Dosen Pengampu:
Hj. Imas Masturoh, S.Ag., M.Pd.I.
Disusun Oleh :
Muhammad Abdul Wafa
Salwa Azhara
FAKULTAS TARBIYAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM CIAMIS
2022.
1
KATA PENGANTAR
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................................
BAB I...............................................................................................................................................
PENDAHULUAN..........................................................................................................................
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................
C. Tujuan Pembahasan..............................................................................................................
BAB II.............................................................................................................................................
PEMBAHASAN TENTANG........................................................................................................
A. Pengertian Haji dan Umrah..................................................................................................
B. Dasar Hukum Haji dan Umrah.............................................................................................
C. Waktu dan Tata Cara Pelaksanaan Haji dan Umrah……………………..…7
BAB III.........................................................................................................................................
PENUTUP....................................................................................................................................
A. Kesimpulan.........................................................................................................................
B. Saran...................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
Ibadah haji merupakan kewajiban bagi setiap kaum muslim yang mampu.
Ibadah haji telah dikenal dalam agama-agama sebelum islam. Tetapi terdapat
perbedaan mendasar. Perbedaan itu tampak dalam menentukan tempat-tempat
untuk dikunjungi, keterlibatan pemuka-pemuka agama dalam upacara spiritual,
dan binatang-binatang kurban untuk disembelih.
Ibadah haji maupun umrah sangat erat kaitannya dengan ka’bah, menurut Ibn
Katsir dalam tafsirannya surah Ali Imran ayat 96 bahwa yang pertamakali
membangun ka’bah ialah Nabi Adam As. Ketika diturunkan ke bumi, Nabi Adam
yang terbiasa beribadah bersama para malaikat dengan mengelilingi Arsy’ Allah
swt sehingga ia merasa sangat sedih. Karena itu Allah menghiburnya dengan
dibolehkan membangun ka’bah (bangunan segi empat). Kemudian Nabi Aam
diperintah untuk thawaf atau mengelilingi bangunan tersebut. Setelah sekian lama
kemudian hancur. Akhirnya bangunan ka’bah ini dibangun kembali oleh Nabi
Ibrahim dan putranya Nabi Ismail. Setelah itu Nabi Ibrahim diperintahkan untuk
menyeru umat manusia melaksanakan haji. Inilah awal mula diperintahkannya
ibadah haji. Dan selanjutnya ibadah ini disempurnakan Allah melalui Nabi
Muhammad Saw. Perintaah disyari’atkannya haji ialah pada tahun 6 Hijriyah.
(Basit dan Ahmad, 2012:2).
B. Rumusan Masalah
Agar dalam penyusunan makalah ini teratur dan terarah secara jelas. Maka
penulis membatasi masalahnya dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai
berikut:
4
1. Apa pengertian haji dan umrah?
2. Apa dasar hukum haji dan umrah?
3. Kapan waktu haji dan umrah serta bagaimana tata cara pelaksanaannya?
C. Tujuan Pembahasan
5
BAB II
PEMBAHASAN
2. Pengertian Umrah
Haji merupakan salah satu rukum islam yang lima. Sudah barang tentu hukum
melaksanakan ibadah haji adalah wajib bagi yang mampu. Pelaksanaan ibadah
haji dan umrah memiliki dasar hukum yang sangat kuat baik dalam al-qur'an
maupun dalam hadist-hadist Nabi Saw. (Basith & Ahmad, 2012:4).
هّٰلِل
ِ س ِحجُّ ْالبَ ْي
ت َم ِن ا ْستَطَا َع ِالَ ْي ِه َس ِب ْياًل ِ … ۗ و ِ َعلَى النَّا َ
6
Artinya: “…Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah
melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu
mengadakan perjalanan ke sana (Baitullah)…”(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 97).
Artinya: "Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah…" (QS. Al-
Baqarah 2: Ayat 196).
Dalam hadist Nabi Saw juga dapat kita jumpai mengenai kewajiban haji,
yaitu:
شهادة ان الاله االهللا وان محمدا رسول هللا واقام الصالة واتاء الزكاة وحج البيت وصوم رمضان: بني االسالم على خمس
Artinya: “ Islam itu didirikan atas lima perkara: Bersaksi bahwa tidak ada tuhan
selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat,
mengeluarkan zakat, melaksanakan ibadah Haji, dan berpuasa dalam bulan
Ramadhan.” (HR. Mutafaq Alaih).
Umat Islam sejak masa Rasulullah SAW hingga 14 abad kemudian secara
ijma’ keseluruhnya, bahwa menunaikan ibadah haji adalah salah satu dari rukun
Islam yang lima, dan merupakan kewajiban setiap mukallaf yang diberikan
keluasan dan kemampuan lahir dan batin oleh Allah SWT untuk mengerjakannya.
Dan para ulama juga telah berijma’ atas pensyariatan ibadah umrah, baik yang
berpendapat hukumnya wajib atau pun sunnah. (Sarwat, 2011:32).
a. Fardhu ‘Ain, bagi setiap orang yang belum pernah berhaji dengan
([memenuhi) syaratnya.
b. Fardhu Kifayah, bagi kaum muslimin secara umum, demi meramaikan
Ka’bah setiap tahun.
7
c. Sunnah, seperti Haji-nya para budak dan anak-anak.
d. Haram, jika berhaji benar-benar mendatangkan bahaya besar bagi
seseorang.
Orang yang hendak menunaikan Haji, wajib berniat semata-mata karena Allah
SWT. Jika tidak, maka tiada pahala sama sekali baginya. Haram bagi orang yang
hendak menunaikan Haji untuk berniat riya’ (pamer) kepada orang lain.
Perbedaan umrah dengan haji adalah pada waktu dan tempat. Umrah dapat
dilaksanakan sewaktu-waktu (setiap hari, setiap bulan, setiap tahun) dan hanya di
Mekkah, sedangkan haji hanya dapat dilaksanakan pada beberapa waktu antara
tanggal 8 Dzulhijah hingga 12 Dzulhijjah serta dilaksanakan sampai ke luar kota
Mekkah. (Wikipedia). Adapun tata cara pelaksanaan haji dan umrah (Purwanto,
2020:3-16) adalah sebagai berikut:
لبيك عمرة
8
b. Thawaf
a) Masuk masjid lewat pintu Babussalam (atau pintu lainnya) dengan berdoa.
َ َوا ْفتَحْ ِلى َأب َْو،اَللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لِى ُذنُوْ بِى
ِ اب َرحْ َم
َت ك
Apabila sudah melihat ka’bah jangan lupa berdoa ketika melihat ka’bah
اللهم انت السالم ومنك السالم فحينا ربنا بالسالم
b) Berjalan mengitari Ka’bah sebanyak 7 x dimulai dari sudut hajar aswad
(ada tanda lampu hijau) dan berakhir pula di situ.
c) Dengan melambaikan tangan ke arah hajar aswad ketika memulai dan
berdoa ketika mengitari ka’bah. Doa yang dibaca
بسم هللا وهللا اكبر
والحول والقوة اال باهلل, وهللا اكبر, والاله االهللا, والحمدهلل, سبحان هللا
Doa tersebut dibaca sampai Rukun Yamani.
d) Ketika sampai Rukun Yamani kalau bisa menyentuhnya, kalau tidak, tidak
apa-apa.
e) Ketika berjalan di antara Rukun Yamani sampai Rukun Hajar Aswad
Berdoa “doa sapu Jagad”
ربنا اتنا فى الدنيا حسنة وفى االخرة حسنة وقنا عذاب النار
f) Kemudian melakukan putaran ke-2 dengan tatacara dan doa yang sama
seperti pada putaran pertama. Begitu selesai kemudian melakukan putaran
ke 3, 4, 5, 6 sampai yang ke-7.
g) Selesai putaran ke-7, kemudian menuju ke belakang Maqom Ibrahim
untuk melakukan shalat shunat. Ketika menuju ke belakang maqom
Ibrahim dengan membaca doa :
صلًّى
َ َواتَّ ِخ ُذوا ِم ْن َمقَ ِام اِ ْب َرا ِه ْي َم ُم
h) Shalat sunah 2 rakaat dilakukan di belakang Maqom Ibrahim. Apabila
tempat tersebut penuh bisa dilakukan agak geser ke kanan-atau kiri
belakang maqom Ibrahim. Jika semuanya penuh maka diperbolehkan di
tempat manapun yang memungkinkan tetapi masih di dalam masjidil
haram.
9
c. Sa’i
a) Menuju bukit Shofa, dalam perjalanan menuju bukit shofa membaca
doa:
ان الصفا والمروة من شعائر هللا ابدأ هللا به
b) Sampai bukit shofa menghadap kiblat berdoa:
3 هللا اكبرx
الاله اال هللا وحده الشريك له
له الملك وله الحمد يحي ويميت وهو على كل شىء قدير
انجز وعبده ونصر عبده وهزم األحزاب وحده,الاله االهللا وحده
c) Lari-lari kecil menuju Marwah
d) Ketika berjalan diantara pilar hijau, lari-lari kecil dipercepat (bagi
pria) sambil berdo’a:
رب اغفروارحم وانت األعز األكرم
e) Sampai bukit Marwah menghadap kiblat dan berdoa (doanya sama
dengan di bukit Shofa)
d. Tahallul
Mencukur rambut minimal 3 helai. Cara bercukur bisa bergantian dengan
yang lainnya. Yang mencukur tidak harus yang sudah pernah umroh.
b. Tanggal 9 Dzulhijjah
a) Dari Mina Menuju ke Arofah setelah matahari terbit.
b) Memasuki waktu Dzuhur mendengarkan Khutbah Wukuf lalu shalat
Dzuhur dan Ashar jamak takdim qoshor berjama’ah. Dalam
pelaksanaannya dikumandangkan adzan 1x, dan iqomah 2x, yaitu
dikumandangkan adzan dan iqomah untuk shalat dzuhur 2 rakaat.
10
Setelah khutbah selesai lalu shalat Dzuhur dan Ashar jamak takdim qoshor
berjama’ah. Dalam pelaksanaannya dikumandangkan adzan 1x, dan iqomah 2x,
yaitu dikumandangkan adzan dan iqomah untuk shalat dhuhur 2 rakaat.
c) Selesai shalat dzuhur lalu iqomah dilanjutkan shalat Ashar 2 rakaat
d) Setelah itu berdoa. Ada waktu berdoa yang sangat panjang sampai
matahari terbenam, manfaatkan sebaik-baiknya karena doanya mustajab.
e) Setelah matahari terbenam, jama’ah haji meninggalkan Arofah menuju
Muzdalifah.
c. Tanggal 10 Dzulhijjah
10 Dzulhijjah - - 7 7
11 Dzulhijjah 7 7 7 21
12 Dzulhijjah 7 7 7 21
13 Dzulhijjah 7 7 7 21
Total kerikil 70
11
c) Mabit (Menginap) di Muzdalifah.
d) Menyegerakan shalat shubuh. Perbanyak dzikir dan doa hingga isfar
(cahaya terang di ufuk Timur sebelum matahari terbit)
e) Dari Muzdalifah menuju ke Mina (sebelum terbit matahari)
f) Melempar jumroh Aqobah (Kubro) sebanyak 7x sambil bertakbir tiap
lemparan.
g) Menyembelih hadyu
h) Mencukur habis atau memedekkan rambut
i) Tahallul dari ihram, melepaskan pakaian ihram dan berganti pakaian biasa
(tahallul kecil/asghar)
d. Tanggal 11 Dzulhijjah
a) Jama’ah haji mabit (menginap) di Mina.
b) Di siang hari setelah matahari tergelincir melakukan lempar jumroh.
Melempar jumroh Ula, Wustho, dan Aqobah secara berurutan masing-
masing 7x lemparan sambil bertakbir tiap lemparan.
c) Berdoa setelah melempar jumrah Ula dan Wustho
d) Tidak ada doa setelah melempar jumroh Aqobah.
e. Tanggal 12 Dzulhijjah
Aktivitas ibadah haji pada tanggal ini sama dengan yang dilakukan pada
tanggal 11 Dzulhijjah. Apabila setelah melempar jumroh, jamaah haji mau
kembali ke Mekkah sudah diperbolehkan. Meninggalkan Mina untuk Kembali ke
Mekkah ini disebut dengan nafar awal. Tetapi apabila waktu Maghrib jamaah haji
masih di Mina, maka wajib lagi mabit lagi di Mina sampai tanggal 13 Dzulhijjah.
f. Tanggal 13 Dzulhijjah
Aktivitas ibadah haji pada tanggal ini sama dengan yang dilakukan pada
tanggal 11 maupun 12 Dzulhijjah. Intinya pada hari Tasriq (11, 12, 13 Dzulhijjah)
yang dilakukan jamaah haji sama yaitu mabit di Mina dan melakukan lempar
jumroh di setiap harinya. Setelah selesai lempar jumroh, jamaah haji pulang ke
12
Makkah kembali menginap di hotel. Ketika berada di tenda jamaah haji bisa
melakukan shalat berjamaah, tilawah, dan pengajian.
BAB III
13
PENUTUP
Kesimpulan
14
Saran
Semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dan
juga dapat menjadi pemenuhan jawaban atas tugas yang diberikan. Namun, saran
dan kritik yang sifatnya membangun dengan tangan terbuka kami terima demi
kesempurnaan dimasa yang akan datang.
15
DAFTAR PUSTAKA
Basith Abdul M, Ahmad Sabarudin, 2012. Fikih Haji Dan Umrah. STAI
Negeri Palangkaraya.
Sarwat Ahmad, 2011. Seri Fiqih Kehidupan (6) Haji dan Umrah. Jakarta:
DU Publishing.
Arifin Johar, Johari, 2019. Tuntunan Manasik Haji Dan Umrah (Menuju
Kesempurnaan Ibadah Sesuai Sunnah Rosulullah Saw). Yogyakarta: Cv
Istana Agency.
Purwanto Joko Nanang, 2020. Manasik Umroh Dan Haji. FPB:UMY.
Rosidin, 2013. Inti Fiqih Haji & Umrah. Malang: Genius Media.
16