Disusun Oleh :
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala Rahmat dan
Hidayah-Nya lah makalah ini dapat selesai pada tepat waktunya. Makalah ini penulis buat
untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqih Ibadah . Shalawat serta salam tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang menjadi tauladan bagi kita semua. Dalam
pembahasan ini penulis fokus menelaah tentang “Pengertian sholat jama qashar serta syarat
syarat diperbolehkannya jama qashar” sebagai bantuan para pembaca untuk memudahkan
melihat sumber informasi yang dibutuhkan.
Dalam pembahasan ini penulis tidak secara langsung meneliti materi ini, tetapi
mendapat pengetahuan dari buku, artikel-artikel, dan internet. Maka dari itu, apa yang penulis
sajikan ini dapat diterima atau dipahami oleh pembaca, karena penulis merasa isi dari makalah
ini jauh dari kesempurnaan. Olehnya itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan penyusunan makalah yang akan datang.
Kelompok 8
ii
DAFTAR ISI
Isi
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan hakekatnya, sholat itu menghadapkan diri sendiri dan segala isinya untuk Allah
SWT. Proses yang “semestinya” mampu memberikan rasa takut kepada-Nya dan dapat
membangkitkan kesadaran mendalam pada tiap-tiap jiwa atas kebesaran dan kuasa Allah SWT.
Sebagai seorang muslim, salat merupakan kewajiban yang utama dikerjakan. Di mana pun
ibadah ini tak boleh ditinggalkan karena sebagai sarana pendekatan diri terhadap Allah SWT,
terutama sholat fardhu. Sholat teramat penting bagi umat muslim, karena menjadi tiang agama
yang mana Isinya merupakan ucapan serta perbuatan yang dimulai dari takbiratul ihram, lalu
diakhiri salam dengan rukun juga syarat-syarat tertentu.
Dalam pembagiannya sholat dibedakan menjadi sholat wajib dan sholat sunnah, yang mana
sholat sunnah ini menjadi pelangkap dan media untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Namun meski begitu, Allah SWT selalu memberikan kemudahan bagi hambaNya, dalam
beberapa kondisi tertentu memperbolehkan kaum Muslim untuk menggabungkan (jamak) dan
meringkas (qashar) salat wajib, Istilah ini dipergunakan untuk melaksanakan sholat dalam
perjalanan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian shalat jama’ dan qashar ?
2. Apa saja shalat-shalat yang boleh di jama’ ?
3. Bagaimana syarat-syarat diperbolehkannya mengqashar dan menjama’ sholat ?
4. Apa saja sholat yang bisa di qhasar ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan pengertian shalat jama’ dan qashar
2. Untuk menjelaskan shalat-shalat yang boleh di jama’
3. Untuk memaparkan syarat-syarat diperbolehkannya mengqashar dan menjama’
sholat
4. Untuk menjelaskan sholat yang bisa di qhasar
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian shalat jama’ dan qashar
Dalam perjalanan, biasanya kita akan mendengar istilah jama’ dan qashar, istilah ini
dipergunakan untuk melaksanakan sholat dalam perjalanan. Berikut ini merupakan pengertian
dari jama’ dan qashar, dikutip dari buku Haji dari Masa ke Masa yang diterbitkan oleh
Kementerian Agama.
a. Shalat Jama'
Jama' artinya mengumpulkan, yaitu mengumpulkan dua shalat wajib yang dikerjakan dalam
satu waktu yang sama. Shalat yang dapat di Jama' adalah Dzuhur dengan Ashar dan Magrib
dengan Isya'.
b. Shalat Qashar
Qashar artinya meringkas Shalat 4 rakaat menjadi 2 rakaat (Dzuhur, Ashar dan Isya').
Ketentuan ini hanya boleh dibolehkan dalam waktu Safar.
shalat dhuhur hanya boleh dijama’ dengan shalat ashar. tidak boleh dijama’ dengan
shubuh, maghrib atau isya.
Shalat yang juga boleh dijama’ selain dzhuhur dengan ashar adalah jama antara
shalat maghrib dan isya’.
Selain pembagian di atas, dari segi kapan dikerjakan shalat jama’ ini juga bisa dibagi
berdasarkan kapan shalat jama; ini dikerjakan.
1. Jama’ Taqdim
2
Jama’ taqdim adalah melakukan dua shalat fardhu pada waktu shalat yang pertama.
Bentuknya ada dua. Pertama shalat Zhuhur dilakukan langsung berurutan dengan shalat
Ashar, yang dilakukan pada waktu Zhuhur. Dan kedua, shalat Maghrib dan shalat Isya'
dilakukan secara berurutan pada waktu Maghrib.
2. Jama’ Ta’khir
Sedangkan jama’ ta’khir adalah kebalikan dari jama’ taqdim, yaitu melakukan dua shalat
fardhu pada waktu shalat yang kedua. Bentuknya juga ada dua. Pertama shalat Zhuhur
dilakukan lang sung berurutan dengan shalat Ashar, yang dilakukan pada waktu Ashar.
Dan kedua, shalat Maghrib dan shalat Isya' dilakukan secara berurutan pada waktu isya.
a. Hendaknya perjalanan itu panjang kira-kira ditempuh sejauh dua marhalah atau dua
hari perjalanan.
b. Hendaknya perjalanan itu dibolehkan (mubah) bukan perjalanan yang diharamkan
ataupun dilarang, seperti perjalanan untuk mencuri, merampok dan semacamnya.
c. Melewati pemukiman dari tempat tinggalnya.
d. Hendaknya seorang musafir memulai perjalanannya dari tempat tertentu dan berniat
untuk menempuh jarak qashar tanpa ragu-ragu, karena tidak boleh mengqashar bagi
orang yang bingung, yaitu keluar sendiri tanpa menegtahui kemana tujuannya.
e. Berpegangan dengan pendapatnya. Siapa yang ikut dengan orang lain yang memegang
kendali urusannya, seperti istri kepada suami, tentara kepadakomandannya, pelayan
kepada tuannya dan pelajar kepada gurunya. Masing-masing dari mereka tidak
mengetahui tujuan perjalanannya maka tidak boleh mengqashar shalat.
f. Hendaknya orang yang mengqashar shalat tidak bermakmum kepada orang yang
bermukim atau kepada musafir yang menyempurnakan shalatnya.
g. Hendaknya berniat untuk mengqashar shalat ketika bertakhbiratul ihram.
Para ahli fikih mensyaratkan hal-hal berikut sebagai syarat sah shalat jama :
Para ulama sependapat bahwa menjama’shalat Zuhur dan Ashar secara taqdim pada
waktu zuhur di Arafah begitu pun antara Maghrib dan Isya secara ta’khir di Mudzdalifah
hukumnya sunat, berpedoman kepada apa yang dilakukan oleh Rasulullah saw.
3
b. Menjama Dalam Bepergia Menjama’ dua shalat ketika bepergian
Pada salah satu dari kedua waktu itu, menurut sebagian besar para ahli hukumnya boleh,
tanpa ada perbedaaan, apakah dilakukannya itu sewaktu berhenti, ataukah selagi dalam
perjalanan.
Dalam sunah nya Al Atsram meriwayatkan dari Abu Salamah bin Abdurrahman
mengatakan bahwa termasuk sunnah Nabi saw. Menjama’ shalat Maghrib dengan Isya
apabila hari hujan lebat
Imam Ahmad, Qadhi Husein, Al Khathabi dan Al Mutawalli dari golongan Syafi’i
membolehkan menjama’ baik takdim ataupun ta’khir disebabkab sakit.
Dalam syarah Muslim Nawawi berkata: beberapa imam membolehkan jama’ bagi
orang yang tidak musafir, bila ia ada suatu kepentingan asal saja hal itu tidak dijadikan
kebiasaan. Hal ini dikuatkan oleh lahirnya ucapan Ibnu Abbas bahwa jama’ itu
dimaksudkan agar tidak menyukarkan umat.
Sholat fardhu (wajib) tersebut empat rakaat namun ketika diqasar hanya menjadi dua rakaat.
Sementara untuk sholat maghrib dan shubuh tidak bisa untuk diqasar karena tidak memiliki
jumlah empat rakaat. Hukum sholat qasar adalah sunnah sebagaimana dijelaskan dalam QS.
An-nisa ayat 101 yang berbunyi :
4
“Dan apabila kamu berpergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu mengqasar
sholat(mu) jika kamu takut diserang oleh orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir
itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. An-Nisa : 101)
5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sesungguhnya agama Islam telah memudahkan segala sesuatu bagi para penganutnya,
termasuk mengenai kewajiban Sholat lima waktu bagi Musafir, dengan Sholat Jama’
dan Qashar, sangat mempermudah bagi Musafir untuk menjalankan Sholat meskipun
sedang dalam perjalanan, tanpa khawatir meninggalkan kewajiban Sholat lima waktu.
B. Saran
Demikian penjelasan singkat dari kami mengenai materi Sholat Jama’ dan Qashar,
kami menyadari, masih terdapat kesalahan di dalam presentasi, maupun penulisan
makalah, maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, agar kami
bisa berkembang lebih baik lagi.
Semoga materi yang kami paparkan bisa bermanfaat dan memperluas wawasan bagi
kita semua, Aamiin ya Rabbal ‘Alamin, Wallahu a’lam bi showab.
6
DAFTAR PUSTAKA
Aprinia, A. (2020, Januari 3). Penting! Ini Sholat Fardhu Qasar yang bisa Anda Lakukan.
Umroh.com.
Azizah, K. ( 2020 , Januari 23). Tata Cara Salat Jamak dan Qashar Sesuai Syariat Islam, serta
Syarat Diperbolehkannya. merdeka.com.