi, 2010. Segala Hal Tentang Haji Dan Umroh. Jakarta, PT. Gelora Aksara
Pratama, hal 9
2
Dien Majid, 2008. Berhaji Dimasa Kolonial. Jakarta, CV. Sejahtera, hal 36
3
Al-Qur’an (QS. Al Baqoroh: 196)
2

C. TUJUAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini, peneliti mempunyai tujuan untuk mengetahui


rukun,syarat, dan kewajiban serta tujuan dari haji dan umrah.dan memudahkan
seorang hamba melaksanakan ibadah kepada sang maha pencipta.
1

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hadis tentang haji dan umrah

ٍ ‫اَل ُم َعلَى خَ ْم‬I‫ بُنِ َي اإْل ِ ْس‬:‫لَّ َم‬I‫ ِه َو َس‬I‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي‬
:‫س‬ َ ِ‫ قَا َل َرسُوْ ُل هللا‬:‫ض َي هللاُ َع ْنهُ َما قَا َل‬ ِ ‫َع ِن ا ْب ِن ُع َم َر َر‬
. َ‫ان‬I‫ض‬ ‫م‬ ‫ر‬ ‫م‬ ْ‫و‬ I‫ص‬ ‫و‬
َ َ َ ِ َ َ َ َ ِ ‫ج‬ِّ ‫ح‬ ْ
‫ال‬ ‫و‬ ‫ة‬ ‫ا‬I َ
‫ك‬ َّ
‫ز‬ ‫ال‬ ‫ء‬ ‫ا‬Iَ
ِ َِ ِ‫ت‬ ْ
‫ي‬ ‫إ‬ ‫و‬ ‫ة‬ ‫اَل‬ I َّ
‫الص‬ ‫ام‬ َ ‫ق‬‫إ‬
ِ َِ ِ ‫و‬ ‫هللا‬ ‫ل‬
ُ ‫س‬
ْ‫ُو‬ ‫ر‬ ‫ًا‬
‫د‬ ‫م‬ ‫ح‬
َ َّ َ ُ َ ُ‫م‬ ‫ن‬َّ َ ‫أ‬ ‫و‬ ‫هللا‬ َّ ‫ال‬ِ‫َشهَا َد ِة أَ ْن اَل إِ ٰلهَ إ‬
.‫رواه البخاري ومسلم واللفظ للبخاري‬

Dari Ibnu Umar r.a., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Islam dibangun atas
lima hal; bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan sungguh Muhammad
adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji, dan puasa (di
bulan) Ramadhan.” (H.R. Al-Bukhari dan Muslim)

‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َولَ َد ْتهُ يَقُو ُل َم ْن َح َّج هَّلِل ِ فَلَ ْم‬ ِ ‫ع َْن أَبِ ْي هُ َري َْرةَ َر‬
ُ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ قَا َل َس ِمع‬
َّ ِ‫ْت النَّب‬
َ ‫ي‬
ُ
.‫ رواه البخاري ومسلم‬.ُ‫ث َولَ ْم يَ ْف ُس ْق َر َج َع َكيَوْ ِم أ ُّمه‬ ْ ُ‫يَرْ ف‬

Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, “Aku pernah mendengar Nabi saw.
bersabda, “Siapa yang berhaji karena Allah, lalu ia tidak berkata kotor dan
berbuat fasik, maka ia kembali seperti hari ketika dilahirkan ibunya.”
(H.R. Al-Bukhari dan Muslim)

‫ا‬II‫ا بَ ْينَهُ َم‬II‫ َر ِة َكفَّا َرةٌ لِ َم‬I‫ َرةُ إِلَى ْال ُع ْم‬I‫ ْال ُع ْم‬:‫ا َل‬IIَ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
َ ِ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ أَ َّن َرسُوْ َل هللا‬ِ ‫ع َْن أَبِ ْي ه َُر ْي َرةَ َر‬
ُ َّ ْ َّ
.‫ رواه البخاري ومسلم‬.‫ْس لهُ َجزَ ا ٌء إِال ال َجنة‬ َ َ ‫َو ْال َحجُّ ْال َم ْبرُو ُر لَي‬

Dari Abu Hurairah r.a., bahwasannya Rasulullah saw. bersabda, “Umrah


(satu) ke umrah (lainnya) itu dapat melebur terhadap dosa di antara
keduanya, sedangkan haji yang mabrur itu tidak ada balasan (yang pantas)
.untuknya kecuali surga.” (H.R. Al-Bukhari dan Muslim)

‫ا تَ ْنفِي‬II‫ ةَ بَ ْينَهُ َم‬I‫إ ِ َّن ْال ُمتَابَ َع‬Iَ‫ َر ِة ف‬I‫ابِعُوْ ا بَ ْينَ ْال َحجِّ َو ْال ُع ْم‬Iَ‫ ت‬:‫ا َل‬Iَ‫لَّ َم ق‬I‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َس‬َ ‫ع َْن ُع َم َر َع ِن النَّبِ ِّي‬
.ُ‫ْس لِ ْل َح َّج ِة ْال َم ْبرُو َر ِة ثَ َوابٌ إِاَّل ْال َجنَّة‬ َ ‫ض ِة َولَي‬ َّ ِ‫ب َو ْالف‬ِ َ‫ث ْال َح ِد ْي ِد َوال َّذه‬َ َ‫وب َك َما يَ ْنفِ ْي ْال ِكي ُر خَ ب‬
َ ُ‫ْالفَ ْق َر َوال ُّذن‬
)‫(رواه الترمذي والنسائي وابن ماجه‬

Dari Umar r.a. dari Nabi saw., beliau bersabda, “Dekatkanlah kalian antara
haji dan umrah (baik haji diikuti dengan umrah atau umrah diikuti dengan
haji), karena sesungguhnya mendekatkan di antara keduanya itu dapat
menghilangkan kefaqiran dan dosa-dosa (yang kecil-kecil) sebagaimana
kir (tempat yang digunakan untuk menyalakan api) dapat menghilangkan
kotoran besi, emas, dan perak. Dan tidak ada pahala (yang pantas) bagi
2

haji mabrur kecuali surga.” (H.R. At-Tirmidzi, An-Nasa’i, dan Ibnu


Majah)

B. Tujuan dasar hukum hubungan haji dan umrah


Haji sebagai ibadah fisik, ibadah rohani, dan ibadah dana, bertujuan
untuk memusatkan segala yang dimiliki hanya tertuju kepada Allah, dan
dilaksanakan bukan di tempat yang sepi, melainkan di tempat
berkumpulnya orang banyak. Boleh jadi, orang yang menjalankan ibadah
haji ditemani oleh isterinya, namun ia tidak boleh berbicara dengan dia
yang merangsang nafsu birahi; boleh jadi, ia ditemani oleh musuhnya,
namun ia tidak diperbolehkan bertengkar dengan dia; ini semua
dimaksudkan agar ia mendapat pengalaman rohani yang tinggi, bukan
sekedar pengalaman rohani orang pertapa, yang memutuskan hubungan
dengan dunia luar (orang banyak) dan bukan pula pengalaman rohani
orang yang menjalankan ibadah di pojok yang sepi, melainkan
pengalaman rohani orang yang tinggal di daerah keramaian yang penuh
kesibukan, yang ditemani oleh isterinya, kawan-kawannya, dan musuh-
musuhnya, sebagai ujian menuju suatu kehidupan paripurna, yakni sehat
dan bahagia fisik dan rohani di dunia dan selamat di akhirat kelak.
1

C. Syarat-syarat wajib dan Sunnah haji dan umrah


a. Syarat ibadah haji dan umrah
1: Islam Orang yang mengerjakan haji wajib beragama Islam. Jika ada
orang non Islam ingin berhaji, tentu saja ia harus bersyahadat terlebih
dahulu, lalu melakukan kewajibannya sebagai islam seperti sholat, puasa,
zakat dan ibadah-ibadah lainnya.
2: Berakal Maksudnya waras atau tidak gila. Konsekuensinya, orang yang
tidak berakal tidak terkena beban kewajiban agama. Sebagaimana
dijelaskan dalam sebuah hadits; "Pena Diangkat (kewajiban digugurkan)
dari tiga (golongan); Orang yang tidur sampai bangun, anak kecil hingga
bermimpi (baligh), dan orang gila hingga berakal (sembuh)." (HR. Abu
Daud, no. 4403)
3: Baligh Baligh adalah telah sampainya usia seseorang pada tahap
kedewasaan sehingga sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana
yang buruk. Artinya anak kecil yang belum baligh tidak diwajibkan untuk
berhaji sampai ia menginjak usia baligh. Hal ini sudah dijelaskan dalam
hadits [HR. Abu Daud, no. 4403]
4: Merdeka Orang yang bebas atau bukan budak yang terikat tanggung
jawab pada orang tuanya.
5: Mampu Syarat haji ini secara khusus disebutkan dalam firman Allah
ta'ala, yang artinya; "Menunaikan haji adalah kewajiban manusia kepada
Allah, yaitu bagi orang yang mampu mengadakan perjalanan ke
Baitullah." (QS. Ali 'Imran: 97)
Mampu yang dimaksud dalam syarat haji ini, ialah:
- Mampu membayar biaya perjalanan haji pulang dan pergi
- Mampu mencukupi nafkah untuk keluarga yang di tinggalka
- Mampu melunasi hutang-hutangnya (jika ada)
- Mampu secara fisik dan Ilmu Manasik
1

b. Rukun ibadah haji dan umrah


.Rukun haji merupakan sebagian amalan (perbuatan) yang tidak
boleh ditinggalkan oleh seseorang pada saat ia sedang
melaksanakan ibadah haji. Dan apabilah rukun haji tersebut ada
yang tidak dekerjakan maka hajinya tidak sah. Adapun rukun haji
menurut mazhab Syafi'i, Maliki, Hambali dan Hanafi, yaitu:

Mazhab Syafi’i Mazhab maliki

Ihram Ihram

Wukuf di arofah Wukuf di arofah

Thawaf ifadho Thawaf ifadho

Sa’i Sa’i

Tahallul

Tartib

Mazhab hambali Mazhab hanafi

Ihram Wukuf di arofah

Wukuf di arofah Thawaf ifadho

Thawaf ifadho

Sa’i

Berikut penjelasan mengenai beberapa rukun haji diatas:


I. Rukun Haji ke-1: Ihram
Ihram, yaitu beniat dari miqat ketika hendak memulai kegiatan ibadah haji atau
umrah, seperti mengucapkan Lafaz:
‫ك لَهُ َم َحجًا‬
َ ‫لَبَ ْي‬
Yang artinya: "Ya Allah, kupenuhi panggilan-Mu untuk berhaji" /
2

‫ك اللَّهُ َّم ب ُع ْم َرة‬


َ ‫لَبَّ ْي‬
Yang artinya: “Yaa Allah,kupenuhi panggilan-Mu untuk umrah”

Adapun untuk niat haji dan umrah itu sendiri adalah:


 Niat haji
ُ ‫ْت ْال َح َّج َوأَحْ َر ْم‬
‫ت بِ ِه هلِل ِ تَ َعالَى‬ ُ ‫نَ َوي‬ 

 .Artinya; Aku niat melaksanakan haji dan berihram karena Allah Swt

 Niat umrah
ُ ‫ْت ال ُع ْم َرةَ َوأَحْ َر ْم‬
‫ت بِهَا هلِل ِ تَ َعالَى‬ ُ ‫نَ َوي‬ 

 .Artinya; Aku niat melaksanakan umrah dan berihram karena Allah Swt

II. Rukun Haji ke-2: Wukuf di 'Arafah


Yang dimaksud Wukuf di Arafah ialah berdiam di padang Arofah dengan
memperbanyak zikir dan istighfar kepada Allah SWT.
Waktu wukuf di arafah bermula dari tergelincirnya matahari di Hari Arafah, yaitu
pada tanggal 9 Zulhijah, sampai terbit fajar pada Hari Raya Kurban.
Apabila seseorang berwukuf di Arafah di luar waktu tersebut, sama saja ia belum
berwukuf. Itulah pe;Pndapat jumhur (mayoritas) ulama.
III. Rukun Haji ke-3: Thawaf Ifadhah
Tawaf ziarah atau tawaf ifadah merupakan bagian dari rukun haji yang
dilakukan setelah wukuf di arafah. Kefarduan tawaf ini telah dikukuhkan dengan
Al-Quran, Sunnah, dan ijmak.
Dalam Al Quran surat Al Hajj: 29, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman
“…Dan hendaklah mereka melakukan Thawaf sekeliling rumah yang tua itu
(Baitullah Ka'bah).”
Dengan teks Al-Quran tersebut para ulama sepakat bahwa itu adalah perintah
untuk melakukan tawaf ziarah (tawaf ifadah). Tawaf ifadah berjalan mengelilingi
Ka'bah nan agung sebanyak 7 kali putaran dengan syarat; suci dari hadas dan najis
baik badan maupun pakaian, menutup aurat, Kakbah berada di sebelah kiri kita
saat mengelilinginya, dan kita harus memulai tawaf dari hajar aswad (batu hitam)
yang terletak di salah satu pojok Ka'bah.
3

IV. Rukun Haji ke-4: Sa’i


Dalam hadits riwayat Ahmad (XII/76, no. 277), Rasulullah SAW bersabda
“Kerjakanlah sa’i, sesungguhnya Allah telah mewajibkan sa’i atas kalian”.
Sa’i adalah berjalan dari bukit Safa ke bukit Marwah sebanyak tujuh putaran dan
berakhir di bukit Marwah. Dalam haji, Sa'i dilakukan setelah tawaf qudum.
V. Rukun Haji ke-5: Tahalul
Tahalul, adalah mencukur atau memotong rambut paling sedikit tiga helai
rambut di sekitar bukit Marwa (tempat terakhir melaksanakan sa'i).
VI. Rukun Haji ke-6: Tertib
Tertib, artinya rukun-rukun haji diatas harus dilakukan secara berurutan, yaitu
dengan mendahulukan ihram atas rukun lainnya, kemudian wukuf, lalu tawaf dan
seterusnya.

c. Hal wajib dalam ibadah haji dan umrah


Yaitu melakukan beberapa aktivitas yang diperintahkan pada saat berhaji. Jika
aktivitas-aktivitas tersebut ada yang tidak dikerjakan karena lupa maka diharuskan
menggantinya dengan membayar dam.
Sebagaimana dalam sebuah hadits Rasulullah berikut ini,
“Barang siapa meninggalkan suatu ibadah wajib dalam haji atau lupa, maka dia
wajib menyembelih kurban”. (Hadits Riwayat Malik)
4

Berikut aktivitas-aktivitas yang termasuk dalam kegiatan wajib haji menurut


empat mazhab:

Mazhab syafi’i Mazhab hanafi


Ihram dari miqot Sa’i
Mabit di muzdalifah Wukuf di muzdalifah
Melontar jumrah Melontar jumrah
Mabit di mina Mencukur rambut
Thawaf wada’ Thawaf wada’

Mazhab maliki Mazhab hambali


Haji ifrad Ihram dari miqot
Ihram dari miqot Mabiit di muzdalifah
Membaca talbiyah Melontar jumroh
Tawaf qudum Mabit di mina
Mabit di muzdalifah Thawaf wada’
Melontar jumroh Wukuf di arofah
Mencukur rambut Mencukur rambut
Shalat thawaf
Mabit di mina
Al-jam’u di arofah dan musdalifah

d. Hal Sunnah dalam ibadah haji dan umrah


Sunnah haji maksudnya adalah jenis amalan ibadah yang dapat menambah
pahala bila dikerjakan. Amalan ini sebagai pelengkap pelaksanaan haji. Bila tidak
dikerjakan juag tidak mengapa karena tidak berdosa. Apa saja yang termasuk
amalan sunnah dalam haji? Berikut diantaranya:
 Mandi besar sebelum berniat dan mengenakan ihram.
 Menggunakan wangi-wangian sebelum ihrom bagi laki-laki.
 Melantunkan Talbiyah berulang kali.
 Melantunkan doa saat memasuki kota Mekkah.
5

 Mengucapkan doa saat memasuki Masjidil Haram.


 Memanjatkan doa saat melihat Ka’bah.
 Melakukan Thawaf Qudum.
 Tarwiyah di Mina.
 Mencium Hajar Aswad.
 Sholat di Hijr Ismail.
 Minum air Zam-zam.
 Melaksanakan thawaf sunnah selama di Mekkah.
1

D. Hikma melaksanakan ibadah haji dan umrah


Hikmah di Balik Sejarah Pelaksanaan Ibadah Haji.

Ibadah haji mengandung nilai-nilai historis. Dari sejak mengenakan pakaian ihram
yang melambangkan kezuhudan manusia sebagai latihan untuk kembali kepada fitrahnya
yang asli, yaitu sehat dan suci-bersih.  Dengan pakaian seragam putih, mereka berkumpul
melakukan Ukuf di ‘Arafah. Kata ukuf berarti berhenti, sedang kata ‘arafah berarti naik-
mengenali. Dari makna bahasa ini dapat diperoleh suatu hikmah, bahwa Ukuf di ‘Arafah,
pada hakekatnya, adalah suatu usaha di mana secara fisik, tubuh kita berhenti di Padan
‘Arafah, lalu jiwa-spiritual kita naik menemui Allah swt. Ukuf di ‘Arafah ini memberikan
rasa keharuan dan menyadarkan mereka akan yaumul mahsyar, yang ketika itu, manusia
diminta untuk mempertanggung jawabkan atas segala yang telah dikerjakannya selama di
dunia. Di Padan ‘Arafah itu, manusia insaf dengan sesungguhnya akan betapa kecilnya
dia dan betapa agungnya Allah, serta dirasakannya bahwa semua manusia sama dan
sederajat di sisi Allah, sama-sama berpakaian putih-putih, memuji, berdoa, sambil
mendekatkan diri kepada Allah, Tuhan semesta alam.
Ibadah thawwaf dan sa’i yang dilakukan secara serempak dalam suasana khusyu’
mengesankan keagungan Allah. Bacaan-bacaan yang dikumandangkan mensucikan dan
mentauhidkan Allah memberi makna bahwa kaum muslim harus hidup dinamis,
senantiasa penuh gerak dan perjuangan, bahkan pengorbanan demi untuk menggapai
keridhaan Allah swt. Peristiwa sa’i mengingatkan manusia akan perlunya hidup sehat
disertai usaha sungguh-sungguh dan perjuangan habis-habisan dalam meraih kesehatan,
kesejahteraan, dan kebahagiaan paripurna.

Pada bulan haji, umat Islam se dunia mengadakan pertemuan tahunan secara besar-
besaran, yang pesertanya berdatangan dari seluruh penjuru dunia, yang terdiri atas
berbagai bangsa. Mereka semua dipersatukan di bawa lindungan Ka’bah. Ka’bah-lah
yang menjadi lambang persatuan dan kesatuan umat. Pertemuan seperti inilah yang perlu
dimanfaatkan oleh umat Islam dalam rangka pembinaan dan pembangunan masyarakat
Islam baik nasional maupun internasional.

Dengan menunaikan ibadah haji, umat Islam didorong untuk menjadi manusia
yang luas gerak dan pandangan hidupnya, yang dapat menambah ilmu dan
pengalaman dengan berbagai bahasa. Melalui perkenalan itu lahir saling
pengertian yang lebih baik, rasa hormat, dan saling harga-menghargai di antara
sesama umat Islam dari berbagai penjuru dunia. Syarat ”mampu dan kuasa”, sebagaimana
firman Allah swt. dalam QS Ali ’Imran/3:97, telah ditetapkan oleh Allah untuk
menunaikan ibadah haji, mendidik setiap umat Islam agar mereka menjadi kuat dan sehat
dalam bidang harta benda, fisik, dan rohani untuk dapat melakukan ibadah haji, yang
sifatnya wajib hanya sekali seumur hidup. Karena itu, syarat ini pula mengisyaratkan
bahwa haji merupakan ibadah fisik, ibadah rohani, dan ibadah dana.
1

BAB III
PENUTUP

Haji berarti bersengaja mendatangi baitullah ( ka’bah ) untuk melakuan


beberapa amal badah dengan tata cara yang tertentu dan dilaksanakan pada waktu
tertentu pula, menurut syarat syarat yang ditentukan oleh syara’, semata mata
mencari ridho Allah. Umrah ialah menziarahi ka’bah, melakukan tawaf
disekelilingnya, bersya’u antara Shafa dan Marwah dan mencukur atau
menggunting rambut. Ketaatan kepada Allah SWT itulah tujuan utama dalam
melakukan ibadah haji. Disamping itu juga untuk menunjukkan kebesaran Allah
SWT Dasar hukum perintah haji atau umrah terdapat dalam QS. Ali-Imran 97.
Untuk dapat menjalankan ibadah haji dan umrah harus memenuhi syarat, rukun
dan wajib haji atau umrah.

Anda mungkin juga menyukai