Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

MEMAHAMI HAKEKAT IBADAH DAN


MAKNA SPIRITUAL IBADAH BAGI KEHIDUPAN
SOSIAL

Disusun Oleh Kelompok 1


1. M. Ady setiawan 221020200034
2. Khalim Ainur Ridho 221020200061
3. Revaldo Ananda Dwikisaputra 221020200045

UNIVERSITAS MUHAMMADDIYAH SIDOARJO


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
TEKNIK MESIN
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Memahamai Hakikat Ibadah
dan Makna Sepiritual Ibadah Bagi Kehidupan Sosial ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan
dari penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah AIK. Selain itu,
tugas ini juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai hakikat ibadah bagi kehidupan
sosial bagi para pembaca dan juga penyunsun

Kami mengucapkan terimah kasih kepada ibu Fatmawanti Patta S.Pd.I M.Pd.I selaku
dosen mata kuliah AIK telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesui dengan agama kita yaitu agama islam

Kami menyadari, tugas yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Sidoarjo, 14 Maret 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAM COVER .............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3

A. Menjelaskan Konsep ibadah ................................................................................... 3


B. Mengklasifikasi Ibadah Mahdah dan Ghoiru Mahdhoh ......................................... 6
C. Menggali Fungsi Hikmah dan Makna Spiritual ibadah bagi kehidupan
Sosial ....................................................................................................................... 9
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 10
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 11
B. Saran ....................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 13
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ibadah merupakan bentuk taat atau tunduk kepada Allah berupa doa dan segala
tingkah dan perilaku yang berdasarkan pada al-Qur’an dengan menjalankan segala
perintahNya dan menjauhi hal-hal yang di laranganNya, ibadah baik berupa ritual, sikap
dan tingkah laku menjadi kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap muslim sebagai
wujud dari keimanan yang dimiliki untuk menggapai ridho Allah1 . Menurut Alim
ibadah berarti wujud dari seseorang berbakti kepada Allah SWT yang disebabkan oleh
dorongan dalam diri sehingga membentuk akidah dan tauhid menjadi suatu keimanan
dalam jati diri manusia, ibadah menjadi sebuah bingkai dalam kehidupan dalam
mengembangkan suatu keimanan yang nyata, selain itu ibadah juga memiliki manfaat
sebagai usaha secara sadar dalam memelihara keimanan seseorang, kemudian Alim
menambahkan bahwa ada dua pembagian ibadah dalam islam yaitu iadah mahdhah
yang bersifat khusus dan ibadah ghoiru mahdhah yang sifatnya umum2 . Dengan
demikian maka dapat disimpulkan bahwa ibadah merupakan kegiatan yang dilandaskan
oleh iman sehingga mendorong ketaatan seseorang untuk terbiasa melakukan ibadah
dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan mendapatkan ridha Allah Swt, sebagaimana
Islam mengajarkan kepada umatnya bahwa dalam kehidupan tak lepas dari sebuah
unsur balasan baik berupa pahala maupun berupa siksaan, maka seseorang yang
dikatakan memiliki tingkat terbiasa dalam kegiatan beribadah maka memiliki nilai
ketaatan tersendiri, sedangkan ibadah itu sendiri terbagi menjadi dua yaitu ibadah
mahdhah dan ibadah ghoiru mahdhah

Sebagai seorang manusia yang mengaku islam tentu kita semua


memahami bahwa semua yang ada di dunia ini memiliki maksud dan tujuannya
masing-masing. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa manusia diciptakan oleh Allah
SWT bukan tanpa sebab dan bukan tanpa tujuan. Diciptakannya alam semesta tentu
memiliki tujuan, diciptakanya matahri, bumi,bulan, tumbuh - tumbuhan dan
semua yang ada dalam alam raya ini tentu memiliki tujuan penciptaan. Baik yang
hidup maupun yang mati. Baik yang diam maupun yang bergerak, semuanya memiliki
maksud dan tujuan penciptaan.Dan diciptakannya manusia di bumi Allah ini tidak
lain dan tidak bukan untuk selalu dan senantiasa beribadah kepada Allah SWT.
Sebagai mahluk yang lemah tentukita tahu bahwa hakekat ibadah sangat penting bagi
setiap individu.Setiap ibadah yang diperintahkan oleh Allah tentu memiliki
maksud dan tujuan. Setiap ibadah sebagaimana yang berlaku pada setiap yang
diperintahkan Allah mengandung maksud tersendiri dan di dalam pelaksanaannya
terdapat hikmah. Segala bentuk dan jenis ibadah yang disyari’atkan Allah kepada
manusia dijanjikan pahala dunia akhirat, juga mengandung hikmah yang sangat luar
biasa bagi siapa yang menantinya.
B. Rumusan Masalah

Dalam penelitian kali ini rumusan masalah yang digunakan ialah :

1. Menjelaskan konsep ibadah


2. Mengklasifikasi Ibadah Mahdah & Ghairu Magdah
3. Menggali Fungsi Hikmah dan Makna Spiritual ibadah bagi kehidupan sosial

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan makalah mengenai ibadah dalam Islam adalah untuk
memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang pengertian, hukum, jenis, cara
melaksanakan, hikmah, faktor penghambat, dampak, pentingnya niat yang tulus dan
ikhlas, cara meningkatkan kualitas, serta peran ibadah dalam meningkatkan kualitas
hidup seseorang dalam Islam.
Melalui pembahasan yang komprehensif tentang ibadah dalam Islam,
diharapkan pembaca dapat memahami pentingnya menjalankan ibadah dalam
kehidupan seorang muslim, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup spiritual dan
moral. Selain itu, makalah ini juga dapat menjadi referensi bagi pembaca yang ingin
memperdalam pengetahuan tentang ajaran Islam, terutama terkait dengan ibadah
sebagai salah satu rukun Islam yang harus dijalankan oleh setiap muslim.
Dengan memahami pentingnya ibadah dalam Islam, diharapkan pembaca dapat
memperbaiki kualitas ibadahnya, meningkatkan kesadaran akan tugas-tugas
keagamaannya, dan mengoptimalkan potensi untuk meraih kebahagiaan dunia dan
akhirat yang dijanjikan oleh Allah SWT
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP IBADAH

1. Konsep ibadah dalam islam

Salah satu kewajiban kita sebagai hamba Allah di permukaan bumi ini adalah
beribadah kepada Allah SWT. Karena salah satu tugas yang kita lakukan itu adalah
sebuah perintah dari Allah, Perintah ibadah ini terkandung dalam filosufi tujuan
penciptaan manusia yang terkandung dalam QS. Adz Dzariyat : 56

‫س اِ َّل ِليَ ْعبُدُو‬ ِ ْ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ْال ِج َن َو‬


َ ‫اّل ْن‬
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaKu”.
Maksud ayat tersebut adalah Allah menciptakan manusia dengan tujuan
untuk menyuruh mereka beribadah kepada-Nya, bukan karena Allah butuh
kepada mereka. Ayat tersebut dengan gamblang telah menjelaskan bahwa Allah Swt
dengan menghidupkan manusia di dunia ini agar mengabdi atau beribadah kepada-
Nya Berdasarkan penjelasan tersebut terkandung makna bahwa manusia
membutuhkan “ibadah” untuk eksistensi dirinya.
Ibadah berasal dari kata Arab ‘ibadah (jamak: ‘ibadat ) yang berarti pengabdian,
penghambaan, ketundukkan, dan kepatuhan. Dari akar kata yang sama kita mengenal
istilah ‘abd (hamba, budak) yang menghimpun makna kekurangan, kehinaan, dan
kerendahan. Karena itu, inti ibadah ialah pengungkapan rasa kekurangan, kehinaan dan
kerendahan diri dalam bentuk pengagungan, penyucian dan syukur atas segala nikmat.
Kata ‘abd diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi abdi, seorang yang mengabdi
dengan tunduk dan patuh kepada orang lain. Dengan demikian, segala bentuk sikap
pengabdian dan kepatuhan merupakan ibadah walaupun tidak dilandasi suatu
keyakinan Kata “Ibadah” menurut bahasa berarti “taat, tunduk, merendahkan diri dan
menghambakan diri. Adapun kata “Ibadah” menurut istilah berarti penghambaan diri
yang sepenuh-penuhnya untuk mencapai keridhoan Allah dan mengharap pahala-Nya
di akhirat”. Dari sisi keagamaan, ibadah adalah ketundukkan atau penghambaan diri
kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Ibadah meliputi semua bentuk kegiatan manusia
di dunia ini, yang dilakukan dengan niat mengabdi dan menghamba hanya kepada
Allah.
Konsep ibadah dalam Islam dapat dijelaskan sebagai segala perbuatan yang
dilakukan oleh seorang muslim untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan
menaati perintah-Nya. Konsep ibadah dalam Islam sangat erat kaitannya dengan
konsep tauhid atau kepercayaan bahwa hanya Allah SWT yang berhak disembah dan
diibadahi.
Ibadah termasuk segala bentuk perbuatan atau aktivitas yang dilakukan oleh
manusia dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ibadah
merupakan suatu tindakan spiritual yang dilakukan oleh umat manusia sebagai wujud
penghormatan dan ketaatan kepada Tuhan.
Ibadah dalam agama Islam mencakup berbagai macam bentuk aktivitas seperti shalat,
puasa, zakat, haji, dan berbagai amalan lainnya.
Terdapat beberapa konsep ibadah yang menjadi dasar bagi praktik ibadah dalam agama-
agama:
Ketaatan: Konsep ibadah yang paling dasar adalah ketaatan kepada Tuhan.
Manusia melakukan ibadah sebagai bentuk pengakuan bahwa Tuhan adalah Sang
Pencipta dan Penguasa alam semesta, serta sebagai wujud rasa syukur dan
penghormatan atas segala karunia-Nya
Pengorbanan: Konsep ibadah juga melibatkan pengorbanan, baik berupa waktu,
tenaga, maupun harta benda. Dalam agama Islam, contohnya adalah zakat, haji, dan
qurban yang menuntut umat Muslim untuk memberikan sebagian dari harta mereka
untuk kepentingan umat dan ketaatan kepada Tuhan.
Spiritualitas: Konsep ibadah juga terkait dengan dimensi spiritualitas manusia,
yaitu usaha untuk meningkatkan kesadaran akan keberadaan Tuhan dan kehidupan
yang lebih baik di dunia dan akhirat.
Kesadaran sosial: Konsep ibadah juga melibatkan kesadaran sosial, di mana
manusia diharapkan untuk melakukan kebaikan dan membantu sesama sebagai bentuk
pengabdian kepada Tuhan.
Pembinaan diri: Konsep ibadah juga dapat diartikan sebagai upaya untuk
membina diri agar menjadi manusia yang lebih baik. Melalui ibadah, manusia dapat
memperkuat karakter, mengembangkan potensi, dan meningkatkan kualitas hidup
secara keseluruhan.
Dalam agama-agama tertentu, konsep ibadah dapat memiliki pengertian dan
praktik yang berbeda-beda, namun pada dasarnya, semua konsep tersebut memiliki
tujuan yang sama, yaitu mendekatkan manusia kepada Allah SWT dan memperbaiki
kualitas kehidupan mereka, menurut beberapa ulama.
Menurut Abu A’la Maududi
Ibadah berarti penghambaan dan perbudakan. Seorang hamba harus bersikap
sebagaimana halnya seorang hamba yaitu senantiasa patuh dan taat kepada tuhannya
tanpa membantah. Beliau juga menambahkan pula bahwa ada 3 hal yang harus dimiliki
sebagai hamba yang baik yaitu:

• Seorang hamba hendaknya memandang tuannya sebagai penguasa dan


berkewajiban untuk merasa setia kepada orang yang menjadi tuannya,
menunjang hidupnya, pelindung dan penjaganya dan meyakini sepenuhnya
bahwa tidak ada seorang pun selain tuannya yang layak mendapat kesetiaannya.
• Selalu patuh pada tuannya, melaksanakan segala perintahnya dengan cermat
dan tidak mengatakan perkatan atau mendengar perkataan dan siapapun yang
bernada menentang kehendaknya tuannya.
• Menghormati dan menghargai tuannya dan ia harus mengikuti cara yang telah
ditentukan oleh tuannya sebagai sikap hormat kepada-Nya
Konsep ibadah dalam Islam juga mencakup pengertian tentang dua jenis ibadah,
yaitu ibadah mahdhah (yang dijelaskan dalam Al-Quran atau Sunnah secara rinci),
ibadah ghairu mahdhah (yang tidak dijelaskan secara rinci dalam Al-Quran atau
Sunnah.
Dalam Islam, ibadah juga memiliki karakteristik atau syarat-syarat yang harus
dipenuhi, seperti dilakukan dengan niat yang ikhlas, dilakukan dengan benar dan sesuai
dengan ajaran Islam, dilakukan secara rutin dan konsisten, serta diiringi dengan
perbuatan baik dan moral yang luhur.
Selain itu, konsep ibadah dalam Islam juga menekankan bahwa ibadah tidak
hanya dilakukan secara ritualis, namun juga harus diiringi dengan kebaikan dan
pengabdian kepada sesama manusia, karena dalam Islam, kebaikan dan pengabdian
kepada sesama manusia juga termasuk bentuk ibadah.
Dengan memahami konsep ibadah dalam Islam, seorang muslim diharapkan
dapat memperbaiki kualitas ibadahnya, memperdalam keimanan dan taqwa, serta
meningkatkan kualitas hidup spiritual dan moralnya.
ketundukan manusia kepada Allah yang dilaksanakan atas dasar iman yang kuat
dengan melaksanakan semua perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya dengan
tujuan mengharapkan keridhoan Allah, pahala, surga, dan ampunanya. Dan beribadah
pada Allah harus dilakukan dengan Ikhlas. Manusia adalah hamba Allah “Ibaadullaah”
yang jiwa raganya hanya milik Allah, hidup matinya di tangan Allah, rizki miskin
kayanya ketentuan Allah, dan diciptakan hanya untuk ibadah atau menghamba kepada-
Nya
Menurut Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Al-Ubudiyah sangat menekankan
bahwa cinta merupakan unsur yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari
pengertian ibadah. Menurutnya, agama yang benar adalah mewujudkan ubudiyah
kepada Allah dari segala seginya, yakni mewujudkan cinta kepada-Nya. Dan semakin
benar ubudiyah seseorang maka semakin besarlah cintanya kepada Allah.

B. Mengklasifikasi Ibadah Mahdah & Ghairu Magdah

Islam mengajarkan kepada kita bahwa dalam melakukan sebuah amal dalam
kehidupan ini, ada dua jenis ibadah yang bisa kita lakukan sebagai sebuah pengabdian
kita kepada Allah SWT, yaitu ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah
1. IBADAH MAHDAH

Ibadah mahdah (ibadah khusus) yaitu ibadah langsung kepada Allah SWT. Tata
cara pelaksanaannya telah diatur dan ditetapkan oleh Allah atau dicontoh oleh
Rasulullah Karena itu, pelaksanaanya sangat ketat, yaitu harus sesui dengan contoh
dari rasul. Allah dan Rasul-nya telah menetapkan pedoman atau cara yang harus di
taati dalam beribadah, tidak boleh ditambah-tambah atau dikurangi.
Ibadah mahdah adalah ibadah yang tidak memiliki perubahan apapun dari apa
yang telah digariskan, baik berupa penambahan atau pengurangan. Penambahan
atau pengurangan dalam ibadah mahdah merupakan bid’ah (mengada-ada) yaitu
sesuatu yang terlarang. Bid’ah mengakibatkan batalnya ibadah yang dilakukan.
Ali Anwar Yusuf mendifinisikan ibadah mahdah yaitu ibadah yang
mengandung hubungan dengan Allah semata-mata (vertikal hablumminallah). Ciri-
ciri ibadah ini adalah semua ketentuan dari aturan pelaksanaanya telah ditetapkan
secara rinci melalui penjelasan-penjelasan Al-Qur’an atau sunnah. Dengan
demikian, pemahaman ibadah mahdah bersal dari kata pemahaman dan ibadah
mahdah. Dari penjelasan-penjelasan yang sudah dibahas dapat ditarik kesimpulan
tentang pengertian pemahaman ibadah mahdah.
Pemahaman ibadah mahdah adalah kemampuan menangkap makna serta
penguasaan terhadap bahan-bahan yang dipelajari secara baik dan benar mengenai
ajaran islam tentang ibadah mahdhah sesuai dengan ketentuan dan tata cara yang
ditentukan syari’at agama.
Ibadah mahdhah ini tidak bisa ukurannya baik atau buruk secara akal, tetapi
baik atau buruk itu sesuatu yang diukur dari adanya perintah atau larangan terhadap
sebuah hal yang menjadi kewajiban oleh manusia itu. Manakala ada sebuah hal
yang diperintahkan oleh Allah dan diperintahkan oleh Rasul, maka hal itu menjadi
sebuah kewajiban kita untuk menunaikannya. Dan apabila sebuah larangan, maka
hal itu menjadi sebuah keharaman untuk ditinggalkan.
Dalam Al-quran surat Al-Hasyr ayat 7

‫سو ِل َو ِلذِى ْٱلقُ ْر َبى‬


ُ ‫لر‬ ِ َ ِ َ ‫سو ِلِۦه ِم ْن أ َ ْه ِل ْٱلقُ َرى‬
َ ‫ِلَف َو ِل‬ ُ ‫علَى َر‬ َ ‫َما أَفَا َء‬
َ ُ‫ٱّلل‬
‫س ِبي ِل َك ْى َّل َي ُكونَ د ُولَة َبيْنَ ْٱْل َ ْغ ِن َيا ِء ِمن ُك ْم ۚ َو َما‬ َ ‫ين َوٱب ِْن ٱل‬ِ ‫س ِك‬َ ‫َو ْٱل َيت َ َمى َو ْٱل َم‬
ِ ‫شدِيد ُ ْٱل ِعقَا‬
‫ب‬ َ ‫ٱّللَ ۖ ِإ َن‬
َ َ‫ٱّلل‬ َ ‫سو ُل َف ُخذُوهُ َو َما نَ َهى ُك ْم‬
َ ‫ع ْنهُ فَٱنت َ ُهوا ۚ َوٱتَقُوا‬ ُ ‫ٱلر‬َ ‫َءاتَى ُك ُم‬
Artinya: Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-
Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk
Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-
orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang
kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah.
Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.
Allah mengatakan, “… Apa yang diberikan Rasul kepadamu (menjadi perintah
Rasul) maka terimalah (lakukanlah). Dan apa yang dilarangnya bagimu maka
tinggalkanlah”. Ini dijadikan sebagai dasar bahwa sesuatu ibadah maghdah yang
kita lakukan harus berdasarkan apa yang diperintahkan oleh Rasul, dan atau juga
adalah sesuatu larangan dari Rasulullah SAW. Rasulullah menyatakan dalam
sebuah hadits,”Sesuatu perbuatan amal yang dilakukan yang tidak ada perintah dari
Rasul maka dia akan tertolak”.
Dalam sebuah hadis riwayat Muslim Rasulullah menyatakan, “Bahwa apa saja,
sesuatu amal yang dilakukan oleh manusia yang itu tidak ada perintah dari Kami
(perintah dari Rasul), maka amal itu akan ditolak oleh Allah SWT. Jadi, prinsip
pertama dari ibadah mahdhah adalah punya dasar (dalil) perintah terhadap
pelaksanaan ibadah itu.
Dalam penelitian ini, Pemahaman ibadah mahdhah terfokus pada persoalan tata
cara (kaifiyat) dalam beribadah. Maka memahami ibadah mahdhah tidak hanya
pengetahuan semata, tatpi lebih mendalam yaitu membedakan, menerangkan
kenali, menafsirkan, memperluas kemudian menyimpulkan, menganalisis,
memberi contoh dan mengklarifikasi tentang ibadah mahdhah.

2. IBADAH GHOIRU MAHDHAH


Ibadah ghairu mahdahh berbeda dengan ibadah mahdah yang berlandaskan
dalil.ibadah ghoiru mahdho lebih fleksibel dan todak dibatasi oelh waktu
tertentu.Ibadah ghairu mahdhah (ibadah umum) adalah ibadah yang tata cara
pelaksanaannya tidak diatur secara rinci oleh Allah dan Rasullah. Ibadah umum ini
tidak menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi justru berupa hubungan
antara manusia dengan manusia atau dengan alam yang memiliki nilai ibadah.
Hubungan ini dilakukan dengan menjaga dan merawat lingkungan, seperti yang
tercantum dalam QS.Al A’raf ayat 56.

ِ‫ّللا‬
ٰ ‫ت‬ َ ‫ع ۡوهُ خ َۡوفا َو‬
َ ‫ط َمعاؕ ا َِن َر ۡح َم‬ ِ ‫َو َّل ت ُ ۡف ِسد ُۡوا فِى ۡاّلَ ۡر‬
ُ ‫ض بَعۡ دَ اِصۡ ََل ِح َها َوا ۡد‬
َ‫ب ِمنَ ۡال ُم ۡح ِسنِ ۡين‬
ٌ ‫قَ ِر ۡي‬

Artinya: “Dan jangan kamu membuat kerusakan di muka bumni, sesudah


(Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat
kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Ibadah ghairu mahdhah ini jika dilakukan dengan niatan yang benar untuk
mendapatkan pahala dari Allah SWT, Maka ada nilai pahalanya. Namun jika dilakukan
tanpa diiringi niat yang benar, maka tetap sah hanya saja tidak ada nilai pahalanya bagi
yang menjalankan.
3. PERBEDAAN IBADAH MAHDAH DAN IBADAH GHOIRU MAHDAH

➢ Ibadah mahdah
• Menurut bahasa, mahdhah memiliki arti ‘murni’ atau tak bercampur,
• ibadah mahdah adalah ibadah khusus
• ibadah mahdah adalah amal dan ucapan yang merupakan jenis
ibadah sejak asal penetapannya dari dalil syariat. Artinya, perkataan
atau ucapan tersebut tidaklah bernilai kecuali ibadah. Dengan kata
lain, tidak bisa bernilai netral (bisa jadi ibadah atau bukan ibadah).
Ibadah mahdah juga ditunjukkan dengan dalil-dalil yang
menunjukkan terlarangnya ditunjukan kepada selain Allah Ta’ala,
karena hal itu termasuk dalam kemusyrikan
• ibadah mahdah juga ditunjukkan dengan maksud pokok orang yang
mengerjakannya, yaitu dalam rangka meraih pahala di akhirat
• ibadah mahdah hanya bisa diketahui melalui jalan wahyu, tidak ada
jalan yang lainnya, termasuk melalui akal atau budaya.

➢ Ibadah ghoiru mahdhoh


• Menurut bahasa, ghairu mahdhah memiliki arti 'tidak murni' atau
'bercampur dengan yang lain'
• Ibadah ghairu mahdhah merujuk pada ibadah umum.
• Ibadah (perkataan atau perbuatan) tersebut pada asalnya bukanlah
ibadah. Akan tetapi, berubah status menjadi ibadah karena melihat
dan menimbang niat pelakunya.
• Maksud pokok perbuatan tersebut adalah untuk memenuhi urusan
atau kebutuhan yang bersifat duniawi, bukan untuk meraih pahala di
akhirat.
• Amal perbuatan tersebut bisa diketahui dan dikenal meskipun tidak
ada wahyu dari para rasul.

4. MACAM – MACAM IBADAH MAHDHOH DAN GHOIRU MAHDOH

➢ Ibadah mahdah
• wudhu merupakan salah satu kegiatan mensucikan anggota tubuh
dengan air. Setiap muslim diwajibkan untuk bersuci setiap akan
melaksanakan sholat, karena wudhu merupakansalah satu syarat sah
sholat.
• Tayammum merupakan suatu tindakan mensucikan diri darihadas
besar maupun kecil tanpa menggunakan air, dalam islam tayammum
menggunakan pasir atau debu, sebagai pengganti wudhu.
• Puasa merupakan ibadah pokok yang ditetapkan menjadi salah satu
rukun islam. Puasa secara bermakna menahan diri dari makan,
minum dan ucapan dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari
sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan Allah Swt berfirman
dalam QS. Al- Baqarah ayat 183 yang berbunyi.

‫علَى الَ ِذيْنَ ِم ْن‬ ِ ‫ع َل ْي ُك ُم‬


َ ِ‫الصيَا ُم َك َما ُكت‬
َ ‫ب‬ َ ِ‫ياَيُّ َها الَ ِذيْنَ ا َمنُ ْوا ُكت‬
َ ‫ب‬
َ‫قَ ْب ِل ُك ْم لَ َعلَ ُك ْم تَتَقُ ْون‬
Dari ayat di atas telah kita ketahui bahwa puasa diwajibkan (puasa
Ramadhan) atas tiap-tiap kaum muslimin yang dulu maupun sampai
sekarang.6 Namun, tidak semua puasa diwajibkan, seperti halnya
puasa Ramadhan. Tetapi ada juga puasa yang disunatkan seperti
puasa pada hari Senin dan Kamis, puasa enam hari dibulan Syawal
dan puasa yang lainnya.
• Sholat merupakan tiang agama bagi umat muslim. Sholat menjadi
salah satu tempat kita berdoa mencurahkan segala keluh kesah. Doa
juga menjadi ketenteraman jiwa bagi mereka yang menjalankannya.
• Zakat merupakan salah satu ibadah pokok dan salah satu rukun
islam, yang dapat diartikan membersihkan, bertumbuh dan berkah.
Zakat sendiri ada dua macam yaitu zakat mal atau yangdisebut zakat
harta dan zakat diri yang dikeluarkan setiap akhir bulan ramadhan
yang disebut juga zakat fitrah.

➢ Ibadah ghoiru mahdho


• Belajar dengan maksud mencari ridho Allah SWT semata.
• Dzikir dan bersholawat dalam keadaan apapun guna mendekatkan diri
dan meminta perlindungan kepada Allah SWT menjadi contoh ibadah
ghairu mahdhah yang terakhir.
• Berkurban dengan menyembelih hewan kurban dalam syarat tertentu
pada waktu bulan dzulhijjah dengan niat ibadah guna mendekatkan diri
kepada Allah SWT.
• Seorang yang menikah dengan niat untuk menjaga dirinya dari
perbuatan zina.
• Sedekah dengan memberikan sesuatu tanpa ada tukarannya karena
mengharapkan pahala di akhirat.

5. TUJUAN IBADAH MAHDHO DAN GHOIRU MAHDHOH

➢ Ibadah mahdhoh
Ibadah mahdhah ditunjukkan dengan maksud pokok orang yang
mengerjakannya, yaitu dalam rangka meraih pahala di akhirat.Misalnya adalah
sholat yang biasa kita kerjakan. Sholat termasuk ke dalam ibadah mahdhah
karena memang ada perintah atau dalil khusus tentang pelaksanaan ibadah ini.
Oleh karena itu, sholat memang sejak awal adalah aktivitas yang
diperintahkan.
Orang-orang yang mengerjakan sholat pun berharap dapat mendapat balasan
berupa pahala. Pelaksanaan dari sholat juga tidak bisa asal, karena sudah diatur
melalui wahyu. Berapa kali pengerjaan sholat, kapan saja waktunya, berapa
raka‟at, bagaimana gerakan dan bacaannya, dan lain sebagainya yang
berkaitan dengan sholat, hanya bisa diketahui melalui penjelasan dari Nabi
shallallahu „alaihi wa sallam, dan bukan berasal dari pikiran seseorang atau
budaya.
➢ Ibadah ghoiru mahdoh

Maksud pokok perbuatan ibadah ghoiru mahdhoh adalah untuk memenuhi


urusan atau kebutuhan yang bersifat duniawi, bukan untuk meraih pahala di
akhirat. Amal perbuatan tersebut bisa diketahui dan bahkan sudah dikenal
meskipun tidak ada wahyu dari para rasul.
Contoh sederhana adalah ketika makan. Seperti yang diketahui, makan
bukanlah ibadah khusus, dan bahkan menjadi kebutuhan sehari-hari. Orang-
orang bisa makan kapan saja, baik ketika lapar atau pun tidak. Apa yang
dimakan pun bisa makanan apa saja, kecuali yang sudah diharamkan.
Namun, aktivitas makan bisa menjadi sebuah ibadah yang bahkan dinilai
berpahala jika meniatkannya dengan sesuatu yang baik.Misalnya, kita berniat
makan agar kuat dalam menjalankan ibadah wajib seperti sholat atau untuk
berjalan ke masjid. Makan juga dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan
pokok. Dalam pengerjaannya pun, tidak membutuhkan wahyu untuk makan,
karena tanpa wahyu pun semua orang sudah tahu pentingnya makan dan
memang membutuhkan makan

C. Menggali Fungsi Hikmah Dan Makna Spiritual Ibadah Bagi Kehidupan Sosial
1. Fungsi ibadah
Ibadah dalam Islam mempunyai beberapa fungsi, antara lain
A. Mendekatkan diri kepada Allah SWT: Salah satu fungsi utama dari ibadah dalam
Islam adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan melaksanakan
ibadah, seseorang diharapkan dapat memperkuat hubungan dengan Allah SWT,
merenungkan tentang kebesaran-Nya, dan memperdalam iman dan ketaqwaannya.
B. Menjaga keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat: Islam mengajarkan
bahwa manusia harus menjaga keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat.
Melalui ibadah, seseorang dapat mengingat tujuan hidupnya di dunia ini dan
meningkatkan kesadaran akan akhirat sebagai tujuan akhir hidup.
C. Membangun moral dan akhlak yang baik: Ibadah dalam Islam memiliki fungsi
untuk membangun moral dan akhlak yang baik dalam diri seseorang. Dalam
melaksanakan ibadah, seseorang diajarkan untuk menjadi lebih sabar, jujur, rendah
hati, dan sopan santun.
D. Membentuk masyarakat yang baik: Ibadah juga memiliki fungsi untuk membentuk
masyarakat yang baik dan harmonis. Dengan melaksanakan ibadah secara
bersama-sama, seseorang dapat belajar untuk saling menghormati, menghargai,
dan bekerja sama dalam kebaikan.
E. Memberikan kebahagiaan dan ketenangan jiwa: Melaksanakan ibadah juga dapat
memberikan kebahagiaan dan ketenangan jiwa bagi seseorang. Dalam ibadah,
seseorang dapat merasa lebih tenang dan damai, merasakan kehadiran Allah SWT
dalam kehidupannya, dan merasa bahwa hidupnya memiliki makna yang lebih
dalam.
F. Menghindari perbuatan dosa dan kejahatan: Ibadah dalam Islam juga memiliki
fungsi untuk menghindari perbuatan dosa dan kejahatan. Dalam melaksanakan
ibadah, seseorang diajarkan untuk lebih menghargai kehidupan dan tidak
melakukan tindakan yang merugikan orang lain. Hal ini dapat membantu seseorang
untuk menjauhi perbuatan dosa dan kejahatan.
G. Mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya.
Mewujudkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya dapat dilakukan melalui
“muqorobah” dan “khudlu”. Orang yang beriman dirinya akan selalu merasa
diawasi oleh Allah. Ia akan selalu berupaya menyesuaikan segala perilakunya
dengan ketentuan Allah SWT. Dengan sikap itu seseorang muslim tidak akan
melupakan kewajibannya untuk beribadah, bertaubat, serta menyandarkan segala
kebutuhannya pada pertolongan Allah SWT. Demikianlah ikrar seorang muslim
seperti tertera dalam Al- Qur’an surat Al-Fatihah ayat 5 :
“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah
Kami meminta pertolongan.”Atas landasan itulah manusia akan terbebas dari
penghambaanterhadap manusia, harta benda dan hawa nafsu.

H. Mendidik mental dan menjadikan manusia ingat akan kewajibannya


Dengan sikap ini, setiap manusia tidak akan lupa bahwa dia adalah anggota
masyarakat yang mempunyai hak dan Kewajiban untuk menerima dan memberi
nasihat. Oleh karena itu, banyak ayat Al-Qur'an ketika berbicara tentang fungsi
ibadah menyebutkan juga dampaknya terhadap kehidupan pribadi dan masyarakat.
Contohnya: Ketika Al Qur'an berbicara tentang sholat, ia menjelaskan fungsinya:
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan)
keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang
kamu kerjakan.”
Dalam ayat ini Al-Qur'an menjelaskan bahwa fungsi sholat adalah mencegah
dari perbuatan keji dan mungkar.Perbuatan keji dan mungkar adalah suatu
perbuatan merugikan diri sendiri dan orang lain. Maka dengan sholat diharapakan
manusia dapat mencegah dirinya dari perbuatan yang merugikan tersebut. Ketika
Al-Qur'an berbicara tentang zakat, Al-Qur'an juga menjelaskan fungsinya:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan Mendoalah untuk
mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka.
dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”Dan masih banyak ibadah-
ibadah lain yang tujuannya tidak hanya baik bagi diri pelakunya tetapi juga
membawa dapak sosial yang baik bagi masyarakatnya. Karena itu Allah tidak akan
menerima semua bentuk ibadah, kecuali ibadah tersebut membawa kebaikan bagi
dirinya dan orang lain. Dalam hal ini Nabi SAW bersabda :
“Barangsiapa yang sholatnya tidak mencegah dirinya dari perbuatan keji dan
munkar, maka dia hanya akan bertambah jauh dari Allah” (HR. Thabrani)

Dengan demikian, ibadah dalam Islam memiliki banyak fungsi yang penting
dalam kehidupan seorang muslim. Melalui ibadah, seseorang dapat mendekatkan diri
kepada Allah SWT, membentuk moral dan akhlak yang baik, dan menghindari
perbuatan dosa dan kejahatan. Selain itu, ibadah juga dapat memberikan kebahagiaan
dan ketenangan jiwa, serta membentuk masyarakat yang baik dan harmonis.
2. Hikmah ibadah

A. Tidak Syirik
Seorang hamba yang sudah berketetapan hati untuk senantiasa beribadah
menyembah kepada-Nya, maka ia harus meninggalkan segala bentuk syirik. Ia telah
mengetahui segala sifat-sifat yang dimiliki Nya adalah lebih besar dari segala yang
ada,sehingga tidak ada wujud lain yang dapat mengungguli-Nya.

B. Memiliki ketakwaan
Ketakwaan yang dilandasi cinta timbul karena ibadah yang dilakukan manusia
setelah merasakan kemurahan dan keindahan Allah SWT. Setelah manusia melihat
kemurahan dan keindahan-Nya munculah dorongan untuk beribadah kepada-Nya.
Sedangkan ketakwaan yang dilandasi rasa takut timbul karena manusia menjalankan
ibadah dianggap sebagai suatu kewajiban bukan sebagai kebutuhan. Ketika manusia
menjalankan ibadah sebagai suatu kewajiban ada kalanya muncul ketidakikhlasan,
terpaksa dan ketakutan akan balasan dari pelanggaran karena tidak menjalankan
kewajiban.

C. Terhindar dari kemaksiatan


Ibadah memiliki daya pensucian yang kuat sehingga dapat menjadi tameng dari
pengaruh kemaksiatan, tetapi keadaan ini hanya bisa dikuasai jika ibadah yang
dilakukan berkualitas. Ibadah ibarat sebuah baju yang harus selaludipakai dimanapun
manusia berada.

D. Berjiwa sosial
Ibadah menjadikan seorang hamba menjadi lebih peka dengan keadaan
lingkungandisekitarnya, karena dia mendapat pengalaman langsung dari ibadah yang
dikerjakannya. Sebagaimana ketika melakukan ibadah puasa, ia merasakan rasanya
lapar yang biasa dirasakan orang-orang yang kekurangan. Sehingga mendorong hamba
tersebut lebih memperhatikan orang lain.

E. Tidak kikir
Harta yang dimiliki manusia pada dasarnya bukan miliknya tetapi milik Allah
SWT yang seharusnya diperuntukan untuk kemaslahatan umat. Tetapi karena
kecintaanmanusia yang begita besar terhadap keduniawian menjadikan dia lupa dan
kikir akan hartanya. Berbeda dengan hamba yang mencintai Allah SWT, senantiasa
dawam menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT, ia menyadari bahwa miliknya
adalah bukanhaknya tetapi ia hanya memanfaatkan untuk keperluanya semata-mata
sebagai bekal di akhirat yang diwujudkan dalam bentuk pengorbanan hartauntuk
keperluan umat.

3. Makna Spiritual Ibadah Bagi Kehidupan Sosial

Ibadah memiliki dimensi keakhiratan sekaligus keduniawian. Ibadah dalam ajaran


Islam tidak hanya dimaksudkan dalam kerangka hubungan
dengan Allah semata, tetapi juga mengandung dimensi sosial yang tinggi bagi para
pemeluknya. Semua bentuk ibadah memiliki makna sosialnya masing-masing
sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:

Pertama, ibadah shalat. Kandungan sosial dari ibadah shalat adalah bahwa shalat
mengajarkan makna persaudaraan dan persatuan manusia yang begitu tinggi. Ketika
melaksanakan shalat di masjid lima kali dalam sehari, maka sesungguhnya ibadah
tersebut tengah menghimpun penduduknya lima kali sehari. Dalam aktivitas tersebut,
mereka saling mengenal, saling berkomunikasi, dan saling menyatukan hati. Mereka
shalat dibelakang seorang imam, mengadu kepada Tuhan yang satu, membaca kitab
yang sama, serta menghadap kiblat yang sama. Mereka juga melakukan amalan yang
sama yakni sujud, ruku, dan sebagainya. Allah berfirman dalam surat Al-Hujurat ayat
10:
َ‫ٱّللَ لَ َعلَ ُك ْم ت ُ ْر َح ُمون‬ ْ َ ‫ِإنَ َما ْٱل ُمؤْ ِمنُونَ ِإ ْخ َوة ٌ فَأ‬
َ ‫ص ِل ُحوا بَيْنَ أَخ ََو ْي ُك ْم ۚ َوٱتَقُوا‬
Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu
damaikanlah antara kedua saudaramu ( yang berselisih ) dan bertakwalah kepada
Allah agar kamu mendapat rahmat.” ( Q.S Al-Hujurat:10).

Kedua, ibadah puasa. Puasa mampu menumbuhkan kepekaan sosial bagi


pelakunya. Dengan berpuasa, si kaya merasakan betapa tidak enaknya merasakan lapar.
Puasa mengajarkan kepadanya untuk bisa mengenali serta merasakan penderitaan
orang yang sehari-hari senantiasa berada dalam kekurangan dan berbalut kemiskinan.
Kemudian puasa diakhiri dengan membayar zakat fitrah yang memaksa seseorang
untuk berderma, sekalipun mungkin hatinya belum sadar ini akan menjadi latihan dan
pembinaan tersendiri bagi orang yang besangkutan untuk menjadi orang yang
dermawan dan peduli terhadap orang-orang yang lemah.

Ketiga, ibadah zakat. Ibadah zakat memiliki fungsi dan hikmah ganda. Secara
individu zakat mengandung hikmah untuk membersihkan dan menyucikan diri beserta
harta bendanya. Dengan begitu, zakat melatih manusia menghilangkan sifat kikir,
rakus, tamak yang melekat pada dirinya. Zakat menjadi tanda kedermawanan,
solidaritas, dan kasih sayang seorang muslim terhadap saudara-saudaranya agar bisa
ikut merasakan rezeki sebagai karunia Allah SWT.

Keempat, ibadah haji. Dalam ibadah haji terkandung pengalaman nilai-nilai


kemanusiaan yang universal. Ibadah haji dimulai dengan niat sambil menanggalkan
pakaian biasa dan kemudian mengenakan pakaian ihram. Dengan mengenakan pakaian
ihram pada saat haji, manusia diajarkan untuk menanggalkan perbedaan status sosial
yang mereka sandang dan bersatu dalam persamaan dan persaudaraan. Pada saat
melaksanakan ihram, seseorang dilarang menyakiti binatang, dilarang membunuh,
menumpahkan darah, serta dilarang mencabut pepohonan.
Maknanya manusia harus menerapkan apa yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an dan
Hadist ke dalam kehidupan sosial.
4. Hakekat ibadah
Tujuan di ciptakannya manusia di muka bumi ini yaitu untuk beribadah kepada-
Nya. Allah menetapkan perintah ibadah sebenarnya merupakan suatu kemampuan yang
besar kepada makhluknya, karena apabila direnungkan, hakikat perintah beribadah itu
berupa peringatan agar kita menunaikan kewajiban terhadap Allah yang telah
melimpahkan karunia-Nya.
Hakikat ibadah itu antara lain firman Allah yang berbunyi:

Artinya: “Wahai para manusia, beribadahlah kamu kepada Tuhanmu, yang telah
menjadikan kamu dan telah menjadikan orang-orang sebelum kamu, agar kamu
bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah (2) ;21).
Adapun hakikat ibadah yaitu :

1. Ibadah adalah tujuan hidup kita.


2. Melaksanakan apa yang Allah cintai dan ridhai dengan penuh ketundukkan dan
perendahan diri kepada Allah SWT.
3. Ibadah akan terwujud dengan cara melaksanakan perintah Allah dan
meniggalkan larangan-Nya.
4. Cinta, maksudnya cinta kepada Allah dan Rasul-Nya yang mengandung makna
mendahulukan kehendak Allah dan Rasul-Nya atas yang lainnya. Adapun
tanda-tandanya : mengikuti sunnah Rasulullah saw.
5. Jihad di jalan Allah (berusaha sekuat tenaga untuk meraih segala sesuatu yang
dicintai Allah).
6. Takut, maksudnya tidak merasakan sedikitpun ketakutan kepada segala bentuk
dan jenis makhluk melebihi ketakutannya kepada Allah SWT.

Dengan demikian orang-orang yang benar-benar mengerti kehidupan adalah yang


mengisi waktunya dengan berbagai macam bentuk ketaatan; baik dengan melaksanakan
perintah maupun menjauhi larangan. Sebab dengan cara itu tujuan hidupnya akan
terwujud.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara keseluruhan, ibadah dalam Islam adalah tindakan penghambaan dan
penyembahan manusia kepada Allah SWT yang dilakukan dengan mengikuti ajaran-
Nya dan dengan penuh kesadaran spiritual. Ibadah melibatkan tindakan-tindakan
formal seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan sebagainya, namun juga melibatkan hati,
pikiran, dan jiwa seseorang.
Ibadah dalam Islam memiliki klasifikasi yang terbagi menjadi ibadah
mahdhah dan ghairu mahdhah. Ibadah mahdhah adalah ibadah yang telah ditentukan
tata caranya dan waktu pelaksanaannya, seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan
sebagainya. Sementara itu, ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah yang tidak memiliki
tata cara atau waktu pelaksanaan yang ditentukan secara khusus, namun tetap memiliki
nilai ibadah, seperti berdoa, berdzikir, berjihad, dan sebagainya.
Ibadah dalam Islam memiliki banyak manfaat, di antaranya adalah
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, membantu seseorang untuk memperbaiki
hubungannya dengan Allah SWT dan sesama manusia, serta memberikan kesadaran
spiritual yang lebih dalam. Ibadah juga memiliki hikmah yang bisa membantu
seseorang untuk mencapai kebahagiaan sejati dan hidup dengan lebih bermakna.
Oleh karena itu, ibadah merupakan bagian integral dari kehidupan seorang
muslim, karena ia membantu seseorang untuk menjalankan perannya sebagai hamba
Allah SWT dan memenuhi tujuan hidupnya yang sesungguhnya.

B. Saran
Uraian pada beberapa bab diatas sebagaimana telah memberikan sedikit
pemahaman dan pengetahuna kepada kita semua meskipun tiada kesempurnaan,
memang penulisan ini tidak terlepas dari kekurangan. Akhirnya upaya dan kegiatan
yang tak mengenal lelah untuk lebih mengkaji tentang perbaikan penulisan makalah
ibadah, mudah-mudahan Allah swt melimpakan daya dan kekuatan kepada kita.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Suyuti, Jalaluddin. Al-Durr al-Manthur fi al-Tafsir bi al-Ma'thur. Cairo: Dar al-


Ma'arif, n.d.
Qardhawi, Yusuf. Fiqh al-Ibadat. Cairo: Dar al-Fikr al-Arabi, 2000
Tafsir Ibnu Katsir Juz 1-5, cetakan Pustaka Azzam, Jakarta.
Imam Syafei dkk, Pendidikan Agama Islam Berbasis Karakter Di Perguruan Tinggi
(Lampung: Unila Press, 2014)

Hassan Saleh, Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer (Jakarta: Rajawali Press, 2008)

Ali Anwar Yusuf, Studi Agama Islam (Bandung: CV Pustaka Setia, 2003)

Andre Kurniawan, Mengenal Ibadah Mahdhah dan Ghairu Mahdhah, Ini


Perbedaan Keduanya. Diposting pada 03/09/2021, diakses pada 09/10/2022.
https://www.merdeka.com/jabar/ mengenal-ibadah-mahdhah-dan-ghairu-mahdhah-
ini-perbedaan-keduanya-kln.html

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), hlm 66-68

Anda mungkin juga menyukai