Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH AL-IBADAH

Dosen Pengajar : Sri Wdiarto,S.Pd,M.Pd

Disusun oleh : Oktavianto mulya prakasa


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah
tentang ibadah dalam islam.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal mungkin, dan saya
mengucapkan terimah kasih kepada bapak Sri widiarto,S.pd,M.pd yang telah memberikan
tugas ini kepada kami.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang ibadah dalam islam 
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
DAFTAR ISI

Halaman Awal............................................................................................... i
Kata Pengantar.............................................................................................. ii
Daftar isi........................................................................................................ iii

BAB 1
Pendahuluan.................................................................................................. 1
A.    Latar belakang................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah.............................................................................. 1
C.     Tujuan Penulisan................................................................................ 2

BAB II
Pembahasan................................................................................................... 3
A.    Pengertian ibadah.............................................................................. 3                   
B.     Bentuk-bentuk ibadah....................................................................... 5
C.     Hakikat ibadah .................................................................................. 6
D.    Fungsi Ibadah.................................................................................... 7
E.     Jenis-jenis ibadah............................................................................... 9
F.      Macam-macam ibadah....................................................................... 10
BAB III
Penutup.......................................................................................................... 12
A.    Kesimpulan........................................................................................ 12
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah swt dengan segala
pemberiannya, manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang bisa dirasakan oleh dirinya
tetapi dengan anugerah tersebut kadangkala manusia lupa akan Dzat Allah swt yang telah
memberikannya. Sebab itu, manusia harus mendapatkan suatu bimbingan sehingga di dalam
kehidupannya dapat berbuat sesuai bimbingan Allah swt atau memanfaatkan anugerah
Allah SWT. Hidup yang dibimbing oleh syari’ah akan melahirkan kesadaran untuk
berperilaku yang sesuai dengan tuntuan Allah swt dan Rasul Nya, salah satu cara untuk
mencapai tuntunan tersebut adalah dengan beribadah.
Ibadah merupakan suatu perkara yang perlu adanya perhatian terhadapnya, karena ibadah
itu tidak bisa dimain-mainkan apalagi disalahgunakan. Dalam islam ibadah harus
berpedoman pada apa yang telah Allah perintahkan dan apa yang telah diajarkan oleh Nabi
Muhammmad SAW kepada umat islam, yang dilandaskan pada kitab yang diturunkan Allah
kepada Nabi Muhammad  berupa kitab suci Al-Qur’an dan segala perbuatan, perkataan, dan
ketetapan nabi atau dengan kata lain disebut dengan hadits nabi
Sebagai rasa syukur terhadap Allah swt, hendaknya kita sadar diri untuk beribadah
kepada sang Pencipta Langit dan Bumi beserta isinya sesuai syari’at Nya. Dalam ibadah, kita
harus memperhatikan jenis-jenis ibadah yang kita lakukan. Apakah ibadah tersebut termasuk
dalam ibadah wajib, sunnah, mubah, dan makruh.
1.2 Rumusan Masalah
A.    Apa pengertian ibadah ?
B.     Apa saja bentuk-bentuk ibadah ?
C.     Apa hakikat ibadah ?
D.    Apa fungsi ibadah ?
E.     Apa jenis-jenis ibadah ?
F.      Apa macam-macam ibadah ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.      Untuk mengetahui pengertian ibadah
2.      Untuk mengetahui apa saja bentuk-bentuk ibadah
3.      Untuk mengetahui hakikat ibadah
4.      Untuk mengetahui fungsi-fungsi ibadah
5.      Untuk mengetahui jenis-jenis ibadah
6.      Untuk mengetahui macam-macam ibadah
BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian Ibadah
Ibadah secara etimologi berasal dari kata bahasa Arab yaitu “abida-
ya’budu-‘abdan-‘ibaadatan” yang berarti taat, tunduk, patuh dan merendahkan diri. Kesemua
pengertian itu mempunyai makna yang berdekatan. Seseorang yang tunduk, patuh dan
merendahkan diri dihadapan yang disembah disebut “abid” (yang beribadah).
Kemudian pengertian ibadah secara terminologi atau secara istilah adalah sebagai berikut :
1.      Menurut ulama tauhid dan hadis ibadah yaitu:
“Mengesakan dan mengagungkan Allah sepenuhnya serta menghinakan   diri dan
menundukkan jiwa kepada-Nya”
Selanjutnya mereka mengatakan bahwa ibadah itu sama dengan tauhid. Ikrimah salah seorang
ahli hadits mengatakan bahwa segala lafadz ibadah dalam Al-Qur’an diartikan dengan tauhid.
2.      Para ahli di bidang akhlak mendefinisikan ibadah sebagai berikut:
“Mengerjakan segala bentuk ketaatan badaniyah dan melaksanakan segala bentuk syari’at
(hukum).”
“Akhlak” dan segala tugas hidup (kewajiban-kewajiban) yang diwajibkan atas pribadi, baik
yang berhubungan dengan diri sendiri, keluarga maupun masyarakat, termasuk kedalam
pengertian ibadah, seperti Nabi SAW bersabda yang artinya:
“Memandang ibu bapak karena cinta kita kepadanya adalah ibadah” (HR  Al-Suyuthi).
Nabi SAW juga bersabda: “Ibadah itu sepuluh bagian, Sembilan bagian dari padanya
terletak dalam mencari harta yang halal.” (HR Al-Suyuthi).
3.       Menurut ahli fikih ibadah adalah:
“Segala bentuk ketaatan yang dikerjakan untuk mencapai keridhaan Allah SWT dan
mengharapkan pahala-Nya di akhirat.”
Dari semua pengertian yang dikemukakan oleh para ahli diatas dapat ditarik pengertian
umum dari ibadah itu sebagaimana rumusan berikut:
“Ibadah adalah semua yang mencakup segala perbuatan yang disukai dan diridhai oleh
Allah SWT, baik berupa perkataan maupun perbuatan, baik terang-terangan maupun
tersembunyi dalam rangka mengagungkan Allah SWT dan mengharapkan pahala-Nya.”
Pengertian ibadah tersebut termasuk segala bentuk hukum, baik yang dapat dipahami
maknanya (ma’qulat al-ma’na) seperti hukum yang menyangkut dengan muamalah pada
umumnya, maupun yang tidak dapat dipahami maknanya (ghair ma’qulat al-ma’na),
sepertishalat, baik yang berhubungan dengan anggota badan seperti rukuk dan sujud maupun
yang berhubungan dengan lidah seperti dzikir, dan hati seperti niat. 
Abduh menegaskan bahwa ibadah pada hakikatnya adalah sikap tunduk semata-mata
mengangkat dzat yang disembahnya, tidak diketahui dari mana sumbernya dan kepercayaam
terhadap kekuasaan yang ada padanya dan tidak dapat dijangkau pemahaman dan hakikatnya.
Pengertian diatas menunjukkan bahwa ibadah bukan berarti seseorang yang sangat rindu
ingin mengaggungkan dan mematuhi kekasihnya, sehingga kemauan dirinya menyatu dengan
kehendaknya.
Abu A’la Al-Mududi menyatakan bahwa ibadah dari akar’Abd yang artinya pelayanan
dan budak. Jadi hakikat ibadah adalah penghambaan dan perbudakan, sedangkan secara
terminologinya adalah usaha mengikuti hokum-hukum dan aturan-aturan Allah dalam
menjalankan kehidupan, mulai akil balig sampai meninggal dunia. Indikasi ibadah ialah
kesetiaan, kepatuhan, dan penghormatan serta penghargaan kepada Allah SWT. Serta
dilakukan tanpa adanya batasan serta bentuk khas tertentu.

B. Bentuk – Bentuk Ibadah dan Syariah


Bentuk ibadah dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, masing-masing bagian
mempunyai criteria syariah sendiri.
1.      Ibadah Person
Suatu aktifitas yang pelaksanaanya tidak perlu melihatkan orang lain, melainkan semata-mata
tergantung pada kesediaan yang bersangkutan sebagai makhluk yang bebas, dan termasuk
juga dalam ibadah ini adalah amaliah keagamaan yang bersifat ritus seperti shalat, puasa dan
sebagainya.
2.      Ibadah Antarperson
Suatu amaliyah yang pelaksanaannya tergantung pada prakarsa pihak yang bersangkutan
selaku hamba Allah serta otonomi, tetapi berkaitan dengan prakarsa pihak lain sebagai hamba
Allah yang otonomi juga. Syariah kategori amaliyah ini harus mengikuti aturan subjektif dan
berdimensi person juga aturan objektif yang berdimendi social. Misalnya pernikahan, yang
terdapat pada prakasa bebas dari pihak laki-laki secara mutlak, tetapi tanpa prakarsa yang
sama dari pihak mempelai wanita tidaklah dapat dilaksanakan (walaupun fikih
memperbolehkannya, asal walinya sanggup menanggung akibatnya).
3.      Ibadah Sosial
Kegiatan interaktif antara seseorang individu dengan pihak lain yang dibarengi dengan
kesadaran diri sebagai hamba Allah SWT. Syariah dalam ibadah model social harus
bergantung pada kemashalatan objektif dan rasional yang sekurang-kurangnya memiliki dua
syarat:
A.    Persyaratan material, artinya kemashalatan yang dimaksud harus memiliki dugaan yang kuat
untuk tidak terjadinya kerusakan (muddharat)
B.     Persyaratan formal, artinya pertimbangan kemashalatan melahirkan suatu aturan yang
mengikat bersifat objektif.
Bentuk-bentuk ibadah adalah seperti hubungan ekonomi, politik, sosial-budaya,
keamanan, dan sebagainya baik bersifat regional, nasional, maupun internasional.

C.   Hakikat ibadah
Tujuan diciptakannya manusia di muka bumi ini yaitu untuk beribadah kepada Allah
SWT. Ibadah dalam pengertian yang komprehensif menurut Syaikh Al-Islam Ibnu Taimiyah
adalah sebuah nama yang mencakup segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah
SWT berupa perkataan atau perbuatan baik amalan batin ataupun yang dhahir (nyata).
Adapun hakikat ibadah yaitu:
1.      Ibadah adalah tujuan hidup kita. Seperti yang terdapat dalam surat Adz-dzariat ayat 56, yang
menunjukan tugas kita sebagai manusia adalah untuk beribadah kepada Allah.
2.      Hakikat ibadah itu adalah melaksanakan apa yang Allah cintai dan ridhai dengan penuh
ketundukan dan perendahan diri kepada Allah.
3.      Ibadah akan terwujud dengan cara melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-
Nya.
4.      Hakikat ibadah sebagai cinta. 
5.      Jihad di jalan Allah (berusaha sekuat tenaga untuk meraih segala sesuatu yang dicintai
Allah).
6.      Takut, maksudnya tidak merasakan sedikitpun ketakutan kepada segala bentuk dan jenis
makhluk melebihi ketakutannya kepada Allah SWT.
Dengan demikian orang yang benar-benar mengerti kehidupan adalah yang mengisi
waktunya dengan berbagai macam bentuk ketaatan, baik dengan melaksanakan perintah
maupun menjauhi larangan. Sebab dengan cara itulah tujuan hidupnya akan terwujud.

D. Fungsi Ibadah
Setiap muslim tidak hanya dituntut untuk beriman, tetapi juga dituntut untuk beramal
sholeh. Karena Islam adalah agama amal, bukan hanya keyakinan. Ia tidak hanya terpaku
pada keimanan semata, melainkan juga pada amal perbuatan yang nyata. Islam adalah agama
yang dinamis dan menyeluruh. Dalam Islam, Keimanan harus diwujudkan dalam bentuk amal
yang nyata, yaitu amal sholeh yang dilakukan karena Allah. Ibadah dalam Islam tidak hanya
bertujuan untuk mewujudkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya, tetapi juga untuk
mewujudkan hubungan antar sesama manusia. Islam mendorong manusia untuk beribadah
kepada Allah SWT dalam semua aspek kehidupan dan aktifitas. Baik sebagai pribadi maupun
sebagai bagian dari masyarakat. Ada tiga aspek fungsi ibadah dalam Islam.
1.      Mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya.
Mewujudkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya dapat dilakukan melalui
“muqorobah” dan “khudlu”. Orang yang beriman dirinya akan selalu merasa diawasi oleh
Allah. Ia akan selalu berupaya menyesuaikan segala perilakunya dengan ketentuan Allah
SWT. Dengan sikap itu seseorang muslim tidak akan melupakan kewajibannya untuk
beribadah, bertaubat, serta menyandarkan segala kebutuhannya pada pertolongan Allah SWT.
Demikianlah ikrar seorang muslim seperti tertera dalam Al-Qur’an surat Al-Fatihah ayat 5
“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta
pertolongan.”
Atas landasan itulah manusia akan terbebas dari penghambaan terhadap manusia, harta benda
dan hawa nafsu.
2.      Mendidik mental dan menjadikan manusia ingat akan kewajibannya
Dengan sikap ini, setiap manusia tidak akan lupa bahwa dia adalah anggota masyarakat
yang mempunyai hak dan kewajiban untuk menerima dan memberi nasihat. Oleh karena itu,
banyak ayat Al-Qur'an ketika berbicara tentang fungsi ibadah menyebutkan juga dampaknya
terhadap kehidupan pribadi dan masyarakat. Contohnya:
Ketika Al-Qur'an berbicara tentang sholat, ia menjelaskan fungsinya: 
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah
shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.
dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-
ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Dalam ayat ini Al-Qur'an menjelaskan bahwa fungsi sholat adalah mencegah dari perbuatan
keji dan mungkar. Perbuatan keji dan mungkar adalah suatu perbuatan merugikan diri sendiri
dan orang lain. Maka dengan sholat diharapakan manusia dapat mencegah dirinya dari
perbuatan yang merugikan tersebut.
Ketika Al-Qur'an berbicara tentang zakat, Al-Qur'an juga menjelaskan fungsinya: 
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”
Zakat berfungsi untuk membersihkan mereka yang berzakat dari kekikiran dan kecintaan
yang berlebih-lebihan terhadap harta benda. Sifat kikir adalah sifat buruk yang anti
kemanusiaan. Orang kikir tidak akan disukai masyarakat
zakat juga akan menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati pemberinya dan
memperkembangkan harta benda mereka. Orang yang mengeluarkan zakat hatinya akan
tentram karena ia akan dicintai masyarakat. Dan masih banyak ibadah-ibadah lain yang
tujuannya tidak hanya baik bagi diri pelakunya tetapi juga membawa dapak sosial yang baik
bagi masyarakatnya. Karena itu Allah tidak akan menerima semua bentuk ibadah, kecuali
ibadah tersebut membawa kebaikan bagi dirinya dan orang lain. Dalam hal ini Nabi SAW
bersabda:
“Barangsiapa yang sholatnya tidak mencegah dirinya dari perbuatan keji dan munkar, maka
dia hanya akan bertambah jauh dari Allah” (HR. Thabrani)
3.      Melatih diri untuk berdisiplin
Adalah suatu kenyataan bahwa segala bentuk ibadah menuntut kita untuk berdisiplin.
Kenyataan itu dapat dilihat dengan jelas dalam pelaksanaan sholat, mulai dari wudhu,
ketentuan waktunya, berdiri, ruku, sujud dan aturan-aturan lainnya, mengajarkan kita untuk
berdisiplin. Apabila kita menganiaya sesama muslim, menyakiti manusia baik dengan
perkataan maupun perbuatan, tidak mau membantu kesulitan sesama manusia, menumpuk
harta dan tidak menyalurkannya kepada yang berhak. Tidak mau melakukan “amar ma'ruf
nahi munkar”, maka ibadahnya tidak bermanfaat dan tidak bisa menyelamatkannya dari siksa
Allah SWT. 
E.     Jenis-Jenis Ibadah
Adapun pembagian Ibadah yang berhubungan dengan ibadah, maka para ulama-ulama
Islam membagi kelompok ibadah menjadi 2 bagian penting, yaitu sebagai berikut :
1.   Ibadah khusus, yaitu berupa semua amalan yang tercantum dalam bab al-Ibadaat yang
utamanya ialah sembahyang, puasa, zakat dan haji 
2.      Ibadah Umum, yaitu segala amalan dan segala perbuatan manusia serta gerak-gerik dalam
kegiatan hidup mereka yang memenuhi syarat-syarat berikut:
Amalan yang dikerjakan itu di akui oleh syarak dan sesuai dengan Islam. 
Amalan tersebut tidak berbeda dengan syariat, tidak zalim, khianat dan lain sebagainya.
Amalan dikerjakan dengan niat yang ikhlas semata-mata keranaAllah swt, tidak riak, ujub
dan um’ah.
Amalan itu dikerjakan dengan bersunggguh-sungguh. 
Tidak lalai dalam melakukan amalan tersebut atau mengabaikan berbagai kewajiban ibadah
khusus seperti sembahyang dan in sebagainya. Seperti Firman Allah swt bersabda: “Lelaki
yang tidak dilalaikan mereka oleh perniagaan atau jual beli dari mengingati Allah,
mendirikan sembahyang dan mengeluarkan zakat mereka takut kepada suatu hari yang (di
hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang”. (An- Nur: 37)
Menurut pengertian lain membahas bahwa adapun ibadah terbagi menjadi beberapa bagian
penting yaitu ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Dalam ibadah kiranya menyertai
beberapa hal berikut ini seperti : Rasa khauf (takut), raja’ (mengharap), mahabbah (cinta),
tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang), dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah
(yang berkaitan dengan hati). Sedangkan tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan syukur dengan lisan
dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji, dan
jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macam-
macam ibadah yang berkaitan dengan amalan hati, lisan dan badan.
Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah berfirman:

ُ‫ ْال َمتِين‬ ‫ َّو ِة‬F ُ‫ ْالق‬ ‫ ُذو‬ ‫ق‬ ْ ‫ي‬ ‫أَن‬ ‫ ُد‬F ‫أُ ِري‬ ‫ا‬FF‫ َو َم‬ ‫ق‬
ُ ‫ َّر َّزا‬F ‫ال‬ ‫ َو‬F ُ‫ه‬ َ ‫هَّللا‬ ‫إِ َّن‬ ‫و ِن‬FF‫ُط ِع ُم‬ ٍ ‫رِّ ْز‬ ‫ ِّمن‬ ‫ ِم ْنهُم‬ ‫ ُد‬F ‫أُ ِري‬ ‫ا‬FF‫ َم‬ ‫دُو ِن‬F ُ‫لِيَ ْعب‬  ‫إِاَّل‬ ‫نس‬
َ ِ ‫ َواإْل‬ ‫ ْال ِج َّن‬ ‫ت‬
ُ ‫ َخلَ ْق‬ ‫ا‬FF‫َو َم‬
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-
Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki
supaya mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pemberi rizki
Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” [Adz-Dzaariyaat: 56-58]
F.  Macam-Macam Ibadah
Dalam suatu pelaksanaan kegiatan ibadat atau ibadah terdapat beberpa yang cukup
beragam tergantung dari sisi mana kita melihatnya. Adapaun Bermacam Macam Ibadah
Dalam Islam sebagai berikut :
A. Ibadah dari segi umum dan khusus, terbagi menjadi dua macam: 
1.      Ibadah Khoshoh adalah ibadah yang aturannya ditetapkan dalam nash (dalil/dasar hukum)
yang jelas, yaitu sholat, zakat, puasa, dan haji; 
2.      Ibadah Ammah adalah semua perilaku yang baik yang dilakukan semata-mata karena Allah
SWT (contohnya : bekerja, makan, minum, dan tidur), sebab semua itu untuk menjaga
kehidupan serta kesehatan badani dalam pengambian kita kepada Sang Pencipta.
B.     Ibadah dari segi kepentingan perseorangan atau masyarakat, maka  dapat        terbagi menjadi
dua macam:
1.      ibadah wajib (fardhu) yaitu sholat dan puasa; 
2.      ibadah ijtima’i, yaitu zakat dan haji.

C.  Ibadah dari segi tata pelaksanaannya, maka dapat dibagi menjadi tiga bagian:
1.      ibadah jasmaniyah dan ruhiyah (sholat dan puasa) 
2.      ibadah ruhiyah dan amaliyah (zakat) 
3.      ibadah jasmaniyah, ruhiyah, dan amaliyah (berangkat haji)
D.    Ibadah dari segi segi bentuk dan sifatnya, ibadah dibagi menjadi: 
1.      ibadah yang berupa pekerjaan tertentu dengan perkataan dan perbuatan, seperti sholat, zakat,
puasa, dan haji; 
2.      ibadah yang berupa ucapan, seperti membaca Al-Qur’an, berdoa, dan berdzikir; 
3.      ibadah yang berupa perbuatan yang tidak ditentukan bentuknya, seperti membela diri,
menolong orang lain, mengurus jenazah, dan jihad; 
4.      ibadah yang berupa menahan diri, seperti ihrom, berpuasa, dan i’tikaf (duduk di masjid) 
5.      ibadah yang sifatnya menggugurkan hak, seperti membebaskan utang, atau membebaskan
utang orang lain.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
.                 Ibadah adalah semua yang mencakup segala perbuatan yang disukai dan diridhai oleh
Allah SWT, baik berupa perkataan maupun perbuatan, baik terang-terangan maupun
tersembunyi dalam rangka mengagungkan Allah SWT dan mengharapkan pahala-Nya.
.    Fungsi ibadah adalah mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya, mendidik
mental, dan menjadikan diri disiplin.
Jenis-jenis ibadah dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu: ibadah khusus dan ibadah umum

Anda mungkin juga menyukai