Anda di halaman 1dari 16

SHALAT FARDHU DAN SUJUD SAHWI

Tugas ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Fiqih Ibadah
yang diampu oleh Ibu Nur Farida, M.pd.

Kelompok 2
Kamila Al Fath (2023010112)
Arini Aula Aimatun Nisa (2023010122)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH KEGURUAN
UNIVERSITAS SAINS Al QUR’AN (UNSIQ)
JAWA TENGAH DI WONOSOBO
2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat karunia dan
hidayahnya kepada kita semua sehingga akhirnya tugas makalah ini dapat terselesaikan.
Shalawat serta salam senantiasa tercurah pada Nabi Muhammad Saw. beserta para
pengikutnya yang setia menemani hingga akhir zaman.

Tugas makalah yang di beri judul “Sholat Fardhu dan Sujud Sahwi” ialah dimana
tugas ini merupakan syarat dari aspek penilaian mata kuliah Fiqih Ibadah.

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak terlepas dari
kekurangan, terutama disebabkan oleh kurangnya spesifiknya informasi dan sumber
yang penulis dapatkan, untuk itu kami meminta maaf apabila banyak kekurangan dan
kesalahan dalam menulis tugas makalah ini.

Semoga Allah Swt. selalu mencurahkan rahmat dan karunia-Nya serta keridhoan-Nya
kepada kita semua, Aamiin.

Wonosobo, 17 Maret 2024

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ I
DAFTAR ISI ........................................................................................................ II
BAB I PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG ........................................................................................ 1
B.RUMUSAN MASALAH .................................................................................... 2
C.TUJUAN PENULISAN ...................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A.Shalat Fardhu .................................................................................................... 4
B.Sujud Sahwi ....................................................................................................... 5

BAB III PENUTUP


A.KESIMPULAN .................................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 8
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Ibadah merupakan upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Shalat adalah
ibadah pertama yang diwajibkan oleh Allah swt. Perintah shalat diterima langsung oleh
Rasulullah Saw. tanpa melalui perantara. Tidak dapat dipungkiri bahwa adanya
sumbangsih shalat terhadap diri seorang muslim, dari gerakan shalatnya dapat diperoleh
manfaat kesehatan seperti olah raga fisik yang diperlukan untuk kesehatan tubuh.

Shalat fardhu merupakan ibadah yang memiliki kedudukan istimewa. Shalat fardhu
dijadikan tolak ukur atau standar awal dalam menilai keseluruhan amal. Shalat adalah
amalan ibadah utama yang akan dihisab pada hari pembalasan kelak di akhirat. Shalat
akan menunjukkan seberapa kualitas amal ibadah seorang hamba dihadapan
penciptanya. Pentingnya melaksanakan shalat fardhu yakni shalat sebagai tiang
agama. 1Shalat diartikan sebagai tiang agama, siapa yang mendirikannya sesungguhnya
ia telah mendirikan agama, dan siapa yang meninggalkannya sesungguhnya ia telah
merobohkan agamanya.

Allah memberikan keringanan untuk manusia dalam menjalankan shalat. Seperti


mengqasar atau meringkas jumlah rakaat shalat jika seorang melakukan perjalanan yang
panjang dengan maksud yang baik seperti ziarah atau bersilaturahim. Ada juga
kemudahan yang diberikan Allah untuk ummatnya dalam melakukan shalat, yaitu
menjama’ atau mengumpulkan dua shalat yang berbeda dalam satu waktu seperti
dhuhur dengan ashar atau maghrib dengan isya’. Menjama’ shalat diperkenankan Allah
jika umatnya melakukan perjalanan jauh dan juga untuk umatnya yang memiliki
kesibukan yang luar biasa.

Lantas apa hanya musafir yang mendapat keringanan seperti itu? Jawabannya
tidak. Allah memberikan kemudahan dalam shalat fardhu yang dilakukan oleh orang
yang bermukim yaitu keringanan yang diberikan oleh Allah kepada umatnya yang

1
Hasan Ridwan, Fiqih Ibadah, Bandung, Pustaka Setia, 2009, hal 182
melakukan shalat jika dia dalam melakukan shalat melupakan bagian yang sunnah atau
pun yang waib dalam keaadaan tidak sengaja atau lupa. Ketertinggalan akibat lupa
dalam menjalankan shalat tidak diwajibkan Allah untuk mengulangi lagi shalatnya
namun cukup menggantinya dengan sebuah sujud yang dinamakan sujud sahwi. Dalam
pelaksanaan sujud sahwi ada ketentuan – ketentuan tertentu dalam pelaksanaannya yang
mana akan dibahas dalam jurnal ini.

Dengan adanya problematika tersebut, sujud sahwi dapat diartikan dengan sujud
yang dilakukan dalam sholat karena lupa atau karena meninggalkan pekerjaan atau
bacaan tertentu dalam sholat. Pengertian tersebut sesuai dengan hadis Nabi: “Jika salah
seorang dari kalian lupa, maka hendaknya ia bersujud dua kali”. (H.R. Muslim dari Ibnu
Mas’ud) .2

Masih banyak sekali orang diluar sana yang belum paham hakikat sholat,rukun
dan syarat sah sholat,serta pengertian dan tata cara sujud sahwi. Maka dari itu,makalah
ini dibuat dengan harapan bisa membantu.

2
Moch,Tolchah,Pendidikan Islam Dalam Teori dan Praktik (Yogyakarta:LKIS Printing Cemerlang ,2004),hal 272.
A.Rumusan Masalah

1.Apa itu shalat fardhu?

2.Kapan waktu shalat fardhu?

3.Apa saja syarat sah shalat fardhu?

4.Apa saja rukun shalat fardhu?

5.Apa itu sujud sahwi?

6.Bagaimana hukum sujud sahwi?

7.Apa itu sunnah ab´ad dalam shalat?

8. Apa itu sunnah haiat dalam shalat?

9.Bagaimana tata cara melakukan sujud sahwi?

B.Tujuan Penulisan

1. Mengetahui apa itu shalat fardhu?

2.Mengetahui kapan waktu shalat fardhu?

3.Mengetahui apa saja syarat sah shalat fardhu?

4.Mengetahui apa saja rukun shalat fardhu?

5.Mengetahui apa itu sujud sahwi?

6.Mengetahui bagaimana hukum sujud sahwi?

7.Mengetahui apa itu sunnah ab´ad dalam shalat?

8. Mengetahui apa itu sunnah haiat dalam shalat?

9.Mengetahui bagaimana tata cara melakukan sujud sahwi?


BAB II

A. Sholat

1. Pengertian Arti Sholat


Shalat adalah rukun Islam yang kedua. Hal itu menunjukkan bahwa kedudukannya
sangat tinggi dalam islam. Menurut bahasa shalat berarti do´a. Sedangkan menurut
syara` sholat berarti menghadap jiwa dan raga kepada Allah karena takwa hamba
kepada tuhannya ,mengagungkan kebesarannya dengan khusyu dah ikhlas dalam
bentuk perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.
Menurut cara-cara dan syarat-syarat yang telah ditentukan, Sebab dalarn shalat
tersimpul seluruh rukun agama. Shalat adalah amalan ibadah utama yang akan dihisab
pada hari pembalasan kelak di akhirat. Shalat akan menunjukkan seberapa kualitas amal
ibadah seorang hamba dihadapan penciptanya. Shalat adalah ibadah yang paling utarna
untuk membuktikan keislaman seseorang. Islam memandang shalat sebagai tiang
agama dan inti sari islam terletak pada shalat.Shalat diartikan sebagai tiang agama,
siapa yang mendirikannya sesungguhnya ia telah mendirikan agama, dan siapa yang
meninggalkannya sesunguhnya ia telah merobohkan agamanya.

Oleh karena itu amalan shalat ini perlu sekali ditanamkan dalam jiwa anak-anak.
Setiap orang tua harus melatih anaknya untuk mengerjakan shalat dan
memerintahkannya kala mereka berusia 4 tahun. Anak harus diperintah umtuk
mengerjakan shalat dengan keras bila mereka telah mencapai usia 10 tahun.

2.Waktu Shalat Fardhu

a.Waktu shalat dzuhur:

Dimulai dari tergelincirnya matahari dari tengah-tengah langit kearah barat dan
berakhir ketika bayangan suatu benda menyamai ukuran panjangnya dengan benda
tersebut.
b.Waktu salat Ashar:

Dimulai ketika bayangan dari suatu benda melebihi ukuran panjang dari benda
tersebut dan berakhir ketika matahari terbenam.

c.Waktu shalat Magrib:

Berawal ketika matahari terbenam dan berakhir dengan hilangnya sinar merah
yang muncul setelah matahari terbenam.

d.Waktu shalat Isya

Diawali dengan hilangnya sinar merah yang muncul setelah matahari terbenam dan
berakhir dengan terbitnya fajar shadiq. Yang di maksud dengan Fajar shadiq adalah
sinar yang membentang dari arah timur membentuk garis horizontal dari selatan ke
utara.

e Waktu shalat Shubuh:

Di mulai dari timbulnya fajar shadiq dan berakhir dengan terbitnya matahari.

Warna sinar matahari yang muncul setelah matahari terbenam ada tiga, yaitu:

Sinar merah, kuning dan putih. Sinar merah muncul ketika magrib sedangkan sinar
kuning dan putih muncul di waktu Isya.

3.Syarat sah shalat ada delapan, yaitu:

1. Suci dari hadats besar dan kecil.

2. Suci pakaian, badan dan tempat dari najis.

3. Menutup aurat.

4. Menghadap kiblat.

2. Masuk waktu sholat.

3. Mengetahui rukun-rukan sholat.

4. Tidak meyakini bahwa diantara rukun-rukun sholat adalah sunnahnya

5. Menjauhi semua yang membatalkan sholat.


4.Rukun dan Fardhu Shalat

Rukun sholat ada tujuh belas, yaitu:

1. Niat.

2. Takbirotul ihrom (mengucapkan “Allahuakbar).

3. Berdiri bagi yang mampu.

4. Membaca fatihah.

5. Ruku’ (membungkukkan badan).

6. Thuma’ninah (diam sebentar) waktu ruku’.

7. I’tidal (berdiri setelah ruku’).

8. Thuma’ninah (diam sebentar waktu i’tidal).

9. Sujud dua kali.

10. Thuma’ninah (diam sebentar waktu sujud).

11. Duduk diantara dua sujud.

12. Thuma’ninah (diam sebentar ketika duduk).

13. Tasyahud akhir (membaca kalimat-kalimat yang tertentu).

14. Duduk diwaktu tasyahud.

15. Sholawat (kepada nabi).

16. Salam (kepada nabi).

17. Tertib (berurutan sesuai urutannya).


B.Sujud Sahwi
1.Pengertian Sujud Sahwi
Sujud sahwi adalah sujud yang harus dilakukan di akhir shalat yang bertujuan untuk
melengkapi kekurangan dalam sholat atau kelebihan dalam sholat dan juga keragu-
raguan ketika shalat tanpa harus mengulangi sholat. Sujud sahwi hanya diisyaratkan
jika berkaitan dengan lupa sehingga tidak diisyaratkan jika ada unsur kesengajaan.
Namun, semua yang terlupa ketika shalat tidak semuanya tergantikan dengan sujud
sahwi. Hal-hal yang terlupa pada saat shalat ada tiga jenis, yaitu fardhu, sunnah ab’adh,
dan sunnah haihat3. Jika bagian fardhu yang terlupa maka tidak dapat tergantikan
dengan sujud sahwi , tetapi jika ingat segera dilakukan bagian mana yang tertinggal dan
kemudian disunnahkan untuk melakukan sujud sahwi. Jika sunnah (ab’adh) yang
terlupa dan telah melakukan bagian fardhu maka tidak boleh kembali lagi untuk
melakukan sunnahnya dan harus digantikan dengan sujud sahwi saat sebelum salam.
Jika yang tertinggal adalah sunnah haiat maka tidak boleh mengulangi gerakan itu lagi
dan tidak perlu menggantinya dengan sujud sahwi. Nabi Muhammad Saw. Bersabda
yang Artinya :“Bila salah seorang diantara kalian lupa (dalam sholatnya), maka
hendaknya sujud dua kali”. [HR. Muslim]

2.Hukum Sujud Sahwi

Sujud sahwi disyariatkan dengan sesuatu yang berkaitan denga lupa yang
tujuannya untuk menambal atau menutupi yang kurang atau yang lebih. Orang yang
sengaja tidak termasuk udzur sehingga kekurangan dalam shalatnya maka tidak perlu
ditambal dengan sujud sahwi. Hukum sujud sahwi menurut jumhur ulama adalah
sunnah tetapi dengan ketentuan – ketentuan yang berbeda – beda .4

Menurut mazhab Hanafiyyah, ulama Hanafiyyah berkata sujud sahwi hukumnya


wajib. Orang yang meninggalkannya dianggap berdosa, namun shalatnya tidak batal

3
Wahbah Az zuhaili,Fiqih Islam Wa Adillatuhu jilid 2(Jakarta:Gema Insani,2010)241
4
Wahbah ,Fiqih 241-244
karena sujud sahwi dianggap sebagai jaminan atas sesuatu yang terlupakan. Mengenai
niat dalam sujud sahwi ada perbedaan pendapat di kalangan ulama Hanafiyyah sebagian
mengatakan tidak perlu niat sebagian mengatakan wajib niat. Sujud sahwi hanya wajib
atas imam dan orang yang shalat munfarid yang lupa. Sedangkan bagi makmum, jika
lupa dalam shalatnya maka tidak wajib melakukan sujud sahwi. jika yang lupa imam,
baik makmum masbuq maupun makmum mudrik tetap wajib mengikutinya. Jika imam
tidak sujud sahwi maka kewajiban sujud sahwi makmum gugur karena mengikuti imam
hukumnya wajib. Akan tetapi bagi makmum masbuq, tetap harus sujud sahwi sebelum
salam.

Kewajiban melakukan sujud sahwi dilakukan jika waktunya mungkin. Jika ketika
salam dalam shalat subuh bertepatan dengan terbitnya matahari maka kewajiban untuk
sujud sahwi gugur. Jika terjadi kesalahan atau kekurangan dalam shalat jumat dan shalat
id maka tidak perlu melakukan sujud sahwi jika memang dihadiri oleh banyak orang.
Tujuannya agar tidak membingungkan para jama’ah.

Hukum mengenai sujud sahwi menurut Imam Malik dan pengikutnya dibedakan.
Jika sujud sahwi dilakukan karena adanya gerakan shalat yang kurang maka hukum
sujud sahwi adalah wajib karena termasuk syarat sahnya shalat, maka sebaliknya jika
sujud sahwi dilakukan karena ada kelebihan atau penambahan dalam shalat maka
hukumnya sunnah. Sujud sahwi hukumnya sunnah muakkad bagi imam dan orang yang
shalat munfarid. Bagi makmum yang masih ikut imam maka tidak ada sujud sahwi
baginya, baik ada tambahan atau kekurangan pada sunnah muakkad atau sunnah yang
ringan karena itu adalah tanggungan imam. Namun jika seorang makmum lupa rakaat
setelah imam salam maka makmum melakukan sujud sahwi.

Ulama Syafi’iyyah berkata jika sujud sahwi itu hukumnya sunnah bagi imam dan
orang yang shalat munfarid. Bagi makmum tidak ada sujud sahwi karena makmum
merupakan tanggungan imam, seperti qunut dan lain sebagainya. Jika ada makmum
yang berbicara dalam shalat maka tidak termasuk dalam tanggunggan imam karena
pada hakikatnya ia tidak mengikuti imam atau tidak makmum.

Sujud sahwi hanya wajib pada satu hal, yaitu ketika dalam posisi menjadi makmum
dan imamnya melakukan sujud sahwi, meskipun makmuumnya masbuq, maka tetap
harus mengikuti imam. Jika tidak mengikuti sujud sahwinya imam maka shalatnya
batal, dan wajib mengulang shalatnya jika tidak berniat untuk memisahkan diri dari
imam. Kecuali jika makmum tahu bahwa imam salah melakukan sujud sahwi padahal
tidak ada sebab yang menjadikannya sujud sahwi. Jika ada orang yang masbuq
bermakmum kepada orang yang lupa setelah diikuti atau sebelumnya maka menurut
pendapat yang shahih makmum itu harus ikut sujud bersamanya, dan disunnahkan juga
untuk sujud sendiri pada akhir shalatnya.

Jika imam tidak melakukan sujud sahwi maka makmum juga tidak wajib sujud
sahwi hanya disunnahkan. Jika imam shalat Jumat lupa dan para makmum ikut bersujud
bersamanya, lantas mereka ternyata salah maka mereka menyempurnakan shalat
Zhuhur dan sujud dua kali pada akhir shalat karena sujud yang pertama bukanlah sujud
di akhir shalat.

Jika seseorang mengira atau yakin dirinya lupa, lantas melakukan sujud sahwi
namun kemudian ternyata dia ingat maka ia tetap sujud menurut pendapat yang shahih
karena ia menambahkan dua sujud karena lupa dalam sujud sahwi. Intinya menurut
mazhab Syafi’iyyah bahwa lupa dalam sujud sahwi tidak mendatangkan sujud,
sedangkan lupa tidak sujud maka harus sujud sahwi.

Menurut pendapat ulama Hanafilah, sujud sahwi hukumnya bisa wajib, bisa juga
mandub, dan bisa juga mubah. Jika sujud sahwi berhukum wajib Ketika,Segala sesuatu
yang jika disengaja membuat batalnya shalat, baik dalam penambahan atau dalam
pengurangan, seperti meninggalkan rukun fi’li dalam shalat.Meninggalkan hal yang
wajib dalam shalat karena lupa, seperti tidak membaca tasbih dalam ruku’ dan
sujud.Ragu- ragu di tengah – tengah shalat, seperti ragu – ragu dalam rukun atau dalam
jumlah rakaat yang sudah dilakukan,Melagukan bacaan ayat dalam shalat sehingga
mengubah makna baik lupa maupun tidak tahu.

Sujud sahwi dihukumi mandub (sunnah) jika melakukan perbuatan atau


mengucapkan bacaan masyru’ selain salam tetapi tidak pada tempatnya baik karena lupa
maupun sengaja seperti membaca tasyahud pada posisi berdiri dan membaca surah atau
ayat pada dua rakaat terakhir. Jika sujud sahwi dihukumi mubah jika meninggalkan
sunnah – sunnah shalat.
3.Sunnah Ab’ad dalam Shalat

Sunnah Ab ad shalat adalah sunnah yang apabila tidak dikerjakan disunnahkan


menggantinya dengan sujud sahwi. Diantaranya yaitu:

1. Tasyahud awal

2. Duduk tasyahud awal.

3. Shalawat untuk nabi Muhammad SAW ketika tasyahud awal.

4. Shalawat untuk keluarga nabi ketika tasyahud akhir.

5. Do’a qunut.

6. Berdiri untuk do’a qunut.

7. Shalawat dan Salam untuk nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabat ketika do’a
qunut.

4. Sunnah Haiat Shalat

Sunnah haiat shalat adalah sunnah yang apabila tidak dikerjakan tidak disunnahkan
menggantinya dengan sujud sahwi. Daintaranya yaitu:

1.Membaca surta setelah surat al fatikhah

2. Membaca bacaan ruku,itidal,sujud,duduk diantara dua sujud

3.Duduk istirahat Ketika akan berdiri dari sujud

4. Menengok Ketika salam


5.Tata Cara Sujud Sahwi

1. Menurut sejumlah hadits dan disepakati para ulama, sujud sahwi dilakukan sebanyak
dua kali sebelum salam seberapa pun kesalahan dalam sholatnya. Sujud sahwi menurut
sunnah dilakukan di dalam salam.Sebagaimana diriwayatkan dari ‘Abdullah bin
Buhainah yang artinya: “Setelah beliau (Rasulullah SAW) menyempurnakan sholatnya,
beliau sujud dua kali. Ketika itu beliau bertakbir setiap akan sujud dalam posisi duduk.
Beliau lakukan sujud sahwi ini sebelum salam.” (HR. Imam Bukhari dan Imam
Muslim).

2.Didahului dengan Takbir.Sebagian ulama berpendapat, wajib untuk mengucap takbir


sebelum mengerjakan sujud sahwi yang dilakukan sebelum atau setelah memberi salam.

3.Dilakukan seperti sujud biasa.Sujud sahwi dilakukan sesuai dengan adab sujud biasa
artinya sujud dengan tujuh anggota tubuh (kening, kedua telapak tangan, kedua lutut,
dan kedua ujung kaki).Kemudian menjauhkan kedua lengan dari kedua lambung,
menjauhkan perut dari kedua paha, merenggangkan kedua lutut dan saat sujud
membaca:

‫س ْب َحانَ َم ْن ََل يَنَا ُم َو ََل يَ ْس ُهو‬


ُ

Artinya: “Maha Suci Dzat yang tidak mungkin tidur dan lupa.
A.Kesimpulan

1. Shalat adalah rukun Islam yang kedua. Hal itu menunjukkan bahwa kedudukannya
sangat tinggi dalam islam. Menurut bahasa shalat berarti do´a. Sedangkan menurut
syara` sholat berarti menghadap jiwa dan raga kepada Allah karena takwa hamba
kepada tuhannya.

2. Sujud sahwi adalah sujud yang harus dilakukan di akhir shalat yang bertujuan untuk
melengkapi kekurangan dalam sholat atau kelebihan dalam sholat dan juga keragu-
raguan ketika shalat tanpa harus mengulangi sholat.

3. Hukum sujud sahwi menurut jumhur ulama adalah sunnah tetapi dengan ketentuan –
ketentuan yang berbeda – beda .

4. Sunnah Ab´ad shalat adalah sunnah yang apabila tidak dikerjakan disunnahkan
menggantinya dengan sujud sahwi.Sedangkan sunnah haiat shalat adalah sunnah yang
apabila tidak dikerjakan tidak disunnahkan menggantinya dengan sujud sahwi.

5.Tata cara sujud sahwi yaitu: sujud sahwi dilakukan sebanyak dua kali sebelum salam
seberapa pun kesalahan dalam sholatnya, Didahului dengan Takbir, Dilakukan seperti
sujud biasa.Sujud sahwi dilakukan sesuai dengan adab sujud biasa, dan membaca

‫س ْب َحانَ َم ْن ََل يَنَا ُم َو ََل يَ ْس ُهو‬


ُ
Daftar Pustaka

1 Hasan Ridwan, Fiqih Ibadah, Bandung, Pustaka Setia, 2009, hal 182.

2.Aspihan Djarman, Panggilan Allah Kepada Orang-orang Beriman, Kalam Mulia,


Jakarta, 1994, hal 1-3.

3.Moch,Tolchah,Pendidikan Islam Dalam Teori dan Praktik (Yogyakarta:LKIS


Printing Cemerlang ,2004),hal 272

4. Wahbah Az zuhaili,Fiqih Islam Wa Adillatuhu jilid 2(Jakarta:Gema Insani,2010)241

Anda mungkin juga menyukai