Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH

Pendidikan Agama Islam

DISUSUN OLEH :

ROSAN SANJANI (207002516020)

FAKULTAS TEKNIK DAN SAINS

UNIVERSITAS NASIONAL

JAKARTA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul pendidikan agama islam ini
tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Dosen Mata Kuliah Pendidikan Agama, Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang pendidikan agama islam bagi para pembaca dan juga bagi
penulis. Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak , selaku Dosen Di Bidang Mata
Kuliah Pendidikan Agama yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Tangerang Selatan, 3 AGUSTUS 2022

penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………i

KATA PENGANTAR……………………………………………………………….ii

DAFTAR ISI……………………………………………………...............................iii

BAB I

Pendahuluan…………………………………………………………………………..1

Tujuan…………………………………………………………………………………2

BAB II

Pengetian Shalat………………………………………………………………………3

Shalat Menurut Pandangan Islam……………………………………………………..3

Pengertian Puasa……...…..…………………………………………………………...8

Puasa Menurut Pandangan Islam…………………………………………………...…9

Pengertian Kematian………………………………………………………………….13

Kematian Menurut Pandangan Islam…………………………………………………13

Aqidah Menurut Pandangan Islam……………………………………………………19

Fungsi dan Peranan Aqidah Islam dalam Kehidupan ………………………………...20

Macam-macam sumber Aqidah……………………………………………………….23

Hari Akhir terhadap Pandangan Islam………………………………………………...28

Tanda-tanda hari Akhir………………………………………………………………..30

Macam-macam Hari Akhir…………………………………………………………....32

Nama-nama Hari Akhir……………………………………………………………….33

BAB III

Kesimpulan……………………………………………………………………………35

Daftar Pustaka………………………………………………………………………....45

iii
BAB I

Pendahuluan

Ilmu pengetahuan selalu berkembang dan mengalami kemajuan yang sangat pesat,
sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara berpikir manusia. Begitu
banyak perubahan yang menyangkut dalam segi aspek kehidupan dari mulai kepribadian
,tingkah laku ,hingga rasa saling menghargai yang kini semakin jarang di dalam kehidupan
bermasyarakat. Dalam kesempatan kali ini kami mencoba menyusun makalah tentang
implikasi nilai nilai ibadah dalam kehidupan sehari hari.

Implikasi yang berarti dampak atau akibat jadi implikasi nilai nilai ibadah dalam
kehidupan sehari hari bisa di artikan apa dampak yang kita rasakan saat menjalankan ibadah
dalam kehidupan sehari hari

Ibadah bisa diartikan dalam berbagai jenis kegiatan yang wajib dimulai dari ibadah
sholat yaitu kewajiban untuk setiap manusia yang beragama islam dimana sholat adalah tiang
agama lalu di ibadah yang lain mengaji adalah kegiatan yang wajib untuk umat yang
beragama islam dari kecil kita sudah di ajarkan bagaimana cara mengaji

Agar kelak sudah dewasa kita bisa mengamalkan ilmu dari alquran yaitu kitab suci
yang diyakini oleh seluruh umat manusia yang beragama islam lalu berdzikirdimana di
setiap kita berada kita senantiasa mengingat allah agar allah akan mengingat kita juga
bagaimana caranya agar dekat dengan allah yaitu dengan berdzikir , berdzikir membuat kita
merasa aman tentram dan damai karena allah akan melindungi orang orang yang senantiasa
selalu mengingatnya

Di lain kesempatan kegiatan yang baik dan mendapatkan ilmu serta pahala yaitu
beramal dimana di dunia ini kita hidup tidak sendiri ada yang hidup lebih sulit dari hidup kita
, karena pada dasarnya ketika kita meninggal yang dibawa adalah amal dan ibadah bukan
harta atau kedudukan.

sudah sepantasnya harta yang kita peroleh lebih baik kita sumbangkan kepada fakir
miskin ,anak yatim piatu , dan kepada orang yang lebih membutuhkan. bukan hanya beramal
,masih banyak kegiatan ibadah yang setiap hari senantiasa kita jalani sebagai umat manusia

1
yang beragama islam., karena semakin menipis ilmu pengetahuan tentang agama yang kita
dapatkan kami ingin menelusuri tentang implikasi nilai nilai ibadah di dalam kehidupan
sehari hari yang sudah kita rasakan membuat kita semakin membaik atau membuat kita
semakin ragu dengan adanya kegiatan dalampembuatan makalah karya ilmiah kami ingin
menyampaikan begitu banyak permasalahan dan berbagai manfaat yang sudah kita dapatkan
dari apa yang kita pelajari di dalam kehidupan sehari hari saat menjalankan ibadah .Judul
makalah ini sengaja dipilih karna menarik perhatian penulis untuk dicermati dan perlu
mendapat dukungan dari semua pihak yang peduli terhadap dunia pendidikan terutama
dalam pendidikan agama islam

Tujuan

Sebagaimana yang telah di uraikan sebelumnya, berdasarkan latar belakang


dan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1) untuk mengetahui arti dari pendidikan agama islam dan Analisis impilkasi ibadah dalam
kehidupan sehari hari

2) untuk mengetahui apa saja kegiatan ibadah dalam agama islam

3) untuk membahas cara penyelsaian masalah dalam menjalankan ibadah agama islam

2
BAB II

Pengertian shalat

Dalam mendefinisikan tentang arti kata shalat, Imam Rafi’i mendefinisikan bahwa
shalat dari segi bahasa berarti do’a, dan menurut istilah syara’ berarti ucapan dan pekerjaan
yang dimulai dengan takbir, dan diakhiri/ditutup denngan salam, dengan syarat tertentu.
Kemudian shalat diartikan sebagai suatu ibadah yang meliputi ucapan dan peragaan tubuh
yang khusus, dimulai dengan takbir dan di akhiri dengan salam (taslim). Dari pengertian tersebut
dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan shalat adalah suatu pekerjaan yang diniati
ibadah dengan berdasarkan syaratsyarat yang telah ditentukan yang dimulai dengan takbiratul ikhram
dan diakhiri dengan salam.

Shalat menghubungkan seorang hamba kepada penciptanya, dan shalat merupakan


menifestasi penghambaan dan kebutuhan diri kepada Allah SWT.Dari sini maka, shalat dapat
menjadi media permohonan, pertolongan dalam menyingkirkan segala bentuk kesulitan yang
ditemui manusia dalam perjalanan hidupnya.

Shalat Menurut Pandangan Islam

Shalat, bagi kaum muslimin adalah hal yang tidak asing lagi. Shalat merupakan
ibadah yang paling utama. Sebagian kita menyebut shalat dengan kata sembahyang.
Menyamakan shalat dengan sembahyang sama artinya dengan menyatakan bahwa setiap
agama memilikinya, tak terkecuali agama kita. Menyatakan hal yang demikian ini
sesungguhnya tidak terlalu tepat. Ketika kata shalat diganti dengan kata sembahyang maka
hal ini mengandaikan bahwa tiap agama memiliki cara-cara tersendiri dalam bersembahyang,
akan tetapi pada hakikatnya cara tersebutmemiliki maksud dan tujuan yang sama, hanya cara
dan waktu-waktunya saja yang berbeda1.
Shalat merupakan ibadah yang lebih besar keutamaannya daripada ibadah-ibadah lain.
Tentu yang disebut lain adalah ibadah-ibadah individual selain shalat di satu sisi, dan ibadah-
ibadah sosial di sisi lain2.
Shalat dalam sistem keagamaan Islam adalah ibadah formal yang paling banyak
mendapatkan penekanan. Misalnya, dalam rukun Islam.Syahadat hanya diwajibkan sekali dan
langsung jadi. Puasa Ramadhan hanya diwajibkan satu tahun sekali. Zakat dan hajipun juga
3
begitu, hanya diwajibkan satu tahun sekali. Itupun masih ada syarat-syarat dan kualifikasi
yang dijadikan dasar hukum apakah seseorang itu sudah berkewajiban menjalankannya atau
belum.

Tetapi shalat tidak bisa disamakan dengan rukun Islam, puasa maupun zakat. Shalat
diwajibkan setiap hari dan sebanyak lima kali kepada semua orang muslim. Keistimewaan
lain yang melekat pada ibadah

shalat yaitu bahwa shalat tidak ada penggantinya. Kalau puasa asalkan ada alasan-alasan yang
tepat, puasa boleh ditinggalkan dan nanti diganti3.
Shalat memiliki bentuk lahiriyah dan hakikat batiniyah. Shalat tidak akan bernilai
apa-apa disisi Allah Swt., kecuali bila bentuk lahiriyah dan hakikat batiniyahnya dijalankan
secara seimbang. Bentuk lahiriyah shalat berwujud rukun-rukun shalat dan tata cara yang
bersifat lahiriyah. Sedangkan hakikat batiniyahnya adalah dengan menghadirkan Allah Swt.
dalam hati, dilakukan dengan niat yang ikhlas dan tertuju kepada-Nya4.
Begitu besar keutamaan shalat, hingga amal pertama yang akan dilihat pada hari
kiamat adalah shalat. Jika didapati shalatnya sempurna, maka diterima amal-amal yang
lainnya, jika didapati shalatnya kurang, maka tertolak amal-amal yang lainnya5.
Shalat berbeda dengan ibadah-ibadah lainnya, shalat merupakan ibadah yang paling
utama (puncaknya ibadah), karena shalat itu dapat mencegah perbuatan-perbuatan keji dan
mungkar. Sebagaimana firmanAllah dalam surat Al-Ankabut ayat 45.

َ‫ص ٰلوة‬َّ ‫ص ٰلو َۗةَ ا َِّن ال‬َّ ‫ب َواَقِ ِم ال‬ ِ ‫ي اِلَي َْك ِمنَ ْال ِك ٰت‬ َ ‫اُتْ ُل َما ٓ ا ُ ْو ِح‬
‫ّٰللاُ َي ْعلَ ُم َما‬ ِ ‫ع ِن ْالفَ ْحش َۤا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر ََۗولَ ِذ ْك ُر ه‬
‫ّٰللا اَ ْك َب ُر ََۗو ه‬ َ ‫ت َ ْن ٰهى‬
ْ َ‫ت‬
َ‫صنَعُ ْون‬
Artinya: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu al-Kitāb (al-Qurān)
dan dirikanlah shalat. Sesungguhnyashalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji
dan mungkardan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya
dari ibadah-ibadah yang lain), dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”6

Shalat merupakan “saka-gurunya” agama Islam. Seorang yang menegakkan shalat

4
berarti dia telah menegakkan agama Islam dan seorang yang merobohkan shalat atau
meninggalkan shalat berarti dia telah merobohkan agama7.
Allah memerintahkan agar semua shalat dipelihara dalam waktunya masing-masing,
dan memelihara batasannya serta menunaikannya di dalam waktunya masing-masing.
Sebagaimana hadits Nabi Saw berikut:

: ‫ قال رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم‬: ‫عن ا بن مسعود رضي اهلل عنه قال‬

. ‫افضل اال عمال الصالة ىف اول وقتها‬

Artinya: Dari Ibnu Mas’ūd r.a. ia berkata, Rasūlullāh Saw. bersabda, “awal ibadah
yang lebih utama, ialah mengerjakan shalat di awal waktunya”8.

Perintah atau ajaran shalat diberikan Allah Swt. kepada Rasulullah Saw. dalam
peristiwa khusus dan istimewa yakni peristiwa isrā’ mi’rāj. Dengan kata lain, khusus untuk
menerima ajaran shalat, Rasulullah Saw. harus menghadap langsung kepada Allah Swt.,
sedang untuk ajaran-ajaran lainnya cukup dikirimkan lewat Malaikat Jibril. Hal ini jelas sekali
mengisyaratkan “keistimewaan shalat”9.
Adapun shalat yang diwajibkan Allah Swt. kepada kita, umat Nabi Muhammad Saw.
sehari semalam ialah shalat yang lima waktu. Shalat itu diwajibkan Allah Swt. kepada
hambanya sejak Nabi Muhammad Saw. melakukan perjalanan isrā’ mi’rāj, yaitu pada tanggal
27 Rajab, yaitu satu setengah tahun sebelum beliau hijrah dari Mekkah ke Madinah. Pada
malam itulah, beliau menerima perintah wajib shalat untuk beliau dan umatnya. Mula-mula
shalat itu diwajibkan 50 kali sehari semalam, tetapi karena Nabi Saw. selalu meminta
keringanan, akhirnya hanya diwajibkan 5 kali sehari semalam, seperti sekarang ini10.
Pembicaraan tentang shalat dalam Tafsir fī Ẓilāl al-Qur’ān memberikan isyarat bahwa
ketaatan kepada Allah dalam semua urusan adalah ibadah sebagaimana halnya ibadah shalat.
Ini merupakan salah satu isyarat yang halus dari semua isyarat-isyarat yang ada di dalam al-
Qur‟ān. Hal ini sejalan dengan pandangan Islam mengenai tujuan penciptaan manusia
sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Swt., Surat Aż- Żariyat ayat 56.

‫س اِ َّْل ِليَ ْعبُد ُْو ِن‬ ِ ْ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ْال ِج َّن َو‬
َ ‫اْل ْن‬
5
Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusiamelainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.”11

Al-Qur’ān al-Karīm sebagai mu‟jizat terbesar bagi Nabi Muhammad Saw., yang
didalamnya menjelaskan tentang berbagai macam ilmu dan permasalahan-permasalahan dari
mulai nabi-nabi sebelumnyahingga pada masa umat Nabi Muhammad Saw., terdapat satu ayat
yang menjelaskan tentang shalat Wusṭā, yaitu terdapat pada surat al-Baqarah ayat 238.
Penyebutan shalat Wusṭā secara khusus di dalam surat al-Baqarāh ayat 238, di dalam
keumuman perintah menjaga shalat, adalah sebagai bentuk pemuliaan terhadap shalat Wusṭā,
yaitu shalat Ashar.
Shalat Wusṭā jika dilihat dari asal katanya, al- Wusṭā merupakan bentuk dari muannaṡ
dari kata al-Awsaṭ yang artinya pertengahan. Pertengahan dari sesuatu maknanya adalah yang
terpilih atau yang terbaik.Pendapat yang paling kuat dari berbagai ulama‟ mengartikan bahwa
shalatWusṭā disini diartikan sebagai shalat Ashar. Shalat Ashar dikatakan sebagai shalat
pertengahan karena ia berada diantara dua shalat diwaktu

siang yaitu shalat Shubuh dan shalat Dzuhur dan ia juga berada diantara shalat diwaktu malam
yaitu shalat Maghrib dan shalat Isya‟.
Allah Swt. menyebutkan secara khusus diantara semua shalat, yaitu shalat Wusṭā
dengan sebutan yang lebih kuat kedudukannya. Ulama salaf dan khalaf berselisih pendapat
mengenai makna yang dimaksud dari shalatwustha ini.
Salat Wusṭā itu adalah shalat Ashar. Imam Turmudzi dan Imam Baghawi mengatakan
bahwa hal inilah yang dikatakan oleh kebanyakan ulama dari kalangan sahabat dan lain-
lainnya. Al-Qadī al-Mawardī mengatakan bahwa pendapat inilah yang dikatakan oleh jumhur
ulama darikalangan tabiin.
Al-Hafīdz Abu Umar Ibnu Abdul Bar mengatakan bahwa pendapat inilah yang
dikatakan oleh kebanyakan ahli atṡar. Abu Muhammad Ibnu Athiyyah di dalam tafsirnya
mengatakan, hal inilah yang dikatakan oleh mayoritas ulama.
Al-Hafīdz Abu Muhammad Abdul Mu‟min Ibnu Khalaf ad- Dimyati di dalam
kitabnya yang berjudul Kasyfu al-Gita Fī Tabyini aṣ- Ṣalati al- Wusṭā (Menyingkap Tabir
Rahasia Shalat Wusṭā) mengatakan, telah dinaskan bahwa yang di maksud dengan shalat
Wusṭā adalah shalat Ashar12.

6
Dalil yang memperkuat pendapat ini adalah hadits Nabi Saw. pada waktu perang
Ahzab:

‫ قال رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم يوماألحزاب شغلونا عن‬: ‫عن علي رضي اهلل عنه قال‬
‫الصالة الوسطى صالة العصر مأل اهلل بيوهتم‬

. ‫وقبورهم نارا‬

Artinya: Dari Ali ra. Bahwa Rasulullah Saw. bersabda pada waktu perang Ahzab:
“Mereka (kaum musyrikin) telah menyibukkan kita dari shalat Wusṭā, yaitu shalat Ashar.
Mudah- mudahan Allah memenuhi rumah dan kubur mereka dengan apineraka”13.

Asbāb al-wurūd dari hadits ini adalah ketika terjadi perang Ahzab pada hari itu, kaum
musyrik membuat Rasulullah Saw. dan para sahabatnya sibuk sehingga mereka tidak dapat
mengerjakan shalat Ashar pada hari itu14.

Surat al-Baqarah ayat 238 ini merupakan suatu perintah kepada segenap umat Islam,
agar memelihara semua shalat yang lima waktu (Maghrib, Isya‟, Subuh, Dzuhur, dan Ashar)
dan shalat Wusṭā, yaitu shalatyang di tengah-tengah dan yang paling utama. Menurut pendapat
yang paling kuat dari sejumlah riwayat, adalah shalat Ashar. Menurut kebanyakan ahli hadits,
ayat ini menekankan agar semua shalat itu dikerjakan dengan sebaik-baiknya.
Dikhususkannya penyebutan shalat Wusṭā disini boleh jadi karena waktunya adalah setelah
tidur siang dan kadang-kadang luput dari orang yang hendak shalat16.

7
Pengertian Puasa

Puasa, shiyam atau shoum secara etimologi berarti "menahan" dari segala hal, baik untuk
kebaikan atau kejelekan, sementara dalam terminologi Fikih, puasa bermakna "menahan diri
dari segala hal yang membatalkan puasa, mulai terbitnya fajar shidiq sampai terbenamnya
matahari dengan cara yang telah ditentukan".

Semua agama Samawi (Islam, Kristen dan Yahudi) memiliki ajaran puasa kendati
cara pelaksanaannya berbeda-beda. Hal ini tidak mengherankan mengingat betapa agung
hikmah dan pembelajaran yang diperoleh dari puasa. Umat Islam diwajibkan puasa Ramadhan
sejak tanggal 10 Sya’ban tahun kedua Hijriyah, sebelumnya hanya diwajibkan berpuasa
Asyura' yakni setiap tanggal 10 Muharram.

Bagi umat Islam bulan Ramadhan adalah istimewa dan mulia dibandingkan dengan bulan
lainnya. Ramadhan bulan penuh rahmah, berkah dan ampunan. Pada bulan ini Al Qur'an
diturunkan, pahala ibadah dilipat gandakan, Lailatul Qodar diturunkan yaitu malam yang nilai
pahala ibadah pada saat itu lebih baik dari seribu bulan. Begitu besarnya keutamaan Ramadhan
hingga Rasulullah bersabda :

‫اهكل ةنسلا ناضمر نوكي نا تيما تنتمل ناضمر فى ام دابعلا لمعيول‬

"Andaikan hamba-hamba Allah tahu keutamaan yang ada dalam bulan ramadhan, niscaya umatku menginginkan
sepanjang tahun itu menjadi ramadhan saja". (H.R. Tabrani,IbnuHuzaimahdanIbnuAbiddun-ya).

‫هبنذ نم مدقت ام لهرفغ بااستحاو نايما ناضمر ماص نم‬

"Barang siapaberpuasa dibulanramadhandilandasi imandanikhlas,makadosa-dosanya terdahuluakandiampuni oleh


Allah". (H.R. Bukhari dan Muslim)

‫ينطاي شلا تفدصو رانلا باوبا تقلغو ةنلجا باوبا تحتف ناضمر ءاج اذا‬

"ketika hulan Ramadhan Tiba, pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka dikunci sertasyetan-
syetandibelenggu" (H.R. BukharidanMuslim)

8
Puasa menurut Pandangan Islam

Puasa merupakan madrasah moralitas yang besar dan dapat dijadikan sarana latihan untuk
menempa berbagai macam sifat terpuji. Puasa adalah jihad melawan nafsu, menangkal
godaan-godaan dan rayuan-rayuan setan yang terkadang terlintas dalam pikiran. Puasa dapat
membiasakan seseorang bersikap sabar terhadap hal-hal yang diharamkan, penderitaan, dan
kesulitan yang kadangkala muncul di hadapannya. Puasa mendidik orang untuk bersikap jujur
dan merasa diawasi oleh Allah swt. baik dalam kesendirian maupun dalam keramaian, karena
pada saat itu, tidak seorang pun yang mengawasi orang yang berpuasa selain Allah swt.
Dengan berpuasa dapat mengistirahatkan perut dan alat pencernaan, memelihara tubuh,
membersihkan sisa-sisa makanan yang mengendap dan tidak tercerna serta menghilangkan
bau busuk yang disebabkan oleh makanan dan minuman.

Puasa disyariatkan Allah swt. pada dasarnya sebagai media untuk melatih diri agar
manusia memiliki kemampuan mengendalikan diri (mengendalikan hawa nafsu). Melalui
ibadah puasa manusia dilatih untuk mengendalikan hawa nafsu tersebut. Dengan puasa,
manusia akan menyadari hakikat dirinya dan tanpa disadari akan mengembalikannya menjadi
manusia yang autentik (genuine). Manusia yang autentik adalah manusia yang menjunjung
fitrahnya untuk selalu berpegang pada kebenaran serta memperjuangkan kebenaran demi
kemanusiaan.

Menurut hasil penelitian, puasa dapat dijadikan salah satu media alternatif untuk
memberantas kanker. Disebutkan bahwa tidak makan selama beberapa waktu bisa membantu
melawan kanker dan meningkatkan efektivitas pengobatan. Berpuasa memperlambat
pertumbuhan, penyebaran, dan membantu menyembuhkan beberapa jenis kanker ketika
dikombinasikan dengan kemoterapi. Temuan ini diharapkan mampu mendorong
perkembangan pengobatan yang lebih efektif. Saat ini, penelitian lebih anjut sedang dilakukan

Bila puasa ditinjau dan dikaji dari berbagai segi, akan ditemukan banyak manfaat yang
belum disadari atau belum diketahui secara baik. Andaikata setiap orang memahami dan
menyadari akan manfaat yang luar biasa pentingnya bagi kehidupan pribadi, keluarga dan
masyarakat, tentu orang yang selama ini belum tekun puasa Ramadan akan menyesal, karena
telah mengabaikan alat ampuh dalam perjuangan hidup untuk mencapai kehidupan baik yang
diridai Allah swt.5

9
Sebagai umat yang beriman, kehadiran bulan Ramadan disambut dengan perasaan
bahagia penuh suka cita sebagai bulan yang penuh keberkahan, bulan Al-Qur’an, bulan
ampunan, bulan kasih sayang, bulan doa, bulan taubat, bulan kesabaran, dan bulan
pembebasan dari api neraka serta disebut pula dengan bulan pendidikan (syahru al-tarbiyah)
bagi manusia.

Dimaknai sebagai bulan pendidikan sebagaimana ditegaskan di dalam AlQur’an Surat


Al-Baqarah ayat 183,

‫على الذِينَ مِ ْن قَ بل ُك ْم لعَلَّ ُك ْم‬ َ ‫عل ْي ُك ُم ال ِصيا ُم َك َما ُك‬


َ ‫تب‬ َ ‫يا أي هَا الذِينَ آ َمنوا ُك‬
َ ‫تب‬

َ‫تَ ت قُون‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”6

Dari ayat tersebut di atas dapat diketahui bahwa tujuan utama puasa adalah agar
seseorang menjadi bertaqwa. Nilai yang sangat mendasar dari

ibadah puasa adalah meraih taqwa. Taqwa merupakan suatu kesadaran pada diri
seseorang yang senantiasa menghadirkan Allah swt. kapanpun dan

65 Zakiah Daradjat, Departemen Agama Republik Indonesia, Puasa Meningkatkan


Kesehatan MentalAl-Qur‟an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV Ruhama, 1996), 10, (Surabaya:
Mahkota,

1989), 44.

dimanapun berada. Salah satu keistimewaan bulan Ramadhan adalah dibukanya pintu
surga dan ditutupnya pintu neraka. Nabi Muhammad saw. bersabda:

َ ‫لم اذَا دَ َخ َل‬


‫ش ْه ُر‬ َ ‫س‬ َ ُ‫ص َّل هللا‬
َ ‫عل ْي ِو َو‬ َ ‫ِللا‬ ُ ‫ي رة َ ي قُ ْو ُل قا َل ر‬
ِ ‫س ْو ُل‬ ِ ‫ع ْن ا‬
ْ ‫ب ِِ ىُر‬ َ

ِْ ‫ي‬
ُ ِ‫شياط‬ ِ ‫س ْلسِل‬
َّ ‫ت ال‬ ُ ‫نم َو‬ ْ َ‫غلق‬
َ ‫ت ابْ وابُ َج َه‬ ِ ‫س َماءِ َو‬ ْ ‫ضانَ فت َح‬
َّ ‫ت ابْ وابُ ال‬ َ ‫ر َم‬
(‫)رواه البخارى‬

10
Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a., berkata Rasulullah saw. bersabda: “Apabila tiba bulan
Ramadan, dibukakan pintu langit, dikunci pintu neraka dan dibelenggu semua setan.” (H.r.
Bukhari)

Allah swt. menyediakan Ramadan sebagai madrasah bagi kaum beriman untuk
memusatkan dirinya mengisi ulang (recharge) keimanan dan taqwa sebagai sarana
pembangunan karakter yang menjadi pusat kendali arah bagi pembangunan fisik dan sumber
daya manusia muslim. Bulan Ramadhan adalah bulan yang paling mulia di antara bulan-bulan
yang lain. Kemuliaan bulan Ramadan dibandingkan dengan bulan-bulan yang lain
dikarenakan pada bulan ini Allah swt. menurunkan kitab suci yang menjadi petunjuk serta
pedoman bagi seluruh umat manusia, yakni kitab suci Al-Qur’an. Allah swt. berfirman dalam
Surat Al-Baqarah ayat 185,

ِ ُ‫ال ِْدَى َوالف‬


‫رقان‬ ْ َ‫ت مِ ن‬
ٍ ‫للناس َوب ي ِ نا‬
ِ ‫ضانَ الذِي أنز َل فِي ِو القُرآنُ ىُدًى‬
َ ‫ش ْه ُر ر َم‬
َ

Artinya: “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-
penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Ramadan
adalah bulan suci yang dinanti-nantikan oleh umat Islam dan sudah seyogyanya
kedatangannya disambut dengan jiwa serta hati yang tulus ikhlas dan penuh keceriaan.
Ramadan adalah tamu yang agung nan mulia yang akan memasuki setiap rumah dan kediaman
umat Islam. oleh karena itu, tidaklah patut menyambutnya dengan sikap yang biasa-biasa saja.
Hendaknya Ramadan disambut dengan ghirah dan semangat peningkatan iman dan ketaqwaan
kepada Allah swt. Puasa Ramadan dapat mendatangkan pahala serta menghapus dosa yang
telah lampau.

Di samping itu juga, Ramadan merupakan bulan yang dipenuhi keberkahan. Siapapun
yang bisa mengisinya dengan amal ibadah yang sempurna, tentunya limpahan rahmat,
ampunan dari dosa dan nista, dan jaminan aman dari siksa neraka menjadi haknya Bulan
Ramadan merupakan bulan tarbiyah, yang tentunya banyak pelajaran yang dapat diambil dari
bulan ini, namun tidak banyak umat Islam yang tahu tentang nilai-nilai pendidikan di dalam
pelaksanaan ibadah puasa di bulan Ramadan.

11
Dalam buku Puasa Meningkatkan Kesehatan Mental yang ditulis oleh Zakiah Daradjat
terbit tahun 1996, diungkapkan beberapa hikmah dan manfaat puasa bagi kehidupan manusia,
misalnya meningkatkan iman dan takwa kepada Allah swt. meningkatkan kesehatan mental,
mempertinggi budi pekerti, mempererat hubungan keluarga. Di samping itu juga dibahas
tentang cara pelaksanaan puasa serta hal-hal yang membatalkanya.

Dalam buku yang lain berjudul Obati Kankermu dengan Mukjizat Puasa yang ditulis oleh
Imam Musbikin terbit tahun 2013, diungkapkan kedahsyatan puasa untuk memberantas
kanker, meningkatkan kekebalan tubuh dan pengaruhnya bagi Kesehatan

Dalam buku yang berjudul Tiada Bulan Seindah Ramadhan yang ditulis oleh Saiful Hadi
El-Sutha terbit tahun 2014, diungkapkan beberapa nilai pendidikan dalam ibadah puasa
diantaranya mendidik manusia untuk mengendalikan hawa nafsu, puasa mendidik kesabaran,
dengan berpuasa dapat mendidik serta membentuk pribadi yang amanah, puasa mendidik
untuk menjadi pribadi yang takwa, puasa mendidik untuk senantiasa menumbuhkan sikap
persatuan dan persatuan di antara sesama umat Islam Berangkat dari pemaparan di atas,
peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian yang berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan
Islam dalam Ibadah Puasa Ramadan” yang ditinjau dari beberapa aspek, baik aspek jasmani,
aspek rohani serta dari aspek sosial.

12
Pengertian Kematian

Kematian adalah muara akhir dari setiap kehidupan makhluk di dunia. Al-Quran menyebut
kematian sebagai ajal, tawaffa atau istifa’. Istilah ini terdapat pada empat belas tempat dalam
Al-Quran yang kesemuanya mengandung makna yang sama, yaitu kematian.

Menurut Al-Quran kematian merupakan sesuatu yang pasti terjadi dan tidak dapat dihindari.
Ini terjadi pada seluruh makhluk yang bernyawa, yakni makhluk yang memiliki ruh dalam
jasad (fisik). Kematian dalam perspektif Al-Quran merupakan putusnya keterikatan ruh dengan
badan dalam bentuk yang telah diketahui, disertai pergantian keadaan, serta perpindahan dari
satu alam ke alam yang lain.

Perpisahan antara ruh dan jasad ini adalah pintu gerbang untuk memasuki kehidupan yang
baru. Para mufassir seperti Ibnu Katsir, Sayyid Quthb, Buya Hamka, ‘Aidh al-Qarni, dan
Quraish Shihab sependapat bahwa kematian menurut Al-Quran adalah sesuatu yang pasti.
Akan tetapi, tidak ada yang manusia yang dapat mengetahui kapan kematian akan terjadi.

Allah SWT menjelaskan dalam Al-Quran hanya menjelaskan tentang adanya perjanjian
antara manusia dengan rabb-nya serta proses penciptaan manusia, namun tidak menjelaskan
kapan suatu makhluk akan mati. Al-Quran juga menjelaskan tentang adanya sebab-sebab
sesorang akan mengalami kematian, seperti terbunuh, sakit, dan kecelakaan. Kesemuanya
menjadi cara seseorang menuju kematian.

Kematian Menurut Pandangan Islam

Setiap manusia yang lahir ke dunia mengalami dua kali mati dan dua kali hidup. Pada
mulanya manusia diciptakan Tuhan dalam keadaan mati, kemudian Tuhan menghidupkannya,
kemudan mematikan, lalu menghidupkan kembali, kemudian dikembalikan kepada-Nya.
Karena pada mulanya berasaldari Allah maka akan kembali lagi kepada Allah.

Hidup yang pertama yaitu kehidupan dunia merupakan kehidupan sementara yang
dipenuhi dengan kepura-puraan dan permainan belaka Kehidupan ini dibatasi oleh ruang dan
waktu, namun banyak manusia yang terperangkap oleh kemilaunya hiasan duniawi sehingga

13
membuat dia lupa bahwa kehidupan dunia itu akan berakhir. Kehidupan dunia bukanlah
bulatan bola yang tiada ujung dan tiada pangkal. Hidup ini melangkah terus untuk menuju ke
titik terakhir yanitu kematian.

Pada hakekatnya kehidupan dunia diciptakan Allah untuk menguji manusia, siapa
diantara mereka yang lebih baik amalnya. Kehidupan dunia sangat menentukan baik buruknya
kehidupan di akhirat, karena itu Rasulullah Saw mengatakan bahwa kehidupan dunia
merupakan majra‟ah (ladang) bagi kehidupan diakhirat. Artinya bila ladang itu ditanami
dengan berbagai tanaman yang bermanfaat dan dipeliharanya dengan baik, maka kelak
tanaman itu akan dapat dipanen dengan hasil yang memuaskan. Demikian halnya dengan
kehidupan dunia, apabila dalam kehidupan dunia ini kita gemar melakukan amal saleh, maka
sudah barang tentu kita akan memetik hasilnya di akhirat berupa kebahagiaan dan keindahan
hidup abadi setelah mati. Untuk menuju kehidupan akhirat setiap manusia akan mengalami
suatu peristiwa yang dikesankan amat mengerikan yaitu kematian.

Setiap orang yang berakal mengakui dan menyadari bahwa kematian adalah suatu
keharusan bagi setiap yang bernyawa (Q.s, Ali Imran/3:185),karena kematian merupakan
sunatullah yang bersifat alamiah, dan apabila ajal telah tiba tidak ada seseorangpun yang dapat
menangguhkan atau mempercepatwalaupun hanya sekejap mata.

Pembicaraan tentang kematian pada umumnya bukanlah sesuatu yang menyenangkan,


dan hampir setiap orang merasa takut akan kematian, karena naluri manusia ingin hidup
selamanya sekalipun dililit oleh berbagai problematika kehidupannya.

Banyak faktor yang membuat seseorang enggan mati. Ada orang yang enggan mati
karena ia tidak mengetahui apa yang akan dihadapinya setelah kematian; mungkin juga
karena menduga bahwa yang dimiliki sekarang lebih baik dari yang akan didapati nanti. Atau
mungkin juga karenamembayangkan betapa sulit dan pedih pengalaman mati dan sesudah
mati, bisa juga karena khawatir memikirkan dan prihatin terhadap keluarga yang ditinggalkan,
atau karena tidak mengetahui makna hidup dan mati. Faktor yangpaling dominan manusia
enggan menghadapi kematian adalah karena ketidak tahuan makna hidup dan mati. Banyak
orang membayangkan betapa sulit dan pedihnya pengalaman mati dan hidup sesudah mati.

14
Kematian dapat dipahami sebagai ketiadaan hidup di dunia karena berpisahnya ruh dari
jasad, bukan musnahnya kehidup manusia secara abadi. Islam mengajarkan bahwa setelah
terjadinya kematian akan ada kehidupan kembali di alam lain yaitu alam akhirat. Di sini
kematian dapat dipahami sebagai awal dari kehidupan baru. Kematian bukanlah suatu akhir
dari segala persoalan hidup, melainkan sebagai awal dari persoalan hidup yang sesungguhnya.

Kehidupan sesudah mati merupakan awal dari suatu perjalanan panjang dalam evolusi
manusia, di mana manusia akan memperoleh kehidupan dengan segala macam kenikmatan
atau berbagai ragam siksa dan kenistaan secara abadi. Kematian dalam ajaran Islam
mempunyai peran yang sangat besar dalam memantapkan aqidah dan menumbuhkembangkan
semangat pengabdian kepadaAllah Swt. Tanpa adanya kematian, manusia tidak akan pernah
berpikir tentang apa yang akan terjadi sesudah mati dan tidak akan mempersiapkan diri untuk
menghadapinya. Rasulullah Saw senantiasa menganjurkan manusia untuk senantiasa berpikir
tentang kematian .

Di dalam al-Quran terdapat penjelasan bahwa kematian bukanlah ketiadaan hidup


secara mutlak, tetapi ia adalah ketiadaan hidup di dunia, dalam arti bahwa manusia yang
meninggal pada hakikatnya masih tetap hidup di alam lain. Sebagaimana firman Allah ketika
menginformasikan tentang keadaan orang yang mati syahid:

Janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang


meninggal di jalan Allah bahwa mereka telah mati, sebenarnya
mereka hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya" (Q.s Al-
Baqarah/2:154).

Ayat tersebut mengandung arti bahwa kematian itu hanya merupakan perpisahan ruh
dengan jasad. Jasad akan hancur kembali menjadi tanah, sedangkan ruh akan mengalami
kehidupan baru di alam akhirat. Keadaan ruh di alam akhirat sangat tergantung pada
bagaimana kehidupannya di dunia. Apakah dia orang-orang beriman dan beramal saleh atau
sebaliknya. Ruh orang beriman akan mendapatkan tempat yang baik berupa nikmat kubur dan
sorga tempat keindahan dan kebahagiaan hidup yang abadi. Sedangkan ruh orang yang kafir
akan mendapatkan balasan berupa siksa kubur dan neraka tempat kenistaan yang abadi.

15
Kematian bagi orang-orang beriman dan beramal saleh, kematian bukanlah sesuatu hal
yang menakutkan dan mengerikan, karena betapapun kita takut akan mati, kematian itu pasti
akan menjemputnya. Bagi orang beriman dan beramal saleh lebih suka menjemput kematian
daripada dijemput kematian. Artinya mereka betul-betul mempersiapkan diri dalam
menghadpi kematian. Memang kematian itu tidak perlu ditakuti, yang harus kita takuti adalah
kematiansuul khatimah yaitu kematian disaat sedang tidak ingat kepada Allah atau sedang
berbuat dosa, karena hal itu bisa menyebabkan kesengsaraan yang abadi dalam kehidupan
akhirat kelak. Pesoalannya bagaimana kita berupaya agar kematian itu sebagai akhir dari
segala kejelekan sehingga alam kubur sebagai tempat peristirahatan yang terbaik dan alam
akhirat merupakan tempat kembali yang menyenangkan karena kebahagiaan dan keindahan
abadi.

A. Cara Menuju Kematian

Ada tiga tipe manusia dalam memadang kematian, yaitu ada yang memandang kematian
itu sesuatu yang menyenangkan dan indah, ada yang memandang kematian itu sesuatu yang
mengerikan, dan ada pula yang memandang kematian itu sesuatu yang biasa-biasa saja seperti
tidak ada beban dan tidak ada harapan apa-apa. Dari ketiga tipe di atas menggambarkan bahwa
ada tiga kelompok manusia dalam menuju kematian yaitu,

Pertama; dengan cara syahadah yakni mati syahid. Orang yang menuju kematian dengan
cara ini, memandang kematian itu indah karena dia yakin bahwa iman dan amal salehnya akan
segera membawa dirinya bertemu dengan kebahagiaan yang telah dijanjikan Allah berupa
rahmat kubur dan sorga. Mereka menijemput kematian, bukan kematian menjemput dirinya.

Kedua; dengan cara alamiah. Cara ini merupakan kematian yang lazim dialami manusia
pada umumnya, baik melalui penyakit yang mematikan, musibah kecelakaan atau karena
dimakan usia melalui proses penuaan secara alamiah. Dalam kasus seperti ini, kematian
menjemput mereka, siap atau tidak siap kematian memaksa dia untuk segera menghadapinya.

Ketiga; dengan cara konyol seperti mati bunuh diri. Orang yang menuju kematian sia-sia
seperti ini nampaknya mereka menduga bahwa bunuh dirimerupakan cara efektif mengatasi

16
berbagai persoalan yang dihadapi dalam hidupnya. Keputusan yang diambil oleh orang yang
bunuh diri, bukanlah keputusan yang tepat, karena keputusan itu bukan atas dasar
pertimbangan akal sehat, tetapi atas pertimbangan nafsu syaitan. Mereka seolah-olah
menijemput kematian, namun motivnya berbeda dengan orang yang mati syahid, karena orang
yang bunuh diri sesungguhnya mereka ingin lari dari tanggung jawab. Mereka menduga
bahwa kematian seperti itu akan melepaskan dirinya dari tanggung jawab dalam
menyelesaikan segala persoalan hidupnya, padahal justru kematian dengan cara itu sama
dengan menyiksa diri untuk selamanya karena dia akan berada dalam siksa yang abadi, baik
sewaktu di alam kubur maupun di alam akhirat. Orang yang mati dengan cara ini percerminan
dari pribadi yang tidak bertanggung jawab pada dirinya. Dalam syariat Islam mayat orang
yang bunuh diri tidak boleh dirawat sebagaimana layaknya merawat seorang jenazah,
kuburkan saja dia bagaikan binatang agar bau busuknya tidak mengganggu penciuman orang
yang hidup, karena dia telah menghilangkan dengan sengaja nilai-nilai kemanusiaannya.

Proses kematian sebagaimana dijelaskan di atas, semuanya akan mengalami yang disebut
"sakarat al-maut" yakni semacam hilangnya kesadaran yang diikuti oleh lepasnya ruh dari
jasad. Kondisi sakarat al-maut berbeda-beda pada setiap orang. Bila diperhatiakan orang yang
sedang menghadapi sakarat al-maut kondisi fisiknya berbeda-beda, ada yang sampai
bercucuran keringat sambil mata terbelalak, ada yang biasa-biasa saja seperti orang yang
sedang tidur pulas, bahkan ada orang yang melepaskan napas terakhirnya sambil tersenyum,
sebagaimana firman Allah :

Demi malaikat-malaikat yang mencabut nyawa dengan keras,


dan demi malaikat-malaikat yang mencabut nyawa dengan lemah
lembut. (Q.s. Al- Naziat/79:1)

Ayat di atas memberikan isyarat kematian yang menyakitkan bagi orang- orang yang
kafir dan berdosa, dan kematian orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Berdasarkan
hasil pengamatan di lapangan, kondisi sakarat al- maut seperti di atas merupakan pencerminan
dari perbuatan seseorang semasa hidupnya. Dalam sebuah hadits Nabi saw dijelaskan bahwa:

17
Seorang mukmin, saat menjelang kematiannya akan didatangi oleh malaikat sambil
menyampaikan dan memperlihatkan kepadanya apa yang bakal dialaminya setelah
kematian. Ketika itu tidak ada yang lebih disenanginya kecuali bertemu dengan Tuhan.
Berbeda halnya dengan orang kafir yang juga diperlihatkannya kepadanya apa yang
bakal dihadapinya, dan ketika itu tidak ada sesuatu yang lebih dibencinya daripada
bertemu dengan Tuhan". (H.R.Ahmad).

18
Aqidah Menurut Pandangan Islam

Pengertian

Secara bahasa (etimologi), aqidah diambil dari kata al-aqdu yang berarti asy-syaddu (
pengikatan ), ar-babtu (ikatan ), al-itsaaqu ( mengikat ), ats-tsubut ( penetapan ), al-ihkam (
penguatan ) . Aqidah juga bermakna ilmu yang mengajarkan manusia mengenai kepercayaan
yang pasti, wajib dimiliki oleh setiap orang di dunia.

Al-Qur’an mengajarkan aqidah tauhid kepada kita yaitu menanamkan keyakinan


terhadap Allah SWT yang satu, yang tidak pernah tidur dan tidak beranak pinak. Percaya
kepada Allah SWT adalah salah satu butir rukun iman yang pertama. Orang yang tidak
percaya terhadap rukun iman disebut sebagai orang orang kafir.

Secara istilah ( terminologi ) yang umum, aqidah adalah iman yang teguh dan pasti
yang tidak ada keraguan sedikitpun bagi orang yang meyakininya3 . Ada definisi lain yaitu,
aqidah adalah perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tentram karenanya,
sehingga menjad suatu kenyataan yang teguh dan kokoh yang tidak tercampuri oleh keraguan
dan kebimbangan. Dengan kata lain, keimanan yang pasti tidak terkandung suatu keraguan
apapun pada orang yang meyakininya dan harus sesuai dengan kenyataanya

Ruang Lingkup Aqidah Islam

Islam adalah suatu agama yang mengajarkan kebenaran-kebenaran dan tata nilai yang
universal dan kekal. Aqidah, syari’ah dan akhlak mempunyai kedudukan yang sangat penting
dalam Islam, dikarenakan ruang lingkup Islam tidak lepas dari tiga komponen tersebut. Tiga
hal ini saling berketerkaitan dan saling mendukung antar satu sama lain yaitu:

1. Illahiyyat (Ketuhanan), yang membahas hal-hal terkait Tuhan dari sisi sifat-sifat-
Nya,naama-nama-Nya, dan af’al Tuhan, seperti wujud Allah, nama Allah,’af’al Allah.
Sebagaimana Allah berfirman;

ࣖ ‫س ِميًّا‬ َ ‫ص‬
َ ٗ‫طبِ ْر ِل ِعبَادَتِ ٖۗه ه َْل ت َ ْعلَ ُم لَه‬ ِ ‫ت َو ْاْلَ ْر‬
ْ ‫ض َو َما بَ ْينَ ُه َما فَا ْعبُ ْدهُ َوا‬ ِ ‫َربُّ السَّمٰ ٰو‬

19
(Dialah) Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan segala yang ada di
antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguhhatilah dalam beribadah
kepada-Nya. Apakah engkau mengetahui ada sesuatu yang sama dengan-Nya?
(QS.Maryam:65)

2. Nubuwwat (Kenabian), yang memuat segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi dan
Rasul terkait sifat-sifat, tugas, dan keputusan. Semua itu dihubungkan dengan
mukjizat,dan kitab-kitab.

3. Ruhaniyyat (Kerohanian, yang pembahasan tentang segala yang berhubungan denga alam
bukan materi (metafisika) seperti jin, malaikat, setan, dan ruh.
4. Sam’iyyat (masalah-masalah yang hanya bisa didengar dari syara’). Pembahasan yang
berhubungan dengan kehidupan alam barzakh, kehidupan di alam akhirat, keadaan alam
kubur, tanda-tanda hari kiamat, kebangkitan dari kubur, dan lainnya.

Fungsi dan Peranan Aqidah Islam dalam Kehidupan

Penerapan aqidah merupakan asas dasar Dienul Islam. Rasul pertama kali menyerukan
kaumnya untuk membenahi aqidah manusia. Sebab aqidah sebagai pondasi bagi seluruh amal
ibadah dan perbuatan yang dilakukan. Tanpa pembenahan aqidah amal menjadi tidak berguna.
Amal perbuatan yang dilakukan tanpa didasarkan pada aqidah yang benar, maka amal tersebut
tidak diterima Allah swt atau tertolak. Sebagimana dalam firman-Nya;

‫اصفٍٖۗ َْل‬
ِ ‫ع‬َ ‫الر ْي ُح فِ ْي يَ ْو ٍم‬
ِ ‫َّت ِب ِه‬ ْ ‫َمث َ ُل الَّ ِذيْنَ َكفَ ُر ْوا ِب َر ِب ِه ْم ا َ ْع َمالُ ُه ْم َك َر َما ِد ِا ْشتَد‬
ُ‫ل ْالبَ ِع ْيد‬ُ ‫ش ْيءٍ ٰٖۗذ ِل َك ُه َو الض َّٰل‬ َ ‫ع ٰلى‬ َ ‫سب ُْوا‬ َ ‫يَ ْقد ُِر ْونَ ِم َّما َك‬

Perumpamaan orang yang ingkar kepada Tuhannya, perbuatan mereka seperti


abu yang ditiup oleh angin keras pada suatu hari yang berangin kencang.
Mereka tidak kuasa (mendatangkan manfaat) sama sekali dari apa yang telah
mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.
(QS.Ibrahim: 18)

20
Aqidah Islam dapat dikatakan sebagai filterisasi. Membekali diri dengan pemahaman
aqidah dan mengaplikasikan aqidah yang benar maka akan terhindar dari segala
penyimpangan. Semua penyimpangan akan terbinasa diri manusia dan orang sekitanya.
Kehidupannya tidak akan berjalan lurus sebelum mereka kembali kepada Allah, percaya serta
beriman kepadanya dalam kehidupan sehari-hari.28

Aqidah merupakan dasar, pondasi untuk mendirikan bangunan. Semakin tinggi


bangunan yang akan didirikan, maka harus semakin kokoh pula pondasinya. Semua bangunan
pasti ada pondasi. Semakin kuat pondasi maka akan semakin kuat pula bangunannya
begitupun sebaliknya.

Seseorang yang mempunyai aqidah yang kuat, pasti akan melaksanakan ibadah dengan
tertib, memiliki akhlak yang mulia dan bermu’amalat dengan baik. Ibadah seseorang tidak
akan diterima oleh Allah SWT kalau tidak dilandasi dengan aqidah. Seseorang tidaklah
dikatakan berakhlak mulia bila tidak memiliki aqidah yang benar. Begitu seterusnya bolak-
balik dan bersilang.

Seseorang bisa saja merekayasa untuk terhindar dari kewajiban formal, seperti zakat,
tapi dia tidak akan bisa menghindar dari aqidah. seseorang bisa saja berpura-pura
melaksanakan ajaran formal islam, namun Allah tidak akan memberi nilai kalau tidak
dilandasi dengan aqidah yang benar (iman). Itulah sebabnya kenapa Rasulullah SAW selama
13 tahun periode Mekah memusatkan dakwahnya untuk membangun aqidah yng benar dan
kokoh. Hal ini berakibat pada bangunan islam dengan mudah bisa berdiri di periode. Madinah
dan akan bertahan terus sampai akhir kiamat.

Aqidah memiliki peranan yang besar dalam membangun agama islam, sehingga ia
menjadi dasar aqidah islam. Oleh karena itu, jika dasar atau aqidah kuat, maka bangunan
keislaman tidak akan goyah oleh serangan apapun. Adapun fungsi aqidah dapat dirincikan
dalam beberapa pokok berikut;

1. Aqidah sebagai kompas kehidupan, dengan aqidah dapat memberikan pedoman dan arah
yang benar bagi manusia. Sehingga ia dapat berpegang teguh pada aqidah dan takkan
terombang-ambing dalam kehidupan.
2. Memperkuat keyakinan dan mempertebal kepercayaan atas kebenaran ajaran islam sehingga
tidak ada keragu-raguan dalam hati.

21
3. Menuntun dan mengembangkan dasar ketuhanan yang ada sejak lahir. bahwasannya
manusia memiliki potensi atau fitrah keagamaan.
4. Memberikan ketenangan atau ketentraman jiwa. Keyakinan yang kuat kepada Allah Swt.
akan senantiasa mendorong umatnya memiliki ketenangan dan ketentraman jiwa. Disinilah
kemudian akan muncul rasa optimis dalam menjalani kehidupan. Aqidah akan memberikan
jawaban yang pasti sehingga kebutuhan rohaninya dapat terpenuhi. Ia akan menerima
ketengangan dan ketentraman jiwa yang diperlukan.
5. Memberikan pedoman hidup yang pasti. Keyakinan seseorang terhadap Allah akan
memberikan arahan dan pedoman yang pasti dalam hidupnya sebab aqidah menunjukkan
kebenaran dan keyakinan yang sesungguhnya sehingga seseorang dapat menjalani hidupnya
dengan terarah dan bermakna.
6. Menjaga diri dari kemusyrikan. Keyakinan yang benar kepada Allah akan menjaga
seseorang dari berbuat syirik (menyekutukan Allah).

Adapun peran aqidah dalam diri manusia, pertama, keyakinan manusia terhadap
eksisitensi pencipta, ilmu-nya, kekuasaan-Nya dan bertemu dengan-Nya. Setelah meninggal
akan ada pembalasan Allah kepada manusia dengan usaha yang bersifat ikhtiar. Kedua,
keyakinan manusia terhadap kewajiban taat terhadap perintah dan larangan Allah Swt.
sebagaimana di dalam kitab yang disampaikan kepada Rasul melalui malaikat-Nya sehingga
diri manusia menjadi suci, inderanya menjadi bersih, sempurna akhlaknya dan interaksi sosial
kepada kehidupan bermasyarakatnya menjadi sempurna. Ketiga, keyakinan manusia terhadap
kayanya Allah dan kebutuhan manusia kepada-Nya, baik dalam perilaku ataupun pada nafas
yang setiap hembuskan. Hanya kepada Allah manusia bertawakal dan bertaguh.

Adanya aqidah yang tertanam dalam hati, bagaimanapun keadaanya ia tidak akan
menghambakan dirinya kepada sesama makhluk. Karena makhluk ciptaan Allah hanyalah
hambaa Allah semata. Ia pun akan melaksanakan ibadah secara baik dan tertib, memiliki
akhlak yang mulia dan bermualmalah dengan baik. Sebab aqidah bagaikan pelita hidup,
tempat berpijak dan tali berpegang. Jadi aqidah Islam ialah penuntun kehidupan kea rah yang
lebih baik.

22
Macam-macam sumber Aqidah

1. Al-Qur’an sebagai sumber Aqidah

Firman Allah SWT yang diwahyukan kepada Rasulullah melalui perantara malaikat Jibril.
Di dalamnya Allah telah menjelaskan segala sesuatu yang telah dibutuhkan oleh hamba-Nya
sebagai bekal kehidupan di dunia dan di akhirat. Ia merupakan petunjuk bagi orang-orang
yang diberi petunjuk, pedoman hidup bagi orang-orang yang beriman, dan obat bagi jiwa-
jiwa yang terluka.

sebagaimana Firman Allah dalam QS.Al-An’am:115

‫ع ْد ً َْۗل َْل ُمبَ ِد َل ِل َك ِلمٰ ِته َۚو ُه َو‬


َ ‫ص ْدقًا َّو‬ ْ ‫َوت َ َّم‬
ِ ‫ت َك ِل َمتُ َر ِب َك‬
‫س ِم ْي ُع ْالعَ ِل ْي ُم‬
َّ ‫ال‬
“dan telah sempurna firman Tuhanmu (Al-Qur’an) dengan benar dan adil.
Tidak ada yang dapat mengubah Firman-Nya. Dan Dia Maha Mendengar dan
Maha Mengetahui”.
Al-Imam Asy-Syatibi mengatakan Bahwa sesungguhnya Allah telah menurunkan
syariat ini kepada Rasul-Nya yang didalamnya terdapat penjelasan atas segala sesuatu yang
dibutuhkan manusia tentang kewajiban dan peribadatan yang dipikulkan diatas pundaknya,
termasuk didalamnya perkara aqidah. Allah menurunkan Al-Qur’an sebagai sumber hukum
aqidah karena Allah mengetahui kebutuhan manusia sebagai seorang hamba yang diciptakan
untuk beribadah kepada-Nya. Bahkan jika dicermati akan ditemui banyak ayat dalam Al-
Qur’an yang dijelaskan tentang aqidah, baik secara tersurat maupun secara tersirat. Oleh
karena itu, menjadi hal yang wajib jika kita mengetahui dan memahami aqidah yang
bersumber dari Al-Qur’an. Kitab mulia ini merupakan penjelasan langsung dari Rabb
manusia, yang hak dan tidak pernah sirna ditelan masa.

2. As-Sunnah sumber kedua Aqidah

Seperti halnya Al-Qur’an, As-Sunnah adalah satu jenis wahyu yang datang dari Allah
SWT walaupun Lafadznya bukan dari Allah tapi maknanya datang darinya. Hal ini diketahui
dalam firman Allah QS. An-Najm: 3-4.

23
‫ع ِن ۡال َه ٰوى‬
َ ‫َو َما يَ ۡن ِط ُق‬
‫اِ ۡن ُه َو اِ َّْل َو ۡحى ي ُّۡو ٰحى‬
“dan tidaklah yang diucapkan-Nya itu (Al-Qur’an) menurut keinginan-Nya. Tidak lain
(Al-Qur’an itu) adalah wahyu yang diwahyukan kepadanya.”

Rasulullah saw bersabda,

”tulislah demi dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, tidak keluar dari-Nya kecuali
kebenaran sambil menunjuk lidahnya” (HR. Abu dawud).
Yang menjadi persoalan adalah banyaknya hadits lemah yang beredar ditengah umat
dianggap “mutiara” yang bukan berasal dari
Rasulullah SAW dinisbahakan kepada beliau. Hal ini tidak lepas dari usaha
penyimpangan yang dilakukan oleh musuh-musuh Allah untuk mendapatkan keuntungan
yang sedikit. Akan tetapi, maha suci Allah yang telah menjaga kemurnian As-Sunnah hingga
akhir zaman melalui para ulama ahli ilmu.

3. Ijma’ Para Ulama

Sumber aqidah yang berasal dari kesepakatan para mujtahid Umat Muhammad saw setelah
beliau wafat, tentang urusan pada suatu masa. Mereka bukanlah orang yang sekedar tahu
tentang ilmu tetap juga memahami dan mengamalkan ilmu. Berkaitan dengan ijma’, Allah
swt berfirman dalam QS.An-Nisa:115.

‫س ْو َل ِم ْن َب ْع ِد َما ت َ َبيَّنَ لَهُ ْال ُه ٰدى َو َيت َّ ِب ْع‬


ُ ‫الر‬
َّ ‫ق‬ ِ ‫َو َم ْن يُّشَا ِق‬
ْ ُ‫س ِب ْي ِل ْال ُمؤْ ِمنِيْنَ نُ َو ِله َما تَ َولهى َون‬
‫ص ِله َج َهنَّ َۗ َم‬ َ ‫غي َْر‬ َ
‫صي ًْرا‬ ْ ‫س ۤا َء‬
ِ ‫ت َم‬ َ ‫ࣖ َو‬

24
“dan barang siapa menentang Rasul (Muhammad) setelah jelas kebenaran baginya, dan
mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami biarkan dia dalam kesesatan
yang telah dilakukannya itu dan akan masukkan ia kedalam Neraka Jahannam, dan itu
seburuk-buruk tempat kembali.”

Imam Syafi’I menyebutkan bahwa ayat ini merupakan dalil pembolehan disunnatkannya
Ijma’, yaitu diambil dari kalimat
“Jalannya orang-orang yang beriman” yang berarti Ijma’. Beliau juga menambahkan
bahwa dalil ini adalah dalil Syar’I yang wajib untuk diikuti karena Allah menyebutkannya
secara bersamaan dengan larangan menyelisihi Rasul.
Di dalam pengambilan Ijma’ terdapat juga beberapa kaidahkaidah penting yang tidak
boleh ditinggalkan. Ijma’ dalam masalah akidah harus bersandarkan kepada dalil dari Al-
Qur’an dan As-
Sunnah yang shahih karena perkara aqidah adalah perkara tauqifiyah yang tidak diketahui
kecuali dengan jalan wahyu. Sedangkan fungsi Ijma’ adalah menguatkan Al-Qur’an dan As-
Sunnah serta menolak kemungkinan terjadinya kesalahan dalam dalil yang dzani sehingga
menjadi qotha’i.

4. Akal Sehat Manusia

Selain ketiga sumber diatas, akal juga menjadi sumber hukum aqidah dalam Islam. Hal ini
merupakan bukti bahwa Islam sangat memuliakan akal serta memberikan haknya
sesuai dengan kedudukannya, dengan cara memberikan batasan dan petunjuk kepada
akal agar tidak terjebak kedalam pemahamanpemahaman yang tidak benar. Hal ini sesuai
dengan sifat akal yang memiliki keterbatasan dalam memahami suatu ilmu atau peristiwa.

Apa yang akan Anda lakukan jika seseorang yang Anda percaya berkata kepada Anda
bahwa ada korsleting listrik di rumah Anda yang dapat menyebabkan kebakaran? Apa yang
akan Anda lakukan jika seseorang berkata kepada Anda bahwa di kantor tempat Anda
bekerja ada bahan peledak? Walaupun kemungkinan benarnya berita itu kecil sekali, tentu
Anda akan langsung mencari dan memeriksa rumah Anda sampai Anda yakin bahaya
tersebut tidak ada.

25
Begitu juga jika seseorang mengatakan kepada Anda bahwa mati bukan akhir dari
segalanya, bahwa Pencipta alam ini telah menetapkan aturan-aturan yang mengakibatkan
kesengsaraan abadi (neraka) bagi orang yang tidak menaatinya. Anda, seperti manusia lain,
dengan fitrah Anda akan memperhatikan hal-hal ini walaupun Anda sebenarnya berpikir
bahwa kemungkinan benarnya kata-kata tersebut kecil sekali. Sebab, apa yang dikatakan
orang tersebut sangat penting dan bernilai.

Itulah yang mendorong manusia untuk terus mencari dan mengetahui hakikat mengenai
hal tersebut sampai dia mendapatkan hasil yang meyakinkan, terlepas dari positif atau
negatifnya hasil yang dia dapatkan.

Agama Islam tidak membenarkan pengagungan terhadap akal dan tidak pula
membenarkan pelecehan terhadap kemampuan akal manusia, seperti yang biasa dilakukan
oleh beberapa golongan (firqoh) yang menyimpang. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
mengatakan :

“akal merupakan syarat untuk memahami ilmu dan kesempurnaan beramal dengan
keduanyalah ilmu dan dan amal menjadi sempurna, hanya saja ia tidak dapat berdiri
sendiri. Di dalam jiwa ia berfungsi sebagai sumber kekuatan, sama seperti kekuatan
penglihatan pada mata yang jika mendapatkannya cahaya Iman dan Al-Qur’an seperti
mendapat cahaya matahari dan api.
Tetapi jika berdiri sendiri, ia tidak akan mampu melihat (hakikat) sesuatu dan jika sama
sekali dihilangkan ia akan menjadi sesuatu yang berunsur kebinatangan”.
Eksistensi akal memiliki keterbatasan pada apa yang bisa dicerna tentang perkara-perkara
nyata yang memungkinkan panca indra untuk menangkapanya. Adapun masalah-masalah
gaib yang tidak dapat disentuh oleh panca indra maka tertutup jalan bagi akal untuk sampai
pada hakikatnya. Sesuatu yang abstrak/gaib, seperti akidah tidak dapat diketahui oleh akal
kecuali mendapatkan cahaya dan petunjuk wahyu baik dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang
shahih. Al-Qur’an dan As-Sunnah menjelaskan bagaimana cara memahami dan melakukan
masalah tersebut. Salah satu contohnya adalah akal mungkin tidak bisa menerima surga dan
neraka karena tidak bisa diketahui melalui indera. Akan tetapi melalui penjelasan yang
berasal dari Al-Qur’an dan As-Sunnah maka akan dapat diketahui bahwasanya setiap
manusia harus meyakininya. Mengenai hal ini

Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa apa yang tidak terdapat dalam AlQur’an, As-Sunnah,
dan ijma’ yang menyelisih akal sehat karena sesuatu yang bertentangan dengan akal sehat

26
adalah batil. Sedangkan tidak ada kebatilan dalam Al-Qur’an, Sunnah, dan ijma’. Tetapi
padanya terdapat kata-kata yang mungkin sebagian orang tidak memahaminya atau mereka
memahaminya dengan makna yang batil.

5. Fitrah Kehidupan

Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda :

“setiap anak yang lahir dalam keadaan fitrah, maka kedua orangtuanyalah yang
membuat ia menjadi yahudi, nasrani, atau majusi.”( H. R. Muslim )

Dari hadits dapat diketahui bahwa sebenarnya manusia memiliki kecenderungan


untuk menghamba kepada Allah. Akan tetapi bukan berarti bahwa bayi yang lahir telah
mengetahui rincian agama islam. Setiap bayi yang lahir tidak mengetahui apaapa. Tetapi
setiap mamiliki fitrah untuk sejalan dengan Islam sebelum dinodai oleh penyimpangan-
penyimpangan. Bukti mengenai hal ini adalah fitrah manusia untuk mengakui bahwa
mustahil ada dua pencipta alam yang memiliki sifat dan kemampuan yang sama. Bahkan
ketika ditimpa musibah pun banyak manusia yang menyeruh kepada Allah seperti dijelaskan
dalam firmannya: Q. S Al- Israa’:67

‫ِْل اِيَّا ۚهُ فَلَ َّما نَ هجى ُك ْم اِلَى ْال َب ِر‬


ٓ َّ ‫ع ْونَ ا‬ َ ‫س ُك ُم الض ُُّّر ِفى ْال َب ْح ِر‬
ُ ‫ض َّل َم ْن تَ ْد‬ َّ ‫َواِذَا َم‬
‫ان َكفُ ْو ًرا‬
ُ ‫س‬ ِ ْ َ‫ضت ُ َۗ ْم َو َكان‬
َ ‫اْل ْن‬ ْ ‫اَع َْر‬
“dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilang semua yang biasa kamu
seru, kecuali Dia. Tapi ketika Dia menyelamatkan kamu kedaratan, kamu berpaling dari-
Nya. Dan manusia memang selalu ingkar (tidak bersyukur).”

27
Hari Akhir terhadap Pandangan Islam

Pengertian

Hari akhir juga bisa dipahami sebagai hari berakhirnya kehidupan di dunia fana ini
dan memasuki awal kehidupan baru yang abadi di akhirat. Dengan demikian, mengimani
hari akhir berarti membenarkan dengan sepenuh hati bahwa setelah kehidupan di dunia
ini akan ada kehidupan lagi yang merupakan kehidupan yang sebenarnya dan bersifat
abadi.

Pada kehidupan abadi itulah manusia akan mendapatkan kepastian hidupnya, apakah
hidupnya akan berhasil dan berbahagia atau sebaliknya hidupnya akan celaka dan
sengsara. Beriman kepada hari akhir juga harus diikuti dengan beriman kepada kehidupan
akhirat dan semua peristiwa yang terjadi di dalamnya. Di antara peristiwa penting yang
terjadi pada hari akhirat adalah kebangkitan manusia dari alam kubur, dikumpulkannya
manusia di Padang Mahsyar, perhitungan dan penimbangan, serta pembalasan amal
manusia, dan adanya jalan yang dilalui manusia (shirath) untuk menuju ke arah surga atau
neraka.

Pada saat itu, seluruh makhluk, seperti manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan,


gunung-gunung, laut, langit, semuanya menjadi kacau balau dan hancur. Manusia
berterbangan seperti laron hingga gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-
hamburkan.

(13) ‫ور نَ ْفخَة َواحِ دَة‬


ِ ‫ص‬ُّ ‫فَإِذَا نُ ِف َخ فِي ال‬
(14) ً‫ض َو ْال ِجبَا ُل فَدُ َّكتَا دَ َّكةً َواحِ دَة‬
ُ ‫ت ْاْل َ ْر‬
ِ َ‫َوحُمِ ل‬
(15) ُ‫ت ْال َواقِ َعة‬
ِ ‫فَ َي ْو َمئِذ َوقَ َع‬

Artinya: "Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup, dan diangkatlah bumi dan gunung-
gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur. Maka pada hari itu terjadilah hari
kiamat."( QS. Al Haqqah ayat 13-15)

28
Penjelasan juga bisa dibaca di QS Al Qari'ah 1-5,

(1) ُ‫عة‬ ِ َ‫ْالق‬


َ ‫ار‬
(2) ُ‫عة‬ ِ َ‫ۚ َما ْالق‬
َ ‫ار‬
(3) ُ‫عة‬ ِ َ‫ََۗو َما ٓ اَد ْٰرىكَ َما ْالق‬
َ ‫ار‬
(4) ‫ث‬ِ ‫اش ْال َم ْبثُو‬
ِ ‫اس ك َْالف ََر‬
ُ َّ‫يَ ْو َم يَ ُكو ُن الن‬
ِ ُ‫َوتَ ُكو ُن ْال ِج َبا ُل ك َْال ِع ْه ِن ْال َم ْنف‬
(5) ‫وش‬

Artinya: "Hari kiamat, apakah hari kiamat itu? Dan tahukah kamu apakah hari kiamat itu?
Pada hari itu manusia seperti laron yang beterbangan, dan gunung-gunung seperti bulu
yang dihambur-hamburkan." (QS. Al Qari'ah: 1-5).

a. Dalil Tentang Hari Akhir

berapa surah di Al-qur'an yang membahas tentang hari akhir atau hari kiamat, di
antaranya seperti disebutkan berikut ini.
Allah SWT berfirman:

‫ث َم ۡن فِى ۡالقُب ُۡو ِر‬


ُ ‫ّٰللا َي ۡـب َع‬ َ ‫عةَ ٰا ِت َية َّْل َر ۡي‬
َ ‫ب ف ِۡي َها َوا َ َّن ه‬ َ ‫َّوا َ َّن السَّا‬
"Dan sungguh, (hari) Kiamat itu pasti datang, tidak ada keraguan padanya; dan
sungguh, Allah akan membangkitkan siapa pun yang di dalam kubur." (QS. Al-
Hajj: 7)

Dan ada juga di dalam surah ini

‫وتَ ُك ۡو ُن ۡال ِجبَا ُل ك َۡالعِهۡ ِن‬,


َ ‫ث‬ِ ‫اش ۡال َم ۡبث ُ ۡو‬
ِ ‫اس ك َۡالف ََر‬
ُ َّ‫يَ ۡو َم يَ ُك ۡو ُن الن‬, ُ‫عة‬ ِ َ‫و َم ۤا ا َ ۡد ٰرىكَ َما ۡالق‬,
َ ‫ار‬ َ ُ ‫عة‬ ِ َ‫ َما ۡالق‬, ُ‫عة‬
َ ‫ار‬ َ ‫ار‬ِ َ‫ا َ ۡلق‬
‫ۡال َم ۡنفُ ۡو ِش‬

"Hari Kiamat, apakah hari Kiamat itu? Dan tahukah kamu apakah hari Kiamat itu?
Pada hari itu manusia seperti laron yang beterbangan, dan gunung-gunung seperti
bulu yang dihambur-hamburkan". (QS. Al-Qari'ah: 1-5)

Serta disebutkan dalam ayat berikut

29
َ‫ّٰللاُ َو ُكل اَت َۡوهُ ٰدخِ ِر ۡين‬ َ ‫ض ا َِّْل َم ۡن‬
‫شا ٓ َء ه‬ َ ۡ ‫ت َو َم ۡن فِى‬
ِ ‫اْل ۡر‬ ِ ‫ع َم ۡن ف ِۡى السَّمٰ ٰو‬ ُّ ‫َو َي ۡو َم ي ُۡنفَ ُخ ف ِۡى ال‬
َ ‫ص ۡو ِر فَف َِز‬

"Dan (ingatlah) pada hari (ketika) sangkakala ditiup, maka terkejutlah apa yang ada
di langit dan apa yang ada di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Dan
semua mereka datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri". (QS. An-Naml:
87)

Tanda-tanda hari Akhir

Selain pengertian hari akhir menurut agama Islam adalah, Al Quran juga menjelaskan
proses haru akhir dalam Al-Anbiya ayat 104. Allah SWT akan menggulung gunung
layaknya sebuah lembaran kertas pada hari itu tiba.

َ ‫ب ۚ َك َما بَدَأْنَا أ َ َّو َل خ َْلق نُعِيدُهُ ۚ َو ْعدًا‬


َ‫علَ ْينَا ۚ إِنَّا ُكنَّا فَا ِعلِين‬ ِ ُ ‫طي ِ الس ِِج ِل ل ِْل ُكت‬
َ ‫س َما َء َك‬ ْ ‫يَ ْو َم ن‬
َّ ‫َط ِوي ال‬

Artinya: (Ingatlah) pada hari langit Kami gulung seperti menggulung lembaran-lembaran
kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan
mengulanginya lagi. (Suatu) janji yang pasti Kami tepati; sungguh, Kami akan
melaksanakannya. Adapun tanda-tanda datangnya hari akhir menurut agama Islam yang
dapat dipelajari dari keterangan ayat Al Quran dan hadits di antaranya:

1). Terpecahnya bulan

sebagaimana firman Alla dalam surah Al Qamar ayat 1:

‫عةُ َوا ْنش ََّق ْالقَ َم ُر‬ ِ َ‫ا ْقت ََرب‬


َ ‫ت السَّا‬

Artinya: "Saat (hari kiamat) semakin dekat, bulan pun terbelah." (QS. Al Qamar: 1).

30
2). Munculnya binatang yang berbicara dengan manusia.

Dalam surah An Naml ayat 82 disebutkan:

َ َّ‫ض تُك َِل ُم ُه ْم أ َ َّن الن‬


َ‫اس كَانُوا بِآيَاتِنَا َْل يُوقِنُون‬ َ ‫َوإِذَا َوقَ َع ْالقَ ْو ُل‬
ِ ‫علَ ْي ِه ْم أ َ ْخ َر ْجنَا لَ ُه ْم دَابَّةً مِ نَ ْاْل َ ْر‬

Artinya: "Dan apabila perkataan (ketentuan masa kehancuran alam) telah berlaku atas
mereka, Kami keluarkan makhluk bergerak yang bernyawa dari bumi yang akan
mengatakan kepada mereka bahwa manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami."

3). Kekacauan dan kejahatan semakin meningkat

banyak terjadi pembunuhan, seperti yang diceritakan dalam sebuah hadis yang
diriwayatkan oleh Muslim,

"Kiamat tidak akan terjadi, kecuali terjadi banyak hari." Apakah hari itu ya Rasulullah?
Beliau menjawab, "Bunuh-membunuh." (HR. Muslim).

4). Turun Dajjal (orang-orang pendusta).

5). Matahari terbit dari sebelah barat.

6). Munculnya Yajuj dan Ma'juj (umat yang suka merusak dan menghancurkan).

31
Macam-macam Hari Akhir

1). Kiamat Shughra (Kiamat Kecil)

Yaitu terjadinya kematian yang menimpa sebagian umat manusia. Misalnya: matinya seseorang
karena sakit, kecelakaan, musibah tsunami, banjir, tanah longsor, dan sebagainya.

2). Kiamat Kubra (Kiamat Besar)

Yaitu terjadinya kematian dan kehancuran yang menimpa seluruh alam semesta. Dunia porak-
poranda, rusak, dan hancur. Kehidupan manusia akan berganti dengan alam yang baru yakni alam
akhirat.

Hikmah Beriman kepada Hari Akhir

Dengan beriman kepada hari akhir, maka manusia akan mendapatkan hikmahnya, di
antaranya:
1) Menyadari semua makhluk akan rusak dan akan ada kehidupan yang abadi di akhirat.
2) Menyadari bahwa seluruh kehidupan manusia baik ataupun buruk akan menerima
balasan dari Allah SWT

3) Meningkatkan sikap disiplin dalam beribadah kepada-Nya dan menjauhi segala


laranganNya.

4) Memberikan ketenangan dan ketentraman; dengan kepasrahan, dan kesabaran serta


keyakinan bahwa kebaikan dibalas dengan kenikmatan; dan kejahatan akan dibalas dengan
azab

5) Mengendalikan diri agar tidak mudah terpengaruh dengan keindahan dunia dan lebih
lebih mengutamakan kepentingan akhirat.

32
Nama-nama Hari Akhir
Hari akhir memiliki nama lain yang cukup banyak. Minimal ada 29 nama lain hari akhir.
Nama-nama hari akhir yang diberikan oleh Allah menggambarkan keadaan hari kiamat hingga
saat manusia dibangkitkan, dihisab, dan mendapat balasan dari Allah Swt. Nama-nama hari
akhir sebagai berikut.
1. Yaumul Qiyamah (hari kiamat).
2. Yaumur Rajifah (hari lindu besar).
3. Yaumus Sa‘iqah (hari keguncangan).
4. Yaumuz Zalzalah (hari keguncangan/keruntuhan).
5. Yaumul Haqqah (hari kepastian).
6. Yaumul Qari‘ah (hari keributan).
7. Yaumul Akhir (hari akhir).
8. Yaumut Tammah (hari bencana agung).
9. Yaumul ‘Asir (hari sulit).
10. Yaumun La Raiba Fihi (hari yang tidak ada lagi keraguan padanya).
11. Yaumul Ba‘s (hari kebangkitan).
12. Yaumut Tagabun (hari terbukanya segala keguncangan).
13. Yaumun Nusyur (hari kebangkitan).
14. Yaumut Tanad (hari panggilan).
15. Yaumul Mizan (hari pertimbangan).
16. Yaumun La Tajzi Nafsun An Nafsin Syaian (hari yang tidak dapat seseorang diberi
ganjaran oleh yang lain sedikit pun).
17. Yaumul Jam‘i (hari pengumpulan).
18. Yaumul Fasl (hari pemisahan).
19. Yaumul Waqi‘ah (hari kejatuhan).
20. Yaumul Mahsyar (hari berkumpul).
21. Yaumud Din (hari keputusan).
22. Yaumut Talaq (hari pertemuan).
23. Yaumul Jaza’ (hari pembalasan).
24. Yaumul ‘Ard (hari pertontonan).
25. Yaumul Gasyiyah (hari pembalasan).
26. Yaumul Khulud (hari yang kekal).
27. Yaumul Khizyi (hari kehinaan).

33
28. Yaumul Wa‘id (hari ancaman).
29. Yaumul Hisab (hari perhitungan).

34
BAB III

Kesimpulan

Dalam mendefinisikan tentang arti kata shalat, Imam Rafi’i mendefinisikan bahwa
shalat dari segi bahasa berarti do’a, dan menurut istilah syara’ berarti ucapan dan pekerjaan
yang dimulai dengan takbir, dan diakhiri/ditutup denngan salam, dengan syarat tertentu.

Kemudian shalat diartikan sebagai suatu ibadah yang meliputi ucapan dan peragaan
tubuh yang khusus, dimulai dengan takbir dan di akhiri dengan salam (taslim).

Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan
shalat adalah suatu pekerjaan yang diniati ibadah dengan berdasarkan syaratsyarat yang telah
ditentukan yang dimulai dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam.

Shalat menghubungkan seorang hamba kepada penciptanya, dan shalat merupakan


menifestasi penghambaan dan kebutuhan diri kepada Allah SWT.Dari sini maka, shalat dapat
menjadi media permohonan, pertolongan dalam menyingkirkan segala bentuk kesulitan yang
ditemui manusia dalam perjalanan hidupnya.

Ketika kata shalat diganti dengan kata sembahyang maka hal ini mengandaikan
bahwa tiap agama memiliki cara-cara tersendiri dalam bersembahyang, akan tetapi pada
hakikatnya cara tersebut memiliki maksud dan tujuan yang sama, hanya cara dan waktu-
waktunya saja yang berbeda1.

Shalat berbeda dengan ibadah-ibadah lainnya, shalat merupakan ibadah yang paling
utama (puncaknya ibadah), karena shalat itu dapat mencegah perbuatan-perbuatan keji dan
mungkar.

Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar dan
sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah
yang lain), dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”6

Seorang yang menegakkan shalat berarti dia telah menegakkan agama Islam dan
seorang yang merobohkan shalat atau meninggalkan shalat berarti dia telah merobohkan
agama7.

35
Ini merupakan salah satu isyarat yang halus dari semua isyarat-isyarat yang ada di
dalam al-Qur‟ān.

Al-Qur’ān al-Karīm sebagai mu‟jizat terbesar bagi Nabi Muhammad Saw., yang
didalamnya menjelaskan tentang berbagai macam ilmu dan permasalahan-permasalahan dari
mulai nabi-nabi sebelumnya hingga pada masa umat Nabi Muhammad Saw., terdapat satu
ayat yang menjelaskan tentang shalat Wusṭā, yaitu terdapat pada surat al-Baqarah ayat 238.

Penyebutan shalat Wusṭā secara khusus di dalam surat al-Baqarāh ayat 238, di dalam
keumuman perintah menjaga shalat, adalah sebagai bentuk pemuliaan terhadap shalat Wusṭā,
yaitu shalat Ashar

Shalat Ashar dikatakan sebagai shalat pertengahan karena ia berada diantara dua
shalat diwaktu siang yaitu shalat Shubuh dan shalat Dzuhur dan ia juga berada diantara shalat
diwaktu malam yaitu shalat Maghrib dan shalat Isya‟.

Al-Hafīdz Abu Muhammad Abdul Mu‟min Ibnu Khalaf ad- Dimyati di dalam
kitabnya yang berjudul Kasyfu al-Gita Fī Tabyini aṣ- Ṣalati al- Wusṭā (Menyingkap Tabir
Rahasia Shalat Wusṭā) mengatakan, telah dinaskan bahwa yang di maksud dengan shalat
Wusṭā adalah shalat Ashar12.

Surat al-Baqarah ayat 238 ini merupakan suatu perintah kepada segenap umat Islam,
agar memelihara semua shalat yang lima waktu (Maghrib, Isya‟, Subuh, Dzuhur, dan Ashar)
dan shalat Wusṭā, yaitu shalat yang di tengah-tengah dan yang paling utama.

Pengertian Puasa Puasa, shiyam atau shoum secara etimologi berarti "menahan" dari
segala hal, baik untuk kebaikan atau kejelekan, sementara dalam terminologi Fikih, puasa
bermakna "menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa, mulai terbitnya fajar shidiq
sampai terbenamnya matahari dengan cara yang telah ditentukan".

baik dalam kesendirian maupun dalam keramaian, karena pada saat itu, tidak seorang pun
yang mengawasi orang yang berpuasa selain Allah swt.

Dengan berpuasa dapat mengistirahatkan perut dan alat pencernaan, memelihara


tubuh, membersihkan sisa-sisa makanan yang mengendap dan tidak tercerna serta
menghilangkan bau busuk yang disebabkan oleh makanan dan minuman.

36
Andaikata setiap orang memahami dan menyadari akan manfaat yang luar biasa
pentingnya bagi kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat, tentu orang yang selama ini
belum tekun puasa Ramadan akan menyesal, karena telah mengabaikan alat ampuh dalam
perjuangan hidup untuk mencapai kehidupan baik yang diridai Allah swt.5 Sebagai umat
yang beriman, kehadiran bulan Ramadan disambut dengan perasaan bahagia penuh suka cita
sebagai bulan yang penuh keberkahan, bulan Al-Qur’an, bulan ampunan, bulan kasih sayang,
bulan doa, bulan taubat, bulan kesabaran, dan bulan pembebasan dari api neraka serta disebut
pula dengan bulan pendidikan (syahru al-tarbiyah) bagi manusia.

Artinya: “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-
penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).

Ramadan adalah bulan suci yang dinanti-nantikan oleh umat Islam dan sudah
seyogyanya kedatangannya disambut dengan jiwa serta hati yang tulus ikhlas dan penuh
keceriaan.

Siapapun yang bisa mengisinya dengan amal ibadah yang sempurna, tentunya
limpahan rahmat, ampunan dari dosa dan nista, dan jaminan aman dari siksa neraka menjadi
haknya Bulan Ramadan merupakan bulan tarbiyah, yang tentunya banyak pelajaran yang
dapat diambil dari bulan ini, namun tidak banyak umat Islam yang tahu tentang nilai-nilai
pendidikan di dalam pelaksanaan ibadah puasa di bulan Ramadan.

Dalam buku Puasa Meningkatkan Kesehatan Mental yang ditulis oleh Zakiah
Daradjat terbit tahun 1996, diungkapkan beberapa hikmah dan manfaat puasa bagi kehidupan
manusia, misalnya meningkatkan iman dan takwa kepada Allah swt.

Dalam buku yang lain berjudul Obati Kankermu dengan Mukjizat Puasa yang ditulis
oleh Imam Musbikin terbit tahun 2013, diungkapkan kedahsyatan puasa untuk memberantas
kanker, meningkatkan kekebalan tubuh dan pengaruhnya bagi Kesehatan Dalam buku yang
berjudul Tiada Bulan Seindah Ramadhan yang ditulis oleh Saiful Hadi El-Sutha terbit tahun
2014, diungkapkan beberapa nilai pendidikan dalam ibadah puasa diantaranya mendidik
manusia untuk mengendalikan hawa nafsu, puasa mendidik kesabaran, dengan berpuasa
dapat mendidik serta membentuk pribadi yang amanah, puasa mendidik untuk menjadi
pribadi yang takwa, puasa mendidik untuk senantiasa menumbuhkan sikap persatuan dan
persatuan di antara sesama umat Islam Berangkat dari pemaparan di atas, peneliti tertarik
untuk melakukan sebuah penelitian yang berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

37
Ibadah Puasa Ramadan” yang ditinjau dari beberapa aspek, baik aspek jasmani, aspek rohani
serta dari aspek sosial.

Kematian dalam perspektif Al-Quran merupakan putusnya keterikatan ruh dengan


badan dalam bentuk yang telah diketahui, disertai pergantian keadaan, serta perpindahan dari
satu alam ke alam yang lain.

Hidup yang pertama yaitu kehidupan dunia merupakan kehidupan sementara yang
dipenuhi dengan kepura-puraan dan permainan belaka Kehidupan ini dibatasi oleh ruang dan
waktu, namun banyak manusia yang terperangkap oleh kemilaunya hiasan duniawi sehingga
membuat dia lupa bahwa kehidupan dunia itu akan berakhir.

Artinya bila ladang itu ditanami dengan berbagai tanaman yang bermanfaat dan
dipeliharanya dengan baik, maka kelak tanaman itu akan dapat dipanen dengan hasil yang
memuaskan.

Setiap orang yang berakal mengakui dan menyadari bahwa kematian adalah suatu
keharusan bagi setiap yang bernyawa (Q.s, Ali Imran/3:185), karena kematian merupakan
sunatullah yang bersifat alamiah, dan apabila ajal telah tiba tidak ada seseorangpun yang
dapat menangguhkan atau mempercepat walaupun hanya sekejap mata.

Ada orang yang enggan mati karena ia tidak mengetahui apa yang akan dihadapinya
setelah kematian; mungkin juga karena menduga bahwa yang dimiliki sekarang lebih baik
dari yang akan didapati nanti. Atau mungkin juga karena membayangkan betapa sulit dan
pedih pengalaman mati dan sesudah mati, bisa juga karena khawatir memikirkan dan prihatin
terhadap keluarga yang ditinggalkan, atau karena tidak mengetahui makna hidup dan mati.

Di dalam al-Quran terdapat penjelasan bahwa kematian bukanlah ketiadaan hidup


secara mutlak, tetapi ia adalah ketiadaan hidup di dunia, dalam arti bahwa manusia yang
meninggal pada hakikatnya masih tetap hidup di alam lain.

Ruh orang beriman akan mendapatkan tempat yang baik berupa nikmat kubur dan
sorga tempat keindahan dan kebahagiaan hidup yang abadi.

Kematian bagi orang-orang beriman dan beramal saleh, kematian bukanlah sesuatu
hal yang menakutkan dan mengerikan, karena betapapun kita takut akan mati, kematian itu
pasti akan menjemputnya.

38
Memang kematian itu tidak perlu ditakuti, yang harus kita takuti adalah kematian suul
khatimah yaitu kematian disaat sedang tidak ingat kepada Allah atau sedang berbuat dosa,
karena hal itu bisa menyebabkan kesengsaraan yang abadi dalam kehidupan akhirat kelak.

Pesoalannya bagaimana kita berupaya agar kematian itu sebagai akhir dari segala
kejelekan sehingga alam kubur sebagai tempat peristirahatan yang terbaik dan alam akhirat
merupakan tempat kembali yang menyenangkan karena kebahagiaan dan keindahan abadi.

A. Cara Menuju Kematian Ada tiga tipe manusia dalam memadang kematian,
yaitu ada yang memandang kematian itu sesuatu yang menyenangkan dan indah, ada yang
memandang kematian itu sesuatu yang mengerikan, dan ada pula yang memandang kematian
itu sesuatu yang biasa-biasa saja seperti tidak ada beban dan tidak ada harapan apa-apa.

Orang yang menuju kematian dengan cara ini, memandang kematian itu indah karena
dia yakin bahwa iman dan amal salehnya akan segera membawa dirinya bertemu dengan
kebahagiaan yang telah dijanjikan Allah berupa rahmat kubur dan sorga.

Orang yang menuju kematian sia-sia seperti ini nampaknya mereka menduga bahwa
bunuh diri merupakan cara efektif mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi dalam
hidupnya.

Keputusan yang diambil oleh orang yang bunuh diri, bukanlah keputusan yang tepat,
karena keputusan itu bukan atas dasar pertimbangan akal sehat, tetapi atas
pertimbangan nafsu syaitan.

Mereka seolah-olah menijemput kematian, namun motivnya berbeda dengan orang


yang mati syahid, karena orang yang bunuh diri sesungguhnya mereka ingin lari dari
tanggung jawab.

Mereka menduga bahwa kematian seperti itu akan melepaskan dirinya dari tanggung
jawab dalam menyelesaikan segala persoalan hidupnya, padahal justru kematian dengan
cara itu sama dengan menyiksa diri untuk selamanya karena dia akan berada dalam siksa
yang abadi, baik sewaktu di alam kubur maupun di alam akhirat.

Orang yang mati dengan cara ini percerminan dari pribadi yang tidak bertanggung
jawab pada dirinya. Dalam syariat Islam mayat orang yang bunuh diri tidak boleh dirawat
sebagaimana layaknya merawat seorang jenazah, kuburkan saja dia bagaikan binatang agar

39
bau busuknya tidak mengganggu penciuman orang yang hidup, karena dia telah
menghilangkan dengan sengaja nilai-nilai kemanusiaannya.

Bila diperhatiakan orang yang sedang menghadapi sakarat al-maut kondisi fisiknya
berbeda-beda, ada yang sampai bercucuran keringat sambil mata terbelalak, ada yang biasa-
biasa saja seperti orang yang sedang tidur pulas, bahkan ada orang yang melepaskan napas
terakhirnya sambil tersenyum, sebagaimana firman Allah :

Demi malaikat-malaikat yang mencabut nyawa dengan keras, dan demi malaikat-
malaikat yang mencabut nyawa dengan lemah lembut.

Ayat di atas memberikan isyarat kematian yang menyakitkan bagi orang- orang yang
kafir dan berdosa, dan kematian orang-orang yang beriman dan beramal saleh.

Berbeda halnya dengan orang kafir yang juga diperlihatkannya kepadanya apa yang
bakal dihadapinya, dan ketika itu tidak ada sesuatu yang lebih dibencinya daripada bertemu
dengan Tuhan".

Al-Qur’an mengajarkan aqidah tauhid kepada kita yaitu menanamkan keyakinan


terhadap Allah SWT yang satu, yang tidak pernah tidur dan tidak beranak pinak.

Secara istilah ( terminologi ) yang umum, aqidah adalah iman yang teguh dan pasti
yang tidak ada keraguan sedikitpun bagi orang yang meyakininya3 .

Ada definisi lain yaitu, aqidah adalah perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan
jiwa menjadi tentram karenanya, sehingga menjad suatu kenyataan yang teguh dan kokoh
yang tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.

Dengan kata lain, keimanan yang pasti tidak terkandung suatu keraguan apapun pada
orang yang meyakininya dan harus sesuai dengan kenyataanya

Islam adalah suatu agama yang mengajarkan kebenaran-kebenaran dan tata nilai yang
universal dan kekal.

Illahiyyat (Ketuhanan), yang membahas hal-hal terkait Tuhan dari sisi sifat-sifat-
Nya,naama-nama-Nya, dan af’al Tuhan, seperti wujud Allah, nama Allah,’af’al Allah.

40
Sebagaimana Allah berfirman; ‫ط ِب ْر ِل ِع َبادَت َِۗه ه َْل تَ ْعلَ ُم لَه‬
َ ‫ص‬
ْ ‫ض َو َما َب ْينَ ُه َما فَا ْعبُدْهُ َوا‬ َ ْ ‫ت َو‬
ِ ‫اْل ْر‬ ِ ‫َربُّ السَّمٰ ٰو‬
‫سمِ يًّا‬
َ ࣖ (Dialah) Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan segala yang ada di antara
keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguhhatilah dalam beribadah kepada-Nya.

Nubuwwat (Kenabian), yang memuat segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi
dan Rasul terkait sifat-sifat, tugas, dan keputusan.

Pembahasan yang berhubungan dengan kehidupan alam barzakh, kehidupan di alam


akhirat, keadaan alam kubur, tanda-tanda hari kiamat, kebangkitan dari kubur, dan lainnya.

Amal perbuatan yang dilakukan tanpa didasarkan pada aqidah yang benar, maka amal
tersebut tidak diterima Allah swt atau tertolak.

Perumpamaan orang yang ingkar kepada Tuhannya, perbuatan mereka seperti abu
yang ditiup Oleh angin keras pada suatu hari yang berangin kencang.

Membekali diri dengan pemahaman aqidah dan mengaplikasikan aqidah yang benar
maka akan terhindar dari segala penyimpangan.

Seseorang yang mempunyai aqidah yang kuat, pasti akan melaksanakan ibadah
dengan tertib, memiliki akhlak yang mulia dan bermu’amalat dengan baik.

Aqidah sebagai kompas kehidupan, dengan aqidah dapat memberikan pedoman dan
arah yang benar bagi manusia.

Keyakinan seseorang terhadap Allah akan memberikan arahan dan pedoman yang
pasti dalam hidupnya sebab aqidah menunjukkan kebenaran dan keyakinan yang
sesungguhnya sehingga seseorang dapat menjalani hidupnya dengan terarah dan bermakna.

Ia pun akan melaksanakan ibadah secara baik dan tertib, memiliki akhlak yang mulia
dan bermualmalah dengan baik.

Ia merupakan petunjuk bagi orang-orang yang diberi petunjuk, pedoman hidup bagi
orang-orang yang beriman, dan obat bagi jiwa-jiwa yang terluka.

Al-Imam Asy-Syatibi mengatakan Bahwa sesungguhnya Allah telah menurunkan


syariat ini kepada Rasul-Nya yang didalamnya terdapat penjelasan atas segala sesuatu yang
dibutuhkan manusia tentang kewajiban dan peribadatan yang dipikulkan diatas pundaknya,
termasuk didalamnya perkara aqidah.

41
Oleh karena itu, menjadi hal yang wajib jika kita mengetahui dan memahami aqidah
yang bersumber dari Al-Qur’an.

Yang menjadi persoalan adalah banyaknya hadits lemah yang beredar ditengah umat
dianggap “mutiara” yang bukan berasal dari Rasulullah SAW dinisbahakan kepada beliau.

Hal ini tidak lepas dari usaha penyimpangan yang dilakukan oleh musuh-musuh Allah
untuk mendapatkan keuntungan yang sedikit.

ْ ‫س ۤا َء‬
‫ت‬ ْ ُ‫سبِ ْي ِل ْال ُمؤْ مِ نِيْنَ نُ َولِه َما ت ََولهى َون‬
َ ‫صلِه َج َهنَّ َۗ َم َو‬ َ ‫س ْو َل مِ ْن بَ ْع ِد َما تَبَيَّنَ لَهُ ْال ُه ٰدى َويَتَّبِ ْع‬
َ ‫غي َْر‬ ُ ‫الر‬
َّ ‫ق‬ِ ِ‫َو َم ْن يُّشَاق‬
‫صي ًْرا‬
ِ ‫“ ࣖ َم‬dan barang siapa menentang Rasul (Muhammad) setelah jelas kebenaran baginya, dan
mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami biarkan dia dalam kesesatan
yang telah dilakukannya itu dan akan masukkan ia kedalam Neraka Jahannam, dan itu
seburuk-buruk tempat kembali.”

Ijma’ dalam masalah akidah harus bersandarkan kepada dalil dari Al-Qur’an dan As-
Sunnah yang shahih karena perkara aqidah adalah perkara tauqifiyah yang tidak diketahui
kecuali dengan jalan wahyu.

Hal ini merupakan bukti bahwa Islam sangat memuliakan akal serta
memberikan haknya sesuai dengan kedudukannya, dengan cara memberikan
batasan dan petunjuk kepada akal agar tidak terjebak kedalam pemahamanpemahaman yang
tidak benar.

Apa yang akan Anda lakukan jika seseorang yang Anda percaya berkata kepada Anda
bahwa ada korsleting listrik di rumah Anda yang dapat menyebabkan kebakaran?

Begitu juga jika seseorang mengatakan kepada Anda bahwa mati bukan akhir dari
segalanya, bahwa Pencipta alam ini telah menetapkan aturan-aturan yang mengakibatkan
kesengsaraan abadi (neraka) bagi orang yang tidak menaatinya.

Itulah yang mendorong manusia untuk terus mencari dan mengetahui hakikat
mengenai hal tersebut sampai dia mendapatkan hasil yang meyakinkan, terlepas dari positif
atau negatifnya hasil yang dia dapatkan.

Agama Islam tidak membenarkan pengagungan terhadap akal dan tidak pula
membenarkan pelecehan terhadap kemampuan akal manusia, seperti yang biasa dilakukan
oleh beberapa golongan (firqoh) yang menyimpang.

42
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan : “akal merupakan syarat untuk
memahami ilmu dan kesempurnaan beramal dengan keduanyalah ilmu dan dan amal menjadi
sempurna, hanya saja ia tidak dapat berdiri sendiri.

Di dalam jiwa ia berfungsi sebagai sumber kekuatan, sama seperti kekuatan


penglihatan pada mata yang jika mendapatkannya cahaya Iman dan Al-Qur’an seperti
mendapat cahaya matahari dan api.

Sesuatu yang abstrak/gaib, seperti akidah tidak dapat diketahui oleh akal kecuali
mendapatkan cahaya dan petunjuk wahyu baik dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih.

Akan tetapi melalui penjelasan yang berasal dari Al-Qur’an dan As-Sunnah maka
akan dapat diketahui bahwasanya setiap manusia harus meyakininya.

Mengenai hal ini Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa apa yang tidak terdapat dalam
AlQur’an, As-Sunnah, dan ijma’ yang menyelisih akal sehat karena sesuatu yang
bertentangan dengan akal sehat adalah batil.

Bukti mengenai hal ini adalah fitrah manusia untuk mengakui bahwa mustahil ada dua
pencipta alam yang memiliki sifat dan kemampuan yang sama.

Hari Akhir terhadap Pandangan Islam Pengertian Hari akhir juga bisa dipahami
sebagai hari berakhirnya kehidupan di dunia fana ini dan memasuki awal kehidupan baru
yang abadi di akhirat.

Dengan demikian, mengimani hari akhir berarti membenarkan dengan sepenuh hati
bahwa setelah kehidupan di dunia ini akan ada kehidupan lagi yang merupakan kehidupan
yang sebenarnya dan bersifat abadi.

Beriman kepada hari akhir juga harus diikuti dengan beriman kepada kehidupan
akhirat dan semua peristiwa yang terjadi di dalamnya.

Di antara peristiwa penting yang terjadi pada hari akhirat adalah kebangkitan manusia
dari alam kubur, dikumpulkannya manusia di Padang Mahsyar, perhitungan dan
penimbangan, serta pembalasan amal manusia, dan adanya jalan yang dilalui manusia
(shirath) untuk menuju ke arah surga atau neraka.

43
Pada hari itu manusia seperti laron yang beterbangan, dan gunung-gunung seperti
bulu yang dihambur-hamburkan."

‫ث َم ۡن فِى ۡالقُب ُۡو ِر‬


ُ َ‫ّٰللا يَ ۡـبع‬ َ ‫عةَ ٰاتِيَة َّْل َر ۡي‬
َ ‫ب ف ِۡي َها َواَ َّن ه‬ َ ‫" َّوا َ َّن السَّا‬Dan sungguh, (hari) Kiamat itu pasti
datang, tidak ada keraguan padanya; dan sungguh, Allah akan membangkitkan siapa pun
yang di dalam kubur."

Pada hari itu manusia seperti laron yang beterbangan, dan gunung-gunung seperti
bulu yang dihambur-hamburkan".

"Dan (ingatlah) pada hari (ketika) sangkakala ditiup, maka terkejutlah apa yang ada di
langit dan apa yang ada di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah.

Artinya: "Dan apabila perkataan (ketentuan masa kehancuran alam) telah berlaku atas
mereka, Kami keluarkan makhluk bergerak yang bernyawa dari bumi yang akan mengatakan
kepada mereka bahwa manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami."

Kekacauan dan kejahatan semakin meningkat banyak terjadi pembunuhan, seperti


yang diceritakan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim,

Hikmah Beriman kepada Hari Akhir Dengan beriman kepada hari akhir, maka
manusia akan mendapatkan hikmahnya, di antaranya:

1). Menyadari semua makhluk akan rusak dan akan ada kehidupan yang abadi di akhirat.

2). Memberikan ketenangan dan ketentraman; dengan kepasrahan, dan kesabaran serta
keyakinan bahwa kebaikan dibalas dengan kenikmatan; dan kejahatan akan dibalas dengan
azab

44
Daftar Pustaka

islamPos. Pengertian Kematian Menurut Islam. https://www.islampos.com/kematian-

3-244705/ (Diakses 25-05-2022 Jam 14.10)

Munawar. Makna Kematian.

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/195801281986121-

MUNAWAR_RAHMAT/BUKU/PAI_UPI-Kematian_%28Munawar%29.pdf

(Diakses 25-05-2022 Jam 14.25)

Detik.com. Arti Sholat Secara Bahasa. https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-

5599048/arti-sholat-secara-bahasa-simak-di-sini-

penjelasannya#:~:text=Para%20ulama%20juga%20mendefinisikan%20sholat,Shalat

https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-puasa/

https://www.celebrities.id/read/pengertian-puasa-jenis-syarat-sah-dan-ketentuan-UG94g5

https://www.merdeka.com/jabar/tujuan-puasa-dalam-pandangan-islam-bukan-sekadar-
menahan-hawa-nafsu-kln.html

https://sumbarprov.go.id/home/news/7842-makna-hukum-hikmah-dan-keutamaan-puasa-
ramadhan.html

https://academic.uii.ac.id/2020/03/26/pentingnya-shalat/

https://www.pinhome.id/blog/apa-yang-dimaksud-dengan-salat/

https://id.wikipedia.org/wiki/Salat

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5687873/pengertian-hari-akhir-menurut-agama-
islam-dan-tanda-tandanya

http://repository.radenfatah.ac.id/18797/2/2.

45

Anda mungkin juga menyukai