Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PRINSIP PELAKSAAN HUKUM IBADAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah fiqih

Dosen pengampu : Abil Ash,M.Ag

Disusun oleh : Muamarullah (21110005)

JURUSAN ILMU HADIST


FAKULTAS USHULUDIN
INSTITUT DAARUL QUR’AN
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Saya selaku penyusun makalah
Ilmu Fiqih mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Semoga dengan selesainya makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, khususnya pembaca.
Tentunya dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna,
maka dari itu saya sebagai penyusun makalah ini mengharap kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sehingga penyusun mampu membuat makalah dengan lebih baik lagi.
BAB I
PENDAHULUAN

Setiap sendi kehidupan yang dijalani manusia mempunyai muatan ibadah di sisi Allah
SWT. Di dalam terminologi fiqih, ibadah dibedakan menjadi dua macam yaitu ibadah
mahdhah dan ghairu mahdhah. Ibadah mahdhah adalah ibadah yang mempunyai tata cara
tertentu dan aturan-aturan yang tertentu pula. Sedangkan, ibadah ghairu mahdhah adalah
ibadah yang tidak ditentukan tata cara dan bersifat umum.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Ibadah
Ditinjau dari konsepnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis, dengan
bentuk dan sifat yang berbeda antara satu dengan lainnya :
➢ Ibadah Mahdhah, (ibadah Khas) artinya penghambaan yang murni hanya
merupakan hubungan antara hamba dengan Allah SWT secara langsung. ‘Ibadah
bentuk ini memiliki 4 prinsip:
a) Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah,baik dari al-Quran
maupun al- Sunnah al-Maqbulah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh
ditetapkan oleh akal atau logika keberadaannya.
b) Tata caranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu tujuan diutus
rasul oleh Allah adalah untuk memberi contoh:
Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin
Allah…(QS.4:64).Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka
ambillah, dan apa yang dilarang, maka tinggalkanlah…( QS. 59: 7).
c) Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal), artinya ibadah bentuk ini bukan
ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya
berfungsi memahami rahasia dibaliknya yang disebut hikmah’. Shalat, adzan,
tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan ditentukan
oleh mengerti atau tidak, melainkan ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan
atau tidak. Atas dasar ini, maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat.
d) Azasnya “taat”, yang dituntut dalam melaksanakan ibadah ini adalah kepatuhan
atau ketaatan. Maka wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah
kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan kebahagiaan, bukan untuk Allah,
dan salah satu misi utama diutus Rasul adalah untuk dipatuhi: Jenis ibadah yang
termasuk mahdhah, adalah : wudhu, tayammum, mandi hadas, adzan, iqomat,
shalat, membaca Al-Quran, i’tikaf, puasa, haji dan umrah, mengurus jenazah.
➢ Ibadah Ghairu Mahdhah (ibadah ‘Am) tidak murni semata hubungan dengan
Allah) yaitu ibadah yang di samping sebagai hubungan hamba dengan Allah juga
merupakan hubungan atau interaksi antara hamba dengan makhluk lainnya. Prinsip-
prinsip dalam ibadah ini, ada 4:
a) Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama Allah
SWT dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh diseleng
garakan.
b) Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya dalam ibadah
bentuk umum ini tidak dikenal istilah “bid’ah”.
c) Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat
atau madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika menurut
logika sehat, buruk, merugikan, dan madharat, maka tidak boleh dilaksanakan.
d) Azasnya “Manfaat”, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan.

B. Prinsip ibadah dan Fungsi Ibadah


a. Prinsif ibadah
dalam beribadah setiap muslim harus yakin bahwa allah adalah dekat dengan hambanya.
Firman allah dalam surat al-baqoroh ayat 186:

b. Fungsi ibadah
Islam adalah agama yang dinamis dan menyeluruh. Dalam Islam,keimanan harus
diwujudkan dalam bentuk amal yang nyata, yaitu amal sholeh yang dilakukan karena
Allah. Ibadah dalam Islam tidak hanya bertujuan untuk mewujudkan hubungan antara
manusia dengan Tuhannya, tetapi juga untuk mewujudkan hubungan antar sesama
manusia. Islam mendorong manusia untuk beribadah kepada Allah SWT dalam semua
aspek kehidupan dan aktifitas.Ada tiga aspek fungsi ibadah dalam Islam yaitu;
1. Mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya.
Mewujudkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya dapat dilakukan
melalui “muqarabah” dan “khudlu”. Orang yang beriman dirinya akan selalu
merasa diawasi oleh Allah. Ia akan selalu berupaya menyesuaikan segala
perilakunya dengan ketentuan Allah SWT. Dengan sikap itu seseorang muslim
tidak akan melupakan kewajibannya untuk beribadah, bertaubat, serta
menyandarkan segala kebutuhannya pada pertolongan Allah SWT. Demikianlah
ikrar seorang muslim seperti tertera dalam Al-Qur’an surat Al-Fatihah ayat 5
“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami
meminta pertolongan.”
Atas landasan itulah manusia akan terbebas dari penghambaan terhadap manusia,
harta benda dan hawa nafsu.
2. Mendidik mental dan menjadikan manusia ingat akan kewajibannya
Dengan sikap ini, setiap manusia tidak akan lupa bahwa dia adalah anggota
masyarakat yang mempunyai hak dan kewajiban untuk menerima dan memberi
nasihat. Oleh karena itu, banyak ayat Al-Qur'an ketika berbicara tentang fungsi
ibadah menyebutkan juga dampaknya terhadap kehidupan pribadi dan
masyarakat. Contohnya: Ketika Al-Qur'an berbicara tentang shalat, ia
menjelaskan fungsinya: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu
Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah
dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat
Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain).
dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”QS. Al-ankabut 45
Dalam ayat ini Al-Qur'an menjelaskan bahwa fungsi shalat adalah mencegah dari
perbuatan keji dan mungkar. Perbuatan keji dan mungkar adalah suatu perbuatan
merugikan diri sendiri dan orang lain. Maka dengan shalat diharapakan manusia
dapat mencegah dirinya dari perbuatan yang merugikan tersebut.
3. Melatih diri untuk berdisiplin
Adalah suatu kenyataan bahwa segala bentuk ibadah menuntut kita untuk
berdisiplin. Kenyataan itu dapat dilihat dengan jelas dalam pelaksanaan shalat,
mulai dari wudhu, ketentuan waktunya, berdiri, ruku, sujud dan aturan-aturan
lainnya, mengajarkan kita untuk berdisiplin. Apabila kita menganiaya sesama
muslim, menyakiti manusia baik dengan perkataan maupun perbuatan, tidak mau
membantu kesulitan sesama manusia, menumpuk harta dan tidak
menyalurkannya kepada yang berhak. Tidak mau melakukan “amar ma'ruf nahi
munkar”, maka ibadahnya tidak bermanfaat dan tidak bisa menyelamatkannya
dari siksa Allah SWT
C. Hikmah Ibadah
1. Tidak Syirik
Seorang hamba yang sudah berketetapan hati untuk senantiasa beribadah
menyembah kepada-Nya, maka ia harus meninggalkan segala bentuk syirik. Ia telah
mengetahui segala sifat-sifat yang dimiliki Nya adalah lebih besar dari segala yang ada,
sehingga tidak ada wujud lain yang dapat mengungguli-Nya.
2. Memiliki ketakwaan
Ketakwaan yang dilandasi cinta timbul karena ibadah yang dilakukan manusia
setelah merasakan kemurahan dan keindahan Allah SWT. Setelah manusia melihat
kemurahan dan keindahan-Nya munculah dorongan untuk beribadah kepada-Nya.
Sedangkan ketakwaan yang dilandasi rasa takut timbul karena manusia menjalankan
ibadah dianggap sebagai suatu kewajiban bukan sebagai kebutuhan. Ketika manusia
menjalankan ibadah sebagai suatu kewajiban ada kalanya muncul ketidakikhlasan,
terpaksa dan ketakutan akan balasan dari pelanggaran karena tidak menjalankan
kewajiban.
3. Terhindar dari kemaksiatan
` Ibadah memiliki daya pensucian yang kuat sehingga dapat menjadi tameng dari
pengaruh kemaksiatan, tetapi keadaan ini hanya bisa dikuasai jika ibadah yang
dilakukan berkualitas. Ibadah ibarat sebuah baju yang harus selaludipakai dimanapun
manusia berada.
F . Makna Spriritual Ibadah dalam Kehidupan Sosial
Pengertian ibadah dalam kehidupan masyarakat adalah pengabdian kepada Allah
dalambentukshalat, puasa, zakat, haji dzikir dan membaca Al-Quran. Ini karena kehidupan
tidak hanyauntuk memperhatikan hal-hal tersebut melainkan untuk hal-hal yang
menyeluruh, mencakupAspek yang dibutuhkan semua manusia seperti perdagangan, bertani
dan bekerja, mencari ilmu dansebagainya guna mempertahankan dan mengembangkan
kehidupan itu sendiri. Maknanya manusia harus menerapkan apa yang telah
disebutkan dalam Al-Quran dan Hadist ke dalamkehidupan sosial
BAB III
PENUTUP

Ibadah merupakan seluruh aspek kehidupan. Tidak terbatas pada saat-saat singkat
yang diisi dengan cara-cara tertentu. Suatu Ibadah mempunyai nilai yaitu jalan hidup dan
seluruh aspek kehidupan dan merupakan tingkah laku, tindak-tanduk, pikiran dan
perasaan semata-mata untuk Allah SWT, yang dibangun dengan suatu sistem yang jelas,
yang di dalamnya terlihat segalanya yang pantas dan tidak pantas terjadi .
Manusia diciptakan Allah SWT bukan sekedar untuk hidup di dunia ini kemudian
mati tanpa pertanggungjawaban, tetapi manusia diciptakan oleh Allah SWT untuk
beribadah. Karena Allah SWT maha mengetahui tentang kejadian manusia, maka agar
manusia terjaga hidupnya, bertaqwa, diberi kewajiban ibadah. Tegasnya manusia diberi
kewajiban ibadah agar menusia itu mencapai taqwa.
Hikmah dari ibadah adalah kita dapat meningkatkan ketaqwaan tehadap Allah SWT dan
hidup berdasarkan apa yan Dia perintahkan.
DAFTAR PUSTAKA

http://yurishandcraft.blogspot.com/2013/12/makalah-konsep-ibadah-dalam-islam.html

http://lppkk-umpalangkaraya.blogspot.com/2014/09

Anda mungkin juga menyukai