Puji syukur kehadiran ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Memahamai Hakikat Ibadah
dan Makna Sepiritual Ibadah Bagi Kehidupan Sosial ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan
dari penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah AIK. Selain itu,
tugas ini juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai hakikat ibadah bagi kehidupan
sosial bagi para pembaca dan juga penyunsun
Kami mengucapkan terimah kasih kepada ibu Fatmawanti Patta S.Pd.I M.Pd.I selaku
dosen mata kuliah AIK telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesui dengan agama kita yaitu agama islam
Kami menyadari, tugas yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Ibadah merupakan bentuk taat atau tunduk kepada Allah berupa doa dan segala
tingkah dan perilaku yang berdasarkan pada al-Qur’an dengan menjalankan segala
perintahNya dan menjauhi hal-hal yang di laranganNya, ibadah baik berupa ritual, sikap
dan tingkah laku menjadi kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap muslim sebagai
wujud dari keimanan yang dimiliki untuk menggapai ridho Allah1 . Menurut Alim
ibadah berarti wujud dari seseorang berbakti kepada Allah SWT yang disebabkan oleh
dorongan dalam diri sehingga membentuk akidah dan tauhid menjadi suatu keimanan
dalam jati diri manusia, ibadah menjadi sebuah bingkai dalam kehidupan dalam
mengembangkan suatu keimanan yang nyata, selain itu ibadah juga memiliki manfaat
sebagai usaha secara sadar dalam memelihara keimanan seseorang, kemudian Alim
menambahkan bahwa ada dua pembagian ibadah dalam islam yaitu iadah mahdhah
yang bersifat khusus dan ibadah ghoiru mahdhah yang sifatnya umum2 . Dengan
demikian maka dapat disimpulkan bahwa ibadah merupakan kegiatan yang dilandaskan
oleh iman sehingga mendorong ketaatan seseorang untuk terbiasa melakukan ibadah
dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan mendapatkan ridha Allah Swt, sebagaimana
Islam mengajarkan kepada umatnya bahwa dalam kehidupan tak lepas dari sebuah
unsur balasan baik berupa pahala maupun berupa siksaan, maka seseorang yang
dikatakan memiliki tingkat terbiasa dalam kegiatan beribadah maka memiliki nilai
ketaatan tersendiri, sedangkan ibadah itu sendiri terbagi menjadi dua yaitu ibadah
mahdhah dan ibadah ghoiru mahdhah
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan makalah mengenai ibadah dalam Islam adalah untuk
memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang pengertian, hukum, jenis, cara
melaksanakan, hikmah, faktor penghambat, dampak, pentingnya niat yang tulus dan
ikhlas, cara meningkatkan kualitas, serta peran ibadah dalam meningkatkan kualitas
hidup seseorang dalam Islam.
Melalui pembahasan yang komprehensif tentang ibadah dalam Islam,
diharapkan pembaca dapat memahami pentingnya menjalankan ibadah dalam
kehidupan seorang muslim, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup spiritual dan
moral. Selain itu, makalah ini juga dapat menjadi referensi bagi pembaca yang ingin
memperdalam pengetahuan tentang ajaran Islam, terutama terkait dengan ibadah
sebagai salah satu rukun Islam yang harus dijalankan oleh setiap muslim.
Dengan memahami pentingnya ibadah dalam Islam, diharapkan pembaca dapat
memperbaiki kualitas ibadahnya, meningkatkan kesadaran akan tugas-tugas
keagamaannya, dan mengoptimalkan potensi untuk meraih kebahagiaan dunia dan
akhirat yang dijanjikan oleh Allah SWT
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP IBADAH
Salah satu kewajiban kita sebagai hamba Allah di permukaan bumi ini adalah
beribadah kepada Allah SWT. Karena salah satu tugas yang kita lakukan itu adalah
sebuah perintah dari Allah, Perintah ibadah ini terkandung dalam filosufi tujuan
penciptaan manusia yang terkandung dalam QS. Adz Dzariyat : 56
Islam mengajarkan kepada kita bahwa dalam melakukan sebuah amal dalam
kehidupan ini, ada dua jenis ibadah yang bisa kita lakukan sebagai sebuah pengabdian
kita kepada Allah SWT, yaitu ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah
1. IBADAH MAHDAH
Ibadah mahdah (ibadah khusus) yaitu ibadah langsung kepada Allah SWT. Tata
cara pelaksanaannya telah diatur dan ditetapkan oleh Allah atau dicontoh oleh
Rasulullah Karena itu, pelaksanaanya sangat ketat, yaitu harus sesui dengan contoh
dari rasul. Allah dan Rasul-nya telah menetapkan pedoman atau cara yang harus di
taati dalam beribadah, tidak boleh ditambah-tambah atau dikurangi.
Ibadah mahdah adalah ibadah yang tidak memiliki perubahan apapun dari apa
yang telah digariskan, baik berupa penambahan atau pengurangan. Penambahan
atau pengurangan dalam ibadah mahdah merupakan bid’ah (mengada-ada) yaitu
sesuatu yang terlarang. Bid’ah mengakibatkan batalnya ibadah yang dilakukan.
Ali Anwar Yusuf mendifinisikan ibadah mahdah yaitu ibadah yang
mengandung hubungan dengan Allah semata-mata (vertikal hablumminallah). Ciri-
ciri ibadah ini adalah semua ketentuan dari aturan pelaksanaanya telah ditetapkan
secara rinci melalui penjelasan-penjelasan Al-Qur’an atau sunnah. Dengan
demikian, pemahaman ibadah mahdah bersal dari kata pemahaman dan ibadah
mahdah. Dari penjelasan-penjelasan yang sudah dibahas dapat ditarik kesimpulan
tentang pengertian pemahaman ibadah mahdah.
Pemahaman ibadah mahdah adalah kemampuan menangkap makna serta
penguasaan terhadap bahan-bahan yang dipelajari secara baik dan benar mengenai
ajaran islam tentang ibadah mahdhah sesuai dengan ketentuan dan tata cara yang
ditentukan syari’at agama.
Ibadah mahdhah ini tidak bisa ukurannya baik atau buruk secara akal, tetapi
baik atau buruk itu sesuatu yang diukur dari adanya perintah atau larangan terhadap
sebuah hal yang menjadi kewajiban oleh manusia itu. Manakala ada sebuah hal
yang diperintahkan oleh Allah dan diperintahkan oleh Rasul, maka hal itu menjadi
sebuah kewajiban kita untuk menunaikannya. Dan apabila sebuah larangan, maka
hal itu menjadi sebuah keharaman untuk ditinggalkan.
Dalam Al-quran surat Al-Hasyr ayat 7
ِّللا
ٰ ت َ ع ۡوهُ خ َۡوفا َو
َ ط َمعاؕ ا َِن َر ۡح َم ِ َو َّل ت ُ ۡف ِسد ُۡوا فِى ۡاّلَ ۡر
ُ ض بَعۡ دَ اِصۡ ََل ِح َها َوا ۡد
َب ِمنَ ۡال ُم ۡح ِسنِ ۡين
ٌ قَ ِر ۡي
➢ Ibadah mahdah
• Menurut bahasa, mahdhah memiliki arti ‘murni’ atau tak bercampur,
• ibadah mahdah adalah ibadah khusus
• ibadah mahdah adalah amal dan ucapan yang merupakan jenis
ibadah sejak asal penetapannya dari dalil syariat. Artinya, perkataan
atau ucapan tersebut tidaklah bernilai kecuali ibadah. Dengan kata
lain, tidak bisa bernilai netral (bisa jadi ibadah atau bukan ibadah).
Ibadah mahdah juga ditunjukkan dengan dalil-dalil yang
menunjukkan terlarangnya ditunjukan kepada selain Allah Ta’ala,
karena hal itu termasuk dalam kemusyrikan
• ibadah mahdah juga ditunjukkan dengan maksud pokok orang yang
mengerjakannya, yaitu dalam rangka meraih pahala di akhirat
• ibadah mahdah hanya bisa diketahui melalui jalan wahyu, tidak ada
jalan yang lainnya, termasuk melalui akal atau budaya.
➢ Ibadah mahdah
• wudhu merupakan salah satu kegiatan mensucikan anggota tubuh
dengan air. Setiap muslim diwajibkan untuk bersuci setiap akan
melaksanakan sholat, karena wudhu merupakansalah satu syarat sah
sholat.
• Tayammum merupakan suatu tindakan mensucikan diri darihadas
besar maupun kecil tanpa menggunakan air, dalam islam tayammum
menggunakan pasir atau debu, sebagai pengganti wudhu.
• Puasa merupakan ibadah pokok yang ditetapkan menjadi salah satu
rukun islam. Puasa secara bermakna menahan diri dari makan,
minum dan ucapan dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari
sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan Allah Swt berfirman
dalam QS. Al- Baqarah ayat 183 yang berbunyi.
➢ Ibadah mahdhoh
Ibadah mahdhah ditunjukkan dengan maksud pokok orang yang
mengerjakannya, yaitu dalam rangka meraih pahala di akhirat.Misalnya adalah
sholat yang biasa kita kerjakan. Sholat termasuk ke dalam ibadah mahdhah
karena memang ada perintah atau dalil khusus tentang pelaksanaan ibadah ini.
Oleh karena itu, sholat memang sejak awal adalah aktivitas yang
diperintahkan.
Orang-orang yang mengerjakan sholat pun berharap dapat mendapat balasan
berupa pahala. Pelaksanaan dari sholat juga tidak bisa asal, karena sudah diatur
melalui wahyu. Berapa kali pengerjaan sholat, kapan saja waktunya, berapa
raka‟at, bagaimana gerakan dan bacaannya, dan lain sebagainya yang
berkaitan dengan sholat, hanya bisa diketahui melalui penjelasan dari Nabi
shallallahu „alaihi wa sallam, dan bukan berasal dari pikiran seseorang atau
budaya.
➢ Ibadah ghoiru mahdoh
C. Menggali Fungsi Hikmah Dan Makna Spiritual Ibadah Bagi Kehidupan Sosial
1. Fungsi ibadah
Ibadah dalam Islam mempunyai beberapa fungsi, antara lain
A. Mendekatkan diri kepada Allah SWT: Salah satu fungsi utama dari ibadah dalam
Islam adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan melaksanakan
ibadah, seseorang diharapkan dapat memperkuat hubungan dengan Allah SWT,
merenungkan tentang kebesaran-Nya, dan memperdalam iman dan ketaqwaannya.
B. Menjaga keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat: Islam mengajarkan
bahwa manusia harus menjaga keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat.
Melalui ibadah, seseorang dapat mengingat tujuan hidupnya di dunia ini dan
meningkatkan kesadaran akan akhirat sebagai tujuan akhir hidup.
C. Membangun moral dan akhlak yang baik: Ibadah dalam Islam memiliki fungsi
untuk membangun moral dan akhlak yang baik dalam diri seseorang. Dalam
melaksanakan ibadah, seseorang diajarkan untuk menjadi lebih sabar, jujur, rendah
hati, dan sopan santun.
D. Membentuk masyarakat yang baik: Ibadah juga memiliki fungsi untuk membentuk
masyarakat yang baik dan harmonis. Dengan melaksanakan ibadah secara
bersama-sama, seseorang dapat belajar untuk saling menghormati, menghargai,
dan bekerja sama dalam kebaikan.
E. Memberikan kebahagiaan dan ketenangan jiwa: Melaksanakan ibadah juga dapat
memberikan kebahagiaan dan ketenangan jiwa bagi seseorang. Dalam ibadah,
seseorang dapat merasa lebih tenang dan damai, merasakan kehadiran Allah SWT
dalam kehidupannya, dan merasa bahwa hidupnya memiliki makna yang lebih
dalam.
F. Menghindari perbuatan dosa dan kejahatan: Ibadah dalam Islam juga memiliki
fungsi untuk menghindari perbuatan dosa dan kejahatan. Dalam melaksanakan
ibadah, seseorang diajarkan untuk lebih menghargai kehidupan dan tidak
melakukan tindakan yang merugikan orang lain. Hal ini dapat membantu seseorang
untuk menjauhi perbuatan dosa dan kejahatan.
G. Mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya.
Mewujudkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya dapat dilakukan melalui
“muqorobah” dan “khudlu”. Orang yang beriman dirinya akan selalu merasa
diawasi oleh Allah. Ia akan selalu berupaya menyesuaikan segala perilakunya
dengan ketentuan Allah SWT. Dengan sikap itu seseorang muslim tidak akan
melupakan kewajibannya untuk beribadah, bertaubat, serta menyandarkan segala
kebutuhannya pada pertolongan Allah SWT. Demikianlah ikrar seorang muslim
seperti tertera dalam Al- Qur’an surat Al-Fatihah ayat 5 :
“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah
Kami meminta pertolongan.”Atas landasan itulah manusia akan terbebas dari
penghambaanterhadap manusia, harta benda dan hawa nafsu.
Dengan demikian, ibadah dalam Islam memiliki banyak fungsi yang penting
dalam kehidupan seorang muslim. Melalui ibadah, seseorang dapat mendekatkan diri
kepada Allah SWT, membentuk moral dan akhlak yang baik, dan menghindari
perbuatan dosa dan kejahatan. Selain itu, ibadah juga dapat memberikan kebahagiaan
dan ketenangan jiwa, serta membentuk masyarakat yang baik dan harmonis.
2. Hikmah ibadah
A. Tidak Syirik
Seorang hamba yang sudah berketetapan hati untuk senantiasa beribadah
menyembah kepada-Nya, maka ia harus meninggalkan segala bentuk syirik. Ia telah
mengetahui segala sifat-sifat yang dimiliki Nya adalah lebih besar dari segala yang
ada,sehingga tidak ada wujud lain yang dapat mengungguli-Nya.
B. Memiliki ketakwaan
Ketakwaan yang dilandasi cinta timbul karena ibadah yang dilakukan manusia
setelah merasakan kemurahan dan keindahan Allah SWT. Setelah manusia melihat
kemurahan dan keindahan-Nya munculah dorongan untuk beribadah kepada-Nya.
Sedangkan ketakwaan yang dilandasi rasa takut timbul karena manusia menjalankan
ibadah dianggap sebagai suatu kewajiban bukan sebagai kebutuhan. Ketika manusia
menjalankan ibadah sebagai suatu kewajiban ada kalanya muncul ketidakikhlasan,
terpaksa dan ketakutan akan balasan dari pelanggaran karena tidak menjalankan
kewajiban.
D. Berjiwa sosial
Ibadah menjadikan seorang hamba menjadi lebih peka dengan keadaan
lingkungandisekitarnya, karena dia mendapat pengalaman langsung dari ibadah yang
dikerjakannya. Sebagaimana ketika melakukan ibadah puasa, ia merasakan rasanya
lapar yang biasa dirasakan orang-orang yang kekurangan. Sehingga mendorong hamba
tersebut lebih memperhatikan orang lain.
E. Tidak kikir
Harta yang dimiliki manusia pada dasarnya bukan miliknya tetapi milik Allah
SWT yang seharusnya diperuntukan untuk kemaslahatan umat. Tetapi karena
kecintaanmanusia yang begita besar terhadap keduniawian menjadikan dia lupa dan
kikir akan hartanya. Berbeda dengan hamba yang mencintai Allah SWT, senantiasa
dawam menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT, ia menyadari bahwa miliknya
adalah bukanhaknya tetapi ia hanya memanfaatkan untuk keperluanya semata-mata
sebagai bekal di akhirat yang diwujudkan dalam bentuk pengorbanan hartauntuk
keperluan umat.
Pertama, ibadah shalat. Kandungan sosial dari ibadah shalat adalah bahwa shalat
mengajarkan makna persaudaraan dan persatuan manusia yang begitu tinggi. Ketika
melaksanakan shalat di masjid lima kali dalam sehari, maka sesungguhnya ibadah
tersebut tengah menghimpun penduduknya lima kali sehari. Dalam aktivitas tersebut,
mereka saling mengenal, saling berkomunikasi, dan saling menyatukan hati. Mereka
shalat dibelakang seorang imam, mengadu kepada Tuhan yang satu, membaca kitab
yang sama, serta menghadap kiblat yang sama. Mereka juga melakukan amalan yang
sama yakni sujud, ruku, dan sebagainya. Allah berfirman dalam surat Al-Hujurat ayat
10:
َٱّللَ لَ َعلَ ُك ْم ت ُ ْر َح ُمون ْ َ ِإنَ َما ْٱل ُمؤْ ِمنُونَ ِإ ْخ َوة ٌ فَأ
َ ص ِل ُحوا بَيْنَ أَخ ََو ْي ُك ْم ۚ َوٱتَقُوا
Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu
damaikanlah antara kedua saudaramu ( yang berselisih ) dan bertakwalah kepada
Allah agar kamu mendapat rahmat.” ( Q.S Al-Hujurat:10).
Ketiga, ibadah zakat. Ibadah zakat memiliki fungsi dan hikmah ganda. Secara
individu zakat mengandung hikmah untuk membersihkan dan menyucikan diri beserta
harta bendanya. Dengan begitu, zakat melatih manusia menghilangkan sifat kikir,
rakus, tamak yang melekat pada dirinya. Zakat menjadi tanda kedermawanan,
solidaritas, dan kasih sayang seorang muslim terhadap saudara-saudaranya agar bisa
ikut merasakan rezeki sebagai karunia Allah SWT.
Artinya: “Wahai para manusia, beribadahlah kamu kepada Tuhanmu, yang telah
menjadikan kamu dan telah menjadikan orang-orang sebelum kamu, agar kamu
bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah (2) ;21).
Adapun hakikat ibadah yaitu :
A. Kesimpulan
Secara keseluruhan, ibadah dalam Islam adalah tindakan penghambaan dan
penyembahan manusia kepada Allah SWT yang dilakukan dengan mengikuti ajaran-
Nya dan dengan penuh kesadaran spiritual. Ibadah melibatkan tindakan-tindakan
formal seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan sebagainya, namun juga melibatkan hati,
pikiran, dan jiwa seseorang.
Ibadah dalam Islam memiliki klasifikasi yang terbagi menjadi ibadah
mahdhah dan ghairu mahdhah. Ibadah mahdhah adalah ibadah yang telah ditentukan
tata caranya dan waktu pelaksanaannya, seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan
sebagainya. Sementara itu, ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah yang tidak memiliki
tata cara atau waktu pelaksanaan yang ditentukan secara khusus, namun tetap memiliki
nilai ibadah, seperti berdoa, berdzikir, berjihad, dan sebagainya.
Ibadah dalam Islam memiliki banyak manfaat, di antaranya adalah
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, membantu seseorang untuk memperbaiki
hubungannya dengan Allah SWT dan sesama manusia, serta memberikan kesadaran
spiritual yang lebih dalam. Ibadah juga memiliki hikmah yang bisa membantu
seseorang untuk mencapai kebahagiaan sejati dan hidup dengan lebih bermakna.
Oleh karena itu, ibadah merupakan bagian integral dari kehidupan seorang
muslim, karena ia membantu seseorang untuk menjalankan perannya sebagai hamba
Allah SWT dan memenuhi tujuan hidupnya yang sesungguhnya.
B. Saran
Uraian pada beberapa bab diatas sebagaimana telah memberikan sedikit
pemahaman dan pengetahuna kepada kita semua meskipun tiada kesempurnaan,
memang penulisan ini tidak terlepas dari kekurangan. Akhirnya upaya dan kegiatan
yang tak mengenal lelah untuk lebih mengkaji tentang perbaikan penulisan makalah
ibadah, mudah-mudahan Allah swt melimpakan daya dan kekuatan kepada kita.
DAFTAR PUSTAKA
Hassan Saleh, Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer (Jakarta: Rajawali Press, 2008)
Ali Anwar Yusuf, Studi Agama Islam (Bandung: CV Pustaka Setia, 2003)
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), hlm 66-68