Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan kepada Allah Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat
dan karunia-Nya, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Yang berjudul ”IBADAH
DALAM ISLAM” Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses
pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaian makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa
kami sampaikan terima kasih kepada teman – teman yang sudah memberi kontribusi dan
partisipasinya baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna sempurnanya makalah ini. kami berharap semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Sorong, Maret 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah swt dengan segala
pemberiannya, manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang bisa dirasakan oleh
dirinya tetapi dengan anugerah tersebut kadangkala manusia lupa akan Dzat Allah swt
yang telah memberikannya. Sebab itu, manusia harus mendapatkan suatu bimbingan
sehingga di dalam kehidupannya dapat berbuat sesuai bimbingan Allah swt atau
memanfaatkan anugerah Allah SWT. Hidup yang dibimbing oleh syari’ah akan
melahirkan kesadaran untuk berperilaku yang sesuai dengan tuntuan Allah SWT dan
Rasul.
Ibadah merupakan suatu perkara yang perlu adanya perhatian terhadapnya, karena
ibadah itu tidak bisa dimain-mainkan apalagi disalahgunakan. Dalam islam ibadah harus
berpedoman pada apa yang telah Allah perintahkan dan apa yang telah diajarkan oleh
Nabi Muhammmad SAW kepada umat islam, yang dilandaskan pada kitab yang
diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad berupa kitab suci Al-Qur’an dan segala
perbuatan, perkataan, dan ketetapan nabi atau dengan kata lain disebut dengan hadits nabi
Sebagai rasa syukur terhadap Allah swt, hendaknya kita sadar diri untuk beribadah
kepada sang Pencipta Langit dan Bumi beserta isinya sesuai syari’at Nya. Dalam ibadah,
kita harus memperhatikan jenis-jenis ibadah yang kita lakukan. Apakah ibadah tersebut
termasuk dalam ibadah wajib, sunnah, mubah, dan makruh.
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dalam makalah ini akan membahas
mengenai ibadah dalam islam beserta hikmahnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian pengertian ibadah dan hakikatnya?


2. Apa saja dasar – dasar ibadah dan fungsi dari ibadah?
3. Apa saja ruang lingkup ibadah dan apa syarat diterimanya ibadah?
4. Apa hikmah dari beribadah?
5. Apa saja keutamaan dari ibadah?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian pengertian ibadah dan hakikatnya?


2. Untuk mengetahui dasar – dasar ibadah dan fungsi dari ibadah?
3. Untuk mengetahui ruang lingkup ibadah dan apa syarat diterimanya ibadah?
4. Untuk mengetahui hikmah dari beribadah?
5. Untuk mengetahui keutamaan dari ibadah?

1.4 .  Fungsi Makalah


Berdasarkan uraian diatas, maka makalah ini bermanfaat agar kita
dapat  mengetahui dan memahami pengertian ibadah beserta jenis-jenis ibadah, hikmah
ibadah dan tujuan ibadah.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Hakikat Ibadah


2.1.1 Pengertian Ibadah
Ibadah secara etimologi berasal dari kata bahasa arab yaitu abida ya`budu-
`abdan-`ibadatan, yang berarti taat, tunduk, patuh,dan merendahkan diri. Kesemua
pengertian itu mempunyai makna yang berdekatan. Seseorang yang tunduk, patuh
dan merendahkan diri dihadapan yang disembah disebut “abid” (yang beribadah).
Kemudian pengertian ibadah secara terminologi atau secara istilah adalah
sebagai berikut :
a. Menurut ulama tauhid dan hadis ibadah yaitu: “Mengesakan dan
mengagungkan Allah sepenuhnya serta menghinakan diri dan menundukkan
jiwa kepada-Nya”Selanjutnya mereka mengatakan bahwa ibadah itu sama
dengan tauhid. Ikrimah salah seorang ahli hadits mengatakan bahwa segala
lafadz ibadah dalam Al-Qur’an diartikan dengan tauhid.
b. Para ahli di bidang akhlak mendefinisikan ibadah sebagai berikut:
“Mengerjakan segala bentuk ketaatan badaniyah dan melaksanakan segala
bentuk syari’at (hukum)“Akhlak” dan segala tugas hidup (kewajiban-
kewajiban) yang diwajibkan atas pribadi, baik yang berhubungan dengan diri
sendiri, keluarga maupun masyarakat, termasuk kedalam pengertian ibadah
c. Menurut ahli fikih ibadah adalah: “Segala bentuk ketaatan yang dikerjakan
untuk mencapai keridhaan Allah SWT dan mengharapkan pahala-Nya di
akhirat.” Jadi dari pengertian, Ibadah adalah semua yang mencakup segala
perbuatan yang disukai dan diridhai oleh Allah SWT, baik berupa perkataan
maupun perbuatan, baik terang-terangan maupun tersembunyi dalam rangka
mengagungkan Allah SWT dan mengharapkan pahala-Nya.”
Pengertian ibadah tersebut termasuk segala bentuk hukum, baik yang
dapat dipahami maknanya (ma’qulat al-ma’na) seperti hukum yang
menyangkut dengan muamalah pada umumnya, maupun yang tidak dapat
dipahami maknanya (ghair ma’qulat al-ma’na), seperti shalat, baik yang
berhubungan dengan anggota badan seperti rukuk dan sujud maupun yang
berhubungan dengan lidah seperti dzikir, dan hati seperti niat.
2.1.2 Hakikat Ibadah
Tujuan diciptakannya manusia di muka bumi ini yaitu untuk beribadah kepada
Allah SWT. Ibadah dalam pengertian yang komprehensif menurut Syaikh Al-Islam Ibu
Taimiyah adalah sebuah nama yang mencakup segala sesuatu yang dicintai dan diridhai
oleh Allah SWT berupa perkataan atau perbuatan baik amalan batin ataupun yang lahir
(nyata).
Adapun hakekat ibadah yaitu:
1. Ibadah adalah tujuan hidup kita, seperti yang terdapat dalam surat adz-dzariat ayat
56, yang menunjukkan bahwa tugas kita sebagai manusia adalah untuk beribadah
kepada Allah.
2. Hakikat ibadah itu adalah melaksanakan apa yang Allah cintai dan ridhai dengan
penuh ketundukan dan perendahan diri kepada Allah.
3. Ibadah akan terwujud dengan cara melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan
larangan-Nya.
4. Hakikat ibadah sebagai cinta.
5. Jihad di jalan Allah (berusaha sekuat tenaga untuk meraih segala sesuatu yang
dicintai Allah).
6. Takut, maksudnya tidak merasakan sedikitpun ketakutan kepada segala bentuk dan
jenis makhluk melebihi ketakutannya kepada Allah SWT.

2.2 Dasar-Dasar Ibadah Dan Fungsi Ibadah


2.2.1 Dasar-Dasar Ibadah
Ibadah harus dibangun atas tiga dasar. Pertama, cinta kepada Allah dan Rasul-Nya
dengan mendahulukan kehendak, perintah, dan menjauhi larangan-Nya. Rasulullah
saw. Bersabda,
“Ada tiga hal yang apabila terdapat dalam seseorang niscaya ia akan
mendapatkan manisnya iman, yaitu bahwa Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai
daripada yang lain; bahwa ia tidak mencintai seseorang melainkan semata karena
Allah; dan bahwa ia membenci kembali kepada kekufuran setelah Allah
menyelamatkannya, sebagaimana ia membenci untuk dilemparkan ke dalam
neraka.” (HR Bukhari dan Muslim, dari Anas bin Malik).
2.2.2 Fungsi Ibadah
Ada tiga aspek fungsi ibadah dalam Islam.
1. Mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya. Orang yang beriman
dirinya akan selalu merasa diawasi oleh Allah. Ia akan selalu berupaya
menyesuaikan segala perilakunya dengan ketentuan Allah SWT. Dengan sikap
itu seseorang muslim tidak akan melupakan kewajibannya untuk beribadah,
bertaubat, serta menyandarkan segala kebutuhannya pada pertolongan Allah
SWT. Demikianlah ikrar seorang muslim seperti tertera dalam Al-Qur’an surat
Al-Fatihah ayat 5“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada
Engkaulah Kami meminta pertolongan.”Atas landasan itulah manusia akan
terbebas dari penghambaan terhadap manusia, harta benda dan hawa nafsu.
2. Mendidik mental dan menjadikan manusia ingat akan kewajibannya Dengan
sikap ini, setiap manusia tidak akan lupa bahwa dia adalah anggota masyarakat
yang mempunyai hak dan kewajiban untuk menerima dan memberi nasihat.
Oleh karena itu, banyak ayat Al-Quraan ketika berbicara tentang fungsi ibadah
menyebutkan juga dampak terhadap kehidupan pribadi dan masyarakat.
Adalah suatu kenyataan bahwa segala bentuk ibadah menuntut kita
untuk berdisiplin. Kenyataan itu dapat dilihat dengan jelas dalam pelaksanaan
sholat, mulai dari wudhu, ketentuan waktunya, berdiri, ruku, sujud dan aturan-
aturan lainnya,

2.3 Ruang Lingkup dan Syarat diterimanya Ibadah


2.3.1 Ruang Lingkup Ibadah
a. Ibadah Secara Umum (ghairu mahdhah)
Ibadah umum atau ghairu mahdhah adalah segala amalan yang diizinkan oleh
Allah, misalnya; belajar, dzikir, dakwah, tolong menolong dan lain sebagainya.
Prinsip-prinsip dalam ibadah ini, ada empat yaitu:
a. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama
Allah dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh
diselenggarakan. Selama tidak diharamkan oleh Allah, maka boleh
melakukan ibadah ini.
b. Tata laksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya dalam
ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah bid’ah, atau jika ada yang
menyebutnya, segala hal yang tidak dikerjakan rasul bid’ah, maka bid’ahnya
disebut bid’ah hasanah, sedangkan dalam ibadah mahdhah disebut bid’ah
dhalalah.
c. Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya,
manfaat atau madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga
jika menurut logika sehat, buruk, merugikan, dan madharat, maka tidak boleh
dilaksanakan.
d. Azasnya “Manfaat”, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan.
Jadi, ibadah secara umum ini termasuk fardhu kifayah dan sebagian yang
hukum asalnya mubah. Ibadah umum sangat luas yang mencakupi atau
merangkumi seluruh pekara yang berkaitan kehidupan manusia. Akan tetapi
jika bertemu adanya nash yang mengharamkannya, misalnya ada dalil yang
melarang mengucap dzikir dengan lisan di dalam tandan atau WC, maka ia
haram mengucapkannya selama berada di dalamnya. Selain itu selama dalil
umum yang memayungi keharusan ibadah sunah tersebut dan tidak ada pula
dalil pengharaman bentuk dan cara pelaksanaannya, maka dibenarkan untuk
mengamalkannya.
b. Ibadah Secara Khusus (mahdhah)
Ibadah khusus atau mahdhah adalah ibadah yang apa saja yang telah
ditetapkan Allah akan tingkat, tata cara dan perincian perinciannya. Jenis ibadah
yang termasuk mahdhah misalnya adalah Thaharah, Shalat, Puasa, Zakat dan
Haji.
Ibadah dalam bentuk ini juga memiliki prinsip seperti ibadah secara
umum tadi dan prinsip ini lebih bersifat mengikat prinsip tersebut terdiri dari
empat yaitu:
a. Keberaadaanya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari Al-Quraan
maupun Al- Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetaopan
oeh akal atau logika keberadaannya. Haram kita melakukan ibadah ini selama
tidak ada perintah.
b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul SAW .
c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini
bukan ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu,
akal hanya berfungsi memahami rahasia di baliknya yang disebut hikmah
tasyri, shalat, adzan, tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah lainnya.
keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak, melainkan
ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan syari’at, atau tidak. Atas dasar ini,
maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat.
d. Azasnya “taat”, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini
adalah kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang
diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan
kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama diutus
Rasul adalah untuk dipatuhi. Jadi , jenis dari ibadah ini keberadaannya harus
berdasarkan sumber-sumber hukum Islam (Al-Qur’an dan Hadits), bukan
berasal atau ditetapkan oleh akal logika melainnya berasal dari wahyu Allah
SWT. Dan hamba (semua manusia) wajib meyakini bahwa apa yang
diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan
kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah SWT.

2.3.2 Syarat diterimanya Ibadah


a. Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan kecil
b. Ittiba’, sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
c. Meninggalkan riya, artinya beribadah bukan karena malu kepada manusia dan
supaya dilihat oleh orang lain.
d. Bermuraqabah, artinya yakin bahwa Allah itu melihat dan selalu ada disamping
kita sehingga kita bersikap sopan kepada-Nya.

2.4 Hikmah Ibadah


Secara bahasa, hikmah berarti kebijaksanaan, atau arti yang dalam. Hikmah juga
berarti mengetahui keunggulan sesuatu melalui suatu pengetahuan. Ahli tasawuf
mengartikan hikmah sebagai pengetahuan tentang rahasia Allah dalam menciptakan
sesuatu. Para ahli berpendapat bahwa intisari filsafat ada dalam Al Qur’an tetapi Al
Qur’an bukanlah buku filsafat. Maka, tidak salah bila dikatakan bahwa hikmah adalah
rahasia tersembunyi dari si pembuat syariat (Allah), yang bisa ditangkap oleh manusia
melalui ilham yang dianugerahkan Allah ke dalam jiwa manusia ketika yang
bersangkutan bersih dari gangguan-gangguan hawa nafsu, sementara filsafat adalah
rahasia syariat yang ditemukan oleh manusia melalui upaya penalaran akalnya. Jadi,
hikmah yang ditemukan oleh manusia itu bisa disebut sebagai filsafat syariat, atau
Filsafat Hukum Islam dengan takbir dan diakhiri dengan salam sesuai dengan
persyaratkan yang ada.
Secara lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan
takbir dan diakhiri dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah menurut
syarat-syarat yang telah ditentukan. Adapun secara hakikinya ialah” berhadapan hati
(jiwa) kepada Allah, secara yang mendatangkan takut kepada-Nya serta menumbuhkan
didalam jiwa rasa kebesarannya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya”atau” mendahirkan
hajat dan keperluan kita kepada Allah yang kita sembah dengan perkataan dan pekerjaan
atau dengan kedua-duanya.
Shalat di nilai sah dan semprna apabila shalat tersebut di laksanakan dengan
memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun dan hal-hal yang disunnahkan serta terlepas
dari hal-hal yang membatalkanya .

2.4.1.1 Syarat-syarat Shalat


Syarat-syarat Shalat adalah sesuatu hal yang harus di penuhi sebelum kita
melaksanakan shalat. Syarat Shalat di bagi menjadi 2 yaitu:
a. Syarat wajib Shalat adalah syarat yang wajib di penuhi dan tidak bisa di nego-
nego lagi. Seperti Islam, berakal dan tamziz atau baligh. suci dari haid dan nifas
serta telah mendengar ajakan dakwah islam.
b. Syarat sah shalat itu ada 8 yaitu:
1. Suci dari dua hadas
2. Suci dari najis yang berada pada pakaian, tubuh, dan tempat shalat.
3. Menutup aurot
4.Aurat laki-laki yaitu baina surroh wa rukbah( antara pusar sampai lutut),
sedangkan aurot perempuan adalah jami’i badaniha illa wajha wa kaffaien (semua
anggota tubuh kecuali wajah dan kedua telapak tangan).
5. Menghadap kiblat
6. Mengerti kefarduan Shalat
7. Tidak meyakini salah satu fardu dari beberapa fardu shalat sebagaisuatu sunnah.
8. Menjauhi hal-hal yang membatalkan Shalat.

2.4.1.2 Rukun Shalat


Shalat mempunyai rukun-rukun yang harus dilakukan sesuai dengan aturan
dan ketentuannya, sehingga apabila tertinggal salah satu darinya, maka hakikat shalat
tersebut tidak mungkin tercapai dan shalat itu pun dianggap tidak sah menurut syara`.
1. Niat.
2. Takbiratul Ihram.
3. Berdiri Pada Saat Mengerjakan Shalat Fardhu
4. Membaca al-Fatihah.
5. Ruku’.
6. Sujud dua kali setiap raka'at
7. Duduk antara dua sujud
8. Membaca tasyahud akhir
9. Duduk pada tasyahud akhir
10. Shalawat kepada Nabi SAW setelah tasyahud akhir
11. Duduk diwaktu membaca shalawat
12. Duduk Salam
13. Tertib.
2.4.1.3 Macam-macam Pelaksanaan Shalat
a. Macam-macam shalat
Dilihat hukum melaksanakanya, pada garis besarnya shalat di bagi menjadi
dua, yaitu shalat fardu dan shalat sunnah. Selanjutnya shalat fardu juga di bagi
menjadi dua, yaitu fardu ain dan fardu kifayah. Demikian pula shalat sunah, juga
di bagi menjadi dua, yaitu sunnah muakkad dan ghoiru muakkad
1. Shalat fardu Shalat fardu adalah shalat yang hukumnya wajib, dan apabila di
kerjakan mendapatkan pahala, kalau di tinggal mendaptkan dosa. Contohnya:
shalat lima wakktu, shalat jenazah dan shalat nadzar. Shalat fardu ada 2 yaitu:
- Fardu Ain adalah shalat yang wajib di lakukan setiap manusia. shalat ini di
laksanakan sehari semalam dalam lima waktu (isya’, subuh, dhuhur, asar,
magrib) dan juga shalat Jum’at.
- Fardu kifayah adalah shalat yang di wajibkan pada sekelompok muslim, dan
apabila salah satu dari mereka sudah ada yang mengerjakan maka gugurlah
kewajiban dari kelompok tersebut. Contoh: shalat jenazah.
Shalat fardu karena nadzar adalah shalat yang di wajibkan kepada
orang-orang yang berjanji kepada Allah SWT sebagai bentuk rasa syukur kita
kepada Allah atas segala nikmat yang telah di terimanya. Contoh : Ahmad
akan melasanakan ujian, dia bilang kepada dirinya dan teman-temanya, “ nanti
ketika saya sukses mengerjakan ujian dan lulus saya akan melakukan shalat 50
rokaat “ ketika pengumuman dia lulus maka Ahmad wajib melaksanakan
Shalat nadzaR
2. Shalat Sunnah Shalat Sunnah adalah shalat yang apabila di kerjakan
mendapatkan pahala dan apabila tidak di kerjakan tidak mendapatkan dosa.
Shalat sunah di sebut juga dengan Shalat tatawu’, nawafil, manduh, dan
mandzubat, yaitu shalat yang di anjurkan untuk di kerjakan. Shalat sunnah juga
di bagi 2 yaitu:
- Sunnah Muakkad adalah shalat sunah yang sealalu dikerjakan atau jarang
sekali tidak dikerjakan oleh Rosulluloh SAW dan pelaksanaannya sangat
dianjurkan dan di tekankan separti solat witir, solat hari raya dan lain-lain
- Sunnah ghaeru muakkadah adalah solat sunah yang tidak selalu dikerjakan
oleh Rosulluloh SAW,dan juga tidak di tekan kan untuk di kerjakan solat

2.4.1.4 Hikmah-Hikmah Shalat


Yang termasuk hikmah shalat yaitu:
1. Meningkatkan ketaqwaan kita kepada Alloh dan mengingatNya, sperti surat At-
thaha ayat 14
2. Mencegah dari perbuatan yang keji dan mungkar seperti surat al angkabut ayat 45.
3. Mendekatkan diri kepada Allah seperti surah Al Falaq Ayat 19
4. Penyerahan diri manusia kepada Alloh secara tulusn ikhlas sperti surat al-Bayyinah
ayat 5
5. Meningkatkan disiplin, sabar, dan khusuk sperti surat al-Mukminum ayat 1-3
6. Menjaga kebersihan dan kesucian jiwa raga seperti surat asy-Syams ayat 9-10 7.
Meningkatkan sifat toleransi terhadap sesama manusia sperti surat al-Isra’ ayat
110.

2.4.2 Hikmah Dan Pelaksanaan Puasa


2.4.2.1 Pengertian Puasa
Puasa atau As Shoum adalah salah satu Rukun Islam yang mulai disyariatkan
pada tahun ke II Hijriah.
Pengertian Puasa secara Terminologi berasal dari bahasa arab As Shoum yang
bermakna yang berarti Menahan. Dan Secara Terminologi, Puasa Adalah
menahandari sesuatu yang membatalkan puasa dengan niat yang khusus pada seluruh
siang harinya orang yang melakukan puasa yang ber akal suci, dan suci dari haidl dan
nifas).
Sedangkan menurut istilah fiqih lain, adalah menahan diri dari segala perbuatan
yang membatalkan, seperti makan, minum dan senggama, sejak terbit fajar sampai
terbenam matahari, dengan niat dan persyaratan tertentu. Dasar dari puasa adalah surat
albaqarah ayat 183.

2.4.2.2 Hikmah Puasa


Hikmah dari puasa yaitu:
1. Melatih Disiplin Waktu
2. Keseimbangan dalam Hidup
3. Mempererat Silaturahmi
4. Lebih Perduli Pada Sesama
5. Tahu Bahwa Ibadah Memiliki Tujuan
6. Tiap Kegiatan Mulia Merupakan Ibadah
7. Berhati-hati Dalam Berbuat
8. Berlatih Lebih Tabah
9. Melatih Hidup Sederhana
2.4.3 Hikmah dan Pelaksanaan Zakat
2.4.3.1 pengertian zakat
Zakat menurut bahasa artinya suci dan subur. Sedangkan menurut istilah syara’zakat
ialah mengeluarkan dari sebagian harta benda atas perintah Allah,sebagai shadaqah wajib
kepada mereka yang telah ditentukan oleh hukum Islam. Zakat itu ada dua macam yaitu zakat
mal dan zakat fithrah. Harta benda yang wajib dikeluarkan zakatnya yaitu :
a. Emas,perak dan mata uang
b. Harta perniagaan
c. Binatang ternak seperti unta,lembu (kerbau ),kambing dan biri-biri d.
d. Buah-buahan dan biji- bijian yang dapat dijadikan makanan pokok
e. Barang tambang dan barang temuan

2.4.3.2 Hikmat Zakat


Hikmat zakat ialah :
1. Mendidik jiwa manusia suka berkorban dan membersihkan jiwa dari sifat-sifat kikir dan
bakhil.
2. Zakat mengandung arti rasa persamaan yang memikirkan nasib manusia dalam suasana
persaudaraan
3. Zakat dapat menjaga timbulnya rasa dengki,irihati, dan menghilangkan jurang pemisah
antara si miskin dan si kaya

2.4.4 Hikmah dan Pelaksanaan Ibdaha Haji


2.4.4.1 Pengertian Ibadah Haji
Haji secara estimologi (bahasa) berarti kunjungan, ziarah dan juga perjalanan
(Al Qasdu), sedangkan Haji menurut syara’ berarti Perjalanan menuju Baitul Haram
dengan amal-amal yang khusus, tempat-tempat tertentu yang dimaksud dalam definisi
diatas adalah selain Ka’bah dan Mas’a (tempat sa’i), juga Padang Arafah (tempat
wukuf), Muzdalifah (tempat mabit), dan Mina (tempat melontar jumroh) yang
merupakan tempat-tempat penting dalam Ibadah Haji.
2.4..4.2 hikmah ibadah haji
Hikmah ibadah haji adalah:
1. Membersihkan dosa.
2. Meningkatkan keimanan dan meneguhkan keimanan.
3. Belajar akan Sejarah dan Meneladaninya.

2.5 Keutamaan Ibadah


Ibadah di dalam syari’at Islam merupakan tujuan akhir yang dicintai dan diridhai-
Nya. Karenanyalah Allah menciptakan manusia, mengutus para Rasul dan menurunkan
Kitab-Kitab suciNya. Orang yang melaksanakannya dipuji dan yang enggan
melaksanakannya dicela. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: َ

Dan Rabb-mu berfirman, ‘Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan


bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau beribadah kepada-Ku akan
masuk Neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.’” [Al-Mu’min: 60] Di antara
keutamaan ibadah adalah
a. Ibadah mensucikan jiwa dan membersihkannya, dan mengangkatnya ke derajat
tertinggi menuju kesempurnaan manusiawi.
b. Manusia sangat membutuhkan ibadah melebihi segalagalanya, bahkan sangat darurat
membutuhkannya. Karena manusia secara tabi’at adalah lemah, fakir (butuh) kepada
Allah
c. Tidak ada yang dapat menenteramkan dan mendamaikan serta menjadikan seseorang
merasakan kenikmatan hakiki yang ia lakukan kecuali ibadah kepada Allah semata
d. Ibadah dapat meringankan seseorang untuk melakukan berbagai kebajikan dan
meninggalkan kemunkaran.
e. seorang hamba dengan ibadahnya kepada Rabb-nya dapat membebaskan dirinya dari
belenggu penghambaan kepada makhluk, ketergantungan, harap dan rasa cemas
kepada mereka.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
a. Ibadah adalah semua yang mencakup segala perbuatan yang disukai dan diridhai oleh
Allah SWT, baik berupa perkataan maupun perbuatan, baik terang-terangan maupun
tersembunyi dalam rangka mengagungkan Allah SWT dan mengharapkan pahala-Nya
b. Fungsi ibadah adalah mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya,
mendidik mental, dan menjadikan diri disiplin.
c. Ruang lingkup ibadah terdiri atas ibadah mahdah dan ghairu mahdah. d. Hikmah
ibadah adalah menjadikan manusia yang disiplin dan bertanggungjawab.
d. Keutamaan ibadah adalah untuk mensucikan jiwa dan meningkatkan derajat manusia
dihadapan tuhannya.

3.2 Saran
Sebagai manusia hendaknya kita tidak melupakan hakikat dari penciptaan kita,
yaitu untuk beribadah kepada Allah swt sesuai dengan Al Qur’an dan Hadits baik dalam
ibadah mahdah (khusus) maupun dalam ibadah ghoiru mahdah (umum) dengan niat
semata mata ikhlas untuk mencapai ridha Allah.
DAFTAR PUSTAKA

Syarifudin, Amir, Garis-Garis Besar Fiqih, (Jakarta: Kencana, 2003),


Cet. Ke-2. Syihab, M. Quraisy, M. Quraisy Syihab Menjawab 1001 Soal
Keislaman Yang Patut Anda Ketahui, (Jakarta: Lentera Hati, 2008),
Cet. Ke-1. Al manar, Abduh, Ibadah Dan Syari’ah, (Surabaya: PT. pamator, 1999),
Cet. Ke-1 Daradjat, Zakiyah, Ilmu Fiqih, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995),
Cet. Ke-1. Yusuf Qardhawi, Konsep Ibadah Dalam Islam, (Bandung: Mizan, 2002),
Cet. Ke-2. Zakiyah Daradjat, ILMU FIQIH, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf,
1995), Cet. Ke-1, Hal. 5.

Anda mungkin juga menyukai