Anda di halaman 1dari 10

HAJI

Disusun guna melengkapi tugas Mata Pelajaran Agama Islam

Disusun oleh
Kelompok 5:

Muhammad Ichsan
Muhammad Aulia Marissa
Rifki Aditia

Rahmatia Ulfa

Nadira Shinta

SMK NEGERI 1 LHOKSEUMAWE

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
makalah ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah gigih memperjuangkan agama yang haq ini sehingga sampai
pada kita semua.
Alhamdulillahirrabbil’alamin, makalah tentang Haji dapat terselesaikan dengan baik,
semoga kita semua suatu saat nanti dapat berkunjung ke Baitullah aamiin. Karena ibadah Haji
merupakan salah satu rukun Islam yang terakhir, betapa bahagianya kita bila mampu
menyempurnakan.
Penyusunan makalah ini sebagai salah satu tugas mata kuliah Pembelajaran Fikih MI,
semoga makalah ini dapat membantu teman-teman untuk memperdalam materi pembelajaran
fikih.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu kelancaran
penyusunan makalah ini. Penyusun berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi semuanya,
kritik dan saran kami harapkan guna perbaikan dalam menyusun makalah ini dan makalah-
makalah selanjutnya.

Lhokseumawe, 24 Januari 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................... 1


Kata Pengatar ................................................................................................ 2
Daftar Isi ........................................................................................................ 3
BAB I
Pendahuluan .................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ................................................................................... 4
B. Tujuan ................................................................................................ 4
C. Rumusan Masalah .............................................................................. 4
BAB II
Pembahasan ................................................................................................... 5
A. Pengertian Haji .................................................................................. 5
B. Syarat, Rukun dan Wajib Haji............................................................ 6
C. Permasalahan Kontemporer Haji ....................................................... 8
BAB III
PENUTUP ..................................................................................................... 9
A. Kesimpulan .............................................................................................. 9
B. Saran ........................................................................................................ 9
Daftar Pustaka ............................................................................................. 10
a.

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Telah ditetapkan dari Nabi SAW dalam hadis Bukhori dan Muslim bahwa beliau
bersabda : “ Islam itu dibangun atas lima dasar “ yaitu : 1) Bersaksi bahwa tiada Tuhan
selain Allah dan Muhammad itu utan Allah, 2) Menegakkan sholat, 3) Menunaikan
zakat, 4) Puasa Ramadhan, 5) Pergi haji ke baitulah.
Haji adalah salah satu rukun dari rukun Islam, tidak sempurna Islamnya
seseorang yang mampu menunaikan ibadah haji sampai ia berhaji. Tetapi merupakan
nikmat Allah ta’ala bahwa haji itu diwajibkan sekali seumur hidup. Melaksanakan haji
itu hanya untuk mencari ridha Allah semata, tidak riya’ dan sum’ah. Melaksanakannya
juga hendaklah sesuai dengan apa yang dituntunkan Nabi SAW.

B. TUJUAN
Mengetahui definisi dari haji, kemudian mengetahui dasar hukum, cara
pelaksanaan, syarat dan rukun serta apa saja hal-hal yang dilarang dalam berhaji.

C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dan Dasar hokum pelaksanaan ibadah haji?
2. Apa syarat rukun dan Wajib haji?
3. Hal-hal apa yang berkaitan dengan manasik haji dan persoalan kontemporer haji?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Haji
Menurut bahasa kata Haji berarti menuju, sedang menurut pengertian syar’i berarti
menyengaja menuju ke ka’bah baitullah untuk menjalakan ibadah (nusuk) yaitu ibadadah
syari’ah yang terdahulu. Hukum haji adalah  fardhu ‘ain, wajib bagi setiap muslim yang
mampu, wajibnya sekali seumur hidup. Haji merupakan bagian dari rukun Islam. Mengenai
wajibnya haji telah disebutkan dalam Al Qur’an, As Sunnah dan ijma’ (kesepakatan para
ulama).
Mengenai hukum ibadah haji, asal hukumnya adalah wajib ‘ain  bagi yang mampu.
Melaksanakan haji wajib, yaitu karena memenuhi rukun Islam dan apabila kita “nazar” yaitu
seorang yang bernazar untuk haji, maka wajib melaksanakannya, kemudian untuk haji sunat,
yaitu dikerjaka pada kesempatan selanjutnya, setelah pernah menunaikan haji wajib.
Haji merupakan rukun Islam yang ke lima, diwajibkan kepada setiap muslim yang
mampu untuk mengerjakan. Jumhur Ulama sepakat bahwa mula-mulanya disyari’atkan
ibadah haji tersebut pada tahun ke enam Hijrah, tetapi ada juga yang mengatakan tahun ke
sembilan hijrah.

1.       Dalil Al Qur’an
Allah berfirman :
َ‫سبِياًل َو َمنْ َكفَ َر فَإِنَّ هَّللا َ َغنِ ٌّي َع ِن ا ْل َعالَ ِمين‬
َ ‫ستَطَا َع إِلَ ْي ِه‬ ِ ‫س ِح ُّج ا ْلبَ ْي‬
ْ ‫ت َم ِن ا‬ ِ ‫َوهَّلِل ِ َعلَى النَّا‬
Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang “
sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji),
maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (QS.
.Ali Imron: 97)

2.       Dalil As Sunnah
Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َ ‫ َو‬، ِّ‫ َو ْال َحج‬، ‫ا ِة‬HH‫ا ِء ال َّز َك‬HHَ‫ َوإِيت‬، ‫الَ ِة‬H‫الص‬
‫وْ ِم‬H‫ص‬ ِ Hَ‫ َوإِق‬، ِ ‫و ُل هَّللا‬H‫هَ إِالَّ هَّللا ُ َوأَ َّن ُم َح َّمدًا َر ُس‬Hَ‫هَا َد ِة أَ ْن الَ إِل‬H‫س َش‬
َّ ‫ام‬H ٍ ‫الَ ُم َعلَى َخ ْم‬H‫بُنِ َى ا ِإل ْس‬
َ‫ضان‬ َ ‫َر َم‬
“Islam dibangun di atas lima perkara: bersaksi tidak ada sesembahan yang berhak disembah
selain Allah dan mengaku Muhammad adalah utusan-Nya,  mendirikan shalat,
menunaikan zakat, berhaji dan berpuasa di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 8 dan
Muslim no. 16). 

Hadits ini menunjukkan bahwa haji adalah bagian dari rukun Islam. Ini berarti
menunjukkan wajibnya. Dari Abu Hurairah, ia berkata,
ِ ‫و ُل هَّللا‬H‫ال َر ُس‬H
َ Hَ‫ا فَق‬HHً‫ا ثَالَث‬HHَ‫كَتَ َحتَّى قَالَه‬H‫ول هَّللا ِ فَ َس‬ ٍ ‫ فَقَا َل َر ُج ٌل أَ ُك َّل ع‬.» ‫ض هَّللا ُ َعلَ ْي ُك ُم ْال َح َّج فَحُجُّ وا‬
َ H‫َام يَا َر ُس‬ َ ‫« أَيُّهَا النَّاسُ قَ ْد فَ َر‬
ُ ‫ « لَوْ قُ ْل‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬-
ْ َ‫ت نَ َع ْم لَ َو َجب‬
‫ت َولَ َما ا ْستَطَ ْعتُ ْم‬
“Rasulullah SAW. berkhutbah di tengah-tengah kami. Beliau bersabda, “Wahai sekalian
manusia, Allah telah mewajibkan haji bagi kalian, maka berhajilah.” Lantas ada yang
bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah setiap tahun (kami mesti berhaji)?” Beliau lantas diam,
sampai orang tadi bertanya hingga tiga kali. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas
bersabda, “Seandainya aku mengatakan ‘iya’, maka tentu haji akan diwajibkan bagi kalian
setiap tahun, dan belum tentu kalian sanggup.” (HR. Muslim).

3.       Dalil Ijma’ (Konsensus Ulama)

5
Para ulama pun sepakat bahwa hukum haji itu wajib sekali seumur hidup bagi yang mampu.
Bahkan kewajiban haji termasuk perkara al ma’lum minad diini bidh dhoruroh (dengan
sendirinya sudah diketahui wajibnya) dan yang mengingkari kewajibannya dinyatakan  kafir.
Haji merupakan rukun Islam yang ke lima, diwajibkan kepada setiap muslim yang
mampu untuk mengerjakan. jumhur Ulama sepakat bahwa mula-mulanya disyari'atkan
ibadah haji tersebut pada tahun ke enam Hijrah, tetapi ada juga yang mengatakan tahun ke
sembilan hijrah.

B. Syarat, Rukun dan Wajib Haji

1. Kondisi diwajibkannya Haji:


a. Islam
b. Baligh
c. Berakal
d. Merdeka
e. Kekuasaan (mampu)

2.       Rukun Haji
a.       Ihram yaitu berpakaian ihram, dan niyat ihram dan haji
Melaksanakan ihram disertai dengan niat ibadah haji dengan memakai pakaian ihram.
Pakaian ihram untuk pria terdiri dari dua helai kain putih yang tak terjahit dan tidak
bersambung semacam sarung. Dipakai satu helai untuk selendang panjang serta satu helai
lainnya untuk kain panjang yang dililitkan sebagai penutup aurat. Sedangkan pakaian ihram
untuk kaum wanita adalah berpakaian yang menutup aurat seperti halnya pakaian biasa
(pakaian berjahit) dengan muka dan telapak tangan tetap terbuka.

b.       Wukuf di Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah


Yakni menetap di Arafah, setelah condongnya matahari (kea rah Barat) jatuh pada hari ke-9
bulan dzulhijjah sampai terbit fajar pada hari penyembelihan kurban yakni tanggal 10
dzulhijjah.

c.        Thawaf yaitu tawaf untuk haji (tawaf Ifadhah)


Yang dimaksud dengan Thawaf adalah mengelilingi ka’bah sebayak tujuh kali, dimulai dari
tempat hajar aswad (batu hitam) tepat pada garis lantai yang berwarna coklat, dengan posisi
ka’bah berada di sebelah kiri dirinya (kebalikan arah jarum jam).
Macam-macam Thawaf :
1) Thawaf Qudum yakni thawaf yang dilaksanakan saat baru tiba di Masjidil Haram
2) Thawaf Tamattu’ yakni thawaf yang dikerjakan untuk mencari keutamaan
3) Thawaf Wada’ yakni thawaf yang dilaksanakan ketika akan meninggalkan Makkah
4) Thawaf Ifadha yakni thawaf yang dikerjakan setelah kembali dari wukuf di Arafah.

d. Sa'i yaitu lari-lari kecil antara shafa dan marwah 7 (tujuh) kali
Syarat melakukan sa’i adalah sebagai berikut :
1) Dilakukan dengan diawali dari bukit Shafa, kemudian diakhiri di bukit
Marwah.
2) Dilakukan sebanyak 7 kali.
3) Waktu sa’i adalah sesudah thowaf rukun maupun qudun.

e.        Tahallul artinya mencukur atau menggunting rambut sedikitnya 3 helai

6
f.        Tertib yaitu berurutan

3.       Wajib Haji
Wajib Haji, Yaitu sesuatu yang harus dikerjakan, tapi sahnya haji tidak tergantung atasnya,
karena dapat diganti dengan  dam (denda) yaitu menyembelih binatang. berikut kewajiban
haji yang harus dikerjakan :
a.       Ihram dari Miqat, yaitu memakai pakaian Ihram (tidak berjahit), dimulai dari tempat-
tempat yang sudah ditentukan, terus menerus sampai selesainya Haji. Dalam melaksanakan
ihram ada ketentuan kapan pakaian ihram itu dikenakan dan dari tempat manakah ihram itu
harus dimulai. Persoalan yang membicarakan tentang kapan dan dimana ihram tersebut
dikenakan disebut miqat atau batas yaitu batas-batas peribadatan bagi ibadah haji dan atau
umrah.
Macam-macam miqat menurut Fah-hul Qarib
·         Miqat zamani (batas waktu) pada konteks (yang berkaitan) untuk memulai niat ibadah haji,
adalah bulan Syawal, Dzulqa’dah dan 10 malam dari bulan dzilhijjah (hingga sampai malam
hari raya qurban). Adapun (miqat zamani) pada konteks untuk niat melaksanakan “Umrah”
maka sepanjang tahun itu, waktu untuk melaksanakan ihram umrah.
·         Miqat makany (batas yang berkaitan dengan tempat) untuk dimulainya niat haji bagi hak
orang yang bermukim (menetap) di negeri makkah, ialah kota makkah itu sendiri. Baik orang
itu penduduk asli makkah, atau orang perantauan. Adapun bagi orang yang tidak menetap di
negeri makkah, maka:
   Orang yang (datang) dari arah kota Madinah as-syarifah, maka miqatnya ialah berada di
(daerah) “Dzul Halifah”
   Orang yang (datang) dari arah negeri Syam (syiria), Mesir dan Maghribi, maka miqatnya
ialah di (daerah) “Juhfah”
   Orang yang (datang) dari arah Thihamatil Yaman, maka miqatnya berada di daerah
“Yulamlam”.
   Orang yang (datang) dari arah daerah dataran tinggi Hijaz dan daerah dataran tinggi Yaman,
maka miqatnya ialah berada di bukit “Qaarn”.
  Orang yang (datang) dari arah negeri Masyrik, maka miqatnya berada di desa “Dzatu “Irq”.
b. Bermalam di Muzdalifah sesudah wukuf, pada malam tanggal 10 Dzulhijjah.
c. Bermalam di Mina selama2 atau 3 malam pada hari tasyriq (tanggal 11, 12 dan 13
Dzulhijjah).
d. Melempar jumrah 'aqabah tujuh kali dengan batu pada tanggal 10 Dzulhijjah dilakukan
setelah lewat tengah malam 9 Dzulhijjah dan setelah wukuf.
e. Melempar jumrah ketiga-tiganya, yaitu jumrah Ula, Wustha dan 'Aqabah pada tanggal 11, 12
dan 13 Dzulhijjah dan melemparkannya tujuh kali tiap jumrah.
f. Meninggalkan segala sesuatu yang diharamkan karena ihram.

4. Sunat Haji
a) Ifrad, yaitu mendahulukan haji terlebih dahulu baru mengerjakan umrah.
b) Membaca Talbiyah
c) Tawaf Qudum, yatiu tawaaf yuang dilakukan ketika awal datang di tanah ihram, dikerjakan
sebelum wukuf di Arafah.
d) Shalat sunat ihram 2 rakaat sesudah selesai wukuf, utamanya dikerjakan dibelakang makam
nabi Ibrahim.

7
e) Bermalam di Mina pada tanggal 10 Dzulhijjah
f) Thawaf wada ', yakni tawaf yang dikerjakan setelah selesai ibadah haji untuk memberi
selamat tinggal bagi mereka yang keluar Mekkah.

C.      Permasalahan Kontemporer Haji


Ada permasalahan haji pada saat ini yang mungkin sangat tidak bisa dilewatkan bagi
kaum Muslimin, diantaranya :
1.       Haji tidak lepas dengan Permasalahan Perbankan, bagi seorang Muslim yang ingin
menjauhkan dari perbankan karena di dalamnya ada unsur riba, maka seorang Jama’ah haji
pasti tidak akan bisa menghindarinya, karena sejak mulai pendaftaran harus lewat perbankan.
2.       Haji memungkinkan seseorang untuk intiqolul madzhab.
Umat Islam Indonesia kebanyakan adalah penganut Syafi’iyyah, dimana bersentuhan kulit
antara laki-laki dan perempuan dapat membatalkan wudhu, sedangkan dalam kondisi
pelaksanaan Ibadah haji kurang-lebih 2 juta umat manusia dari penjuru dunia kumpul di
Makkah, ini sangat sulit menghindari persentuhan kulit tersebut, maka jalan yang ditempuh
adalah intiqolul madzhab.
3.       Penundaan masa haid bagi wanita
Pada dasarnya ada dua faktor yang menjadi alasan bagi wanita untuk  memakai obat pengatur
siklus haid, yaitu untuk keperluan ibadah dan untuk keperluan diluar ibadah.
4.       Permasalahan miqod,
ada 2 macam miqot, yaitu : Miqot zamaniyah yaitu bulan-bulan haji, mulai dari bulan
Syawwal, Dzulqo’dah, dan Dzulhijjah. Miqot makaniyah yaitu tempat mulai berihram bagi
yang punya niatan haji atau umroh. Ada lima tempat :
1)       Dzulhulaifah (Bir ‘Ali), miqot penduduk Madinah 
2)       Al Juhfah, miqot penduduk Syam,
3)       Qornul Manazil (As Sailul Kabiir), miqot penduduk Najed,
4)       Yalamlam (As Sa’diyah), miqot penduduk Yaman,
5)       Dzat ‘Irqin (Adh Dhoribah), miqot pendudk Irak. Itulah miqot bagi penduduk daerah
tersebut dan yang melewati miqot itu.

Sebagian jama’ah haji dari negeri kita, meyakini bahwa Jeddah adalah tempat awal ihram.
Mereka belumlah berniat ihram ketika di pesawat saat melewati miqot, namun beliau tidak
menetapkannya sebagai miqot. Inilah pendapat mayoritas ulama yang menganggap Jeddah
bukanlah miqot.  Ditambah lagi jika dari Indonesia yang berada di timur Saudi Arabia, berarti
akan melewati miqot terlebih dahulu sebelum masuk Jeddah, bisa jadi mereka melewati
Qornul Manazil, Dzat ‘Irqin atau Yalamlam

8
BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
a.  Shalat dan ibadah haji termasuk rukun Islam dan perintah Allah, yang wajib kita laksanakan
apabila kita mampu “Ibadah Haji”.
b.  Dengan meksanakan ibadah haji kita bisa bertemu dengan umat islam yang lain dari seluruh
dunia.
c.  Dengan melaksanakan ibadah haji kita akan dibalas dengan balasan surga firdaus dan itu
untuk haji yang mabrul

B.      Saran
Haji menyengajak  menuju ke ka’bah baitullah untuk menjalakan ibadah (nusuk) yaitu
ibadadah syari’ah yang terdahulu. Hukum haji adalah  fardhu ‘ain, wajib bagi setiap muslim
yang mampu, wajibnya sekali seumur hidup. Haji merupakan bagian dari rukun Islam.
Mengenai wajibnya haji telah disebutkan dalam Al Qur’an, As Sunnah dan ijma’
Tata cara pelaksanaan haji harus sesuai dengan syarat, rukun, wajib dan sunnat haji.
Islam, Syarat haji diantaranya : Baligh, Berakal, Merdeka, Kekuasaan (mampu}sedangkan
Rukun Haji adalah : Ihram yaitu berpakaian ihram, dan niyat ihram dan haji, Wukuf di
Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah; Thawaf, Sa'i, Tahallul dan Tertib atau berurutan

Permasalahan haji pada saat ini yang mungkin sangat tidak bisa dilewatkan bagi kaum
Muslimin, diantaranya : Haji tidak lepas dengan permasalahan Perbankan, Haji
memungkinkan seseorang untuk intiqolul madzhab, Penundaan masa haidl bagi wanita dan
permasalahan miqot

9
DAFTAR PUSTAKA

http://islamobile.net/?p=99 diakses pada hari kamis, 10 April 2014 pukul 16:20 WIB

http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/thawaf-wada-akhir-haji.html Diakses Hari


Sabtu, 05 April 2014 Pukul 20:16 WIB

http://www.dakwatuna.com/2011/10/28/15772/fiqih-haji-bagian-ke-5-macam-
macam-haji-ifrad-qiran-tamattu%e2%80%99/#ixzz2yTZUnEKC diakses pada hari
kamis, 10 April 2014 pukul 16:40 WIB

Lahmuddin Nasution, 1999, Fiqih Ibadah, Jakarta : Logos Wacana Ilmu

Nursyamsuddin, 2012, Fiqih, Jakarta : Kasubditlembagadiktiss

10

Anda mungkin juga menyukai