Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KARYA ILMIAH

ASPEK IBADAH DALAM ISLAM


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Agama Islam

Disusun oleh Kelompok 4 :


1. Rifki Muhamad Ridwan (1222200012)
2. Muhamad Zaky Zidan (1222200011)
3. Mahya Masruriah (1222000015)
4. Fitriana Rahmawati (1222000058)

Dosen :
Siti Nadroh, S.Ag., M.Ag.

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA

i
KATA PENGATAR

Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena telah memberikan kesempatan pada kami
untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Aspek Ibadah Dalam Islam” dengan tepat waktu.
Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita
nantikan kelak.
Makalah yang berjudul “Aspek Ibadah Dalam Islam” disusun guna memenuhi tugas pada
mata kuliah agama islam di Institut Teknologi Indonesia. Selain itu, kami juga berharap agar
makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang “Aspek Ibadah Dalam Islam”.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada ibu selaku dosen mata kuliah.
Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang
yang ditekuni kami. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah
ini.

Tangerang, 3 Oktober 2022

Kelompok 4

i
DAFTAR

KATA PENGATAR..................................................................................................................i
DAFTAR...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................1
1.3 Tujuan..................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
2.1 Pengertian aspek ibadah dalam islam................................................................................2
2.2 Aspek Ibadah Dalam Islam.................................................................................................3
2.3 Hakikat dan tujuan ibadah.................................................................................................8
BAB III PENUTUP................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................11

ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ibadah adalah aktifitas spiritual yang merupakan inti dari keyakinan dalam
beragama. Ibadah secara etimologi memiliki arti tunduk atau merendahkan diri.
Ibadah menurut syariat Islam mengandung banyak definisi, namun secara prinsip
memiliki makna dan maksud yang sama. Prinsip dasar dari semua agama mengenal
dengan istilah ritual, karena setiap agama memiliki ajaran tentang hal yang sakral.
Salah satu tujuan pelaksanaan ritual adalah pemeliharaan dan pelestarian kesakralan.
Sebagian dari manusia itu sendiri yang menganggap ibadah itu hanyalah sekedar
menjalankan rutinitas dari hal-hal yang dianggap kewajiban, seperti sholat dan puasa.
Sayangnya, kita lupa bahwa ibadah tidak mungkin lepas dari pencapaian kepada
Tauhid terlebih dahulu. Mengapa? keduanya berkaitan erat, karena mustahil kita
mencapai tauhid tanpa memahami konsep ibadah dengan sebenar-benarnya.
Adapun pendapat dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah mengatakan
bahwa: “Ibadah adalah suatu istilah yang mencakup segala sesuatu yang dicintai
Allah dan diridhai-Nya, baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang tersembunyi
(batin) maupun yang nampak (lahir). Dari definisi singkat tersebut, maka secara
umum ibadah seperti yang kita ketahui di antaranya yaitu mendirikan shalat,
menunaikan zakat, berpuasa pada bulan ramadhan (maupun puasa-puasa sunnah
lainnya), dan melaksanakan haji. Selain ibadah pokok tersebut, hal-hal yang sering
kita anggap sepele pun sebenarnya bernilai ibadah dan pahalanya tidak dapat
diremehkan begitu saja.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan apa yang telah di uraikan dalam latar belakang maka disusunlah
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Pengertian aspek ibadah dalam islam
2. Apa saja aspek-aspek ibadah dalam islam?
3. Hakikat dan tujuan ibadah

1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan dengan sebagai berikut :
1. Untuk lebih memahami tentang definisi ibadah
2. Mengetahui jenis-jenis aspek ibadah dalam islam
3. Mengetahui dan memahami pelaksanaan aspek ibadah dalam islam
4. Meningkatkan iman dan ketakwaan kepada Allah SWT

1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian aspek ibadah dalam islam
Kedudukan ibadah dalam Islam menempati posisi yang paling utama dan menjadi
titik sentral dari seluruh aktivitas muslim. Seluruh kegiatan muslim pada dasarnya
merupakan bentuk ibadah kepada Allah ta’ala, sehingga apa saja yang dilakukannya
memiliki nilai ganda, yaitu material dan nilai spiritual.
Pengettian ibadah secara bahasa adalah tunduk atau merendahkan diri.
Sedangkan secara istilah atau syara’, ibadah merupakan suatu ketaatan yang
dilakukan dan dilaksanakan sesuai perintah-Nya, merendahkan diri kepada Allah
SWT dengan kecintaan yang sangat tinggi dan mencakup atas segala apa yang Allah
ridhai baik yang berupa ucapan atau perkataan maupun perbuatan yang dhahir
ataupun bathin.
Adapun pengertian Ibadah secara istilah (terminologi) adalah penghambaan
seorang manusia kepada Allah untuk dapat mendekatkan diri kepada-Nya sebagai
realisasi dari pelaksanaan tugas hidup selaku makhluk yang diciptakan Allah.
Selanjutnya pengertian ibadah secara bahasa (etomologis) berasal dari bahasa
Arab dengan asal kata ‘abada, ya’budu, ‘abdan, fahuwa ‘aabidun. ‘Abid, berarti
hamba atau budak, yakni seseorang yang tidak memiliki apa-apa, hatta dirinya sendiri
milik tuannya, sehingga karenanya seluruh aktifitas hidup hamba hanya untuk
memperoleh keridhaan tuannya dan menghindarkan murkanya.
Keberadaan manusia di ciptakan muka bumi ini adalah adalah hamba Allah
“Ibaadullaah” jiwa raga haya milik Allah, hidup matinya di tangan Allah, rizki miskin
kayanya ketentuan Allah, dan diciptakan hanya untuk ibadah atau menghamba
kepada-Nya.
Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an pada surah al-Dzariyat ayat 56 :
‫وما خلقت الجن واالنس اال ليعبدو ن‬
Terjemahannya: “Tidak Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah
kepada-Ku” (QS. al-Dzariyat: 56).
Menurut bahasa kata ibadah berarti patuh (al-tha‟ah),dan tunduk (al-khudlu),
Ubudiyah artinya tunduk dan merendahkan diri .Secara etimologis diambil dari kata
„abada, ya‟budu, „abdan, fahuwa„aabidun.„Abid sendiri berarti hamba atau budak,
yakni seseorangyang tidak memiliki apa-apa, harta dan dirinya sendiri milik
tuannya,sehingga seluruh aktifitas hidupnya hanya untuk memperolehkeridhaan
tuannya dan menghindarkan murkanya. Sedangkan secara terminologis ialah sebutan
yang mencakup seluruh apa yang dicintaidan diridhoi Allah SWT, baik berupa ucapan
atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin.
Dalam islam aspek ibadah dibagi menjadi 2 macam yaitu: ibadah mahdah dan
ibadah ghairu mahdhah.

2
2.2 Aspek Ibadah Dalam Islam
Ditinjau dari jenisnya ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis, dengan
bentuk dan sifat yang berbeda antara satu dengan lainnya yaitu :

1. Ibadah Mahdhah
Ibadah mahdhah ialah ibadah dalam arti sempit yaitu aktivitas atau
perbuatan yang sudah ditentukan syarat dan rukunnya. Maksudnya syarat itu
hal-hal yang perlu dipenuhi sebelum suatu kegiatan ibadah itu dilakukan.
Sedangkan rukun itu hal-hal, cara, tahapan atau urutan yang harus dilakukan
dalam melaksanakan ibadah itu. Ibadah Mahdhah adalah ibadah yang dari segi
perkataan, perbuatan telah dibuat oleh Allah SWT kemudian diperintahkan
kepada Rasulullah untuk mengerjakannya. Semuanya adalah perintah dari
Allah yang diturunkan kepada Rasulullah kemudian wajib diturukan kepada
umatnya tanpa ada unsur menambah atau memperbaharui sedikitpun.

Ibadah Mahdah adalah penghambaan yang murni hanya hubungan hamba


dengan Allah. Ibadah Mahdah memiliki 4 prinsip :
A. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah yang
berdasarkan baik dari Al-Quran maupun Al-Sunnnah. Jadi merupakan
otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh akal atau logika
keberadaannya
B. Bersifat supra rasional (diatas jangkauan akal) Yang berarti ibadah
bentuk ini bukan ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan
wilayah wahyu. Akal hanya berfungsi memahami rahasia dibaliknya
yang disebut hikmah at-tasyri.
C. Azasnya “taat” yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah
ini adalah kepatuhan atau ketaan.
D. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah, semata
untuk kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salag satu misi
utama diutus Rasul adalah untuk dipatuhi.

Berikut ini adalah Jenis ibadah yang termasuk ibadah mahdhah, antara lain
yaitu :
A. Shalat
Secara etimologis, sahalat berarti do’a sebagaimana difirmankan
Allah SWT:
“Berdo’alah untuk mereka, karena sesungguhnya do’a kalian itu
menjadikan ketentraman bagi jiwa mereka.” (At-Taubah : 103)
Adapun menurut syari’at, shalat berarti ekspresi dari berbagai
gerakan sebagaimana diketahui. Shalat merupakan kewajiban yang
ditetapkan melaui Al-Qur’an, Al-Hadits dan Ijma’. Ketetapan dalam
Al-Qur’an disebutkan melalui firman-Nya:

3
“Dan mereka tidak diperintahkan kecuali agar menyembah Allah
dengan menurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama
dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan
zakat. Yang demikian itulah agam yang lurus.” (Al-Bayyinah :5)
Di dalam sebuah Hadits ydiriwayatkan oleh Ibnu Umar dinyatakan,
bahwa Nabi SAW, pernah bersabda:
“Islam itu didirikan atas lima perkara, yaitu bersaksi bahwa tiada illah
yang berhak disembah melainkan Allah dan Muhammad adalah
Rasul-Nya, mendirikan shalat, menuanikan zakat, berpuasa pada bulan
Ramadhan dan menunaikan ibadah haji di Baitullah bagi orang yang
mampu” (HR. Multaqum ‘Alaih)
Para ulama telah bersepakat mewajibkan shalat lima waktu dalam
satu hari satu malam, yaitu dzuhur, ashar, maghrib, isya’ dan shubuh.

B. Shiyam ( Puasa )
Puasa dilihat dari hukumnya dapat dibagi menjadi 4:
1) Puasa wajib, yaitu ibadah puasa yang telah ditetapkan sebagai
kewajiban seorang muslim, jenis ibadah puasa ini ialah puasa
di bulan Ramadhan, puasa Kafarat (sebagai denda dan
tebusan), puasa Nadzar.

2) Puasa Sunnah, yaitu ibadah puasa yang pernah dilakukan atau


diperintahkan oleh Nabi : Puasa pada hari Arafah, Pada hari
Asyura, Enam hari pada bulan Syawal, Lima belas hari
pertama pada bulan Sya’ban, Sepuluh hari pertama pada bulan
Dzulhijah, pada bulan Muharram dan puasa pada hari senin
dan kamis.

3) Puasa Makruh, Ibadah puasa yang tidak pernah dilakukan Nabi


atau bahkan dibenci Nabi, berikut ini beberapa puasa makruh:
a) Mengkhususkan bulan Rajab untuk berpuasa
Berpuasa satu bulan penuh pada bulan Rajab
merupakan amalan yang dimakruhkan. Akan tetapi,
jika ada yang berpuasa pada bulan itu, maka hendaklah
ia berpuasa secara berselang. Karena ini merupakan
bulan yang diagungkan oleh orang-orang Jahiliyah.
Sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Umar, bahwa
apabila melihat orang-orang jahiliyah dan semua
persiapan mereka untuk menyambut bulan Rajab, maka
ia (Ibnu Umar) membencinya seraya berkata :
“Berpuasa dan berbukalah pada bulan itu” (HR.
Ahmad)
b) Pada hari Jum’at saja

4
Dimakruhkan berpuasa hanya pada hari Jum’at saja.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW ; “Sesungguhnya
hari Jum’at itu merupakan hari raya bagi kalian. Karena
itu, janganlah kalian berpuasa, kecuali apabila juga
kalian berpuasa pada hari sebelum dan sesudahnya”
(HR. Al-Bazzar)
c) Pada hari Sabtu saja
Nabi SAW bersabda : “Janganlah kalian berpuasa pada
hari Sabtu, kecuali yang diwajibkan atas kalian” (HR.
Tirmidzi)
d) Pada hari yang diragukan
Sabda Rasulullah SAW : “Barang siapa berpuasa pada
hari yang diragukan, maka ia telah menentang Abdul
Qasim (Nabi Muhammad)” (HR. Bukhari)
e) Puasa khusus pada tahun baru dan hari besar orang
kafir
f) Puasa Wishal
Puasa wishal merupakan puasa yang dimakruhkan,
yaitu puasa selama dua atau tiga hari tanpa berbuka,
Rasulullah SAW bersabda : “Janganlah kalian berpuasa
wishal” (HR. Bukhari)
g) Puasa Dahr
yaitu puasa yang dilakukan selama satu tahun penuh,
Rasulullah SAW bersabda : “Tidak dianggap berpuasa
bagi orang yang berpuasa selamanya” (HR. Muslim)
h) Puasanya seorang istri tanpa seizing suami
Dimakruhkan bagi wanita muslimah yang berpuasa
tanpa seizing suaminya, selain pada bulan Ramadhan,
sedang pada saat itu suaminya tengah berada disisinya.
Hal ini sebagaimana disabdahkan oleh Rasulullah
SAW : “Janganlah seorang wanita berpuasa pada suatu
hari, ketika sang suami berada di sisinya, melainkan
dengan seizinnya. Kecuali pada bulan Ramadhan”
(Muttaqun ‘Alaih)
i) Puasa dua hari terakhir dari bulan Sya’ban.

4) Puasa Haram
yaitu melaksanakan ibadah puasa disaat-saat yang
diharamkan. Waktu-waktu yang diharamkan berpuasa: Pada
hari raya ‘isul fitri dan ‘idul adhha Dari Abu Hurairah, bahwa
Rasulullah melarang berpuasa pada dua hari saja, yaitu hari
‘idul fitri dan ‘idul adha’(Muttaqun ‘Alaih) dan pada hari-hari
Tasyrik (11,12,13 Dzulhijjah) Rasulullah SAW bersabda :

5
“Hari-hari Tasyriq adalah hari untuk makan, minum, dan
berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla.” (HR. Muslim)

C. Zakat
Secara bahasa zakat berasal dari bahasa Arab “Zakat” yang berarti
tumbuh, berkembang, bertambah. Dalam Al-Qur’an kata tersebut
mengandung arti suci. Sedangkan menurut istilah hukum Islam, zakat
adalah sebutan harta tertentu yang wajib dikeluarkan seorang muslim
untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan syarat-
syarat tertentu. Mengeluarkan zakat ini hukumnya wajib berdasarkan
ayat Al-Qur’an dan Hadits-hadits Nabi, antara lain:
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-
orang yang ruh” (Al-Baqarah : 43)
Di lihat dari sasarannya zakat dibagi menjadi dua, yaitu: zakat
fitrah, yaitu zakat diri yang wajib dikeluarkan oleh setiap individu,
baik kecil atau dewasa, laki-laki atau perempuan, merdeka maupun
budak sahaya.
a) Emas dan Perak; Wajib dikeluarkan zakatnya bila telah
dimiliki selama satu tahun dan senilai 96 gram emas atau 672
gram perak. Dan yang dikeluarkan zakatnya 2,5 persen.
b) Harta perdagangan; Wajib wajib di keluarkan zakatnya ketika
telah dimiliki selama satu tahun dan senilai harga emas 96
gram. Wajib dikeluarkan zakatnya 2.5 persen dari harga
dagangan yang bergerak.
c) Hasil tanaman dan buah-buahan, jenis tanaman dan buah-
buahan yang disebut dalam hadist untuk dikeluarkan zakatnya
adalah gandum, kurma, dan anggur kering. Dikeluarkan
zakatnya setiap panen ketika telah mencapai nilai lima wasaq
(653 kg bersih). Sedang jumlah yang harus dikeluarkan 10
persen bila tanaman itu tidak menggunakan alat pengairan.
Dan 5 persen jika menggunakan alat pengairan dan terkadang
tidak, maka dikeluarkan 7,5 dari hasil panen. Di Indonesia para
ulama memahami bahwa semua jenis tanaman yang produktif
wajib dikeluarkan zakatnya. Biji-bijian, umbi-umbian, dan
sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman hias, tanaman keras,
rumput-rumputan dan daun-daunan seperti the dan tembakau.
d) Hewan ternak; jenis hewan yang wajib dikeluarkan zakatnya
adalah onta, sapi, dan sejenisnya (kuda, kerbau) dan kambing.
Nisab (batas minimal kepemilikan) onta (5 ekor) dikeluarkan 1
ekor onta, sapi (30 ekor) dikeluarkan 1 ekor sapi dan kambing
(40 ekor) dikeluarkan 1 ekor sapi dan kambing (40 ekor)
dikeluarkan 1 ekor kambing.

6
e) Harta rikaz dan ma’din; harta rikaz adalah harta-harta berharga
yang terpendam atau tersimpan. Sadngkan ma’din adalah
harta-harta berharga yang terbentuk dari benda lain di bumi,
misalnya minyak bumi, batu bara, emas, perak, besi, dan lain-
lain. Orang yang menemukan harta rikaz atau ma’din wajib
mengeluarkan zakat 1/5 dari harta tersebut. Dikeluarkan saat ia
menemukan barang.
Sedangkan kelompok yang berhak menerima zakat
sebagaimana firman Allah SWT:
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang
fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para
mu’alaf yang dibujuk hatinya, untuk(memerdekakan) budak,
orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-
orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu
ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha mengetahui
lagi Maha Bijaksana” (At-Tubah : 60)

D. Haji
Secara bahasa haji memiliki persamaan kata qasdhu yang berarti
tujuan. Sedangkan dalam istilah hukum Islam haji berarti menuju
Baitullah (Ka’bah) untuk melakukan berbagai kegiatan. Beribadah
haji dijadkan rukun Islam ke lima yang wajib dilakukan seumur hidup
sekali bagi yang telah memenuhi syarat. Sebagaimana firman Allah
SWT:
“Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata (diantaranya) maqam
Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah
dia: mengerakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu
(bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah;
barang siapa mengikari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah
Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam” (Ali
‘Imran : 108)

2. Ibadah Ghairu Mahdah


Pengertian dari ibadah ghairu mahdhah ialah segala amalan yang
diizinkan oleh Allah yang tata cara dan perincian-perinciannya tidak
ditetapkan dengan jelas. Dengan prinsip yaitu, keberadaannya didasarkan atas
tidak adanya dalil yang melarang, selama Allah dan Rasul-Nya tidak melarang
maka ibadah bentuk ini boleh dilakukan. Tata laksananya tidak perlu berpola
kepada contoh Rasulullah sehingga perkara baru (bid’ah) dalam ibadah ghairu
mahdhah diperbolehkan. Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya,
atau untung-ruginya, manfaat atau mudharatnya, dapat ditentukan oleh akal
atau logika. Secara garis besar memiliki arti tidak murni semata hubungan
dengan Allah. Tata laksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasulullah
sehingga perkara baru (bid’ah) dalam ibadah ghairu mahdhah diperbolehkan.

7
Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya,
manfaat atau mudharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga
jika menurut logika sehat, itu buruk, merugikan dan mudharat, maka tidak
boleh dilaksanakan. Azasnya Manfaat, selama itu bermanfaat maka boleh
dilakukan. Dalam halini tidak ada aturan baku dari Rasulullah. Ibadah yang di
sampingsebagai hubungan hamba dengan Allah juga merupakan
hubunganatau interaksi antara hamba dengan makhluk lainnya.

Ibadah jenis ini memiliki 4 prinsip yang harus di patuhi antaralain sebagai
berikut :
a) Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yangmelarang.
Selama Allah dan Rasul-Nya tidak melarangmaka ibadah bentuk ini
boleh diselenggarakan.
b) Tata laksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul,karenanya
dalam ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah “bid‟ah” , atau jika ada
yang menyebutnya, segala hal yang tidak dikerjakan rasul bid‟ah,
maka bid‟ah Nya disebut bid‟ah hasanah, sedangkan dalam
ibadahmahdhah disebut bid‟ah dhalalah.
c) Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atauuntung-
ruginya, manfaat atau madharatnya, dapatditentukan oleh akal atau
logika. Sehingga jika menurut logika sehat, buruk, merugikan, dan
madharat, maka tidak boleh dilaksanakan.
d) Azasnya “Manfaat”, selama itu bermanfaat, maka selamaitu boleh
dilakukan.

Adapun contoh ibadah ghairu mahdhah antara lain: Masalah-masalah


furu, seperti shalat subuh dengan qunut atau tidak, dzikir, dakwah, tolong
menolong dll. Jika dalam ibadah mahdhah yang bersifat ta’abbudi tidak
boleh ada improvisasi, maka dalam ibadah ghairu mahdhah ini justru terbuka
lebar terhadap inovasi. Tidak ada bid’ah (kullu bid’atin dlalalah) dalam
ibadah ghairu mahdhah.

2.3 Hakikat dan tujuan ibadah


Hakikat ibadah menurut Imam Ibnu Taimiyah adalah sebuahterminologi integral
yang mencakup segala sesuatu yang dicintai dandiridhai Allah baik berupa perbuatan
maupun ucapan yang tampakmaupun yang tersembunyi.
Dari definisi tersebut kita memahami bahwa cakupan ibadahsangat luas. Ibadah
mencakup semua sektor kehidupan manusia. Darisini kita harus memahami bahwa
setiap aktivitas kita di dunia ini tidak boleh terlepas dari pemahaman kita akan
balasan Allah kelak. Sebabsekecil apapun aktivitas itu akan berimplikasi terhadap
kehidupanakhirat. Allah SWT menjelaskan hal ini dalam firman-Nya :
َ َ‫فَ َمن يَ ْع َملْ ِم ْثق‬
ُ‫ال َذ َّر ٍة َخ ْيرًا يَ َر ۥه‬
َ َ‫َو َمن يَ ْع َملْ ِم ْثق‬
ُ‫ال َذ َّر ٍة َش ًّرا يَ َره‬
Artinya :

8
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah
pun niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yangmengerjakan
kejahatan sebesar zarrah pun, dia akan melihat
(balasan)nya pula.” (QS Az-Zalzalah 99: 7-8)
Tujuan yang hakiki dari ibadah adalah menghadapkan diri kepada Allah SWT
dan menunggalkan-Nya sebagai tumpuan harapandalam segala hal. Kesadaran akan
keagungan Allah akan menimbulkankesadaran betapa hina dan rendahnya semua
makhluk-Nya. Orangyang melakukan ibadah akan merasa akan terbebas dari
beberapaikatan atau kungkungan makhluk. Semakin besar ketergantungan danharapan
seseorang kepada Allah, semakin terbebaslah dirinya dariyang selain-Nya. Harta,
pangkat, kekuasaan dan sebagainya tidak akanmempengaruhi kepribadiannya.
Hatinya akan menjadi merdeka kecualidari Allah dalam arti sesungguhnya.
Kemerdekaan sesungguhnyaadalah kemerdekaan hati.
ْ kata ini merupakan kata benda
Dalam bahasa arab kalimatanya adalah (ُ‫)ال َحقِ ْيقَة‬
yang dalam bahasa indonesia menjadi kata pokok yaitu kata “hak” yang mempunyai
arti milik (kepunyaan), kebenaran, atau yang benar-benar ada, sedangkan secara
etimologi Hakikat berarti inti sesuatu, puncak atau sumber dari segala sesuatu. Jadi
arti dari kata Hakikat Ibadah dapat disimpulkan bahwa Ibadah adalah semata-mata
hanya untuk memperlihatkan makna yang sesungguhnya atau makna yang paling
dasar dari yang sebenarnya semata hanya karena Allah.

9
10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari apa yang telah disampaikan diatas kita pelajari bahwa Ibadah merupakan
suatu usaha kita sebagai manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ibadah
dalam islam itu ada dua macam yaitu ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah.
Dimana ibadah mahdhah adalah segala sesuatunya telah ditentukan oleh Allah dan
diturunkan kepada nabi Muhammad yang kemudian diajarkan kepada umatnya,
sedangkan ibadah ghairu mahdhah adalah segala sesuatu dilakukan untuk
mendapatkan ridho allah dan tidak ada aturan dari rasulullah. Hakikat ibadah itu
adalah melaksanakan apa yang Allah cintai dan ridhoidengan penuh ketundukan dan
perendahan diri kepada Allah. Sebagai seorang muslim yang ibadahnya ingin
diterima kita harus melaksanakan semuanya dengan ikhlas dan sesuai dengan ajaran
Rasullullah.

10
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Ibadah_mahdhah
https://www.fiqih.co.id/pengertian-ibadah/
https://tafsirweb.com/37718-surat-az-zalzalah-ayat-7-8.html
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/35479/BAB%201.pdf?
sequence=4&isAllowed=y
file:///C:/Users/User/Downloads/Ibadah%20Sebagai%20Aspek%20Ritual%20Ummat
%20Islam_Edit_Nasuha_MFadli.pdf
http://e-jurnal.unisda.ac.id/index.php/talim/article/download/2505/1682/
https://jurnal.iain-bone.ac.id/index.php/aldin/article/download/630/474

11
12

Anda mungkin juga menyukai