Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“ HAJI DAN UMRAH”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ibadah Muamallah dan Akhlak
yang Diampu Oleh Ibu Yeni Yunita., M.Pd

Disusun oleh :
NARIANA (226910084)
SELPAN MURHADI (226910067)
SONI KURNIAWAN (226910064)

Semester/ Kelas :
2/A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2023

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga penulisan makalah yang berjudul “ HAJI DAN UMRAH ” ini
dapat diselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak-pihak
yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini baik secara langsung maupun
tidak langsung.

Penulisan makalah ini dalam rangka untuk memenuhi tugas Kematla’ul


Anwaran dan diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca dapat menambah
wawasan.

Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih kurang sempurna.


Oleh karena itu, segala kritik yang bersifat membangun akan penulis terima
dengan tangan terbuka.

Pekanbaru, 02 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................1

C. Tujuan Penulisan...........................................................................................1

BAB II......................................................................................................................2

A. Pengertian Haji dan Umrah.......................................................................2

B. Dasar Hukum Haji dan Umrah..................................................................2

C. Hikmah dan Keutamaan Haji....................................................................3

D. Rukun, Syarat dan Sunnah Haji................................................................4

E. Tata Cara dan Manasik Haji......................................................................7

F. Yang Membatalkan Haji.........................................................................10

G. Persoalan yang Timbul dalam Haji dan Kesalahannya...........................10

H. Filosofi Haji dan Umrah..........................................................................13

BAB III..................................................................................................................16

A. Kesimpulan...............................................................................................17

B. Saran........................................................................................................17

DAFTAR P USTAKA...........................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Agama Islam bertugas mendidik dzahir manusia, mensucikan jiwa


manusia, dan membebaskan diri manusia dari hawa nafsu. Dengan ibadah
yang tulus ikhlas danaqidah yang murni sesuai kehendak Allah, insya Allah
kita akan menjadi orang yang beruntung. Ibadah haji merupakan ibadah yang
baik karena tidak hanya menahan hawa nafsu dan menggunakan tenaga
dalammengerjakannya, namun juga semangat dan harta.

Dalam mengerjakan haji, kita menempuh jarak yang demikian jauh


untuk mencapai Baitullah, dengan segala kesukaran dan kesulitan dalam
perjalanan. Untuk memperdalam pengetahuan kita, kami sebagai penulis
mencoba memberi penjelasan secara singkat mengenai pengertian haji dan
umrah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan haji dan umrah


2. Apa dasar hukum haji dan umrah
3. Apa hikmah dan keutamaan haji
4. Apa saja rukun,syarat dan sunnah haji
5. Bagaimana tata cara dan manasik haji
6. Apa saja hal yang membatalkan haji
7. Apa persoalan yang timbul dalam haji dan kesalahannya
8. Apa filosofi haji dan umrah

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas dalam
mata kuliah Ibadah Muamalah dan Akhlak, juga agar para pembaca
mengetahui dan memahami seputar haji dan umrah secara lebih luas.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Haji dan Umrah

Asal mula arti haji menurut lughah atau arti bahasa (etimologi) adalah “al-
qashdu” atau “menyengaja”. Sedangkan arti haji dilihat dari segi istilah
(terminology) berarti bersengaja mendatangi Baitullah (ka’bah) untuk melakukan
beberapa amal ibadah dengan tata cara yang tertentu dan dilaksanakan pada waktu
tertentu pula, menurut syarat-syarat yang ditentukan oleh syara’, semata-mata
untuk mencari ridho Allah.
Wajib dalam ibadah haji atau umrah adalah sesuatu yang jika diabaikan
secara keseluruhan, atau tidak memenuhi syaratnya maka haji atau umrah tetap
sah, tetapi orang yang bersangkutan harus melaksanakan sanksi yang telah
ditetapkan. Misalnya, kewajiban melempar jumroh, bila ia diabaikan, maka ia
harus diganti dengan membayar dam (denda).
Sedangkan Umrah menurut bahasa bermakna ‘ziarah’. Sedangkan menurut
syara’ umrah ialah menziarahi ka’bah, melakukan tawaf di sekelilingnya, bersa’i
antara Shafa dan Marwah dan mencukur atau menggunting rambut dengan cara
tertentu dan dapat dilaksanakan setiap waktu.

B. Dasar Hukum Haji dan Umrah

Hukum melaksanakan haji adalah wajib bagi setiap muslim yang


mampu, sesuai dengan firman Allah dalam Surah Ali Imran Ayat 96- 97.

َ ‫اس لَلَّذِي ِب َب َّك َة ُم َب‬


‫) فِي ِه َآ َياتٌ َب ِّي َناتٌ َم َقا ُم ِإ ْب َراهِي َم َو َمنْ َد َخلَ ُه‬96( َ‫ار ًكا َو ُهدًى لِ ْل َعالَمِين‬ ِ ‫ت ُوضِ َع لِل َّن‬ ٍ ‫ِإنَّ َأ َّول َ َب ْي‬
)97( َ‫س ِبياًل َو َمنْ َك َف َر َفِإنَّ هَّللا َ َغن ٌِّي َع ِن ا ْل َعالَمِين‬ َ ‫اع ِإلَ ْي ِه‬َ ‫اس َت َط‬
ْ ‫ت َم ِن‬ ِ ‫َكانَ َآ ِم ًنا َوهَّلِل ِ َعلَى ال َّن‬
ِ ‫اس ِح ُّج ا ْل َب ْي‬

Artinya : “Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat


beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang
diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.Padanya terdapat
tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barang siapa
memasukinya (Baitullahitu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji

2
adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang
sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barang siapa
mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya
(tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”. Qs.3:96-97

Ibadah haji, fardhu adalah sesuatu yang apabila tidak dikerjakan


sesuai ketentuannya, maka ibadah haji tidak sah; seperti tidak melakukan
wukuf di ‘Arafah. Wajib dalam ibadah haji atau umrah adalah sesuatu yang
jika diabaikan secara keseluruhan, atau tidak memenuhi syaratnya maka haji
atau umrah tetap sah, tetapi orang yang bersangkutan harus melaksanakan
sanksi yang telah ditetapkan. Misalnya, kewajiban melempar jumroh, bila ia
diabaikan, maka ia harus diganti dengan membayar dam (denda). Sesuatu
yang sunnah bila dilakukan, atau sesuatu yang makruh, jika ditinggalkan
dapat mendukung kesempurnaan ibadah haji dan umrah. Sedang sesuatu
yang mubah, tidak berdampak apa pun terhadap ibadah. Sedangkan umrah
hukumnya mutahabah artinya baik untuk dilakukan dan tidak diwajibkan
atau disebut tatawwu, yang artinya ialah tidak diwajibkan, tetapi baik
dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan melakukannya lebih
utama dari pada eninggalkannya karena tatawwu mempunyai ganjaran
pahala (Mizan, 2000:157-158)

C. Hikmah dan Keutamaan Haji

Setiap ibadah yang diperintahkan Allah Swt. memiliki hikmah dan


keutamaan-keutamaan yang satu dengan lainnya berbeda-beda sebagai bentuk saling
melengkapi dan menyempurnakan. Adapun yang termasuk keutamaan-keutamaan
ibadah haji diantaranya adalah sebagai berikut.

1) Haji Merupakan Amal Paling Utama.

Ketika Rasulullah saw. ditanya mengenai amal yang paling utama, maka beliau
menjelaskan bahwa amal yang paling utama adalah beriman kepada Allah Swt. dan
Rasul-Nya, berjihad di jalan Allah, dan haji yang mabrur. Adapun haji yang mabrur
maksudnya adalah orang yang sekembalinya dari melaksanakan ibadah haji perilakunya
berubah menjadi lebih baik.

3
2) Haji Merupakan Jihad.

Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan sebuah dialog di dalam sebuah hadis
sebagai berikut. “Ya Rasulullah, bolehkah kami ikut berperang dan berjihad bersama
engkau semua?’ Jawab Rasul, ‘Bagi engkau ada jihad yang lebih baik dan lebih indah,
yaitu haji, haji yang mabrur.’ Ujar A’isyah ra. pula, ‘Setelah mendengar jawaban dari
Rasulullah saw. ini aku tak pernah lagi meninggalkan ibadah haji.” (HR. Bukhari dan
Muslim)

3) Haji Menghapus Dosa.

Diriwayatkan dari Amar bin Ash, “Tatkala Allah Swt. telah menanamkan di hatiku, aku
datang menemui Rasulullah saw. lalu berkata, ‘Ulurkanlah tanganmu agar aku berbaiat
kepadamu.’ Rasulullah pun mengulurkan tangannya, tetapi aku masih mengatupkan
telapak tanganku. Maka beliau bertanya, ‘Bagaimana engkau ini wahai Amar?’ Ujarku,
‘Aku akan mengajukan syarat.’ ‘Apa syaratnya?’ Tanya Rasulullah. ‘Yaitu agar aku
diampuni.’ Ujarku. Maka beliau bersabda, ‘Tidaklah engkau tahu bahwa Islam itu
menghapuskan keadaan sebelumnya, begitu juga hijrah menghapuskan apa yang
sebelumnya, juga haji menghapuskan apa yang sebelumnya.” (HR. Muslim)

4) Pahala Ibadah Haji Adalah Surga.

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim bahwa Rasulullah saw. bersabda,
“Umrah kepada umrah menghapuskan dosa yang terdapat di antara keduanya, sedang haji
yang mabrur tidak ada ganjarannya selain surga.” (HR. Bukhari Muslim)

D. Rukun, Syarat dan Sunnah Haji

Rukun haji adalah kegiatan-kegiatan yang apabila tidak dikerjakan, maka


hajinya dianggap batal. Berbeda dengan wajib Haji, wajib Haji adalah suatu
perbuatan yang perlu dikerjakan, namun wajib Haji ini tidak menentukan sah nya
suatu ibadah haji, apabila wajib haji tidak dikerjakan maka wajib digantinya
dengan dam (denda). Rukun haji ada enam, yaitu:

a. Ihram (Berniat)
Ihram adalah berniat mengerjakan Haji atau Umrah bahkan keduanya
sekaligus, Ihram wajib dimulai miqatnya, baik miqat zamani maupun miqat
makani. Sunnah sebelum memulai ihram diantarnya adalah mandi,

4
menggunakan wewangian pada tubuh dan rambut, mencukur kumis dan
memotong kuku. Untuk pakaian ihram bagi laki-laki dan perempuan berbeda,
untuk laki-laki berupa pakaian yang tidak dijahit dan tidak bertutup kepala,
sedangkan perempuan seperti halnya shalat (tertutup semua kecuali muka dan
telapak tangan).
b. Wukuf (Hadir) di Arafah
Waktu wukuf adalah tanggal 9 dzulhijjah pada waktu dzuhur, setiap seorang
yang Haji wajib baginya untuk berada di padang Arafah pada waktu tersebut.
Wukuf adalah rukun penting dalam Haji, jika wukuf tidak dilaksanakan
dengan alasan apapun, maka Hajinya dinyatakan tidak sah dan harus diulang
pada waktu berikutnya. Pada waktu wukuf disunnah-kan untuk
memperbanyak istighfar, zikir, dan doa untuk kepentingan diri sendiri
maupun orang banyak, dengan mengangkat kedua tangan dan menghadap
kiblat.
c. Tawaf Ifadah
Tawaf ifadah adalah mengelilingi Kakbah sebanyak 7 kali dengan syarat: suci
dari hadas dan najis baik badan maupun pakaian, menutup aurat, kakbah
berada di sebelah kiri orang yang mengelilinginya, memulai tawaf dari arah
hajar aswad (batu hitam) yang terletak di salah satu pojok di luar Kakbah.
Macam-macam tawaf itu sendiri ada lima macam yaitu:
1) Tawaf qudum adalah tawaf yang dilakukan ketika baru sampai di Mekah.
2) Tawaf ifadah adalah tawaf yang menjadi rukun haji.
3) Tawaf sunah adalah tawaf yang dilakukan semata-mata mencari rida
Allah.
4) Tawaf nazar adalah tawaf yang dilakukan untuk memenuhi nazar.
5) Tawaf wada adalah tawaf yang dilakukan sebelum meninggalkan kota
Mekah
d. Sa’i
Sa’i adalah lari-lari kecil atau jalan cepat antara Safa dan Marwa (keterangan
lihat QS.Al Baqarah: 158). Syarat-syarat sa’i adalah sebagai berikut.
1) Dimulai dari bukit Safa dan berakhir di bukit Marwa.
2) Dilakukan sebanyak tujuh kali.

5
3) Melakukan sa’i setelah tawaf qudum.
e. Tahalul
Tahalul adalah mencukur atau menggunting rambut sedikitnya tiga helai.
Tahalul termasuk rukun haji karna tidak dapat diganti dengan penyembelihan.
f. Tertib.
Tertib maksudnya menjalankan rukun haji secara berurutan (Aziz dan
Hawwas, 2001:278-301)

Orang-orang yang wajib menjalankan haji dan Umroh itu hanyalah yang
memenuhi syarat-syarat yaitu:

 Islam (beragama Islam merupakan syarat mutlak bagi orang yang akan
melaksanakan ibadah haji dan umrah)
 Berakal (yaitu wajib bagi orang yang bisa membedakan yang mana
kebaikan dan yang mana keburukan)
 Baligh (bagi laki-laki yaitu sudah pernah bermimpi basah atau umur lebih
15 tahun dan bagi perempuan sudah keluar darah haid.)
 Merdeka (yaitu tidak menjadi budak orang lain).
 Mampu atau kuasa (artinya yaitu mampu dalam perjalanan, mampu harta,
dan mampu badan atau sehat jasmani dan rohani)

Diantara berikut ini adalah sunnah-sunnah yang berhubungan dengan ihram,


thawaf, sa’i, dan wukuf, yaitu:

1. Mandi sebelum ihram


2. Menggunakan kain ihram yang baru
3. Memperbanyak talbiyah
4. Melakukan thawaf qudum (kedatangan)
5. Shalat dua rakaat thawaf
6. Bermalam di Mina
7. Mengambil pola ifrad, yaitu pola mendahulukan Haji daripada Umrah
8. Thawaf wada’ (perpisahan) (Salim, 2007)

6
E. Tata Cara dan Manasik Haji

Manasik haji umumnya dilakukan antara 8-12 minggu sebelum


keberangkatan ke tanah suci yang akan dipandu oleh ustaz, ustazah, dan muthowif
atau pemandu. Pelaksanaannya sendiri bertujuan untuk membantu calon jamaah
haji memahami tata cara dan alur ibadah haji sebelum melakukan ibadah sakral
yang dilaksanakan setiap bulan Dzulhijjah tersebut.

Calon jamaah haji akan mempelajari budaya, bahasa, dan kondisi alam di
Arab Saudi. Maka, calon jamaah haji dianjurkan mengikuti urutan manasik haji
sebagai salah satu perbekalan penting ibadah haji di tanah suci.

Urutan manasik haji dari awal sampai akhir, antara lain:

1. Melakukan ihram
Memakai pakaian serba putih tanpa jahitan bagi laki-laki dan menutup
seluruh aurat kecuali wajah dan telapak tangan bagi perempuan. Sebelum
ihram, calon jamaah haji juga dianjurkan untuk mandi dan berwudhu,
memotong kuku, memotong kumis, dan memotong bulu ketiak dan kemaluan.
Waktu pelaksanaannya dimulai pada bulan Syawal hingga tanggal 9
Dzulhijjah. Urutan manasik haji ini juga diikuti dengan membaca niat ihram
haji.

2. Wukuf di Arafah
Rentang waktu wukuf dimulai pada waktu dzuhur tanggal 9-10 Dzulhijjah.
Calon jamaah haji akan melaksanakan wukuf di siang hari hingga setelah
maghrib atau malam hari menjelang subuh. Di waktu wukuf ini, jamaah haji
dianjurkan memperbanyak doa dan ibadah kepada Allah SWT.

3. Thawaf Ifadah
Urutan manasik haji berikutnya dilanjutkan dengan bertolak menuju area
Ka'bah untuk melaksanakan thawaf ifadah. Jamaah haji perlu membaca niat
terlebih dahulu dan mengelilingi Ka'bah sebanyak tujuh kali sambil membaca
talbiyah. Ketika membaca talbiyah, jamaah laki-laki disarankan bersuara

7
nyaring, sementara perempuan disarankan lirih. Pelaksanaan thawaf ifadah
dimulai pada tengah malam tanggal 10 Dzulhijjah hingga kapan saja. Namun,
lebih utama dilaksanakan pada hari-hari tasyrik.
4. Sa’i
Sa’i dilakukan dengan berlari-lari kecil dari Bukit Shafa ke Bukit Marwah.
Sa’i ini dimulai dengan membaca niat lalu dari Bukit Shafa menuju lampu
hijau pertama dengan berjalan kaki biasa. Dari lampu hijau pertama ke lampu
hijau kedua, calon jamaah haji akan berlari-lari kecil hingga menuju Bukit
Marwah dengan berjalan kaki. Dalam urutan manasik haji, perjalanan Sa’i
sendiri dilakukan sebanyak tujuh kali bolak-balik antara dua bukit itu dan
diakhiri di Bukit Marwah.
5. Mabit di Muzdalifah
Dimulai setelah waktu maghrib hingga terbit fajar pada tanggal 10 Dzulhijjah.
Setelah itu, jamaah haji dapat meninggalkan Muzdalifah ketika masa mabit
sudah lewat tengah malam. Selama pelaksanaan mabit, jamaah haji dapat
mengumpulkan kerikil sebanyak 49 butir atau 70 butir, dan kerikil itulah yang
nantinya digunakan untuk melempar jumroh.
6. Melempar Jumrah Aqabah
Urutan manasik haji berikutnya adalah melempar Jumroh Aqabah sebanyak
tujuh kali. Pelaksanaanya adalah pada tanggal 10 Dzulhijjah. Saat
pelaksanaannya, jamaah haji tidak boleh melempar tujuh kerikil sekaligus,
tetapi melemparnya satu per satu.
7. Mencukur rambut
Setelah melempar jumroh aqabah, Sahabat akan melaksanakan cukur rambut
minimal tiga helai. Jamaah haji juga diperbolehkan jika ingin menggunduli
rambutnya.
8. Melempar tiga jumrah
Urutan manasik haji berikutnya adalah melempar tiga jumroh pada hari
tasyrik, yaitu pada tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Terdapat tiga lokasi,
yaitu Jumroh Ula dekat arah Haratullisan, Jumroh Wusto yang berada di
antara lokasi Jumroh Ula dan Jumroh Aqabah, dan Jumroh Aqabah yang
berada di perbatasan Mina dan Mekkah.

8
Prosesi melempar batu ke tiga lokasi jumroh itu harus berurutan, karena
jamaah haji wajib melakukan dari awal jika tidak mengikuti urutan tersebut.
Sementara bila jamaah sakit, maka lempar jumroh bisa diwakilkan dengan
syarat masih berada pada hari tasyrik.
9. Mabit di Mina
Mabit di Mina adalah urutan manasik haji berikutnya pada malam 11, 12, dan
13 Dzulhijjah. Jika melempar tiga jumroh sudah dilakukan maka boleh untuk
meninggalkan Mina atau Nafar, baik Nafar Awal maupun Nafar Tsani. Nafar
awal adalah menginap selama dua malam di Mina, sementara Nafar Tsani
bermalam selama tiga malam di Mina.
10. Thawaf Wada
Urutan manasik haji berikutnya adalah thawaf wada atau thawaf perpisahan
yang dilaksanakan saat jamaah akan meninggalkan Kota Suci Mekkah.
Jamaah tidak diperkenankan menginap lagi di hotel setelah thawaf wada,
kecuali untuk menunggu bus dan mengambil barang-barang. Jika jamaah
perempuan sakit atau hadi, jamaah tidak wajib melaksanakan thawaf wada
dan tidak dikenai denda.
11. Tahalul
Urutan manasik haji yang terakhir adalah tahalul—bila semua prosesi dari
awal sudah dilaksanakan. Tahalul ini berarti seorang jamaah haji sudah
terbebas dari ihramnya. Tahalul terbagi menjadi tahalul pertama dan kedua.
Tahalul pertama menandakan jamaah haji sudah melaksanakan tiga macam
urutan haji seperti melempar Jumroh Aqabah dan mencukur rambut. Kedua,
saat jamaah haji sudah melaksanakan thawaf ifadah, sa’i, dan mencukur
rambut. Ketiga, jamaah haji sudah melaksanakan thawaf ifadah, sa’i, dan
melempar Jumroh Aqabah.
Sementara tahalul kedua dilakukan ketika jamaah haji sudah melakukan tiga
urutan haji seperti melempar Jumroh Aqabah, cukur rambut, thawaf ifadah,
dan sa’i.

9
F. Yang Membatalkan Haji

Pada dasarnya yang mebatalkan haji itu adalah apabila rukun-rukun


haji yangditetapkan itu ditinggalkan, termasuk semua perbuatan yang dapat
merusak kesahihan rukun-rukun yang dimaksud. Ia diwajibkan bertahalul
dan membayar dam yaitu menyembelih seekor kambing dan wajib
mengulangi hajinya pada tahun berikutnya. Selain meninggalkan rukun, haji
menjadi batal karena suami istri melanggarlarangan bersetubuh. Bagi suami
istri ini diwajibkan membayar kafart sebagai berikut:

1. Menyembelih seekor unta atau sapi.


2. Menyelesaikan haji yang batal itu
3. mengulangi haji pada tahun berikutnya

G. Persoalan yang Timbul dalam Haji dan Kesalahannya

Dalam pelaksanaan ibadah haji, ternyata masih banyak ditemukan kesalahan.


Berikut kesalahan seputar ibadah haji yang sering dilakukan.

1. Kesalahan ketika ihram

Melewati miqot tanpa berihram seperti yang dilakukan oleh sebagian


jamaah haji Indonesia dan baru berihram ketika di Jeddah. Keyakinan bahwa
disebut ihram jika telah mengenakan kain ihram. Padahal sebenarnya ihram
adalah berniat dalam hati untuk masuk melakukan manasik. Wanita yang dalam
keadaan haidh atau nifas meninggalkan ihram karena menganggap ihram itu harus
suci terlebih dahulu. Padahal itu keliru. Yang tepat, wanita haidh atau nifas boleh
berihram dan melakukan manasik haji lainnya selain thawaf. Setelah ia suci
barulah ia berthawaf tanpa harus keluar menuju Tan’im atau miqot untuk memulai
ihram karena tadi sejak awal ia sudah berihram.

2. Kesalahan dalam thawaf

Membaca doa khusus yang berbeda pada setiap putaran thawaf dan
membacanya secara berjamaah dengan dipimpin oleh seorang pemandu. Ini jelas
amalan yang tidak pernah diajarkan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.

10
Melakukan thawaf di dalam Hijr Isma’il. Padahal thawaf harus dilakukan di luar
Ka’bah, sedangkan Hijr Isma’il itu berada dalam Ka’bah. Melakukan roml pada
semua putaran. Padahal roml hanya ada pada tiga putaran pertama dan hanya ada
pada thawaf qudum dan thawaf umrah. Menyakiti orang lain dengan saling
mendorong dan desak-desakan ketika mencium hajar Aswad. Padahal menyium
hajar Aswad itu sunnah (bukan wajib) dan bukan termasuk syarat thawaf.
Mencium setiap pojok atau rukun Ka’bah. Padahal yang diperintahkan untuk
dicium atau disentuh hanyalah hajar Aswad dan rukun Yamani. Berdesak-
desakkan untuk shalat di belakang makam Ibrahim setelah thawaf. Padahal jika
berdesak-desakkan boleh saja melaksanakan shalat di tempat mana saja di
Masjidil Haram. Sebagian wanita berdesak-desakkan dengan laki-laki agar bisa
mencium hajar Aswad. Padahal ini adalah suatu kerusakan dan dapat
menimbulkan fitnah.

3. Kesalahan ketika sa’i

Sebagian orang ada yang meyakini bahwa sa’i tidaklah sempurna


sampai naik ke puncak bukit Shafa atau Marwah. Padahal cukup naik ke bukitnya
saja, sudah dibolehkan. Ada yang melakukan sa’i sebanyak 14 kali putaran.
Padahal jalan dari Shafa ke Marwah disebut satu putaran dan jalan dari Marwah
ke Shafa adalah putaran kedua. Dan sa’i akan berakhir di Marwah. Ketika naik ke
bukit Shafa dan Marwah sambil bertakbir seperti ketika shalat. Padahal yang
disunnahkan adalah berdoa dengan memuji Allah dan bertakbir sambil
menghadap kiblat. Shalat dua raka’at setelah sa’i. Padahal seperti ini tidak
diajarkan dalam Islam. Tetap melanjutkan sa’i ketika shalat ditegakkan. Padahal
seharusnya yang dilakukan adalah melaksanakan shalat jama’ah terlebih dahulu.

4. Kesalahan di Arafah

Sebagian jamaah haji tidak memperhatikan batasan daerah Arafah


sehingga ia pun wukuf di luar Arafah. Sebagian jamaah keluar dari Arafah
sebelum matahari tenggelam. Yang wajib bagi yang wukuf sejak siang hari, ia
diam di daerah Arafah sampai matahari tenggelam, ini wajib. Jika keluar sebelum
matahari tenggelam, maka ada kewajiban menunaikan dam karena tidak

11
melakukan yang wajib. Berdesak-desakkan menaiki bukit di Arafah yang disebut
Jabal Rahmah dan menganggap wukuf di sana lebih afdhol. Padahal tidaklah
demikian. Apalagi mengkhususkan shalat di bukit tersebut, juga tidak ada dalam
ajaran Islam. Menghadap Jabal Rahmah ketika berdo’a. Padahal yang sesuai
sunnah adalah menghadap kiblat. Berusaha mengumpulkan batu atau pasir di
Arafah di tempat-tempat tertentu. Seperti ini adalah amalan bid’ah yang tidak
pernah diajarkan. Berdesak-desakkan dan sambil mendorong ketika keluar dari
Arafah.

5. Kesalahan di Muzdalifah

Mengumpulkan batu untuk melempar jumroh ketika sampai di


Muzdalifah sebelum melaksanakan shalat Maghrib dan Isya’. Dan diyakini hal ini
adalah suatu anjuran. Padahal mengumpulkan batu boleh ketika perjalanan dari
Muzdalifah ke Mina, bahkan boleh mengumpulkan di tempat mana saja di tanah
Haram. Sebagian jama’ah haji keluar dari Muzdalifah sebelum pertengahan
malam. Seperti ini tidak disebut mabit. Padahal yang diberi keringanan keluar dari
Muzdalifah adalah orang-orang yang lemah dan itu hanya dibolehkan keluar
setelah pertengahan malam. Siapa yang keluar dari Muzdalifah sebelum
pertengahan malam tanpa adanya uzur, maka ia telah meninggalkan yang wajib.

6. Kesalahan ketika melempar jumroh

Saling berdesak-desakkan ketika melempar jumroh. Padahal untuk


saat ini lempar jumroh akan semakin mudah karena kita dapat memilih melempar
dari lantai dua atau tiga sehingga tidak perlu berdesak-desakkan. Melempar
jumroh sekaligus dengan tujuh batu. Yang benar adalah melempar jumroh
sebanyak tujuh kali, setiap kali lemparan membaca takbir “Allahu akbar”.

Di pertengahan melempar jumroh, sebagian jama’ah meyakini bahwa


ia melempar setan. Karena meyakini demikian sampai-sampai ada yang melempar
jumroh dengan batu besar bahkan dengan sendal. Padahal maksud melempar
jumroh adalah untuk menegakkan dzikir pada Allah, sama halnya dengan thawaf
dan sa’i. Mewakilkan melempar jumroh pada yang lain karena khawatir dan

12
merasa berat jika mesti berdesak-desakkan. Yang benar, tidak boleh mewakilkan
melempar jumroh kecuali jika dalam keadaan tidak mampu seperti sakit.

Sebagian jama’ah haji dan biasa ditemukan adalah jama’ah haji


Indonesia, ada yang melempar jumrah di tengah malam pada hari-hari tasyrik
bahkan dijamak untuk dua hari sekaligus (hari ke-11 dan hari ke-12). Pada hari
tasyrik, memulai melempar jumroh aqobah, lalu wustho, kemudian ula. Padahal
seharusnya dimulai dari ula, wustho lalu aqobah. Lemparan jumroh tidak
mengarah ke jumroh dan tidak jatuh ke kolam. Seperti ini mesti diulang.

7. Kesalahan di Mina

Melakukan thawaf wada’ dahulu lalu melempar jumrah, kemudian


meninggalkan Makkah. Padahal seharusnya thawaf wada menjadi amalan terkahir
manasik haji. Menyangka bahwa yang dimaksud barangsiapa yang terburu-buru
maka hanya dua hari yang ia ambil untuk melempar jumrah yaitu hari ke-10 dan
ke-11. Padahal itu keliru. Yang benar, yang dimaksud dua hari adalah hari ke-11
dan ke-12. Jadi yang terburu-buru untuk pulang pada hari ke-12 lalu ia ia
melempar tiga jumrah setelah matahari tergelincir dan sebelum matahari
tenggelam, maka tidak ada dosa untuknya.

8. Kesalahan ketika Thawaf Wada’

Setelah melakukan thawaf wada’, ada yang masih berlama-lama di


Mekkah bahkan satu atau dua hari. Padahal thawaf wada’ adalah akhir amalan dan
tidak terlalu lama dari meninggalkan Mekkah kecuali jika ada uzur seperti
diharuskan menunggu teman. Berjalan mundur dari Ka’bah ketika selesai
melaksanakan thawaf wada’ dan diyakini hal ini dianjurkan. Padahal amalan ini
termasuk bid’ah.

H. Filosofi Haji dan Umrah

Allah memberikan perintah dan larangan kepada seluruh hamba-hambanya.


Semuanya, Allah telah design sedemikian rupa dengan sempurna baik maksud
dan tujuannya serta mempertimbangkan maslahat dan mudharatnya. Di setiap

13
syariat terdapat makna penting di dalamnya, filosofi itu perlu untuk diketahui agar
membekas dan membawa dampak kebaikan dalam kehidupan.

Mulai dari ketentuan awal pada ibadah Haji maupun Umroh, Allah sudah
kandungkan filosofi di dalamnya. Ibadah Haji dan Umroh juga menyatukan dua
garis hubungan yaitu Hablumminallah dan Hablumminannas, artinya antara dua
hubungan ini yang harus berjalan selaras dan seimbang. Demikian pula, dengan
berbagai runtunan pelaksanaannya terdapat filosofi-filosofi yang mendalam dan
menyentuh. Sehingga dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada
Allah. Berikut ini, beberapa penjelasannya.

1. Filosofi Ihram
 Pakaian ihram yang berwarna putih menunjukkan bahwa manusia memulai
kehidupan ini dengan putih bersih yang fitrah dan sepatutnya kita berhati-
hati menjaga kebersihan itu dengan menjaga dari perbuatan yang
menimbulkan dosa karena itu yang menyebabkan kotor dan senantiasa kita
bersihkan dengan beristighfar.
 Pakaian ihram ini juga menyamakan ummat Islam dari berbagai
perbedaan, mualai dari suku, negara, ekonomi, status sosial, profesi
menggambarkan karakteristik Islam itu adalah persatuan.
 Miqat adalah kapan dan di mana kita harus memulai dan mengakhiri.
Artinya, ada waktu atau masa dan tempat yang sudah ditentukan, harus
kita taati dan sifatnya mutlak. Maksudnya, dengan dua unsur ini pertemuan
menjadi jelas, persiapan dilakukan lebih maksimal dan pertemuan
dimaksimalkan sebaik mungkin.
 Empat kata Labbayk dalam kalimat talbiyah;
Labbayk pertama, artinya kita datang bersedia memenuhi perintah Allah.
Labbayk kedua, artinya kita datang untuk bersedia menjauhi larangan
Allah. Labbayk ketiga, artinya kita datang untuk bersedia membuktikan
cinta kita kepada Allah. Labbayk keempat, artinya kita datang untuk
bersedia dipanggil Allah kapanpun dan di manapun.
 Sunnah mandi, kita diingatkan bahwa kelak sudah menjadi mayyit
sebelum di kaffani dengan kain putih kita akan dimandikan.

14
 Sunnah sholat 2 rokaat, artinya nanti pun kita akan di sholati.
 Di antar dari miqat ke Mekkah, artinya kita akan pula di antar ke
pemakaman yang menghadap kiblat.

2. Filosofi wukuf

 Wukuf adalah berdiam diri di padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah


dimulai sejak tergelincirnya matahari (setelah jam 12 siang) waktu
dzhuhur hingga waktu maghrib. Berdiam diri disini mengartikan bahwa
kita menghentikan seluruh kesibukan akal untuk bercermin,
mengintrospeksi dan mengenal diri untuk menjadikannya tanda mengenal
Allah.
 Mabit di Musdzalifah, layaknya camp persiapan tentara yang akan perang
besok. Kita mengumpulkan kerikil untuk jumroh, seperti sedang
mengumpulkan peluru untuk perang melawan 3 musuh terbesar dalam
hidup. Pertama, melempar Jumrah Aqabah artinya perang pertama
melawan tentara setan dan iblis. Kedua, melempar Jumroh Ula artinya kita
perang kedua melawan orang yang kita cinta, seperti pasangan hidup, atau
keluarga. Ketiga melempar Jumroh Wustha, artinya kita melawan diri kita
sendiri sebagai musuh terbesar dalam hidup.

3. Filosofi Tawaf

 Tawaf adalah berputar mengitari Ka'bah sebanyak 7 kali, ini seperti


perjalanan menuju Sidratul Muntaha di langit ketujuh tempat Nabi
melakukan Isra Mi'raj. Dan karena akhirat adalah tempat yang suci, maka
ketika batal kita diharuskan bersuci kembali.

4. Filosofi Sai

 Sai artinya berusaha, Shafa artinya kesucian dan ketegaran, dan Marwah
artinya martabat. Untuk mendapatkan martabat, kita membutuhkan usaha
kerja keras yang konsisten, mencari peluang dan bertindak cepat. Di dalam
usaha perlu ketegaran atau kesabaran di setiap proses perjalanannya karena

15
semuanya tidaklah mudah banyak rintangan dan cobaan yang kita hadapi.
Namun, perlu untuk kita jaga kesuciannya dengan hal-hal positif. Jangan
sampai kita menghalalkan berbagai macam cara. Saat di atas kita ingat
Allah, saat di bawah kita juga harus ingat Allah. Dan selalu percaya bahwa
di balik kesulitan ada kemudahan, dan Allahlah tempat bergantung dan
penolong atas semua masalah-masalah kita pada waktu dan caranya sesuai
dengan kehendakNya.

5. Filosofi Tahallul

 Tahallul adalah mencukur rambut paling sedikit tiga helai rambut. Artinya
manusia dituntut untuk “mencukur” aib-aibnya atau kesalahan masa
lalunya, dan mulai membuka lembaran kehidupan baru yang lebih baik
dengan tuntunan Allah.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan diatas dan dari sumber yang lain mengenai haji dan umroh maka
dapat kita simpulkan yaitu :
1.    Haji berarti bersengaja mendatangi Baitullah (ka’bah) untuk melakukan
beberapa amal ibadah dengan tata cara yang tertentu dan dilaksanakan pada
waktu tertentu pula, menurut syarat-syarat yang ditentukan oleh syara’, semata-
mata mencari ridho Allah.
2.   Umrah ialah menziarahi ka’bah, melakukan tawaf di sekelilingnya, bersa’i
antara Shafa dan Marwah dan mencukur atau menggunting rambut.
3.   Ketaatan kepada Allah SWT itulah tujuan utama dalam melakukan ibadah haji.

Disamping itu juga untuk menunjukkan kebesaran Allah SWT.


4.    Dasar Hukum Perintah Haji atau umrah terdapat dalam QS. Ali- Imran 96-97.
6.   Hal-Hal yang Membatalkan Haji adalah Jima’, senggama, bila dilakukan
sebelum melontar jamrah ’aqabah dan meninggalkan salah satu rukun haji.

B. Saran

Demikian isi makalah yang kami buat ini semoga bermanfaat bagi kita
semua, terutama bagi kami, adapun harapan kami para kawan-kawan dapat
memberikan masukan yang bermanfaat baik berupa kritik maupun saran, agar
makalah kami selanjutnya dapat berkembang lagi, dan dapat memberika
banyak manfaat.

17
DAFTAR P USTAKA

Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi ,1998. Pedoman Haji, Semarang :


PT. Pustaka Rizki Putra

Asy-Syekh Muhammad bin Qasim Al-Ghazy, 1991. Fath-Hul Qarib,  Surabaya :


Al-Hidayah.

Shihab, M. Quraish, 2000. Haji, Bandung : Mizan.

Abidin, Slamet, 1998. Fiqih Ibadah, Bandung : CV. Pustaka Setia.

SH, Andy lolo Tonang, H. 1989. Bimbingan ManasikZiarah dan Perjalanan Haji,
Departemen Agama.

Rasjid, H. sulaiman, 2001. Fiqih Islam, Bandung : PT. Sinar Baru Algensindo.

Rasjid, H. Sulaiman, 1954. Fiqih Islam, , jakarta: Attahiriyah

Karman. H, 2001. Materi Pendidikan Agama Islam, bandung : PT Remaja


Rosdakarya

Abu Malik Kamal bin Sayyid Salim, Fiqih Sunah untuk Wanita, (Jakarta: Al-
Ptishom Cahaya Umat, 2007) Departemen Agama Islam, Pendidikan
Agama Islam ,(Jakarta: Departemen Agama, 2001), Cet 9.

Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah,(Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2009)

Saleb Al-Fauzan, Fiqh sehari-hari,(Jakarta: Gema Insani, 2009) Cet 2.

Syaikh Karnil Muhammad Uwaidah, Fikih Wanita, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,


2008)

Zarkasyi, Imam.1995.Pelajaran Fiqih 2. Ponorogo:Trimurti Press

18

Anda mungkin juga menyukai