Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

TENTANG IBADAH HAJI

Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah Fiqih

Dosen : M. Sufy’i. S.Hi. M.Hum.

Disusun Oleh :

1 St. Aisyah Istiqamah 220102010


.

JURUSAN TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
YAYASAN PEMBANGUNAN (YASBA) KALIANDA
T.A. 2022 - 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
makalah ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah gigih memperjuangkan agama yang haq ini sehingga sampai
pada kita semua.
Alhamdulillahirrabbil’alamin, makalah tentang Haji dapat terselesaikan dengan baik,
semoga kita semua suatu saat nanti dapat berkunjung ke Baitullah aamiin. Karena ibadah Haji
merupakan salah satu rukun Islam yang terakhir, betapa bahagianya kita bila mampu
menyempurnakan.
Penyusunan makalah ini sebagai salah satu tugas mata kuliah Pembelajaran Fikih ,
semoga makalah ini dapat membantu teman-teman untuk memperdalam materi pembelajaran
fikih.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu kelancaran
penyusunan makalah ini. Penyusun berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi semuanya,
kritik dan saran kami harapkan guna perbaikan dalam menyusun makalah ini dan makalah-
makalah selanjutnya.

Kalianda, 13 Mei 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................... 1


Kata Pengatar ................................................................................................ 2
Daftar Isi ........................................................................................................ 3
BAB I
Pendahuluan .................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ................................................................................... 4
B. Tujuan ................................................................................................ 4
C. Rumusan Masalah .............................................................................. 4
BAB II
Pembahasan ................................................................................................... 5
A. Definisi Haji ...................................................................................... 5
B. Dasar Hukum ..................................................................................... 5
C. Syarat Ibadah Haji ............................................................................. 6
D. Rukun Haji ......................................................................................... 7
E. Wajib Haji .......................................................................................... 10
F. Larangan Saat Berhaji ....................................................................... 12
G. Perbedaan Haji dan Umrah ................................................................ 13
H. Macam-macam Haji .......................................................................... 14
BAB III
PENUTUP ..................................................................................................... 16
A. Kesimpulan .............................................................................................. 16
B. Saran ........................................................................................................ 16
Daftar Pustaka ............................................................................................. 17
a.

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Telah ditetapkan dari Nabi SAW dalam hadis Bukhori dan Muslim bahwa beliau
bersabda : “ Islam itu dibangun atas lima dasar “ yaitu : 1) Bersaksi bahwa tiada Tuhan
selain Allah dan Muhammad itu utan Allah, 2) Menegakkan sholat, 3) Menunaikan
zakat, 4) Puasa Ramadhan, 5) Pergi haji ke baitulah.
Haji adalah salah satu rukun dari rukun Islam, tidak sempurna Islamnya
seseorang yang mampu menunaikan ibadah haji sampai ia berhaji. Tetapi merupakan
nikmat Allah ta’ala bahwa haji itu diwajibkan sekali seumur hidup. Melaksanakan haji
itu hanya untuk mencari ridha Allah semata, tidak riya’ dan sum’ah. Melaksanakannya
juga hendaklah sesuai dengan apa yang dituntunkan Nabi SAW.

B. TUJUAN
Mengetahui definisi dari haji, kemudian mengetahui dasar hukum, cara
pelaksanaan, syarat dan rukun serta apa saja hal-hal yang dilarang dalam berhaji.

C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari haji?
2. Apa dasar hukum dari haji?
3. Bagaimana cara pelaksanaan haji?
4. Kapan waktu pelaksanaan haji?
5. Apa syarat dan rukun haji?
6. Apa saja hal yang dilarang dalam haji?

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI HAJI
Haji (al-hajju) dalam bahasa Arab berarti al- qashu yaitu menyengaja atau
menuju. Dalam istilah syara’ al-hajj berarti sengaja mengunjungi ka’bah untuk
melakukan ibadah tertentu.
Haji termasuk ibadah yang telah dikenal pada syariat agama-agama terdahulu,
sebelum Islam. Nabi Ibrahim dan Isma’il membangun Ka’bah sebagai rumah ibadah
unt menyembah Allah semata dan beliau menyeru umat manusia untuk berhaji ke
Baitullah. Orang-orang mematuhi seruannya, datang dari berbagai penjuru dan
mempelajari dasar-dasar agama tawhid.1

Menurut pengertian bahasa (lughah), haji mempunyai arti: ‫ القلصد‬yaitu


menyengaja atau menuju.
Menurut pengertian syara’, yang dimaksudkan dengan haji yaitu: menyengaja
mengunjungi Ka`bah atau Baitullah di tanah suci Makkah untuk melakukan beberapa
amal ibadah, dengan tata cara dan syarat-syarat tertentu.2

B. DASAR HUKUM HAJI


Para ulama telah sepakat bahwa melaksanakan ibadah haji itu wajib hukumnya
bagi setiap umat Islam yang mampu.3
Ibadah haji termasuk rukun Islam yang diwajbkan sekali seumur hidup
berdasarkan firman Allah sebagai berikut :

Artinya : “….. mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah,


yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.
Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha
Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam” (QS.Ali Imran : 97).
Kewajiban haji hanya sekali seumur hidup, sedangkan haji berikutnya
hukumnya sunah. Sabda Rasulullah saw.

ٌ‫اد َف ُه َو تَطََّوع‬
َ ‫مرةٌ فَ َم ْن َز‬ َ ‫َأل‬
َّ ‫ْح ُّج‬
Artinya :“Haji itu wajibnya hanya satu kali, dan selebihnya adalah sunnah” (HR.
Ahmad, Nasai dan Ibnu Majah)
1
Lahmuddin Nasution, Fiqih Ibadah, hlm 207
2
Nursyamsudin, fiqih, hlm 192
3
Ibid

6
Sabda Rasulullah SAW :

ِ ‫الز َك ِاة والْح ِّج و‬


َ ‫صيَ ِام َر َم‬ ِ ِ َّ ‫اِإْل ساَل م علَى َخمس ٍة علَى َأ ْن يو َّح َد اللَّه وِإقَ ِام‬
‫ضا َن‬ َ َ َ َّ ‫الصاَل ة َوِإيتَاء‬ َُ َُ َ َْ َ ُ ْ
Artinya: “Islam itu ditegakkan atas lima dasar yaitu: bersaksi bahwa tiada Tuhan
selain Allah dan bahwa nabi Muhammad itu utusan Allah, mendirikan salat,
menunaikan zakat, mengerjakan haji, dan berpuasa pada bulan Ramadan”. (HR.
Bukhari dan Muslim)

C. SYARAT IBADAH HAJI


Syarat wajib haji adalah sifat-sifat yang harus dipenuhi oleh seseorang
sehingga dia diwajibkan untuk melaksanakan haji, dan barang siapa yang tidak
memenuhi salah satu dari syarat-syarat tersebut, maka dia belum wajib menunaikan
haji.4
Kewajiban haji ini dibebankan atas orang yang telah mmenuhi beberapa
persyaratan, yaitu :
1. Islam. Seperti ibadah lainnya, haji tidak wajib dan tidak sah dilakukan oleh orang
kafir.
2. Baligh.
3. Berakal.
4. Merdeka, sebab tuan seorang budak berhak atas manfaat dirinya, dan
membebankan kewajiban haji atas budak dapat merugikan kepentingan tuannya.
Nabi bersabda :
‫اَيّ َما َعب ٌد َح َّج ثُ َّم اُ ْعتِ َق َف َعلَْي ِه َح َّجةٌ اُ ْخ َرى‬
Artinya : seorang hamba yang telah haji, kemudian dimerdekakan, maka wajib
atasnya haji sekali lagi.

5. Mampu. Allah SWT menyatakan bahwa haji itu adalah bagi mereka yang
mampu. Para ulama menafsirkan kemampuan (istita’ah) itu dengan :
a. Tersedianya bekal untuk perjalanan pergi dan kembali selama berada di tanah
suci.
b. Tersedianya kendaraan, baik dengan memiliki atau dengan menyewa, dengan
harga atau sewa yan pantas. (kendaraan disyaratkan bagi mereka yang tempat
tinggalnya jauh).
c. Aman di perjalanan, artinya tidak ada ancaman yang berarti terhadap jiwa,
kehormatan, dan hartanya.
d. Memugkinkan melakukan perjalanan. Artinya, setelah seseorang
mendapatkan biaya, masih tersedia cukup waktu untuk melakukan perjalanan
haji. 5

4
Nursyamsudin, fiqih, hlm 194
5
Lahmuddin Nasution, Fiqih Ibadah, hlm 210-211

7
Akan tetapi haji yang dilakukan oleh anak kecil dan budak tidak
menggugurkan kewajiban hajinya sebagai seorang Muslim, menurut pendapat yang
lebih kuat, berdasarkan hadits:
“Barang siapa (seorang budak) melaksanakan haji, kemudian ia dimerdekakan, maka
ia berkewajiban untuk melaksanakan haji lagi, barang siapa yang melaksanakan haji
pada usia anak-anak, kemudian mencapai usia baligh, maka ia wajib melaksanakan
haji lagi.“
Adapun “mampu” hanya merupakan syarat wajib haji. Apabila seorang yang
“tidak mampu” berusaha keras dan menghadapi berbagai kesulitan hingga dapat
menunaikan haji, maka hajinya dianggap sah dan mencukupi. Hal ini seperti shalat
dan puasa yang dilakukan oleh orang yang kewajiban tersebut telah gugur darinya.
Maka shalat dan puasanya tetap sah dan mencukupi.6

D. RUKUN HAJI
Rukun yaitu sesuatu yang tidak sah haji melainkan dengan melakukannya, dan
ia tidak boleh diganti dengan dam (menyembelih binatang disebabkan melakukan hal-
hal yang dilarang dalam pelaksanaan ibadah haji).7
1. Ihram
Ihram (niat). Yakni berniat memulai ibadah haji atau umrah dengan
mengenaka pakaian ihram yaitu slendang yang menutup bagian badan atas kecuali
kepala dan sarung yang menutup badan bagain bawah.8
Yang dimaksud dengan ihram yaitu berniat untuk memulai ibadah haji. Nabi
SAW bersabda :
ُ ‫اِنَّ َما ااْل َ ْع َم‬
ِ َّ‫ال بِا ِّلني‬
‫ات‬
Artinya : “sesungguhnya, tiap-tiap amal hanya (sah)dengan niat…(Muttafaq ‘Alayh).

Berdasarkan hadits ini jelaslah bahwa niat (ihram) haji temasuk rukun haji.
Akan tetapi, melakukan ihram dari miqat merupakan salah satu wajib haji. Miqat
itu ada dua macam, yaitu miqat zamani dan miqat makani.
Miqat zamani bagi ibadah haji adalah bulan-bulan Syawal, Zu al-qa’dah dan
sepuluh hari dari bulan Zu al-hijjah. Ihram untuk haji tidak sah dilakukan kecuali
pada bulan-bulan ini.
Miqat Makani ialah tempat-tempat yang ditentukan untuk melakukan ihram,
menurut daerah asal atau arah datangnya dalam perjalanan ke Makkah.
Orang yang dalam perjalanannya tidak melewati salah satu miqat ini, maka
miqatnya adalah tempat yang setentang dengan miqat terdekat dengan jalan yang
dilaluinya.
Bagi orang yang bertempat tinggal atau muqim di Makkah muqatnya adalah
kota Makkah itu sendiri, sedangkan orang yang tinggal di luar kota Makkah,

6
Nursyamsudin, fiqih, hlm 195
7
ibid
8
Ibid, hlm 196

8
tetapi tidak melampaui salah satu dari miqat tersebut diatas, maka miqatnya
adalah desanya sendiri, dan mereka ihram dari tempat tinggalnya.9
Sunnah dalam persiapan melakukan ihram :
1. Mandi, sekalipun ia perempuan yang sedang haid atau nifas. Dalam hadits
Zayd ibn Sabit disebutkan : “Nabi SAW mandi untuk melakukan ihramnya.
(HR.Tirmidzi).
2. Menanggalkan pakaian berjahit yang sedang dipakainya.
3. Memakai izar (sarung), rida’ (selendang) dan sandal. Dan sebaiknya kain
selendang itu berwarna putih. (HR.Abu Dawud dan Tirmidzi).
4. Memakai wangi-wangian pda tubuhnya.
5. Melakukan shalat dua rakaat.
Selanjutnya, setelah melakukan hal-hal ini barulah ihram dilakukan
dengan berniat melakukan haji, sambil mengucapkan talbiyah.10

2. Wuquf
Artinya hadir di Arofah mulai dari tergelincir matahari (waktu dzuhur) tanggal
9 dzulhijjah sebelum terbit fajar pada tanggal 10 dzulhijjah. Arofah adalah nama
suatu padang disebelah timur kota Makkah yang jaraknya kurang lebih 9 mil.11
Wuquf dilaksanakan di Arafah pada waktu antara tergelincir matahari pada
hari Arafah sampai terbit fajar pada hari idul Adha.
Sunnah melaksanakan wuquf :
1. Mandi.
2. Berwuquf di dekat al-sakhrat, jabal al-Rahmah, yakni tempat Nabi
melakukan wuqufnya.
3. Menghadap ke Kiblat, karena Nabi SAW juga selalu menghadap qiblat,
dan itulah arah yang terbaik pada setiap majlis.
4. Banyak berdo’a, untuk dirinya, orang tuanya, dan sebagainya. Diantara
doa yang baik diucapkan alah :
ِ ِ
َ ْ‫الَالَهَ االَّالّلهُ َو ْح َدهُ الَ َش ِري‬
ُ‫ك لَه‬
5. Mengangkat tangan ketika berdo’a.
6. Berwuquf sejak tergelincir matahari sampai terbenamnya.12

3. Thawaf
Thawaf adalah mengelilingi ka`bah sebanyak tujuh kali putaran, dimulai dari
hajar aswad, dengan posisi ka`bah disebelah kiri orang yang thawaf.13
Thawaf yang menjadi rukun haji ialah thawaf ifadah. Para ulama telah ijma’
bahwa itulah yang dimaksudkan dalam ayat :

9
Lahmuddin Nasution, Fiqih Ibadah, hlm 214-215
10
Ibid, hlm 216-217
11
Nursyamsudin, fiqih, hlm 196
12
Lahmuddin Nasution, Fiqih Ibadah, hlm 230
13
Nursyamsuddin, Fiqih, hlm 196

9
Artinya :”…dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka
dan hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling rumah yang
tua itu (Baitullah).” (QS. Al-Hajj : 29).

Selain thawaf ifadah yang menjadi rukun haji, ada dua thawaf yang berkaitan
engan pelaksanaan haji, yaitu thawaf qudum, sunnah dilakukan ketika tiba di
Makkah, dan thawaf wada’ yang diwajibkan ketika hendak meninggalkan kota
suci itu.
Thawaf artinya mengelilingi baitullah sebanyak tujuh kali, dengan memenuhi
beberapa syarat, yaitu :
1. Menutup aurat
2. Thahrah dari hadats dan najis pada badan, pakaian dan tempat.
3. Menempatkan baitullah di sebelah kirinya.
4. Dimulai dari hajar aswad.
5. Thawaf itu dilakukan dalam masjid, tetapi diluar baitullah.14

4. Sa’i
Sa’i yakni berlari kecil antara bukit shofa dan bukit marwah.15
Dalam mengerjakan sa’i, harus diperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai
berikut :
1. Sa’i mesti dikerjakan setelah melakukan thawaf terlebih dahulu, sesuai
contoh yang diberikan oleh Rasulullah SAW. Bila sa’i tidak dikerjakan
setelah thawaf qudum, maka ia harus dikerjakan setelah thawaf ifadah.
2. Tartib, dimulai dari Shafa.
3. Sa’i itu mesti dikerjakan tujuh kali dengan ketentuan bahwa perjalanan
dari Shafa ke Marwah dihitung satu kali, dan berikutnya dari Marwah ke
Shafa pun demikian.
Dalam beberapa hadits, Nabi SAW melakukan sa’i setelah selesai thawaf.
Beliau naik ke atas bukit Shafa, sehingga baitullah tampak olehnya, kemudian
beliau menghadap ke sana, bertakbir dan mengucapkan dzikir dan doa seraya
mengangkat tangannya. 16

5. Tahalul
Yang dimaksud tahalul adalah penghalalan beberapa larangan dalam berihram.
Adapun penghalalannya seperti: memakai pakaian biasa, memakai wangi-

14
Lahmuddin Nasution, Fiqih Ibadah, hlm 223
15
Nursyamsuddin, Fiqih, hlm 196
16
Lahmuddin Nasution, Fiqih Ibadah, hlm 227-228

10
wangian, bercukur, dan lain sebagainya. Kecuali nikah dan menggauli istrinya,
masih tetap dilarang (haram), sampa selesai thawaf ifadhah yang dinamakan
tahalul kedua.17
Setelah melakukan tahalul, masih berkewajiban malanjutkan pekerjaan hajinya
yang belum selesai, yaitu melempar jumrah dan bermalam di Mina pada hari
tasyriq.18

6. Tertib
Dalam hal ini tertib berarti melaksanankan rukun-rukun haji ssuai dengan
urutan yang semestinya. Ihram mesti dikerjakan sebelum melakukan yang
lainnya, wuquf harus lebih dulu sebelum thawaf ifadhah, dan thawaf mesti lebih
dahulu daripada sa’i kecuali bila sa’i telah dikerjakan setelah thawaf qudum.19

E. WAJIB HAJI
1. Ihram (yakni niat berhaji dari Miqot)20
2. Bermalam di Muzdalifah
Waktu bermalam di Muzdalifah ialah pada malam hari nahar, setelah selesai
melakukan wuquf di Arafah. Firman Allah SWT :

Artinya : “…Maka apabila kamu telah bertolak dari ´Arafat, berdzikirlah kepada
Allah di Masy´arilharam. Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah
sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan sesungguhnya kamu sebelum
itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat”. (QS. Al-Baqarah : 198)

Masy’arilharam yang dimaksudkan dalam ayat itu adalah Muzdalifah yang


juga disbut Jam’. Beberapa ulama tabi’in memasukannya pada fardhu haji,
apabila meninggalkannya akan diwajibkan qadha tahun berikutnya, Jumhur
mengatal=kan itu wajib, bila ditinggalkan mewajibkan dam, tetapi ada juga yang
mengatakan sunnah.
Dalam beberapa riwayat Nabi SAW bertolak dari Arafah setelah terbenam
matahari, berjalan dengan tenang, tetapi ditempat-tempat yang lapang beliau
mempercepat jalan kendaraannya, dan melakukan shalat maghrib dan isya’

17
Nursyamsuddin, Fiqih, hlm 196
18
Lahmuddin Nasution, Fiqih Ibadah, hlm 235
19
Ibid, hlm 236
20
Nursyamsuddin, Fiqih, hlm 196

11
dengan jama’ di Muzdailifah, dan tetap di Muzdalifah sampai terbit fajar
kemudian shalat subuh. 21
Pada waktu berada di Muzdalifah, disunnahkan pula mengambil batu-batu
untuk digunakan melempar jumrah pada hari sesudahnya. Sebelum bertolak ke
Mina untuk melempar jumrah ‘Aqabah, setelah subuh Nabi naik ke Qazh untuk
berdo’a sampai cahaya matahari menguning dari timur sebelum matahari terbit.22

3. Bermalam di Mina
Yakni bermalam di Mina. Mina merupakan kota antara Makkah dan
Muzdalifah, yang jaraknya 8 km dari kota Makkah dan 5 km dari Muzdalifah.23
Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa Nabi SAW bermalam di Mina selama
hari-hari tasyriq.24

4. Melempar Jumrah
Pada hari Nahr 10 Zulhijjah, di Mina dilakukan melempar jumrah Aqobah
dengan tujuh batu. Melempar jumrah ini disunnahkan setelah terbit matahari.
Kemudian pada hari-hari tasyriq, setiap hari dilakukan pelemparan tiga
jumrah, mulai dari jumrah pertama yang berada dekat masjid al-Khayf atau
jumrah Ula, jumrah kedua jumrah Wustho dan jumrah Aqabah, masing-masing
dengan tujuh batu. Waktu yang baik untuk melempar yaitu mulai tergelincirnya
matahari sampai terbenamnya matahari seriap hari,
Pada setiap kali melempar, disunnahkan membaca takbir. Dan setelah selesai
melemparkan tujuh batu pada jumrah pertama disunnahkan berhenti beberapa
waktu untuk berdo’a, begitu pula pada jumrah kedua, namun Nabi tidak berhenti
setelah jumrah ketiga.
Bila seseorang tidak mampu melakukannya, karena sakit misalnya, maka
boleh meminta orang lain untuk menggantikannya.25

5. Thawaf Wada’
Thawaf Wada’ yakni thawaf yang diwajibkan ketika hendak meninggalkan
kota Makkah.26
Thawaf wada’ adalah sebagai penghormatan terakhir pada Masjidil Haram.
Jadinya thawaf wada’ adalah amalan terakhir bagi orang yang menjalankan haji
sebelum ia meninggalkan Mekkah, tidak ada lagi amalan setelah itu.
Dari  Ibnu ‘Abbas, ia berkata,
ِ ‫ْحاِئ‬ ِ
ِ ‫آخر َع ْه ِد ِهم بِالْب ْي‬
َ ‫ ِإالَّ َأنَّهُ ُخ ِّف‬، ‫ت‬ ِ
‫ض‬ َ ‫ف َع ِن ال‬ َ ْ ُ ‫َّاس َأ ْن يَ ُكو َن‬
ُ ‫ُأم َر الن‬

21
Ibid, hlm 231
22
Ibid, hlm 232
23
Nursyamsuddin, Fiqih, hlm 196
24
Lahmuddin Nasution, Fiqih Ibadah, hlm 235
25
Ibid, hlm 232-233
26
Lahmuddin Nasution, Fiqih Ibadah, hlm 223

12
Artinya : “Manusia diperintahkan menjadikan akhir amalan hajinya adalah di
Baitullah (dengan thowaf wada’) kecuali hal ini diberi keringanan bagi wanita
haidh.” (HR. Bukhari no. 1755 dan Muslim no. 1328).27

F. LARANGAN SAAT BERHAJI


Beberapa perbuatan yang haram dilakukan selama berihram, dan orang yang
melanggarnya wajib membayar dam. Larangan tersebut ialah :
1. Mencukur rambut, Allah SWT berfirman :

Artinya : ”…dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di


tempat penyembelihannya. Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan
di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfid-yah, yaitu:
berpuasa atau bersedekah atau berkorban.” (QS. Al-Baqarah : 196)

Ayat ini jelas melarang mencukur rambut kepala, tetapi para ulama
mengatakan bahwa larangan itu juga meliputi perbuatan memendekan atau
mencabut rambut, baik yang ada di kepala maupun pada bagian badan lainnya.

2. Menyisir atau meminyaki rambut, karena perbuatan menghias diri tidak sesuai
dengan keadaan ibadah. Bila rambutnya ada yang gugur ketika menyisirnya, ia
dikenakan wajib fidyah. 28
3. Memotong kuku, hal ini di qiyaskan kepada mencukur rambut, berdasarkan
persamaan keduanya merupakan perbuatan menghias diri.
4. Menutup kepala bagi laki-laki, dan menutup muka bagi perempuan.
5. Memakai pakaian berjahit.
6. Memakai wangi-wangian, baik di badan maupun di pakaiannya.

27
http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/thawaf-wada-akhir-haji.html
28
Lahmuddin Nasution, Fiqih Ibadah, hlm 219

13
7. Melakukan aqad nikah. Orang yang sedang berihram tidak dibenarkan
melaksanakan aqad nikah baik sebagai suami, sebagai wali, atau sebagai wakil
dari mereka. Nabi SAW bersabda :
‫الََي ْن ِك ُح ال ُْم ْح ِر ُم َوالَُي ْن ِك ْح‬
Artinya : “orang yang sedang ihram tidak menikah dan tidak pula menikahkan.
(HR. Muslim).
8. Bersetubuh, dan mubasyarah dengan syahwat. Allah SWT berfirman :

Artinya : “…maka barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan
mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-
bantahan di dalam masa mengerjakan haji”.(QS.Al-Baqarah:197)
9. Membunuh binatang buruan. Firman allah SWT :

Artinya : “…dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang buruan darat,


selama kamu dalam ihram…”. (QS. Al-Maidah : 96).29

G. PERBEDAAN HAJI DAN UMRAH


Allah SWT menyebut umrah bersamaan dengan haji pada ayat :

Artinya : “dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah.”(QS. Al-
Baqarah :196)
Dari ayat ini jelaslah bahwa umrah itu disyari’atkan dalam Islam. Akan tetapi,
mengenai hukumnya, masih terdapat perbedaan fatwa para ulama.30
Di samping memiliki sejumlah kesamaan, ada banyak pula hal yang
membedakan antara ibadah haji dengan umroh, perbedaan tersebut meliputi
perbedaan waktu, banyaknya tempat, dan dalam tata cara pelaksanaannya.
Perbedaan haji dan umrah adalah :
1. haji hanya dilakukan pada bulan haji, yaitu tanggal 9-13 Zulhijjah,
sedangkan umrah dapat dilakukan kapan saja.
2. haji dilakukan tidak hanya di Makkah, akan tetapi juga wuquf di Arafah
dan jumrah di Mina. Adapun umrah hanya dilakukan di Masjidil Haram,
di Mekkah, yaitu dengan melaksanakan ritual tawaf dan sa’i.

29
Ibid, hlm 219-222
30
Ibid, hlm 238

14
HAJI UMRAH
 Pelaksanaan ibadah haji dapat ditempuh  Melakukan ihram, yaitu memakai
dengan tiga cara, yaitu: pakaian ihram setelah mandi dan
1. Setelah melaksanakan tahallul umroh berwudhu, kemudian shalat dua rakaat
(sudah berganti dengan pakaian biasa), dan berniat ihram.
pada 8 Zulhijjah, jamaah berpakaian ihrom  Tempat berangkatnya adalah salah satu
lagi untuk melaksanakan ibadah haji. Ini dari tempat-tempat berikut ini, yaitu:
disebut Haji Tamattu’ 1. Dzulhulaifah untuk jamaah yang
2. Setelah melaksanakan umrah tidak berangkat dari arah Madinah
bertahallul (tetap dalam pakaian ihram), 2. Juhfah untuk jamaah yang berangkat
kemudian langsung melaksanakan ibadah dari arah Mesir dan Syria
haji. Ini disebut Haji Qiran. 3. Qarnulmanazil untuk jamaah yang
3. Melaksanakan ibadah haji saja tanpa umrah berangkat dari arah Najd
terlebih dahulu. Ini disebut Haji Ifrad. 4. Yulamlam untuk jamaah yang
 Tanggal 8 Zulhijjah disebut hari Tarwiyyah, di berangkat dari arah Yaman, India,
mana seluruh jamaah haji setelah berpakaian Asia Tenggara
ihram berangkat menuju padang Arafah untuk 5. Dzati Iraq untuk jamaah yang
melaksanakan wukuf. berangkat dari arah Irak
 Tanggal 9 Zulhijjah, sekitar waktu Magrib, 6. Makkah untuk jamaah yang berangkat
jamaah haji berangkat ke Muzdalifah dan dari Mekah
menginap satu malam di sana, sambil memungut  Kemudian berangkat menuju Masjidil
batu-batu kecil sebanyak 70 buah. Haram, lalu melakukan tawaf, yaitu
 Tanggal 10 Zulhijjah pagi-pagi (masih gelap), mengelilingi Ka’bah tujuh kali dimulai
jamaah harus sudah ada di Mina untuk dari arah Hajar Aswad, di mana Ka’bah
melaksanakan Jumratul ’Aqabah, yaitu berada di sebela kiri orang yang tawaf.
melemparkan 7 buah batu dengan 7 kali  Dilanjutkan dengan melakukan sa’i, yaitu
lemparan di satu tempat. lari-lari kecil antara bukit Shafa dan
 Setelah tahallul, jamaah melaksanakan Marwah.
penyembelihan kurban di Mina.  Setelah sa’i, jamaah melakukan tahallul,
 Siang harinya berangkat ke Makkah untuk yaitu dengan memotong rambut sedikit
melaksanakan tawaf ifadhah. agar bebas dari ketentuan-ketentuan
 Sebelum Magrib tanggal 10, jamaah sudah harus ihram. Setelah tahallul ini, selesai pulalah
berada di Mina lagi. ibadah umrah. 31
 Tanggal 11, 12, 13 (atau hanya tangal 11 dan 12
saja, jamaah pulang ke Makkah sebelum waktu
Magrib tanggal 12) untuk melaksanakan umrah
lanjutan dengan melemparkan batu pada tiga
tempat, yaitu 7 batu dengan 7 lemparan (sehari
21 kali lemparan).
 Selesai jumrah seluruhnya, jamaah menuju kota
Makah untuk bersiap pulang ke tanah air.
 Menjelang pulang diperintahkan untuk
melaksanakan tawaf wada’ atau tawaf
perpisahan.

H. MACAM-MACAM HAJI
Dari segi hukumnya, haji terbagi dua, wajib dan sunnah. Seperti telah di-
kemukakan pada bagian lalu, pada dasarnya haji hanya diwajibkan sekali seumur
hidup atas orang yang mampu melakukannya, dan ini disebut juga dengan haji Islam,

31
http://islamobile.net/?p=99

15
karena merupakan salah satu rukun Islam. Haji sunnah adalah haji yang dilakukan
sebagai tambahan setelah lebih dahulu menunaikan haji wajib.
Menurut cara pelaksanaannya, haji itu ada tiga macam, yaitu ifrad, tamattu’
dan qiran. 32
Berikut ini akan dijelaskan tiga macam cara itu dengan singkat :
a. Ifrad
Haji ifrad adalah orang yang berniat saat ihramnya hanya untuk haji
saja. Ia mengucapkan (‫بحج‬ ٍ ‫ك‬
َ U‫ )لبي‬ kemudian memasuki Mekah untuk thawaf
qudum, dan terus ihram hingga datang waktu haji. Kemudian ia tunaikan
manasik haji; wukuf di Arafah, mabit di Muzdallifah, melontar jumrah
Aqabah, thawaf ifadhah, sa’iy antara Shafa Marwa, bermalam di Mina untuk
melontar jumrah pada hari tasyriq. Kemudian setelah usai menunaikan seluruh
manasik haji itu ia tahallul kedua, lalu keluar dari Mekah memulai ihram yang
kedua dengan niat umrah, jika mau melaksanakan manasiknya.
Haji ifrad adalah manasik paling afdhal menurut Syafi’i dan Maliki
karena dengan manasik ini tidak membayar dam. Dan kewajiban dam adalah
untuk menambal kekurangan yang ada. Sebagaimana haji Rasulullah saw,
menurut mereka adalah ifrad.

b. Tamattu’
Haji tamattu’ adalah haji dengan terlebih dahulu ihram untuk
melaksanakan umrah dari miqat. Dengan mengucapkan (‫ )لبيك بعُمرة‬ kemudian
memasuki kota Mekah, menyempurnakan manasik umrah thawaf dan sa’i lalu
memotong atau mencukur rambut, kemudian tahallul dari ihram. Halal
baginya segala larangan ihram termasuk berhubungan suami istri. Ia dalam
keadaan demikian sehingga dating tanggal 8 Dzulhijjah lalu ihram haji,
melaksanakan manasiknya wukuf di Arafah, thawaf, sa’i dsb. Ia melaksanakan
seluruh  manasik umrah, kemudian melaksanakan manasik haji dengan
sempurna pula. Haji tamattu’ adalah cara paling afdhal menurut mazhab
Hambali.
Syarat haji tamattu adalah memadukan umrah dan haji dalam satu
perjalanan di satu musim (bulan) haji di tahun yang sama menurut jumhurul
fuqaha’. Mazhab Hanafi menambahkan syarat lain yaitu: bukan penduduk
Mekah, seperti dalam firman Allah: 
Artinya : “…. Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa
yang ingin mengerjakan `umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah
ia menyembelih) korban yang mudah didapat. (QS. Al Baqarah: 196)

c. Qiran
Haji qiran adalah dengan berniat ketika ihram sekaligus haji dan umrah
dengan mengucapkan: kemudian memasuki Mekah thawaf qudum, dan terus
dalam keadaan ihram sehingga datang waktu melaksanakan manasik haji. Ia
melaksanakan manasik itu dengan sempurna, wuquf di Arafah, melontar
32
Lahmuddin Nasution, Fiqih Ibadah, hlm 240

16
jumrah, thawaf ifadhah, sa’i antara Shafa dan Marwa serta manasik lainnya. Ia
tidak berkewajiban thawaf dan sa’i lain untuk umrah, cukup dengan thawaf
dan sa’i haji. Seperti yang pernah Rasulullah katakana kepada Aisyah RA :
thawaf-mu di Ka’bah dan sa’i-mu antara Shafa dan Marwa sudah cukup untuk
haji dan umrahmu” HR. Muslim.
Haji Qiran adalah haji yang paling afdhal menurut mazhab Hanafi.
Bagi orang menunaikan haji tamattu’ dan qiran wajib menyembelih
hewan hadyu, minimal seekor kambing, dan jika tidak mampu bias diganti
dengan puasa sepuluh hari: tiga hari di antaranya dilakukan pada waktu haji,
(setelah memulainya dengan ihram)  dan yang afdhal pada sepuluh hari
pertama Dzulhijjah, diperbolehkan pula puasanya pada hari tasyriq juga
seperti dalam hadits Al Bukhari: Tidak ada rukhshah berpuasa di hari tasyriq
kecuali bagi orang yang tidak mendapatkan al hadyu. Jika puasa tiga hari
lewat waktunya maka ia wajib mengqadha’nya. Dan tujuh hari lainnya ketika
sudah kembali ke tanah air, tidak disyaratkan berkelanjutan puasa itu  kecuali
pada tiga hari pertama.  Dan tujuh hari berikutnya tidak wajib  berurutan.33

33
http://www.dakwatuna.com/2011/10/28/15772/fiqih-haji-bagian-ke-5-macam-macam-haji-ifrad-qiran-
tamattu%e2%80%99/#ixzz2yTZUnEKC

17
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
 Haji (al-hajju) dalam bahasa Arab berarti al- qashu yaitu menyengaja atau
menuju. Dalam istilah syara’ al-hajj berarti sengaja mengunjungi ka’bah untuk
melakukan ibadah tertentu.
 Haji termasuk ibadah yang telah dikenal pada syariat agama-agama terdahulu,
sebelum Islam. Nabi Ibrahim dan Isma’il membangun Ka’bah sebagai rumah
ibadah unt menyembah Allah semata dan beliau menyeru umat manusia untuk
berhaji ke Baitullah. Orang-orang mematuhi seruannya, datang dari berbagai
penjuru dan mempelajari dasar-dasar agama tawhid.
 Syarat Wajib Haji :
a. Islam.
b. Baligh.
c. Berakal.
d. Merdeka,
e. Mampu
 Adapun Rukun Haji sebagai berikut :
a. Ihram (niat).
b. Wukuf di Arafah.
c. Thawaf Ifadhah.
d. Sa’i.
e. Tahalul.
f. Tertib.
 Wajib Haji :
a. Ihram yakni niat berhaji dari Miqot.
b. Mabit di Muzdalifah.
c. Mabit di Mina.
d. Melontar Jumroh Ula, Wustho dan Aqobah
e. Thawaf Wada’.
 Larangan Dalam Haji :
a. Bersetubuh.
b. Menikah atau menjadi wali nikah.
c. Memakai pakaian jahitan, wewangian.
d. Bagi perempuan menutup muka dan kedua telapak tangan.
 Macam-macam Haji :
d. Ifrad
e. Tamattu’
f. Qiran

A. SARAN
Sekiranya masih banyak kekurangan dari makalah ini penyusun mengharap
kritik dan saran dari para pembaca. Terima kasih.

18
DAFTAR PUSTAKA

http://islamobile.net/?p=99 diakses pada hari kamis, 10 April 2014 pukul 16:20 WIB

http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/thawaf-wada-akhir-haji.html Diakses Hari


Sabtu, 05 April 2014 Pukul 20:16 WIB

http://www.dakwatuna.com/2011/10/28/15772/fiqih-haji-bagian-ke-5-macam-
macam-haji-ifrad-qiran-tamattu%e2%80%99/#ixzz2yTZUnEKC diakses pada hari
kamis, 10 April 2014 pukul 16:40 WIB

Lahmuddin Nasution, 1999, Fiqih Ibadah, Jakarta : Logos Wacana Ilmu

Nursyamsuddin, 2012, Fiqih, Jakarta : Kasubditlembagadiktiss

19

Anda mungkin juga menyukai